Anda di halaman 1dari 13

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN


Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

Lampiran Surat Ketetapan Nomor : 012/TAP/BPM FT-UH/VII/2021

TENTANG
PEDOMAN PERADILAN
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1
Ketentuan Umum
Dalam ketetapan ini yang dimaksud dengan :
1. Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin selanjutnya disingkat
OKFT-UH.
2. Kongres Mahasiswa Teknik Universitas Hasanuddin yang selanjutnya disingkat KMT-UH adalah
forum pengambilan Keputusan dan Ketetapan tertinggi dalam OKFT-UH
3. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang selanjutnya disingat
BPM FT-UH adalah lembaga legislatif dan yudikatif tertinggi dalam lingkup OKFT-UH.
4. Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang selanjutnya disingkat SMFT-
UH adalah lembaga eksekutif tertinggi dalam lingkup OKFT-UH.
5. Anggota adalah seluruh mahasiswa Fakultas Teknik yang telah ditetapkan oleh BPM FT-UH.
6. OKD FT-UH mengacu pada PDOKFT-UH adalah Organisasi Kemahasiswaan Departemen
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
7. Musyawarah Mahasiswa Departemen Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang selanjutnya
disingkat MMD FT-UH merupakan forum pengambilan keputusan dan ketetapan tertinggi di
tingkat OKD FT-UH
8. Dewan Musyawarah Mahasiswa Departemen Fakultas Teknik yang kemudian disingkat DMMD
FT-UH mengacu pada PDOKFT-UH adalah badan legislatif dan yudikatif dalam lingkup OKD
FT-UH.
9. Himpunan Mahasiswa Departemen Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang kemudian
disingkat HMD FT-UH mengacu pada PDOKFT-UH adalah lembaga eksekutif dalam lingkup
OKD FT-UH.
10. Keadilan sosial adalah diperlakukan sama sesuai hak dan kewajiban.
11. Pelapor adalah pihak yang memberikan laporan atau aduan tentang terjadinya sebuah
pelanggaran.
12. Terlapor adalah pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran oleh Pelapor.
13. Tersangka yaitu seseorang atau pihak yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pelanggaran.
14. Terdakwa ialah seorang atau pihak Tersangka yang diperiksa, dituntut, dan diadili dalam
persidangan.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

15. Saksi adalah orang yang menyampaikan laporan dan/atau orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan alami sendiri.
16. Terhukum ialah seorang atau pihak Terdakwa yang telah dibuktikan kesalahannya melakukan
tindak pelanggaran oleh lembaga peradilan.
17. Pendamping Hukum ialah seorang yang melakukan pembelaan kepada tersangka atau terdakwa
di dalam sidang peradilan.
18. Pedoman Peradilan BPM FT-UH adalah aturan operasional yang mengatur tentang mekanisme
peradilan BPM FT-UH dan sanksi terhadap pelanggaran aturan-aturan.

Pasal 2
Asas
Pedoman Peradilan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin disusun
dengan berasaskan keadilan sosial.

Pasal 3
Landasan
Pedoman Peradilan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universtas Hasanuddin disusun
dengan berlandaskan dan mengacu pada PDOKFT-UH

Pasal 4
Tujuan
Pedoman Peradilan BPM FT-UH bertujuan untuk:
1. Memelihara kondusifitas dan ketertiban OKFT-UH.
2. Sebagai landasan dan pedoman bagi pemberian sanksi terhadap pelanggaran aturan-aturan dan
mekanisme organisasi.

BAB II
LEMBAGA PERADILAN

Pasal 5
Lembaga-lembaga Peradilan
Lembaga-lembaga dengan kewenangan peradilan dalam lingkup OKFT-UH adalah sebagai berikut :
1. BPM FT-UH.
2. DMMD FT-UH.
3. KMT-UH
4. MMD FT-UH
5. Komisi-komisi di bawah BPM FT-UH atau DMMD FT-UH yang dibentuk khusus untuk
membantu menjalankan fungsi dan wewenang peradilan.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

Pasal 6
Tugas dan Wewenang Lembaga Peradilan
1. Mengambil Keputusan dan Ketetapan yang menyangkut kepentingan anggota dan kepentingan
lembaga.
2. Melakukan penyidikan dan pengawasan terhadap jalannya mekanisme organisasi dan aturan-
aturan yang berlaku dalam lingkup OKFT-UH.
3. Melakukan peradilan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam lingkup OKFT-UH.

