Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISASI BAHAN TAMBANG

PERTEMUAN 15
IDENTIFIKASI KROMATOGRAM
Bagaimana cara membaca kromatogram?
Selama bertahun-tahun kromatografi telah mendapatkan posisi
yang patut ditiru di laboratorium analitik yang melibatkan
pemisahan dan penghitungan campuran senyawa organik. Namun,
kromatogram bukanlah tampilan hasil dalam satuan konsentrasi,
melainkan tampilan grafis dalam waktu nyata dari puncak yang
dihasilkan saat komponen terpisah melewati detektor.

Kromatogram tidak masuk akal bagi orang awam karena


puncaknya tidak memberikan informasi tentang identitas
komponen campuran maupun informasi tentang jumlah yang ada.
Pertama-tama, Anda perlu memahami apa yang digambarkan
oleh kromatogram. Kromatogram adalah plot dua dimensi dengan
sumbu ordinat yang memberikan konsentrasi dalam hal respons
detektor dan absis mewakili waktu. Detektor memberikan respon
sebagai puncak yang tingginya harus bergantung pada
konsentrasi komponen tertentu.
Gambar 1. Waktu retensi pada chromatogram
Namun, karena kondisi analisis, puncak dapat menyimpang dari
bentuk ideal dan ketinggian puncak tidak dapat lagi menjadi ukuran
konsentrasi yang sebenarnya dan sebaliknya area di bawah puncak
dianggap sebagai ukuran konsentrasi komponen.

Setiap puncak mewakili komponen yang ada dalam sampel. Waktu


retensi adalah interval waktu antara injeksi sampel dan waktu
puncak maksimum. Ini adalah karakteristik identitas komponen dalam
kondisi pengoperasian. Identitas komponen dapat dikonfirmasi
dengan menginjeksi bahan referensi dalam kondisi operasional yang
sama. Pencocokan waktu retensi bahan referensi dan puncak
komponen menegaskan identitas komponen sampel yang tidak
diketahui.
Sekarang mari kita pertimbangkan sampel yang berisi lebih dari
satu komponen sampel. Demikian juga setiap komponen akan dielusi
pada waktu retensi yang berbeda tergantung pada interaksi fase
diam-terlarut dan karakteristik aliran fase gerak.
Gambar 2. Contoh chromatogram hasil analisis GC-MS pada
Sampel batubara yang berasal dari Kalimantan
Timur (Indonesia).
Gambar 3. Contoh chromatogram hasil analisis GC-MS pada
Sampel batubara yang berasal dari Kalimantan
Timur (Indonesia).
H
H

H
H
H
H H

Gambar 4. Contoh Spektrum massa Aromatenfraktion oleanane derivative 2,2,4aß,9-


tetramethyl-1,2,3,4,4a,5,6,14bß-octahydropicene. Conto batubara ABK-2 dari
Mahakam Delta Kalimantan Timur (Indonesien).
Gambar 5. Contoh Spektrum massa Aromatenfraktion Tetra aromatiches lupan. Conto
batubara ABK-2 dari Mahakam Delta Kalimantan Timur (Indonesien).
Gambar 6. Contoh Spektrum massa fraksi aromatik 1,2,9-trimethyl-1,2,3,4-tetrahydro-
plicene sampel batubara ABK-2 dari Mahakam Delta Kalimantan Timur (Indonesien).
BBE-16-3 3355 (63.727) Cm (3344:3355-(3432:3455+3238:3326)) Scan EI+
165 4.60e5
100

% 430
164
295

166 431
57 296
71 83 91 98 121 136 143 179 205 231 257 277 323 338 353 432 478 484 489
381 410
0 m/z
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500

Gambar 7. Contoh Spektrum massa α-Tocopherol identified sampel batubara BBE-16


dari Mahakam Delta Kalimantan Timur (Indonesien).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai