Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN MINGGUAN

PERENCANAAN TAMBANG

RANCANGAN TAHAPAN (PUSHBACK) PENAMBANGAN ENDAPAN


BIJIH NIKEL PADA PT. HAN NIKEL PRATAMA DESA LAMERURU,
KECAMATAN LANGGIKIMA, KABUPATEN KONAWE UTARA,
SULAWESI TENGGARA

Dosen Pengampu :

Bapak Erwin Anshari, M.Si, M.Eng

Disusun Oleh :

KELOMPOK 12

 NUR MUHAMMAD AZHARI NASIR (R1D118021)


 NILAM AMALIA ROSALMI (R1D118031)
 HAMZA (R1D118035)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA


UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan
mingguan mata kuliah Perencanaan Tambang yang berjudul “Rancangan
Tahapan (Pushback) Penambangan Endapan Bijih Nikel Pada Pt. HAN nikel
pratama, desa lameruru, kecamatan langgikima, kabupaten konawe utara,
Sulawesi tenggara”.

Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan
berbagai pihak diantaranya; Bapak Erwin Anshari, M.Si., M.Eng selaku
dosen mata kuliah Perencanaan Tambang, serta pihak-pihak yang turut serta
membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu Penulis
sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah
diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan


penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan mingguan ini dapat
memberikan manfaat untuk penulis khususnya, dan masyarakat Indonesia
umumnya.

Kendari, 19 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor usaha pertambangan khususnya dalam skala besar adalah salah atu
sector usaha yang membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar
itu menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan yang
akan dilakukannya dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
pengembalian modal secepat mungkin. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya
diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan banyak factor
penting sebelum penambangan itu dilaksanakan. Dalam hal ini tahap perencanaan
produksi adalah suatu tahap untuk menetukan urutan penambangan setelah
melalui proses perencanaan sebelumnya yang melibatkan beberapa hal antara lain,
perhitungan cadangan, geometri, pit limit, dan lain-lain.
Perencanaan tambang (mine planning) merupakan suatu tahapan penting
dalam studi kelayakan dan rencana operasi penambangan. Perencanaan suatu
tambang terbuka yang modern memerlukan modal computer dari sumberdaya
yang akan ditambang. Model perencanaan tambang dapat berupa blok model
untuk tambang mineral bijih dan quarry.
PT. HAN nikel pratama adalah salah satu perusahaan pertambangan yang
memegang Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan luas 880 Ha.
Wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi tersebut terletak di Desa
lameruru, kecamatan langgikima, kabupaten konawe selatan, Sulawesi tenggara.
PT. HAN Nikel pratama yang digarap oleh 3 orang ahli pertambangan baru
saja membuka pit baru dengan sistem penambangan bijih nikel yang diterapkan
adalah open pit dengan mengoptimalkan pengeluaran produksi dalam angka kecil.
Oleh karena itu, perusahaan berupaya untuk merancang strategi atau perencanaan
yang mapan sehingga perlu dilakukan perancangan penambangan jangka pendek
dengan tujuan membagi cadangan yang ada kedalam unit-unit kecil berdasarkan
target produksi dan stripping ratio dalam bentuk rancangan pushback. Hal
tersebut melatarbelakangi penulisan laporan ini dengan Rancangan Tahapan
(Pushback) Penambangan Endapan Bijih Nikel Pada Pt. HAN nikel pratama desa
lameruru, kecamatan langgikima, kabupaten konawe utara, Sulawesi tenggara

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapakah umur tambang PT. HAN NIKEL PRATAMA ?
2. Berapakah target produksi untuk pit PT. HAN NIKEL PRATAMA ?
3. Bagaimana merancang pushback penambangan bijih nikel di Blok A PT.
HAN NIKEL PRATAMA berdasarkan target produksi dan stripping ratio?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menentukan umur tambang PT. HAN NIKEL PRATAMA.
2. Menentukan target produksi untuk pit PT. HAN NIKEL PRATAMA.
3. Menentukan rancangan pushback penambangan bijih nikel di Blok A PT.
HAN NIKEL PRATAMA berdasarkan target produksi dan stripping ratio.

1.4 Batasan Masalah


Penulisan laporan ini mempunyai batasan masalah yang di titik beratkan pada
perancangan pushback pada pit Blok A PT. HAN NIKEL PRATAMA, yang
dilakukan berdasarkan umur tambang, target produksi dan jumlah ore pada Blok
A PT. HAN. NIKEL PRATAMA desa lameruru, kecamatan langgikima,
kabupaten konawe utara, Sulawesi tenggara.

1.5 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan ini adalah dapat menganalisis
kelayakan proyek pertambangan serta dapat membuat mine plan dari proyek
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegiatan Penambangan dan Operasi Produksi


Menurut undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa Pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelititan, pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Sedangkan penambangan adalah
bagian kegiatan usaha pertambngan untuk memproduksi mineral dan/atau
batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.
Waterman Sulistyana (2010), Beberapa tahapan kegiatan penambangan secara
garis besar adalah :
1. Pembabatan (clearing)
2. Pengupasan Tanah Penutup (stripping)
3. Penggalian Bahan Galian (mining)
4. Pemuatan (loading)
5. Pengangkutan (hauling)
6. Penumpahan (waste dump)
Kegiatan pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat
diperbaharui (non-renewable), mempunyai resiko relative lebih tinggi, dan
pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun social yang
relative lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Ini
artinya, setiap proses pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling
berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus sebagai perusak
lingkungan, pertambangan terbuka (surface mining) dapat merubah total iklim
dan tanah akibat seluruh lapisan tanah diatas deposit bahan tambang disingkirkan.
Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan bijih tambang dari batu-batuan
atau pasir seperti dalam pertambangan pasir di sungai, para penambang pada
umumnya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari
tanah, air atau sungai dan lingkungan.
Menurut UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
pada pasal 1 dijelaskan bahwa operasi produksi adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengilahan, pemurnian,
termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak
lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. Dapat disimpulkan bahwa,
kegiatan operasi produksi ini didalamnya sudah memuat kegiatan penambangan,
yakni pembongkaran, penggalian, dan pemuatan bahan galian. Dalam operasi
produksi dikenal istilah IUP Operasi Produksi, diaman IUP Operasi Produksi
adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk
melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

