Anda di halaman 1dari 20

1.

Maceral beserta jenisnya


Maceral merupakan suatu hal atau pembahasan yang tak terpisahkan
dengan batubara. Maceral merupakan suatu material yang terdapat didalam
batubara yang hanya terlihat dengan menggunakan mikroskop.Maceral dari
batubara terbagi atas tiga golongan grup maceral, yaitu Vitrinite, Liptinite, dan
Inertinite.
A. MACERAL LIPTINITE
Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan
berasal dari sisa tumbuhan atau dari dari jenis tanaman tingkat rendah seperti
spora, ganggang (algae), kutikula, getah tanaman (resin) dan serbuk sari
(pollen). Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat
dibedakan menjadi sporinite (spora dan butiran pollen), cutinite (kutikula),
resinite (resin/damar), exudatinite (maseral sekunder yang berasal dari getah
maseral liptinite lainnya yang keluar pada proses pembatubaraan), suberinite
(kulit kayu/serat gabus), fluorinite (degradasi dari resinite), liptodetrinite
(detritus dari maseral liptinite lainnya), alginite (ganggang) dan bituminite
(degradasi material algae). Relatif kaya dengan ikatan alifatik sehingga kaya
akan hidrogen atau bisa juga sekunder, dimana terjadi selama proses
pembatubaraan dari bitumen.
LIPTINITE GROUP
a. Asal macerals liptinite yang berasal dari bagian tanaman seperti
spora,kutikula, dan resin.
b. Kelimpahan yang macerals liptinite umumnya membuat tentang 5-
15% dari sebagian besar Amerika Utara bara. Mereka umumnya paling
banyak diAppalachian bara. Pada suatu reflektansi dari 1,35-1,40
sebagian besar macerals liptinite menghilang dari batubara.
c. Density yang macerals liptinite memiliki kerapatan terendah dari
setiap kelompok maseral berkisar antara 1,18-1,28 gram / ml.
d. Coking Properties dalam proses coking beberapa macerals liptinite
devolatilize sebagai gas dan ter tetapi mereka juga berkontribusi
terhadap massa kokain.
e. Kimia dalam batubara diberi macerals liptinite memiliki kandungan
hidrogen tertinggi dan kadar karbon terendah.
f. Ketangguhan di polishing, yang macerals liptinite dapat menunjukkan
lega positif.
g. Reflektansi dalam batubara diberi liptinite macerals mempunyai
reflektansi terendah.


























Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya yaitu:
a. Sporinite
Sporinite adalah salah satu maseral dari grup maseral liptinite yang
paling umum yang berasal dari lapisan lilin spora fosil dan serbuk sari. Pada
umumnya maseral ini memiliki bentuk bulat pipih dengan bagian atas dan
belahan rendah dikompresi sampai datang secara bersama-
sama. Permukaan luar dari macerals sporinite sering menunjukkan berbagai
macam ornamen. Perlu dicatat bahwa dalam bagian yang paralel atau dekat
sejajar terhadap bidang perlapisan batubara, yang macerals sporinite akan
muncul untuk mengambil sebuah disk atau yang dapat berbentuk oval
dengan resinite. Dalam Paleozoikum bara dua jenis spora yang umum. Yang
lebih kecil, biasanya <100 mikron dalam ukuran disebut mikrospora dan
yang lebih besar berkisar sampai beberapa milimeter diameter disebut
megaspores.
b. Cutinite
Meskipun tidak sangat berlimpah, maseral ini umumnya ditemukan di
sebagian besar batubara dan berasal dari lapisan luar lilin daun, akar dan
batang. Hal ini terjadi sebagai stringer panjang, yang seringkali memiliki
satu permukaan yang cukup datar, dan permukaan yang lain adalah
crenulated. Cutinite biasanya memiliki reflektansi yang sama dengan yang
sporinite. Kadang-kadang stringer dari cutinite yang terdistorsi. Karena
cutinite terjadi pada fragmen lembaran dan sangat tahan terhadap cuaca,
kadang-kadang terkonsentrasi dalam cuaca.
c. Resinite
Macerals Resinite adalah mana-mana, meskipun dalam jumlah yang
kecil kecil, komponen di sebagian besar Amerika bara di bawah jenjang
menengah-volatile aspal. Mereka biasanya tidak hadir dalam bara peringkat
lebih tinggi. Meskipun macerals resinite biasanya kurang dari 3% dari
kebanyakan US bara, mereka sangat berlimpah di batubara dari Dataran
Tinggi Wasatch di Utah di mana mereka dapat ditemukan dalam jumlah
sekitar 15% dari macerals ini. macerals Resinite memiliki dua mode umum
terjadi. Pada sebagian besar Appalachian dan pertengahan barat batubara
US resinites terjadi sebagai primer (hadir pada saat deposisi) tubuh bulat
dengan sumbu panjang berkisar antara 25-200 mikrometer.
d. Alginite
Alganit adalah maceral pada batubara yang berasal dari jamur jamur
yang tumbuh pada saat pembentukan gambut dan ikut terakumulasi pada
saat proses pembatubaraan. Batubara yang pada umumnya seperti ini
banyak terbentuk pada zaman pra kambrium . Jarang terjadi di sebagian
besar batubara dan sering sulit membedakan dari materi mineral. Namun,
dalam ultra-violet menyalakannya fluoresces dengan warna kuning
cemerlang dan menampilkan penampilan seperti bunga khas.
e. Liptodetrinite
Liptodetrinite adalah bentuk klastik dari liptinite di mana fragmen
fragmen dari berbagai jenis maceral muncul berbagai liptinite sebagai
partikel tersebar.
f. Suberinit
Merupakan maceral yang terdapat dalam batubara yang
memperlihatkan atau masih menampakkan bentuk-bentuk dari serat kayu
dari bahan pembentuknya yang tidak terhancurkan secara baik pada saat
proses pembatubaraan. Dengan maceral ini, kita dapat mengetahui dari
jenis tumbuhan apa batubara tersebut terbentuk.

