Anda di halaman 1dari 12

Genesis Cebakan Mineral dan Batubara

Pertemuan 12

Oleh:

Dr. Ir. Irzal Nur, MT.


Dr. phil. nat. Sri Widodo, ST. MT.
Skema sebuah highmoor/hochmoor (Gothich, 1986)
Verlandung moor
Faktor-faktor fasies pada pembentukan gambut:

Fasies batubara diekspresikan melalui komposisi maseral, kandungan


Mineral, komposisi kimia (S, N, H/C, Vitrinit) dan tekstur.

Faktor-faktor fasies yang menentukan karakteristik primer batubara:


• Tipe pengendapan (authochtonous, allochtonous)
• Rumpun tumbuhan pembentuk
• Lingkungan pengendapan (telmatic, limnic, brackish-marine/payau, Ca-rich)
• Nutrien supply (eutrophic, oligotrophic)
• PH, Aktivitas bakteri, persediaan sulfur
• Temperatur gambut
• Potensial redok (aerobic, anaerobic)
Tipe Pengendapan batubara:
• Autochtonous: Tempat batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya
proses pembatubaraan dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan
berkembang (hidup). Istilah autochtonous dikenal juga dengan istilah “Insitu”.

• Allochtonous: Endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen


berasal dari tempat lain. Tempat terbentuknya batubara berbeda dengan
tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati. Istilah ini disebut juga
“Drift”

Rumpun tumbuhan pembentuk batubara:


Berdasarkan rumpun tumbuhan pembentuk dikenal empat tipe rawa:
1. Rawa daerah terbuka dengan tumbuhan air (in part submerged). Tumbuhan di
daerah in terendam air dan jenis tumbuhannya bermacam-macam.
2. Open reed swamps, daerah ini hanya ditumbuhi oleh jenis rumput-rumputan
yang membutuhkan air banyak.
3. Forest swamps, yakni rawa dengan tumbuhan kayu.
4. Moss swamps, yakni rawa dengan tumbuhan lumut-lumutan.
Lingkungan Pengendapan:

Lingkungan pengendapan batubara dibagi atas empat bagian:

1. Telmatis/terrestrial: Lingkungan pengendapan ini menghasilkan gambut


yang tidak terganggu dan tumbuhannya tumbuh di situ (forest peat, reed
peat dan high moor moss peat).

2. Limnis/subaquatik/lingkungan bawah air, terendapkan di rawa danau.


Batubara yang terendapkan pada lingkutan telmatis dan limnis sulit
dibedakan karena pada forest swamp biasanya ada bagian yang berbeda di
bawah air (feed swamp).

3. Payau/Marine: Batubara pada lingkungan ini memiliki ciri khas, yaitu kaya
abu, sulfur dan nitrogen serta mengandung fosil laut.

4. Ca-rich: Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini kaya akan Kalsium
(Ca), mempunyai ciri yang sama dengan batubara yang terendapkan pada
lingkungan marine.
Persediaan Bahan Makanan:
Dibedakan dari ketersediaan banyak-sedikitnya nutrisi (bahan makanan) pada
cekungan (rawa) batubara:

1. Rawa Eutrophic: Rawa yang kaya akan bahan makanan (menerima air dari
air tanah yang banyak mengandung bahan makanan terlarut.

2. Rawa Mesotropic: Rawa transisi antara eutrophic dan oligotriphic

3. Rawa Oligotropic: Rawa yang miskin akan bahan makanan (hanya


mengandalkan air hujan).

pH, Aktivitas bakteri dan sulfur:


- Keasaman gambut mempengaruhi keberadaan bakteri dan mempengaruhi
pengawetan/struktur sisa tumbuhan.
- Bakteri hidup dengan baik pada kondisi 7 – 7,5 (kondisi netral)
- Low moor/nieder moor peat memiliki pH antara 3,8 - 6,5
- High moor/hoch moor peat memiliki pH antara 3,3 - 4,6
- Bakteri sulfur mengambil S dari sulphates untuk membentuk pirit dan
markasit.
Temperatur:
Temperatur permukaan gambut memegang peranan penting untuk proses
dekomposisi primer. Pada iklim hangat dan basah membuat bakteri hidup
lebih baik sehingga proses-proses kimia akibat bakteri bisa berjalan dengan
baik. Temperatur tertinggi untuk bakteri penghancur sellulosa pada gambut
adalah 35-40°C.

Potensial Redox:

- Proses penggambutan terjadi di permukaan kalau oksigen terbatas.


Mempelajari genesa batubara dari komposisi maseral:

- Maseral pada batubara analog dengan mineral pada batuan atau bagian
terkecil dari batubara yang bisa teramati dengan mikroskop.

- Dengan mikroskop sinar pantul maseral dapat diidentifikasi berdasarkan


reflektifitasnya dan morfologinya.

- Maseral dengan sifat optis dan susunan kimia yang sama dimasukkan dalam
satu grup maseral (Stach, 1982).
Klasifikasi maseral pada brown coal (ICCP, 1975)
Grup Maseral Sub Grup Maseral Maseral Tipe Maseral
Humotelinit Textinit
Ulminit Texto-Ulminit
Eu-Ulminit
Humodetrinit Attrinit
Huminit
Densinit
Humocellinit Gelinit Porigelinit
Levigelinit
Corpohuminit Phlobaphinit
Pseudophlobaphinit
Sporinit
Cutinit
Resinit
Suberinit
Liptinit
Alginit
Liptodetrinit
Chloriphyllinit
Fusinit
Semifusinit
Macrinit
Inertinit
Sclerotinit
Inertodetrinit
Klasifikasi maseral pada hard coal (ICCP, 1975)
Grup Maseral Maseral Tipe Maseral
Telinit
Collinit Telicollinit
Gelocollinit
Vitrinit
Desmocollinit
Corpocollinit
Vitrodetrinit
Sporinit
Cutinit
Resinit
Alginit
Suberinit
Liptinit
Bituminit
Flourinit
Exsudatinit
Clorophyllinit
Liptodetrinit
Fusinit
Semifusinit
Sclerotinit
Inertinit
Macrinit
Inertodetrinit
Micrinit
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai