Maseral grup Liptinit (Exinit) dan maseral grup Inertinit pada Browncoal dan
Hardcoal mempunyai nama yang sama. Korelasi grup maseral Huminit pada
Browncoal dan Vitrinit pada Hardcoal dapat terlihat pada Tabel 3.
Pada batubara dengan rank rendah (browncoal), maka Liptinit yang relatif
kaya akan Hidrogen, mempunyai reflektifitas yang paling rendah. Sementara
Inertinit, yang relatif kaya akan unsur karbon , mempunyai reflektifitas yang
paling tinggi (Gambar 1).
Menurut Teichmueller (1987) dan Alpern & Lemos de Sousa (1970) Liptinit
pada batubara mempunyai kandungan zat terbang paling rendah dan bisa
mencapai harga reflektifitas yang sama dengan Vitrinit pada rank batubara
dengan R-Vitrinit kira-kira 1,5% (Gambar 2).
BROWNCOAL HARDCOAL
Grup Subgrup Maseral Maseraltyp Maseraltyp Maseral Grup
Maseral Maseral Maseral
Textinit
Humotelinit Ulminit Texto-Ulminit Telinit 1 Telinit
Eu-Ulminit Telinit 2
Humodetrinit Atrinit Vitrodetrinit
Densinit Desmocollinit
Huminit Detrogelinit Vitrinit
Gelinit Levigelinit Telogelonit Telocollinit Collinit
Humocollinit Eugelinit Gelocollinit
Porigelinit
Corpo- Phlobaphinit Corpocollinit
huminit
Pesudo-
phlobaphinit
Vitrinit pada dasarnya berasal dari selulosa (C6 H10 O5) dan lignin dinding sel
pada tumbuhan. Beberapa maseral pada grup Vitrinit berasal dari Tanin
yang terimpregnasi pada dinding sel atau sebagai pengisi rongga sel.
Protein dan Lipide juga merupakan material pembentuk dari Vitrinit (seperti
Huminit). Maseral ini dapat dikenal dari fraksi aromatik yang tinggi dan kaya
akan Oksigen.
1. GRUP VITRINIT
Reflektifitas maseral Huminit dan Vitrinit naik secara teratur selama proses
pembatubaraan (Teichmueller, 1987, 1989; Stach, 1982; Alpern & Lemos de
Sousa, 1970).
Textinit A dikenal dari reflektifitasnya yang rendah akibat dari sisa selulosa
atau resin yang terimpregnasi pada dinding sel, walaupun impregnasi resin
Ruang sel pada telinit sering terisi oleh Collinit, terkadang juga oleh Resinit,
Mikrinit dan mineral. Telocollinit tumbuh dari selserat terhumifikasi dan
terawetkan baik. Material asalnya adalah sisa tumbuhan yang kaya Lignin
yang berubah secara pelan dalam humus. Oleh karena itu maka telocollinit
merupakan indikator untuk kumpulan tumbuhan kayu (tumbuhan besar).
Humodetrinit berasal dari campuran pragmen sel, amorf dan partikel
humickoloid, jumlahnya naik dengan naiknya tingkat gelifikasi. Gelifikasi
mulai dari maseral Attrinit melalui Densinit dan kemudian berakhir pada
Detrogelinit yang merupakan maseraltyp pada grup Humocollinit
(Teichmueller, 1989). Biasanya Humodetrinit berasal dari tumbuhan perdu
dan Angiosperm karena mudah terhancurkan. Von der Brelie dan Wolf
(1981a) mengatakan bahwa Humodetrinit bisa dihasilkan dari hutan gambut
yang teroksidasi.
Alpern (1966) membagi Collinit menjadi dua sub maseral, yakni Humocollinit
(Telocollinit menurut ICCP) dan Heterocollinit (Desmocollinit menurut ICCP)
dan untuk kedua Collinit ini Brown et. al. (1964) menyebut masing-masing
dengan Vitrinit A dan Vitrinit B.
Gelinit pada browncoal adalah serat tumbuhan yang secara total tergelifikasi
geokimia (Telogelinit) atau humic detritus yang tergelifikasi (Detrogelinit)
atau gel murni yang berasal dari larutan koloid pengisi ruang sel (Eugelinit).