B. MACERAL VITRINITE
Maseral Vitrinit ialah hasil dari proses pembatubaraan materi humic
yang berasal dari selulosa (C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang
mengandung serat kayu (woody tissues) seperti batang, akar, daun, dan akar.
Vitrinite adalah bahan utama penyusun batubara di Indonesia (>80%). Di
bawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna pantul yang
lebih terang daripada kelompok liptinite, namun lebih gelap dari kelompok
inertinite, berwarna mulai dari abuabu tua hingga abuabu terang.
Kenampakan di bawah mikroskop tergantung dari tingkat pembatubaraannya
(rank), semakin tinggi tingkat pembatubaraan maka warnanya akan semakin
terang. Kelompok vitrinite mengandung unsur hidrogen dan zat terbang yang
persentasenya berada diantara inertinite dan liptinite. Mempunyai berat jenis
1,31,8 dan kandungan oksigen yang tinggi serta kandungan volatille matter
sekitar 35,75%.
a. Telinite
Telinite merupakan bagian terang vitrinit yang membentuk dinding sel.








b. Collinite
Collinite merupakan vitrinit jelas yang menempati ruang antara dinding.









c. Vitrodetrinite










C. MACERAL INERTINITE
Maseral Inertinit disusun dari materi yang sama dengan vitrinit dan
liptinit tetapi dengan proses dasar yang berbeda. Kelompok inertinite diduga
berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar dan sebagian lagi berasal dari
hasil proses oksidasi maseral lainnya atau proses decarboxylation yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Pemanasan pada awal penggambutan menyebabkan inertinit kaya akan
karbon. Sifat khas inertinit adalah reflektivitas tinggi, sedikit atau tanpa
flouresense, kandungan hidrogen, aromatis kuat karena beberapa penyebab,
seperti pembakaran (charring), mouldering dan penghancuran oleh jamur,
gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan. Sebagian besar inertinit
sudah pada bagian awal proses pembatubaraan. Maseral menghasilkan
materi yang mudah menguap (volatile matter). Materi ini banyak dihasilkan
oleh liptinit yaitu sekitar 66% sedangkan vitrinit menghasilkan 35,75% dan
inertinit menghasilkan 22,9%.

a. Micrinite
Macrinite merupakan komponen yang sangat kecil paling batubara
dan biasanya terjadi tubuh bulat telur sebagai structureless dengan
reflektansi yang sama seperti fusinite. Micrinite terjadi sebagai partikel
butiran sangat halus reflektansi tinggi. Hal ini umumnya terkait dengan
macerals liptinite dan kadang-kadang memberikan tampilan untuk benar-
benar menggantikan liptinite tersebut.











b. Semifusinite
Semifusinite memiliki tekstur sel dan fitur umum fusinite kecuali
bahwa itu adalah reflektansi rendah. Bahkan, semi-fusinite memiliki
jangkauan terbesar reflektansi dari setiap macerals berbagai batubara
terjadi dari ujung atas dari kisaran pseudovitrinite untuk fusinite. Semi-
fusinite juga yang paling banyak dari macerals inertinit.