BAB III
BENTUK-BENTUK PERADILAN

Pasal 7
Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan peradilan yang menjalankan fungsi kehakiman bagi kasus-kasus
pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh warga OKFT-UH secara umum.

Pasal 8
Peradilan Khusus
Peradilan khusus merupakan peradilan yang menjalankan fungsi kehakiman bagi kasus-kasus tertentu
dan/atau kasus-kasus pelanggaran yang berhubungan dengan kelembagaan. Adapun pelanggaran yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pelanggaran yang dilakukan oleh Ketua-Ketua Lembaga.
2. Pelanggaran-pelanggaran PDOKFT-UH yang dilakukan oleh Organisasi Kemahasiswaan.

BAB IV
SUBJEK PERMASALAHAN

Pasal 9
Pelapor
Pihak pelapor dalam dugaan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 7 Peradilan Umum
dan Pasal 8 Peradilan Khusus adalah :
1. Perorangan anggota OKFT-UH
2. Lembaga kemahasiswaan dalam lingkup OKFT-UH

Pasal 10
Terlapor
Pihak terlapor dalam dugaan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 7 Peradilan Umum
dan Pasal 8 Peradilan Khusus adalah :
1. Perorangan anggota OKFT-UH
2. Lembaga kemahasiswaan dalam lingkup OKFT-UH
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 11
Hak Saksi
1. Berhak memberikan keterangan dan/atau memberikan klarifikasi tentang keterangan yang
diberikan.
2. Hak untuk dilakukan pemeriksaan di luar persidangan jika memang saksi dapat memberikan
alasan yang patut dan wajar bahwa ia tidak dapat menghadiri persidangan.
3. Berhak untuk memberikan keterangan tanpa tekanan dari pihak siapapun atau dalam bentuk
apapun.
4. Berhak menolak untuk menandatangani berita acara yang memuat keterangannya dengan
memberikan alasan yang kuat.
5. Berhak untuk didampingi oleh seorang penerjemah jika saksi tersebut bisu dan/atau tuli serta
tidak dapat menulis.
6. Hak untuk menarik keterangan dan kesaksian selambat-lambatnya sebelum lembaga peradilan
menyampaikan dakwaan kepada tersangka.
7. Berhak untuk meminta ke lembaga peradilan untuk merahasiakan identitasnya.

Pasal 12
Kewajiban Saksi
1. Menghadiri undangan sidang peradilan untuk dimintai keterangan dan klarifikasi terkait aduan
dan laporan yang diberikan, kecuali saksi berhalangan hadir seperti yang dimaksud pada Pasal
11 Hak Saksi ayat (2)
2. Menyatakan sumpah dan janji menurut agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan
keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya sebelum memberikan
kesaksian di dalam sidang peradilan.
3. Saksi wajib tetap hadir di sidang setelah memberikan keterangannya.
4. Saksi dilarang untuk bercakap-cakap di dalam persidangan kecuali dimintai oleh pimpinan
sidang.

Pasal 13
Hak Tersangka dan Terdakwa
1. Berhak untuk segera diperiksa oleh Lembaga Peradilan.
2. Berhak segera diajukan ke sidang peradilan.
3. Berhak segera diadili dan mendapat putusan peradilan.
4. Berhak untuk menyampaikan keterangan dengan alasan yang jelas dan patut untuk
dipertimbangkan tentang alasan ketidakhadirannya ketika dipanggil oleh persidangan.
5. Hak untuk melakukan pembelaan
a. Diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang dimengerti oleh tentang apa yang
disangkakan kepadanya.
b. Hak pemberitahuan sebelum waktu pemeriksaan mulai dilakukan kepada tersangka.
c. Berhak untuk didampingi oleh seorang pendamping hukum di dalam persidangan.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