2.2 Perencanaan Tambang (Mine Planning)


Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran
kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan
yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.
Perencanaan tambang merupakan bagian penting dalam pertambangan, karena
perencanaan tambang ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan
prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan, dimana pada kegiatan studi kelayakan
mencakup berbagai hal selain aspek teknis, aspek ekonomis, analisis dampak
lingkungan (AMDAL), persiapan infrastruktur tambang, serta K3. Dalam
melakukan perencanaan tambang juga mencakup kegiatan eksploitasi,
pengolahan, pemasaran, hingga penutupan tambang (Adisoma G, 2010).
Menurut Arif I (2007), ada berbagai macam perencanaan antara lain:
1. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktunya lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.
2. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja yang jangka
waktu antara 1-5 tahun
3. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktifitas untuk jangka
waktu kurang dari setahun demi kelancaran jangka menengah dan panjang.
4. Perencanaan penyangga atau alternatif, bagaimanapun baiknya suatu
perencanaan telah disusun, kadang-kadang karena kemudian terjadi hal-hal
terduga atau ada perubahan dara dan informasi ata timbul hambatan yang sulit
untuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan maka harus diadakan
perubahan dalam perencanaannya.

Menurut Hustrulid (1995), ada beberapa tugas dalam perencanaan tambang


agar dapat dilakukan dengan lebih mudah, berikut ini adalah tugas yang perlu
diselesaikan dalam merencanakan tambang :
1. Penentuan batas pit
Maksud dari penentuan batas pit ialah menetukan batas akhir (limit) dari
proses penambangan, dimana seorang mine plan harus dapat merencanakan
berapa banyak bahan galian yang akan ditambang, namun dalam penentuan
batas pit ini masih belum memperhitungkan waktu dan biaya.
2. Perancangan Sequence
Dalam perancangan geometri penambangan, perancangan sequence
merupakan suatu tahapan yang penting, karena pada tahapan ini membuat
penentuan pit limit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi, sehingga
lebih mudah untuk dikerjakan, dan dalam perancangan bentuk tiga dimensi
tambang menjadi lebih mudah pula.
3. Penjadwalan Produksi
Tahap selanjutnya setelah perancangan sequence, ialah penjadwalan produksi,
dimana pada tahap ini jumlah tanah penutup dengan jumlah bahan galian
yang akan ditambang dalam periode tertentu berdasarkan urutan waktu dan
target produksi.
4. Pemilihan Alat
Setelah diketahui produksi yang akan dicapai, maka tahap selanjutnya adalah
pemilihan alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan penambangan
tersebut, selain pemilihan alat untuk produksi, alat pun dipilih untuk proses
pengembangan tambang.
5. Perhitungan Biaya Operasi dan Kapital
Tahap selanjutnya dalam perencanaan tambang ialah perhitungan biaya
operasi dan kapital, dimana perhitungan biaya operasi dan kapital ini
berdasarkan target produksi yang akan dicapai serta pemilihan alat yang akan
digunakan, selain itu pada tahap ini juga dapat ditentukan jumlah waktu kerja
dan shift kerja yang diperlukan untuk mencapai target produksi yang telah
direncanakan.

2.3 Parameter Perancangan Tambang


Desain tambang terbuka dan penjadwalan produksi adalah bagian penting dari
usaha penambangan, optimalisasi perencaanaan berkaitan dengan memaksimalkan
keuntungan. Optimalisasi desain tambang terbuka perlu dilakukan
penentuan batas akhir pit (pit limit), pushback untuk memaksimalkan nilai
ekonomi. (Meagher, 2014)
Suatu perancangan tambang mengacu pada beberapa parameter desain sebagai
berikut :
2.3.1 Stripping Ratio (SR)
Pada tambang terbuka untuk menentukan kedalaman dari sebuah pit, perlu
diperhatikan secara detail kalkulasi dari seberapa banyak material pengotor yang
akan digali sebelum menambang ore, perbandingan antara jumlah material tanah
penutup yang akan dipindahkan dengan ore yang akan ditambang disebut nisbah
pengupasan (stripping ratio).
Dalam menentukan maksimal kedalaman dasar yang masih dianggap
menguntungkan saat dilakukan kegiatan penambangan, perlu diketahui mengenai
biaya dan pendapatan yang akan diperoleh dari pengupasan tanah penutup
terhadap harga jual dari ore dan produk lainnya, jika ada. Dengan kata lain biaya
yang akan dikeluarkan untuk pengupasan tanah penutup dapat menutupi biaya
pengambilan ore.Setelah nilai nisbah pengupasan telah diketahui maka dilakukan
perhitungan untuk menentukan jumlah tanah penutup yang akan dipindahkan
untuk dapat menambang ore dengan maksimum kedalaman yang telah ditentukan.
(Tatiya, 2013)
Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase waste (material
penutup) yang harus dipindahkan terhadap satu ton ore yang ditambang. Hasil
suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase waste dan ore yang
mengisi pit. Perbandingan antara material penutup (limonite) dan ore (saprolite)
tersebut akan memberikan nisbah pengupasan rata-rata suatu pit.
Salah satu cara untuk menguraikan secara geometri pushback secara efisien
dalam sebuah produksi penambangan menggunakan “striping ratio”. Ini
menunjukkan jumlah dari waste yang harus dipindahkan dan jumlah secara
kuantitas ore yang akan ditambang. Ratio atau perumusan dapat dirumuskan pada
persamaan berikut.