c. Fusinite
Sebuah maseral inertinit penting adalah fusinite, yang muncul di
bawah pemeriksaan mikroskopis menjadi tidak seperti arang. Memang
mungkin berasal dari bahan hangus akibat kebakaran hutan pada tanaman
yang membentuk batubara. Hal ini juga bisa dihasilkan dari degradasi
bahan sangat reaktif dalam detritus tanaman asli. macerals inertinit lainnya
termasuk semi-fusinite dan micrinite.
Kelompok inertinit membuat sampai 5 sampai 40 persen dari yang
paling batubara. nilai reflektansi mereka biasanya yang tertinggi dalam
sampel tertentu. Yang maseral inertinit paling umum adalah fusinite, yang
memiliki penampilan seperti arang dengan tekstur sel jelas. Sel-sel dapat
berupa kosong atau diisi dengan bahan mineral, dan dinding sel mungkin
telah dihancurkan selama pemadatan (tekstur Bogen)








d. Sclerotinite
Sclerotinite terjadi sebagai badan bulat telur dengan sel-struktur,
dengan reflectances mencakup seluruh rentang inertinit.







e. Inertodetrinite







2. Rank Batubara dan kegunaan batubara
2.1. Peringkat batubara (coal rank)

Rank (Peringkat) berarti posisi batubara tertentu dalam garis
peningkatan trasformasi dari gambut melalui batubrara muda dan batubara
tua hingga grafit. Rank berdasarkan ASTM :
fixed cabon untuk batubara berperingkat tinggi, dan
Nilai kalori yang diexpresikan dalam British Thermal Unit (Btu) untuk
batubara berderajat rendah.
Sistem Amerika terdiri dari 4 grup peringkat utama dan 13 sub-grup
dengan nama masing-masing.
Misalnya low-volatle bituminous
Penamaan tersebut di atas sangat umum digunakan.


Rank berdasarkan ASTM :
Untuk batubara tua, didasarkan pada :
Volatile matter untuk peringkat tinggi,
Nilai kalori (diekspresikan dengan kalori) untuk batubara peringkat
rendah,
Batas antara batubara muda dan batubara tua terletak pada nilai kalori
5700 kCal/Kg.
Tidak ada penamaan batubara berdasakan peringkat, tetapi
perbedaannya hanya berdasarkan 9 klas batubara.
Untuk batubara muda, meskipun nilai kalori cukup bisa dipakai sebagai
parameter, komite Internasional memilih water content sebagai
indikator, dan menetapkan 6 klas (10-15) untuk batubara muda
Sistim Eropa keseluruhan mencakup 15 kelas batubara

























2.2. Pengunaan Batubara

Pada Batubara Secara garis besar Pengunaan Batubara dibagi
menjadi 3 kategori :
1. Metallurgical coals.
a. Batubara yang mempunyai apa yang disebut sebagai sifat- sifat
kuking/Coke
b. Kokas/Coke biasanya digunakan dalam proses pembuatan baja
c. Sekitar 25 % dari produksi batubara dunia.
2. Steaming coals.
a. Batubara yang dibakar untuk menaikkan ketel uap untuk pembangkit
tenaga listrik.
b. untuk pembakaran langsung dalam pabrik semen.
c. Sekitar 70 % dari produksi batubara dunia.
Penggolongan Batubara menurut
Mutu

Jenis Golongan Batas Karbon Tetap/
Nilai kalori
Sifat-sifat Fisik
I. Antrasit



1. Meta Antrasit


Karbon tetap kering > 98%
Zat terbang kering < 2%

2. Antrasit

Karbon tetap kering 92 % - 98
%
Zat terbang kering, 2% - 8 %


3. Semi antrasit

Karbon tetap kering, 80 % - 92
%
Zat terbang kering, 8 % - 14 %

Tidak menggumpal
II. Bituminous 1. b.b. bituminous
dengan zat ter-
bang rendah
Karbon tetap kering, 78 % - 86
%
Zat terbang kering, 14 % - 22 %














Menggumpal atau tidak
melapuk
2. b.b. bituminous
dengan zat ter-
bang sedang
Karbon tetap kering, 69 % - 78
%
Zat terbang kering, 22 % - 31 %

3. b.b. bituminous
dengan zat ter-
bang tinggi A
Karbon tetap kering, 69 %
Zat terbang kering, > 31 %
Lembab BTU > 14,000
4. b.b. bituminous
dengan zat ter-
bang tinggi B
Lembab BTU 13,000 14,000
5. b.b. bituminous
dengan zat ter-
bang tinggi C
Lembab BTU 11,000 13,000
II. Sub-Bitumi
nous
1. b.b. Sub-bitumi
nous A
Lembab BTU 11,000 13,000 Melapuk atau tidak
menggumpal




2. b.b. Sub-bitumi
nous B
Lembab BTU 9,500 11,000
3. b.b. Sub-bitumi
nous C
Lembab BTU 8,300 9,500
IV. Lignit 1. Lignit

Lembab BTU kurang dari 8,300 Terkonsolidasi

Tidak terkonsolidasi 2. Batubara muda

Lembab BTU kurang dari 8,300

3. Conversion and special coals.
a. Batubara yang digunakan sebagai bahan dalam produksi gas dan
atau produk bahan bakar cair/ liquid products derived from coal.
b. Batubara untuk penggunaan khusus, seperti elektroda karbon aktif
c. Persentase yang kecil dari produksi batubara dunia.