Gelifikasi Geokimia meningkat dibawah air. Kondisi ini khas untuk type fasies
anaerobik di bawah permukaan air, seperti Humic Gyttjae (Teichmueller,
1950; Diessel, 1986; Lamberson et.al., 1991). Bagaimanapun juga oksidasi
karena air dalam gambut dan browncoal mengakibatkan oksidasi dini.
Batubara yang kaya akan Kalsium kaya akan Gelinit. Sering terpresipitasi
sebagai Ca-Humat (Dopplerit). Gelinit pada stadium browncoal terkorelasi
dengan Collinit pada Hardcoal.
2. GRUP LIPTINIT
Liptinit berasal dari organ tumbuhan (ganggang, spora, kotak spora, kutikula
dan getah), yang relatif kaya dengan ikatan alifatik sehingga kaya akan
hidrogen (Techmueller, 1982; Wolf, 1988) atau bisa juga sekunder, terjadi
selama proses pembatubaraan dari bitumen.
Sifat optis (Refektivitas rendah dan fluoresense tinggi) dari Liptinit mulai
gambut dan batubara pada rank rendah sampai pada batubara sub-
bituminus relatif stabil (Techmueller, 1989).
Sporinit terbentuk dari bagian luar dinding sel spora dan kotak spora. Secara
kimia substansi ini mengandung sporopollenin. Pada lingkungan yang kaya
akan kalsium dan relatif kering, spora dan kotak spora akan terhancur
dengan kuat oleh bakteri. Tetapi dalam lingkungan yang basah (di bawah
air) spora dan kotak spora terawetkan dengan baik (Teichmueller, 1989).
Kulit spora sering sama-sama tertindih sehingga ruang dalam spora hanya
bisa dikenali sebagai satu garis hitam di bagian tengah (Gambar 4 dan 5).
Bagian luar spora terpisahkan secara simetris. Berdasarkan besarnya
sporinit dibagi menjadi megasporinit dan mikrosporinit. Mikrosporinit lebih
kecil dari 100 mikrometer. Berdasarkan pada ketebalan dindingnya maka
mikrosporinit dibagi menjadi dua, yaitu Tenuisporinit yang mempunyai
dinding yang tipis dan Crassisporinit yang mempunyai dinding yang tebal
(Stach, 1982).
Cutinit berasal dari kutikula dan lapisan kutikula yang biasanya berada pada
permukaan daun, cabang dan bagian lain dari tumbuhan sebagai pelindung
dari kekeringan. Substansi kimianya disebut cutin dan komposisinya adalah
asam lemak dan lilin. Dalam sayatan yang tegak lurus dengan perlapisan,
cutinit mempunyai lapisan berbentuk gigi yang unik dengan berbagai
ketebalan. Dalam sayatan yang lain sering terlihat sebagai struktur jaring
(Gambar 6 dan 7).
Suberinit, resinit dan fluorinit berbeda dengan sporinit, alginit dan cutinit.
Material asalnya hanya diketahui secara umum. Suberinit berasal dari
lapisan suberin dari dinding sel yang tergabuskan khususnya kulit kayu.
(B)
Suberin adalah polimer yang mengandung asam lemak dan ester gliserin
(Treiber, 1957). Suberin tidak hanya terdapat pada kulit kayu tetapi juga
pada permukaan akar, buah dan berfungsi sebagai pelindung dari
kekeringan. Pemunculan suberinit sering pada brown coal tersier dimana
dinding sel yang tipis, reflektivitas rendah dan berfluoresense dari suberinit
mengelilingi suatu material dengan reflektivitas tinggi, biasanya berbentuk
tabular, sebagai pengisi ruang sel dan disebut phlobaphinit. Pada batubara
mezosoikum, suberinit sangat jarang dan pada batubara karbon tidak
terdapat suberinit (Teichmueller, 1989).
Resinit berasal dari resin, balsem, lateks, lemak dan lilin. Secara kimia resinit
dibedakan menjadi terpen resin (yang berasal dari resin, balsam, copals,
lateks dan minyak essensial) dan lipid resin (berasal dari lemak dan lilin).
Terpin adalah produk hasil kondensasi yang relatif stabil dari molekul
isoprene (C6H8). Lipid dari lemak dan lilin merupakan campuran yang dapat
diekstak dari asam lemak (dari ester gliserin atau lemak atau asam lemak
dengan alkohol yang tinggi atau lilin). Secara botani resin merupakan sekresi
dari dinding sel pada ruang sel dan kanal. Beberapa konifern menghasilkan
resin (kalau terluka), dan resin ini menghasilkan resinit pada batubara.