Pasal 14
Kewajiban Tersangka dan Terdakwa
1. Wajib untuk menghadiri sidang peradilan.
2. Menyatakan sumpah dan/atau janji menurut agamanya masing-masing, bahwa ia akan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya sebelum
memberikan keterangan dalam sidang peradilan.
3. Diwajibkan menghadirkan bantuan hukum jika didakwa dengan sanksi pencabutaan status
keanggotaan OKFT-UH

Pasal 15
Hak Pendamping Hukum
1. Hak kebebasan dan kemandirian dalam memberikan pendapat dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang peradilan.
2. Hak untuk tidak dapat dituntut oleh lembaga peradilan dengan iktikad baik untuk kepentingan
pembelaan tersangka atau terdakwa dalam sidang peradilan.
3. Hak meminta informasi berupa data dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan kepentingan
yang diperlukan untuk melakukan pembelaan.
4. Hak untuk menyatakan keberatan atau pengajuan banding atas dakwaan yang dijatuhkan oleh
lembaga peradilan setelah dakwaan dijatuhkan.
5. Hak atas kerahasiaan hubungannya dengan tersangka atau terdakwa yang didampingi yang tidak
berhubungan dengan kepentingan penyidikan.
6. Hak memberikan somasi, yaitu untuk mengingatkan kepada pihak tertentu untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Pasal 16
Kewajiban Pendamping Hukum
1. Bersungguh-sungguh melindungi dan membela kepentingan tersangka atau terdakwa yang
didampingi.
2. Menghormati lembaga peradilan dan segala perangkat didalamnya termasuk membantu pimpinan
sidang peradilan dalam mencari kebenaran.
3. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan hormat terhadap hukum,
peraturan-peraturan yang berlaku dalam lingkup OKFT-UH, atau lembaga peradilan.
4. Menggunakan atribut khusus berupa Jas Almamater Universitas Hasanuddin yang sesuai dalam
PDOKFT-UH selama dalam persidangan.

Pasal 17
Kewajiban Pimpinan Sidang Peradilan
1. Memberi keadilan kepada semua pihak dan tidak beriktikad semata-mata untuk menghukum.
2. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang khususnya pencari keadilan atau
pendamping hukumnya yang mempunyai kepentingan dalam suatu proses sidang peradilan.
3. Pimpinan Sidang Peradilan harus berperilaku jujur di dalam persidangan.
4. Menjalankan fungsi peradilan secara mandiri yaitu bebas dari pengaruh, tekanan, ancaman atau
bujukan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

5. Membatasi hubungan akrab baik langsung maupun tidak langsung dengan pelapor, terlapor,
tersangka, terdakwa, saksi, dan/atau pendamping hukum selama proses penyidikan dan peradilan
belum selesai.
6. Menghormati hak-hak semua pihak yang terlibat dalam proses peradilan dan berusaha
mewujudkan pemeriksaan perkara secara sederhana dan cepat.

BAB VI
PEMERIKSAAN DAN PUTUSAN SIDANG PERADILAN

Bagian Kesatu
Pemeriksaan Pra Persidangan

Pasal 18
Aduan dan Laporan
Aduan dan laporan disampaikan oleh pelapor kepada salah satu presidium lembaga peradilan
secara tertulis di luar persidangan atau di dalam persidangan.

Pasal 19
Syarat Laporan
1. Syarat Pelapor sebagaimana diatur pada Pasal 9 Pelapor sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas Pelapor
b. Identitas Terlapor
c. Uraian mengenai perihal yang menjadi permohonan
d. Permintaan dari pelapor
2. Pelapor melampirkan alat dan barang bukti dan/atau sekurang-kurangnya melampirkan identitas
dua orang saksi yang nantinya akan dimintai keterangan.