Waste(tons)
SR = …………………………………………………………..
Ore (tons)
(1)

Waste(volume)
SR = ………………………………………………………..
Ore (volume)
(2)

Perbedaan kedua persamaan diatas terletak pada pemberian densitas untuk


menghitung jumlah tonasenya. Sedangkan volume masih dalam keadaan bank
cubic metric. (Hustrulid, 2013)

2.3.2 Batas Penambangan (Pit Limit)


Batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang masih
diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman. (Encyclopedia).
Metode untuk merancang sebuah batas tambang terbuka (ultimate open pit)
dibedakan oleh ukuran deposit, kuantitas dan kualitas data, kemampuan analisis,
dan asumsi dari seorang engineer tersebut. Langkah pertama untuk perencanaan
jangka panjang atau pendek adalah menentukan batas dari tambang (baik terbuka
maupun bawah tanah). Batas ini menunjukkan jumlah batubara yang dapat
ditambang, dan jumlah material buangan (overburden) yang harus dipindahkan
selama operasi penambangan berlangsung. Ukuran, geometri, dan lokasi dari
tambang utama sangat penting dalam perencanaan tempat penimbunan tanah
penutup (overburden), jalan masuk, stockpile, dan semua fasilitas lain pada
tambang tersebut. Pengetahuan tambahan dari rancangan batas tambang juga
berguna dalam membantu pekerjaan eksplorasi mendatang. (Hariyadi, 2017)

2.3.3 Blok Model


Blok model adalah bentuk database spasial-referenced yang menyediakan
sarana untuk pemodelan tubuh 3-D dari titik dan data interval seperti data sampel
drillhole. Blok Model terdiri dari nilai-nilai interpolasi daripada pengukuran yang
benar. Ini menyediakan metode untuk memperkirakan volume, tonase, dan nilai
rata-rata tubuh 3-D dari data lubang bor jarang.

2.4 Pushback
2.4.1 Rancangan Pushback
Rancangan push back penambangan yang dimaksudkan sebagai bagian dari
proses perancangan tambang yang terkait dengan masalah pencapaian target
produksi. Rancangan pushback penambangan merupakan salah satu faktor
penting dalam suatu kegiatan penambangan, terutama untuk memberikan
informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan rencana kemajuan tambang pada
suatu periode waktu tertentu. Selain memberikan gambaran mengenai rencana
kemajuan tambang, perancangan pushback penambangan juga menjadi pedoman
pelaksanaan suatu kegiatan penambangan.
2.4.2 Desain Pushback
Pushback merupakan bentuk-bentuk penambangan (mineable geometris)
yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk
hingga bentuk akhir pit. Tujuan dari pushback adalah untuk menyederhanakan
seluruh volume yang ada dalam overall pit ke dalam unit-unit pit penambangan
yang lebih kecil. Dengan demikian, problem perancangan tambang tiga dimensi
yang amat kompleks ini dapat disederhanakan.
Unit perancangan ini, di tahap awal berusaha untuk mengaitkan hubungan
antara geometri penambangan dengan geometri distribusi bijih. Dengan
mempelajari tingkat distribusi bijih dan topografi dalam banyak kasus, maka akan
sampai pada suatu strategi pengembangan pit secara logis dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Rancangan pushback penambangan yang baik merupakan
kunci terhadap suksesnya kegiatan penambangan.
Tahapan – tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang
cukup untuk operasi peralatan yang efisien. Dalam merancang tahapan
penambangan, parameter waktu harus diperhitungkan, karena waktu merupakan
parameter yang sangat berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang untuk
mengoptimalkan target produksi. Kegiatan penambangan semestinya disusun
menurut urutan penambangannya, dimulai dari yang memiliki keuntungan rata –
rata tertitinggi (APR). Lalu semakin kebawah akan memiliki APR semakin
rendah. APR merupakan average profit ratio atau keuntungan rata – rata yang
didapat dari pemasukan dibagi semua biaya untuk pembongkaran lihat Gambar 1.
Dengan APR yang tinggi maka, IPR (incremental profit ratio) akan semakin
bertambah, IPR merupakan peningkatan keuntungan dalam kegiatan
penambangan.
Gambar 1. Tahapan Bukaan Tambang

Pada tahap perancangan, awalnya diusahakan untuk mengkaitkan


hubungan antara geometri penambangan dengan geometri per bijih. Dengan
mempelajari penyebaran bijih dan topografi maka akan diperoleh suatu cara untuk
membuat strategi pengembangan pit secara logis dalam waktu yang relatif singkat.
Tahapan–tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan
akses kesemua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk
operasi peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satunya adalah dalam
pembuatan awal jenjang sampai akhir penambangan, sehingga dapat diketahui
kemajuan penambangannya lihat Gambar 2.

B
Gambar 2. Perancangan Kemajuan Tambang
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Pushback
2.5.1 Kondisi Bahan Galian
Bentuk bahan galian akan mempengaruhi proses penentuan pushback.
Rancangan pushback untuk bahan galian yang datar atau relatif datar akan
berbeda dengan yang berbentuk singkapan termasuk dalam hal ini mempengaruhi
penentuan geometri lerengnya lihat Gambar 3.