Karena perbedaan material asal, maka resinit akan muncul dengan berbagai
Resin muncul sebagai pengisi sel pada telocollinit atau terisolasi pada
massa dasar vitrinit. Bentuk resinit yang bundar, opal atau juga tidak
beraturan menunjukkan variasi yang besar pada reflektivitas dan
fluoresensenya (Gambar 8).
Walaupun material asal dari fluorinit adalah minyak essensial tetapi karena
sifat optisnya yang khusus maka fluorinit dipisahkan dari resinit. Fluorinit
adalah relatif baru dan dapat diamati dengan mikroskop fluoresense
(Teichmueller, 1974 a, c). Dengan panjang gelombang yang pendek fluorinit
menunjukkan warna fluoresense yang berwarna kuning terang yang kuat.
Sementara dengan sinar putih fluorinit tidak dapat dibedakan dengan
mineral lempung pada batubara. Pemunculan fluorinit adalah khas pada sel
yang kecil dari phyllovitrinit dan dikelilingi oleh cutinit. Beberapa fluorinit
berasal dari sel lipoida pada daun-daun tertentu.
3. GRUP INERTINIT
Sifat khas untuk Inertinit adalah reflektivitas tinggi, sedikit atau tanpa
fluoresense, kandungan karbon yang tinggi dan sedikit kandungan hidrogen,
aromatis kuat karena beberapa penyebab, seperti pembakaran (charring),
mouldering dan penghancuran oleh jamur, gelifikasi biokimia dan oksidasi
serat tumbuhan. Menurut Teichmueller (1982 a) inertinit berasal dari melanin
(inertinit primer).
Pada meta-antrasit, reflektan vitrinit menjadi lebih tinggi dari reflektan inertinit
(Alper & Lemos de Sousa, 1971). kandungan hidrogen yang tinggi dari vitrinit
dan kecenderungan pembentukan grafit yang lebih awal merupakan
penyebab kondisi ini (Teichmueller, 1987b).
Ruang sel yang bulat, oval atau memanjang pada semi fusinit dapat diisi
oleh mineral lempung, karbonat, pyrit atau kadang juga oleh eksudatinit dan
resinit. Akibat penghancuran dinding sel muncul potongan-potongan fusinit
yang khas yang disebut Bogenstruktur.
Karena gambut dan brown coal resen mengandung lebih sedikit fusinit dan
semifusinit dibanding pada hard coal maka Teichmeuller (1982 a)
mengambil kesimpulan bahwa fusinit dan begitu juga inertinit yang lain
terutama terbentuk pada proses pembatubaraan (rank fusinit). Dapat
dikatakan serat kayu berubah menjadi fusinit pada proses pembatubaraan.
Konsep ini didukung pula oleh penelitian Smith dan Cook (1980) terhadap
batubara dari Australia. Diungkapkan bahwa banyak inertinit antara gambut
dan high volatile bitumious coal (Rmax = 0,2 - 0,9 %) reflektivitasnya berubah
secara drastis. Fusinit seperti ini dapat juga terjadi dari sifat material
tumbuhan awal.
Bartram et. al. (1987, dikutip dari Teichmueller 1989) dengan penelitian
terhadap batubara dari Yorkshire, England dan Goodarzi (1984, dikutip juga
dari Teichmueller, 1989) dengan penelitian batubara dari Kanada
mengatakan bahwa sclerotinit adalah transculent (transparan) dan
mempunyai fluoresense (berlawanan dengan pendapat yang lain).
Inertodetrinit dipakai untuk partikel inertinit yang kecil karena besar butirnya
yang lebih kecil dari 30 mikro meter sulit untuk dimasukkan ke dalam
Sebagai detritus partikel inertinit dapat ditransport oleh air dan angin untuk
jarak yang jauh karena tahan terhadap pelapukan kimia. Sering
pengendapan inertodetrinit bersama sporinit dan alginit sehingga dapat
menunjukkan bahwa kondisi asalnya adalah kering, terbentuk dalam kondisi
oksidasi, tertransport dan terendapkan pada lingkungan di bawah air
(sekunder).
SOAL-SOAL