Pasal 20
Pemeriksaan Pendahuluan
1. Lembaga peradilan telah menerima aduan dan laporan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal
18 Aduan dan Laporan
2. Lembaga peradilan melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi sebagaimana
yang dimaksud pada Pasal 19 Syarat Laporan
3. Apabila mekanisme pada ayat ke (2) tidak dipenuhi oleh pelapor maka pelapor dapat melakukan
perbaikan terhadap laporannya sebelum pemeriksaan lebih lanjut.
4. Lembaga peradilan mengevaluasi laporan dan barang bukti oleh pelapor
5. Aduan dan laporan hanya dapat diproses lebih lanjut jika dan hanya jika diterima oleh lembaga
peradilan berdasarkan hasil evaluasi terhadap laporan dan barang bukti
6. Untuk kasus-kasus khusus yang menyangkut kepentingan OKD FT-UH yang tergabung dalam
federasi, aduan dan laporan dapat diajukan ke BPM FT-UH atau KMT-UH setelah melalui
peradilan di DMMD FT-UH atau MMD FT-UH terkait.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

Pasal 21
Penarikan Kembali Laporan
1. Pelapor dapat menarik kembali laporan yang diajukan.
2. Terhadap laporan yang telah ditarik kembali oleh pelapor, laporan tersebut tidak dapat diajukan
kembali.

Bagian Kedua
Mekanisme Sidang Peradilan

Pasal 22
Mekanisme Pemanggilan
Dalam peradilan umum untuk masalah-masalah pelanggaran aturan dan mekanisme yang berlaku di
OKFT-UH, hanya dapat dilakukan dalam peradilan di BPM FT-UH dengan mekanisme pemanggilan
dilakukan sebagai berikut :
1. BPM FT-UH telah menerima aduan dan laporan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 18
Aduan dan Laporan dan telah dilakukan pemeriksaan pendahuluan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 20 Pemeriksaan Pendahuluan, dan/atau sekurang-kurangnya
berdasarkan permintaan oleh anggota BPM FT-UH setelah dipertimbangkan melalui sidang
internal untuk melakukan pemanggilan.
2. BPM FT-UH mengundang Pelapor dan Terlapor serta pendamping hukumnya dan/atau saksi
apabila ada untuk menghadiri sidang peradilan berdasarkan hasil evaluasi aduan dan laporan
3. Mekanisme peradilan umum dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal pelapor tidak hadir di persidangan pada hari yang ditentukan tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, laporan dinyatakan gugur dan peradilan dianggap selesai.
b. Dalam hal sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3.a.) pelapor berhak memasukkan
laporannya sekali lagi.
c. Dalam hal terlapor tidak memenuhi panggilan pertama, maka status terlapor berubah
menjadi Tersangka dan selanjutnya BPM FT-UH mengeluarkan surat himbauan kepada
yang bersangkutan sebagai peringatan untuk menginformasikan status yang bersangkutan
apabila tidak menghadiri panggilan selanjutnya.
d. Apabila mekanisme pada ayat (3.c.) telah dilaksanakan, BPM FT-UH melakukan
pemanggilan kedua kepada Tersangka.
e. Apabila panggilan kedua tidak dipenuhi oleh Tersangka, maka proses klarifikasi dianggap
selesai dan Tersangka menerima segala hasil-hasil persidangan dan berubah statusnya
sebagai Terdakwa untuk selanjutnya diproses lebih lanjut sesuai ketentuan pada Pasal 23
Mekanisme Peradilan Umum ayat (11).

Pasal 23
Mekanisme Peradilan Umum
Dalam peradilan umum untuk masalah-masalah pelanggaran aturan dan mekanisme yang berlaku di
OKFT-UH, hanya dapat dilakukan dalam peradilan di BPM FT-UH dengan mekanisme pemanggilan
dilakukan sebagai berikut :
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