Gambar 3. Sumberdaya Hipotetik untuk Studi awal penentuan rancangan


Pushback.
Rock type 1 merupakan tanah penutup yang harus dibongkar, dan rock type 2
merupakan waste yang akan terambil apabila kegiatan penambangan dilakukan.
Dalam perancangan akan dapat diketahui volume dari rock type 1 dan rock type 2
yang akan terbongkar setelah perancangan push back dilakukan lihat Gambar 4.
Gambar 4. Bentuk rancangan Push Back Sumberdaya Hipotetik

2.5.2 Ultimate Pit Limit


Termasuk dalam faktor pertimbangan teknis yaitu kemiringan / batas luar
tambang yang tetap stabil dan menguntungkan. Dengan demikian, akan
berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Hal ini berarti
menentukan besar cadangan bijih yang akan ditambang (tonase dan kualitas bijih)
yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari bijih tersebut.
Ultimate pit slope ini juga berpengaruh pada eksplorasi lanjut, tahap evaluasi
dan tahap persiapannya didasarkan pada :
1. Sifat fisik dan mekanik batuan.
2. Struktur geologi (sesar, kekar, bidang geser).
3. Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan.

2.5.3 Stripping Ratio


Untuk penambangan bijih, nisbah pengupasan adalah perbandingan antara
volume tanah penutup yang harus dipindahkan terhadap satu ton bijih yang
ditambang. Hasil suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase bahan
galian dan volume tanah penutup yang berada di pit tersebut. Perbandingan antara
tanah penutup dan bahan galian tersebut akan memberikan nisbah pengupasan
rata-rata suatu open pit.

2.5.4 Metode Penambangan


Metode penambangan secara terbuka untuk bijih terdiri dari beberapa metode
penambangan. Penentuan metode penambangan tersebut akan dipengaruhi oleh
kondisi topografi lokasi penambangan, kondisi bijih serta ketebalan overburden.
Beberapa metode tambang terbuka bijih, antara lain :
1. Open pit/Opem Mine
Merupakan penambangan yang dilakukan dengan permukaan yang relatif
datar menuju ke arah bawah dimana bijih tersebut berada.
2. Open Cast/Open Cut
Merupakan penambangan bijih yang dilakukan pada suatu lereng bukit.
Pada umumnya metode ini diterapkan apabila bijih yang akan ditambang
berbentuk bukit atau bijih terletak pada suatu daerah pegunungan, misalnya pada
tambang bijih Nikel di Halmahera Timur, Maluku Utara.

2.5.5 Geometri Jenjang


Perancangan jenjang meliputi panjang, lebar, dan tinggi jenjang.
Tinggi jenjang berhubungan dengan kemampuan alat gali/muat, yaitu pada
ketinggian berapa alat dapat bekerja efektif. Lebar jenjang berhubungan dengan
penentuan ukuran minimal dimana alat dapat beroperasi dengan baik. Panjang
jenjang berguna dalam penghitungan produksi sebab produksi merupakan hasil
perkalian antara panjang, lebar, dan tinggi jenjang.
Geometri jenjang (tinggi, lebar dan kemiringan) bergantung pada peralatan
yang digunakan, yang digali dan kondisi kerja. Tinggi jenjang yang sesuai
dengan ukuran excavator menjamin keselamatan dan efisiensi kerja yang tinggi,
dimana peralatan dapat bekerja secara optimal dan dapat memindahkan material
sesuai dengan kemampuannya.
Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasanya dilakukan
dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) yang diinginkan menggunakan
bendera kecil. Operator Excavator akan menggali sampai mangkuknya diposisi
bendera tesebut. Komponen dasar pada pit adalah jenjang lihat Gambar 2.5.
Bagian jenjang adalah :

Gambar 5. Bagian-bagian jenjang


2.5.6 Metode Panel, Strip dan Blok
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang dengan baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang
cukup untuk operasi peralatan kerja tambang secara effisien. Salah satu hal
terpenting adalah untuk memperlihatkan minimal satu jalan angkut pada setiap
tahapan penambangan. Jika suatu akses jalan akan dimasukkan pada suatu tahapan
penambangan, lebar awal di sebalah atas harus ditambah untuk memberikan
ruangan ekstra.
Metode panel, strip dan block dijumpai pada rancangan penambangan
endapan bahan galian. Daerah penambangan dibagi menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, yaitu pit (tambang), panel, strip dan block. Berikut adalah penjelasan
mengenai metode panel, strip dan block pada rancangan pushback.
1. Pit, penambangan dibagi menjadi beberapa pit untuk memudahkan
pelaksanaan operasi penambangan. Pembagian pit (tambang) terutama
didasarkan pada pencapaian target produksi dari bahan galian yang akan
ditambang.
2. Panel, masing-masing pit dibagi menjadi panel-panel yang melintang
misalnya dari arah barat ke timur. Lebar tiap panel umumnya adalah 100 m.
Penomoran untuk panel 1 adalah P1, panel 2 adalah P2, dan seterusnya.
3. Strip, setiap panel dibagi lagi menjadi srip-strip yang dibuat tegak lurus garis
panel. Lebar setiap strip adalah 100 m atau setengahnya dengan jarak
melintang dari arah selatan ke utara. Penomoran untuk Strip 1 adalah S1, Strip
2 adalah seterusnya pada masing-masing panel.
4. Block, merupakan perpotongan antara panel dan strip. Bentuk akhir dari block
adalah bujursangkar dengan ukuran 100 m × 100 m ataupun 100 m ×50 m.
penomoran untuk block adalah gabungan dari panel dan strip. (Waterman,
2010)
Proses desain penambangan lebih mengarah pada pertambangan hasil nilai
kadar yang diperoleh pada masing-masing pemboran untuk melakukan penaksiran
kedalaman lapisan ore. Sehingga rancangan desain pit dilakukan bukan hanya
berdasarkan pada kedalaman lapisan namun ukuran jarak antar titik bor.
Ketentuan dalam membuat rancangan pushback pit penambangan dengan metode
panel, strip dan block menurut Hustrulid dkk., (2013) adalah :
 Penentuan design pit total (ultimate pit limit)
 Pentahapan penambangan (pushback pit) mengacu pada stripping ratio dan
target tonase produksi, kecenderungan yang digunakan adalah mengacu kepada
keseragaman stripping ratio, target tonase dan perubahan yang beraturan.