1. BPM FT-UH mengundang pelapor untuk menghadiri sidang peradilan dengan ketentuan
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22 Mekanisme Pemanggilan.
a. Pelapor disumpah di dalam persidangan untuk menyampaikan keterangan yang benar
tanpa pengurangan dan penambahan dari apa yang terjadi.
b. Apabila mekanisme pada ayat ke (1.a.) tidak dipenuhi oleh pelapor, laporan dianggap
tidak layak untuk diproses lebih lanjut melalui
2. Apabila pelapor hadir pada hari yang telah ditentukan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1),
maka pelapor membacakan laporannya di muka sidang.
3. Dalam hal pelapor telah membacakan laporannya, maka BPM FT-UH berhak meminta
keterangan dari pelapor
4. Apabila point (3) telah terpenuhi maka BPM FT-UH mengundang terlapor beserta pendamping
hukumnya dan/atau saksi apabila ada untuk menghadiri sidang peradilan dengan ketentuan
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22 Mekanisme Pemanggilan.
a. Terlapor disumpah di dalam persidangan untuk menyampaikan keterangan yang benar
tanpa pengurangan dan penambahan dari apa yang terjadi.
5. Terlapor dimintai keterangan terkait laporan oleh BPM FT-UH.
6. Setelah proses klarifikasi selesai, maka terlapor dipersilahkan meninggalkan ruang sidang Badan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
7. Pembahasan hasil klarifikasi dengan ketentuan, sebagai berikut:
a. Apabila Terlapor telah dianggap memiliki bukti permulaan yang patut diduga sebagai
pelaku tindak pelanggaran, maka status terlapor akan berubah menjadi Tersangka dan
akan dilanjutkan pada mekanisme sidang berikutnya.
b. Apabila Terlapor tidak cukup bukti permulaan yang patut diduga sebagai pelaku tindak
pelanggaran, Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
menyampaikan hal tersebut dan terlapor dinyatakan tidak bersalah, maka mekanisme
peradilan dianggap selesai.
8. Apabila point (5) telah terpenuhi dan status terlapor berubah menjadi tersangka maka BPM FT-
UH melakukan pemeriksaan terhadap alat dan barang bukti dan/atau memanggil saksi jika ada
untuk dimintai keterangan lebih lanjut
9. BPM FT-UH berhak melakukan pemanggilan kepada pelapor dan tersangka beserta pendamping
hukumnya untuk dimintai keterangan lebih lanjut jika dirasa perlu.
10. Pembahasan hasil pemeriksaan dan klarifikasi lebih lanjut dengan ketentuan, sebagai berikut:
a. Apabila Tersangka telah dianggap memiliki bukti yang kuat sebagai pelanggar hukum,
maka status Tersangka akan berubah menjadi Terdakwa dan akan dilanjutkan pada
mekanisme sidang berikutnya.
b. Apabila Tersangka tidak cukup bukti terbukti bersalah, Badan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin menyampaikan hal tersebut dan Tersangka
dinyatakan tidak bersalah, maka mekanisme peradilan dianggap selesai.
11. Hasil pemeriksaan dibuat dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang sekurang-kurangnya
memuat :
a. Identitas Pelapor dan Terlapor
b. Waktu dan Tempat kejadian
c. Keterangan dari pelapor, terlapor, saksi jika ada dan bukti-bukti lain
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

d. Jenis Pelanggaran yang dilakukan


e. Pasal-pasal dari aturan yang dilanggar
f. Kesimpulan pemeriksaan
g. Identitas pemeriksa
12. Pembahasan Sanksi.
13. Penyampaian dakwaan kepada terdakwa dan/atau pendamping hukumnya paling lambat 24 jam
setelah pembahasan sanksi.
14. Pengajuan banding paling lambat 3 x 24 jam setalah dakwaan disampaikan sesuai ketentuan pada
Pasal 25 Mekanisme Pengajuan Banding, apabila tidak ada pengajuan banding maka peradilan
dianggap selesai.

Pasal 24
Mekanisme Peradilan Khusus
1. Mekanisme peradilan khusus diatur tersendiri oleh lembaga yang bersangkutan dengan tetap
mengacu pada mekanisme peradilan umum.
2. Jika hasil dari peradilan memutuskan sanksi berupa pencabutan status keanggotaan OKFT-UH,
hasil-hasil peradilan diusulkan ke BPM FT-UH sebagai bentuk pelaporan dan ditindak lanjuti
oleh BPM FT-UH.