Pembentukan desain pushback. Hal yang harus diperhatikan adalah lebar


jenjang kerja minimal, slope dan ketinggian jenjang serta lebar jalan. Lebar
pushback sangat ditentukan oleh ukuran unit operasi yang dipergunakan.

2.6 Penjadwalan produksi Tambang (Mine Scheduling)


2.6.1 Pengertian Mine Scheduling
Penjadwalan (scheduling) merupakan proses penugasan kapan pekerjaan
harus dimulai dan diselesaikan, sedangkan pengurutan/tahapan (sequencing)
merupakan proses pengaturan urutan atas pekerjaan-pekerjaan yang harus
diselesaikan tersebut. Prosedur yang biasa digunakan untuk mendapatkan
penjadwalan tambang yang optimal dengan mendefinisikan tahapan
penambangan. Banyaknya material/lapisan tanah penutup yang harus dikupas
selama masa pra-produksi sekurang-kurangnya adalah jumlah lapisan tanah
penutup yang harus dipindahkan dari tahapan pertama dan masih mungkin
dilakukan pengupasan pra-produksi pada tahapan kedua dan seterusnya (Abdul
Rauf, 2007).
Penjadwalan produksi tambang (mine scheduling) adalah salah satu bagian
dalam perencanaan tambang yang merupakan gambaran tentang jumlah produksi
yang dihasilkan dalam setiap tahapan penambangan berdasarkan waktu dan
rancangan penambangan. Tujuan dilaksanakannya proses penjadwalan ini adalah
untuk melakukan pengaturan waktu yang paling optimum sehingga proses
produksi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Penjadwalan produksi tambang
terbagi atas 2, yaitu ada yang jangka panjang dan jangka pendek. Metode yang
digunakan untuk jangka panjang adalah backfilling atau dikenal dengan Backfill
Model (BFM). Tujuan dari model backfilling ini adalah untuk meningkatkan
produksi dan lebih pada penyederhaan penambangan, serta untuk meminimalisir
biaya penambangan (Sulistyana W, 2010).
Setelah melakukan permodelan geologi, block modelling kadar, penentuan
SR atau COG, hingga perancangan pit-limit, shedulling menjadi sangat penting
dilakukan untuk menentukan kegiatan penambangan pada tahun berikutnya.
Secara sederhana, tujuan dilakukan penjadwalan adalah untuk mendapatkan
keuntungan sebesar mungkin dengan biaya operasi sekecil mungkin. Keadaan
harga bahan galian yang terus menurun akan mempengaruhi COG (pada bijih).
Jika harga naik diluar perencanaan awal, maka akan menjadi keuntungan yang
lebih bagi perusahaan. Namun jika harga terus turun, maka perlu dilakukan
penyesuaian agar operasi tetap dapat berjalan. Cara yang paling umum adalah
dengan menekan cost produksi (melakukan efisiensi). Cara lainnya adalah dengan
melakukan re-scheduling (penjadwalan ulang). Penjadwalan ulang tidak mudah
dilakukan, salah satu faktornya adalah mengubah target produksi yang sudah
disepakati pada tahap awal. Menurunkan produksi berarti melakukan penyesuaian
jumlah alat dan tenaga kerja, serta biaya pemutusan ikatan kerja dan lain-lain
perlu diperhitungkan lebih lanjut. Penjadwalan ulang juga strategi yang sangat
beresiko. Melakukan penjadwalan berarti memperkirakan berapa cost yang
dikeluarkan dan berapa harga jual yang didapatkan dari bahan galian tersebut.
Namun memperkirakan harga merupakan sebuah analisis yang penuh
ketidakpastian. Berbagai faktor dari prinsip ekonomi sederhana seperti supply-
demand, kebijakan, hingga isu politik dunia dapat membuat harga bergerak tidak
pasti.
Menurut Partanto Prodjosumerio (2009), penjadwalan produksi dilakukan
dalam beberapa skenario atau simulasi. Tujuannya adalah untuk melihat sequence
mana yang paling sedikit biaya penambangannya dengan waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan target produksi. Skenario yang dilakukan lebih
ditekankan pada pembagian sub-blok penambangan, mulai dari ukuran blok 25 x
25 x 1 sampai pada dimensi 50 x 50 x 6. Selain dari variasi dimensi blok yang
akan dibuka, juga disimulasikan tahapan penambangan atau blok mana duluan
yang dibuka pertama. Sedangkan, menurut Moreno E et all (2016), penjadwalan
produksi jangka panjang harus dapat memaksimalkan nilai NPV (net present
value) yaitu keuntungkan bersih yang akan didapatkan dengan memperthitungkan
suku bunga tertentu. Terutama untuk tambang terbuka, karena pada tambang
terbuka ini melibatkan beberapa blok penambangan. Konsep dari penjadwalan
produksi tambang atau OPMPS (Open Pit Mine Production Scheduling) tidak
hanya memfokuskan kepada front penambangan, tetapi stockpile dan waste dump
masuk dalam radar OPMPS.
Dalam penentuan jadwal produksi untuk jangka panjang, masalah
utamanya adalah terletak pada pemaksimalan nilai keuntungan bersih (NPV).
Pada penggunaannya di lapangan, proses penjadwalan menjadi lebih kompleks.
Penjadwalan kemudian diperkecil menjadi satuan waktu bulanan hingga
mingguan. Pada bijih, recovery kadar yang akan didapat juga menjadi bagian
dalam penjadwalan. Sehingga penjadwalan juga dilakukan dalam strategi
melakukan blending untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Aktivitas
penjadwalan dilakukan sebelum kegiatan perawatan mulai dilaksanakan dan
sangat berkaitan erat dengan strategi perawatan yang akan dilakukan untuk unit
tersebut. Dari strategi yang telah ditentukan maka semua aktivitas yang akan
dilakukan dalam proses perawatan tersebut ditentukan waktu pelaksanaannya (Raj
K. Singhal, 2011).