Pasal 25
Mekanisme Pengajuan Banding
1. Pengajuan Banding paling lambat 3x24 jam setelah Terdakwa dan/atau pendamping hukumnya
menerima hasil-hasil dakwaan dan memenuhi ketentuan, dengan wewenang meliputi seluruh
pemeriksaan dan segala putusan peradilan.
2. Permohonan sidang banding diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pemohon Banding dilakukan bukan untuk Terdakwa yang merupakan Terdakwa
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22 Mekanisme Pemanggilan ayat (3.e.)
b. Memiliki bukti-bukti untuk membuktikan diri tidak bersalah dan/atau menghadirkan
sekurang-kurangnya tiga orang saksi yang dapat mendukung pernyataan Terdakwa.
3. Pembahasan Hasil Banding, dengan putusan sebagai berikut:
a. Menguatkan putusan peradilan.
b. Merubah atau memperbaharui hasil putusan.
c. Membatalkan putusan peradilan.
4. BPM FT-UH menyampaikan hasil putusan banding paling lambat 24 jam setelah pembahasan
hasil banding, dan peradilan dianggap selesai.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

Bagian Ketiga
Bagan Alur Peradilan

Pasal 26
Bagan Alur Mekanisme Peradilan

Bagian Keempat
Jenis Pelanggaran dan Sanksi

Pasal 27
Jenis-jenis Pelanggaran

1. Menghilangkan dan/atau melakukan perusakan inventaris organisasi tanpa kesengajaan.


2. Penghilangan dan penyelewengan dana organisasi yang dilakukan tanpa kesengajaan.
3. Melakukan penghilangan dan/atau penyelewengan dana organisasi dengan tekanan dan paksaan
dari pihak lain.
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

4. Menyebarkan isu yang menyebabkan pencemaran nama baik OKFT-UH di luar melalui ucapan
dan tulisan.
5. Penyalahgunaan atribut-atribut organisasi.
6. Memberikan keterangan dan/atau laporan yang tidak benar yang menyebabkan kerugian bagi
pihak tertentu seperti :
a. Sumpah Palsu.
b. Keterangan Palsu
c. Laporan dan Aduan Palsu.
7. Melanggar sumpah dan/atau syarat kepengurusan yang telah disepakati.
8. Menghasut dan memaksa seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan
perkelahian, pengrusakan, dan/atau penghilangan.
9. Dengan sengaja melakukan tindak kekerasan kepada sesama Anggota OKFT-UH
10. Melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan pencemaran nama baik OKFT-UH dengan
tanpa kesengajaan.
11. Menghilangkan dan/atau melakukan perusakan inventaris organisasi dengan kesengajaan.
12. Dengan sadar dan sengaja melakukan penghilangan dan/atau penyelewengan dana organisasi.
13. Melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan pencemaran nama baik OKFT-UH dengan
sengaja.
14. Dengan sengaja melakukan tindak kekerasan kepada ketua-ketua lembaga dalam lingkup OKFT-
UH.
15. Perkelahian yang menyebabkan terjadinya kerenggangan hubungan antar lembaga di lingkup
OKFT-UH.

Pasal 28
Jenis-jenis Sanksi

1. Sanksi ringan adalah sanksi yang diberikan pada pelanggaran-pelanggaran yang dapat
menyebabkan terganggunya kelancaran mekanisme organisasi dan/atau sebagaimana yang
dimaksud pada Pasal 27 Jenis-jenis Pelanggaran ayat 1, 2, 3, 4, dan 5.
a. Denda minimal Rp. 20.000,00 (Dua Puluh Ribu Rupiah) dan maksimal Rp. 100.000,00
(Seratus Ribu Rupiah.
b. Melakukan perbaikan terhadap inventaris yang dirusak.
c. Mengganti kerugian materi 50% berdasarkan nominal yang dihilangkan disertai
pembayaran denda.
d. Surat teguran.
e. Terhukum menyampaikan permohonan maaf kepada lembaga yang dirugikan melalui
surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan yang sama disertai materai 10.000.
f. Pelanggaran-pelanggaran yang termasuk ke dalam pelanggaran dengan Sanksi Ringan
dapat disertai pemberian sanksi sedang berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dalam
Sidang Peradilan.
2. Sanksi sedang adalah sanksi yang diberikan pada pelanggaran-pelanggaran yang dapat
menyebabkan terganggunnya kelancaran mekanisme organisasi dan menyebabkan kerugian
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