2.6.2 Fase Penjadwalan Produksi Tambang


Menurut Hustrulid dan Kutcha (1995), perencanaan penjadwalan produksi
tambang sangat penting sebelum melakukan eksploitasi, olehnya dalam
melakukan perencanaan penjadwalan, ada beberapa fase yang harus diperhatikan.
1. Fase pertama adalah desain
Sudut kemiringan yang digunakan harus berdasarkan pada hasil kajian
geoteknik.
2. Tonnase ore dan waste harus sudah diestimasi untuk tiap bench.
3. Tonnase ore dan waste tiap bench dibuatkan table secara lengkap.
4. Dilakukan kegiatan penambangan untuk tiap bench dan tidak dilakukan
blending untuk tiap bench. Setiap ore yang ditambang tidak dicampur satu
sama lain.
5. Menenentukan sampai batas mana dilakukan strippingi, berapa ketebalan yang
harus dibuka, dan keterdapatan atau posisi dari waste (berkadar rendah).
6. Memperhalus operasi stripping agar kegiatan ore getting berjalan optimal,
kemudian dilakukan ore getting.
7. Membuat jadwal pengupasan waste dan ore terhadap waktu.
8. Mendesain peta kemajuan tambang lengkap dengan desain jalan.
9. Penjadwalan produksi dikembangkan sesuai dengan perencanaan awal
berdasrkan waktu yang telah ditetapkan.

2.6.3 Kemajuan Tambang


Merancang bentuk-bentuk penambangan (Mineable Geometris) untuk
menambang habis overburden mulai dari titik masuk awal hingga ke batas akhir
penambangan. Perancangan tahap-tahap penambangan ini membagi pit
penambangan menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan mudah dikelola
(Monthly plan, Weekly plan, Daily plan). Pada tahap ini, elemen waktu sudah
mulai dimasukkan ke dalam rancangan penambangan karena urutan penambangan
mulai dipertimbangkan (Adisoma G, 2010).
Ada beberapa langkah dalam membuat suatu tahapan penambangan (Mine
Sequence) yaitu:
1. Menghitung kembali volume pit dan diposal berdasarkan data situasi akhir
penambangan.
2. Membuat database cadangan pada areal pit (blok reserve).
3. Menghitung jadwal produksi/kapasitas alat untuk masing-masing periode.
4. Membuat penjadwalan (Mine Scheduling).
5. Melakukan simulasi perhitungan volume dan menentukan batas
penggalian sesuai dengan kapsitas alat.
6. Membuat desain situasi penambangan untuk periode-periode tersebut
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Target Produksi & Umur Tambang


Perusahaan PT. HAN NIKEL PRATAMA berdiri pada tanggal 25 September
2021 memiliki IUP berlokasi di desa lameruru, kecamatan langgikima, kabupaten
konawe utara, Sulawesi tenggara. Di garap oleh 3 orang ahli pertambangan, dalam
merencanakan sebuah penambangan perusahaan telah merancang blok model,
estimasi sumberdaya dan cadangan serta analisis kemiringan lereng. PT. HAN
NIKEL PRATAMA memiliki cadangan tertambang sebesar 376.047,5 juta ton,
dengan target produksi sebesar 30.000 ton/bulan. Maka diketahui umur tambang
PT. HAN NIKEL PRATAMA ini selama sekitar 12 bulan. Untuk melanjutkan ke
tahap produksi, perusahaan merancang strategi penambangan (pushback) yang
mapan sehingga dapat mencapai target produksi dengan mengoptimalkan biaya
dalam angka yang kecil.

Tabel 1. Cadangan tertambang berdasarkan pit limit


Tonase
Material Volume (BCM) Ni (%) Fe (%)
(BCM)
OB 876,825.00 1,301,865.00 1.08 26.82
  876,825.00 1,301,865.00 1.08 26.82
ORE 1 182,275.00 257,965.00 1.93 24.36
ORE 2 80,200.00 118,082.50 1.38 36.1
  262,475.00 376,047.50 1.76 28.04
Total 1,139,300.00 1,677,912.50 1.34 27.3
Stripping Rasio 3,46  

3.2 Rancangan Tahapan (Pushback) Penambangan


Perancangan pushback pada dirancang berdasarkan acuan dari jumlah
target produksi bulanan yaitu 30.000 ton per bulan. Rancangan sequence tersebut
diawali pada elevasi tertinggi 310 mdpl sampai elevasi terendah 215 mdpl. Area
penambangan memiliki cadangan tertambang berdasarkan pit limit yang dibagi
menjadi 12 tahapan (pushback) penambangan. Dari hasil rancangan sequence
penambangan yang dibuat maka dapat diketahui umur tambang yaitu selama ±12
bulan dengan jumlah target produksi per bulan adalah 30.000 ton.
Pushback 1 (Bulan ke-1)
Bukaan pertama dimulai pada pushback 1 (elevasi 315 -260 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 21.075 m3 dengan tonnase 30.025
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,79% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 286.707 m3, nilai stripping ratio pada pushback 1 adalah 9,55. Luas area
bukaan 2,08 Ha.