materi serta pencemaran nama baik lembaga dan/atau sebagaimana yang dimaksud pada Pasal
27 Jenis-jenis Pelanggaran ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10
a. Denda minimal Rp, 100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah) dan maksimal Rp. 350.000,00
(Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)
b. Mengganti kerugian materi sekurang-kurangnya 70% dan maksimal 100% berdasarkan
nominal yang dihilangkan disertai pembayaran denda.
c. Surat teguran disertai pencabutan hak berlembaga sementara sekurang-kurangnya selama
14 hari dan maksimal selama 4 Bulan yang dipublikasikan dalam lingkup OKFT-UH.
d. Terhukum menyampaikan permohonan maaf kepada lembaga yang dirugikan melalui
surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan yang sama disertai materai 10.000 dan
dipublikasikan dalam lingkup OKFT-UH.
e. Yang Terhukum menarik dan menghapuskan konten yang telah disebarkan melalui media
tulisan.
f. Pelanggaran-pelanggaran yang termasuk ke dalam pelanggaran dengan sanksi sedang
dapat berubah menjadi sanksi berat berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dalam
sidang peradilan dan kemudian diserahkan ke BPM FT-UH.
g. Pelanggaran-pelanggaran yang termasuk ke dalam pelanggaran dengan sanksi sedang
dapat disertai pemberian sanksi ringan berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dalam
sidang peradilan.
h. Pelanggaran-pelanggaran sanksi sedang yang dapat berubah menjadi sanksi berat adalah
selain sanksi sedang yang termasuk sebagai sanksi ringan.
3. Sanksi berat adalah sanksi yang diberikan pada pelanggaran-pelanggaran yang dapat
menyebabkan terganggunya kelancaran mekanisme organisasi dan menyebabkan kerugian
materi, pencemaran nama baik, dan kerenggangan hubungan antar lembaga dan/atau
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 27 Jenis-jenis Pelanggaran ayat 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14 dan 15.
a. Pencabutan status keanggotaan OKFT-UH.
b. Pengusulan untuk ditindak lanjuti oleh Komisi Disiplin Fakultas atau pihak yang
berwenang.
c. Untuk pelanggaran dengan sanksi berat yang dilakukan dan/atau melibatkan Ketua-Ketua
Lembaga di dalam lingkup OKFT-UH diserahkan ke KMT-UH atau KMT-UH Istimewa
dan/atau MMD FT-UH atau MMD FT-UH Istimewa setelah melalui mekanisme peradilan
di lembaga peradilan dalam lingkup lembaga terkait.
d. Pelanggaran-pelanggaran yang termasuk ke dalam pelanggaran dengan sanksi berat dapat
disertai pemberian sanksi sedang berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dalam sidang
peradilan BPM FT-UH.

Pasal 29
Aturan Tambahan

Sanksi untuk pelanggaran-pelanggaran yang belum diatur pada Pasal 27 Jenis-jenis Pelanggaran, diatur
dalam persidangan BPM FT-UH atau pesidangan DMMD FT-UH dengan memperhatikan PDOKFT-
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gedung CR. Lt.1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus 2, Jl. Poros Malino, Bontomarannu, Gowa. 92171. okftunhas@gmail.com

UH, GBHOKFT-UH, dan aturan-aturan lain yang berlaku khusus dalam lingkup lembaga terkait, dan
mempertimbangkan sanksi-sanksi yang telah diatur pada Pasal 28 Jenis-jenis Sanksi.

BAB VII
PENUTUP

Pasal 30
Aturan Penutup

Pedoman Peradilan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dapat
ditinjau kembali jika terdapat kekeliruan di dalamnya. Demikian Pedoman Peradilan Badan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin disusun demi kelancaran dan ketertiban mekanisme
dan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkup OKFT-UH.

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
PERIODE 2021

HAMKA IDRUS ANDI SAFIRAH ANNISA M


Ketua/Anggota Sekretaris/Anggota

Anda mungkin juga menyukai