Pushback 2 (Bulan ke-2)


Bukaan kedua dimulai pada pushback 2 (elevasi 260 -255 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 20.850 m3 dengan tonnase 30.245
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,67% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 52.890 m3, nilai stripping ratio pada pushback 2 adalah 1,75. Luas area
bukaan bertambah menjadi 2,83 Ha.

Pushback 3 (Bulan ke-3)


Bukaan ketiga dimulai pada pushback 3 (elevasi 260 -255 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 21.625 m3 dengan tonnase 30.292
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,90% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 19.405 m3, nilai stripping ratio pada pushback 3 adalah 0,64. Luas area
bukaan bertambah menjadi 2,91 Ha.

Pushback 4 (Bulan ke-4)


Bukaan keempat dimulai pada pushback 4 (elevasi 260 -255 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 18.950 m3 dengan tonnase 27.060
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,59% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 64.165 m3, nilai stripping ratio pada pushback 4 adalah 2,37. Luas area
bukaan bertambah menjadi 3,53 Ha.

Pushback 5 (Bulan ke-5)


Bukaan kelima dimulai pada pushback 5 (elevasi 255 -250 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 21.900 m3 dengan tonnase 30.877
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,97% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 97.712 m3, nilai stripping ratio pada pushback 5 adalah 3.16. Luas area
bukaan bertambah menjadi 4,66 Ha.

Pushback 6 (Bulan ke-6)


Bukaan keenam dimulai pada pushback 6 (elevasi 255 -250 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 21.625 m3 dengan tonnase 30.630
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,87% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 97.712 m3, nilai stripping ratio pada pushback 6 adalah 3.19. Luas area
bukaan bertambah menjadi 4,66 Ha.

Pushback 7 (Bulan ke-7)


Bukaan ketujuh dimulai pada pushback 7 (elevasi 250 -245 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 21.375 m3 dengan tonnase 30.622
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,62% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 139.790 m3, nilai stripping ratio pada pushback 7 adalah 4,56. Luas area
bukaan bertambah menjadi 4,82 Ha.

Pushback 8 (Bulan ke-8)


Bukaan kedelapan dimulai pada pushback 8 (elevasi 245 -230 mdpl) yang
memiliki total volume cadangan sebesar 20.525 m3 dengan tonnase 30.177
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,45% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 184.135 m3, nilai stripping ratio pada pushback 8 adalah 6,11. Luas area
bukaan bertambah menjadi 5,98 Ha.

Pushback 9 (Bulan ke-9)


Bukaan kesembilan dimulai pada pushback 9 (elevasi 245 -230 mdpl)
yang memiliki total volume cadangan sebesar 21.325 m3 dengan tonnase 31.320
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,42% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 150.170 m3, nilai stripping ratio pada pushback 9 adalah 4,79. Luas area
bukaan bertambah menjadi 6,49 Ha.

Pushback 10 (Bulan ke-10)


Bukaan kesepuluh dimulai pada pushback 10 (elevasi 230 -225 mdpl)
yang memiliki total volume cadangan sebesar 21.775 m3 dengan tonnase 31.287
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,91% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 50.497,50 m3, nilai stripping ratio pada pushback 10 adalah 1,61. Luas
area bukaan bertambah menjadi 6,58 Ha.

Pushback 11 (Bulan ke-11)


Bukaan kesebelas dimulai pada pushback 11 (elevasi 225 -220 mdpl)
yang memiliki total volume cadangan sebesar 22.200 m3 dengan tonnase 31.792
WMT. Kadar Ni rata-rata 1,99% dan jumlah volume material pengotor (ob/waste)
adalah 123.210 m3, nilai stripping ratio pada pushback 11 adalah 3,88. Luas area
bukaan bertambah menjadi 7,21 Ha.

Pushback 12 (Bulan ke-12)


Bukaan keduabelas dimulai pada pushback 12 (elevasi 225 -215 mdpl)
yang memiliki total volume cadangan sebesar 29.250 m3 dengan tonnase
41.737,5 WMT. Kadar Ni rata-rata 1,84% dan jumlah volume material pengotor
(ob/waste) adalah 35.470 m3, nilai stripping ratio pada pushback 12 adalah 0.85.
Luas area bukaan bertambah menjadi 7,21 Ha.

Tabel 2. Estimasi jumlah pengupasan ob/waste dan ore pada Pushback


Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 2 2,325.00 3,337.50 1.4 38.87
Pushback
Ore 1 18,750.00 26,687.50 1.84 22.96
Bulan 1 9.55
Total Ore 21,075.00 30,025.00 1.79 24.72
OB/Waste 193,225.00 286,707.50
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 11,500.00 16,452.50 1.92 26.11
Pushback
Ore 2 9,350.00 13,792.50 1.37 35.5
Bulan 2 1.75
Total Ore 20,850.00 30,245.00 1.67 30.39
OB/Waste 35,525.00 52,890.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 20,750.00 29,052.50 1.92 23.79
Pushback
Ore 2 875.00 1,240.00 1.41 39.72
Bulan 3 0.64
Total Ore 21,625.00 30,292.50 1.9 24.45
OB/Waste 13,125.00 19,405.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 2 6,725.00 9,832.50 1.38 34.89
Pushback
Ore 1 12,225.00 17,227.50 1.71 24.17
Bulan 4 2.37
Total Ore 18,950.00 27,060.00 1.59 28.07
OB/Waste 43,325.00 64,165.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 20,275.00 28,455.00 2.01 13.86
Pushback
Ore 2 1,625.00 2,422.50 1.4 39.55
Bulan 5 3.16
Total Ore 21,900.00 30,877.50 1.97 15.87
OB/Waste 65,875.00 97,712.50
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 18,450.00 25,970.00 1.95 19.89
Pushback
Ore 2 3,175.00 4,660.00 1.37 34.64
Bulan 6 3.19
Total Ore 21,625.00 30,630.00 1.87 22.14
OB/Waste 65,875.00 97,712.50
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 12,325.00 17,312.50 1.8 17
Pushback
Ore 2 9,050.00 13,350.00 1.4 36.82
Bulan 7 4.56
Total Ore 21,375.00 30,662.50 1.62 25.63
OB/Waste 94,400.00 139,790.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 2 15,075.00 22,297.50 1.38 36.71
Pushback
Ore 1 5,450.00 7,820.00 1.65 27.56
Bulan 8 6.11
Total Ore 20,525.00 30,117.50 1.45 34.33
OB/Waste 124,250.00 184,135.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 4,875.00 7,132.50 1.57 35.78
Pushback
Ore 2 16,450.00 24,187.50 1.38 34.73
Bulan 9 4.79
Total Ore 21,325.00 31,320.00 1.42 34.97
OB/Waste 100,625.00 150,170.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 19,025.00 27,232.50 1.99 30.28
Pushback
Ore 2 2,750.00 4,055.00 1.39 32.73
Bulan 10 1.61
Total Ore 21,775.00 31,287.50 1.91 30.6
OB/Waste 34,100.00 50,497.50
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 14,825.00 20,892.50 2.32 31.42
Pushback
Ore 2 7,375.00 10,900.00 1.37 36.81
Bulan 11 3.88
Total Ore 22,200.00 31,792.50 1.99 33.27
OB/Waste 82,700.00 123,210.00
Keterangan Volume (BCM ) Tonase (WM T) Ni (%) Fe (%) SR
Ore 1 23,825.00 33,730.00 1.94 28.95
Pushback
Ore 2 5,425.00 8,007.50 1.41 38.65
Bulan 12 0.85
Total Ore 29,250.00 41,737.50 1.84 30.81
OB/Waste 23,800.00 35,470.00
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditunagkan oleh penulis berdasarkaan hasil penelitian
yang dilakukan di PT. HAN NIKEL PRATAMA Sulawesi Tenggara adalah :
1. Target produksi perbulan pada PT, HAN sebesar 30.000 ton/bulan
2. Umur tambang PT. HAN dengan target produksi 30,000 ton/bulan dan
cadangan ore sebesar 376.047,50 juta ton maka umur tambang sekitar 12
bulan.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat dituangkan oleh penulis dalam praktikum ini yaitu
untuk praktikum selanjutnya perlu dilakukan fieldtrip atau kunjungan lapangan
agar praktikan lebih mengerti lagi mengenai perencanaan tambang serta adanya
pengalaman dilapangan sebagai bekal untuk melangkah ke tahap observasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf, 2007, Penaksiran Cadangan, Jurusan Teknik Tambang


Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Hal. 32.

Abdul Rauf, 2007, Eksplorasi Tambang, Jurusan Teknik Tambang Fakultas


Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Hal. 11-19.

Adisoma G, ( 2010 ), Perencanaan Berdasarkan Waktu, Teknik Pertambangan


Institut Teknologi Bandung.

Adisoma G, ( 2010 ), Pengantar Perencanaan Tambang, Direktorat Jenderal


Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi

Arif I, ( 2007 ), Dasar – Dasar Perencanaan Tambang, Teknik Pertambangan


Institut Teknologi Bandung. Ensiklopedi Pertambangan Edisi ke-3. 2000
Gemcom Surpac, 2007, Introduction to Surpac, Surpac Minex Group Pty
Ltd, Western Australia

Hustrulid, W. & Kuchta, M., 2013, Open Pit Mine Planning and Design :
Vol. 1-Fundamentals, AA Balkema Publisher, Rotterdam
Brookfield, Netherland, P. 252-622.

Khairul, A., Maryanto, Usman, D.N., 2017, Perancangan Tambang (Pit Design)
dan Pentahapan Tambang Batubara Pit Blok 3 dengan Stripping Ratio 7 :
1 di PT Inti Bara Perdana, Desa Lubuk Sini, Kecamatan Taba Penanjung,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, Prosiding Teknik
Pertambangan, Vol. 3, No. 2, Hal. 696-704, ISSN 2460-6499.
Prodjosumerio, Partanto. (2009). “Tambang Terbuka”, Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

Raj K. Singhal, 2011, Mine Planning and Equipment Selection, AA


BalkemaPublisher, Rotterdam Brookfield, Netherland, P. 39-80.

Sulistyana W, ( 2010 ), Kursus Singkat Dua Hari Permodelan Sumberdaya /


Cadangan di Bidang Geologi Pertambangan, Bandung.

Waterman Sulistyana, 2010, Perencanaan Tambang, Anugerah Print,


Danguran, Klaten, Hal. 47-66.

Anda mungkin juga menyukai