3. SAMPLING
Dalam buku J.W. Merck: Sampling and weighing of Bulk Solids,
sampling didefinisikan sebagai: Proses pengumpulan suatu set primary
increment dari suatu sampling unit dengan suatu cara sehingga pengukuran
contoh analisis atau pengujian signifikan untuk sampling unit tersebut.
Pada batubara pengambilan sampling terjadi pada dua kondisi yaitu pada
kondisi batubara insitu (coal in bed) dan batubara curah (coal in bulk).
Pengambilan sampling batubara pada kondisi insitu :
1. CHANNEL SAMPLING
Channel Sampling adalah proses pengambilan sample dari suatu seam
batubara dengan cara membuat channel atau saluran dari bagian top sampai
ke bottom seam batubara tersebut atau sebagian dari tebal seam tersebut





























2. CORING SAMPLING
Coring Sampling adalah proses pengambilan contoh batubara dengan cara
drilling atau pengeboran terhadap seam batubara.





Pengambilan sampling batubara pada kondisi curah (coal in bulk) :
1. Batubara diam (stationary)
Sampling terhadap batubara diam atau stationary Sampling, lebih bersifat
indicatif, karena sample yang terambil hanya di bagian permukaan saja,
sedangkan bagian dalam tumpukan batubara tidak terambil.Apabila
stationary Sampling dilakukan untuk tujuan komersial, maka sebelum
dilakukan sampling tersebut, harus ada agreement antara pembeli dan
penjual dan masing-masing mengetahui akan kelemahan sample tersebut,
dan terjadinya perbedaan antara hasil analisa dari sampling yang satu
dengan hasil analisa dari sampling yang lain sangat mungkin terjadi.




















2. Batubara bergerak moving
Sampling yang dilakukan pada saat batubara bergerak lebih representatif,
karena kemungkinan terambilnya contoh di setiap bagian atau posisi
batubara lebih besar.
















Sampling batubara baik secara manual maupun secara mekanis, memiliki
kaidah-kaidah atau prinsip yang sama yang harus diikuti agar sample yang
diperoleh representatif atau mewakili seluruh batubara yang diambil samplenya
.
Prinsip-Prinsip sampling tersebut adalah :
1. Jumlah increment (primary) setiap lot sample
a. Prosedure General Purpose of Sampling adalah bertujuan untuk
memberikan dalam 19 dari 20 kasus, ash dalam basis dry dalam interval
+/- 1/10 dari hasil rata-rata ash (dry basis) yang dapat diperoleh dari
sampling yang berbeda terhadap cargo atau sampling unit yang sama.
b. Prosedur Special Purpose of Sampling dilakukan pada sampling batubara
apabila batasan presisi yang lain diperlukan atau pada saat konstituen lain
digunakan untuk menentukan presisi.






2. Alat yang digunakan untuk mengambil increment sample
Alat yang digunakan untuk mengekstraksi increment harus mengikuti
rekomendasi dari standard baik pada manual sampling maupun pada
sampling secara mekanis.







3. Berat minimum sample setiap incrementnya
Berat minimum sample dari setiap incrementnya adalah mengikuti persamaan
sebagai berikut :
M = 0.06D
M = berat minimum per increment (kg)
D = Diameter atau ukuran nominal topsize batubara yang disampling dalam
(mm)
Berat sample yang diperoleh dari suatu mechanical sample biasanya lebih
besar dari berat minimum yang diperlukan. Berat sample kalkulasi dari
mechanical sampler adalah :






M = Berat sample setiap increment
C = Flowrate batubara (tph)
a = bucket aperture (M)
V = belt speed (Cross Belt) atau Cutter speed (Bucket cutter)
4. Interval increment
Interval increment yang diambil dari seluruh lot atau sub-lot harus merata dari
awal pemindahan sampai akhir pemindahan (awal loading-akhir loading) baik
berdasarkan waktu (Time basis sampling) ataupun berdasarkan berat (Mass
Basis Sampling)









4. Pencampuran (Blending Works)
Blending merupakan suatu cara untuk mendapatkan nilai kalori batubara
yang sesuai dangan permintaan konsumen yang dilakukan dangan cara
mencampur tipe jenis batubara yang tidak hanya dari satu jenis tipe saja tetapi
dipakai dengan dua tipe atau lebih agar mendapatkan nilai kalori yang sesuai
permintaan pasar (konsumen).
1. Produksi atas hasil kerja pencampuran (blending) adalah kunci besar untuk
mencapai jenis mine brand yang baru ini di antaranya :
Pencampuran utama ada di lokasi tambang (mine site) atau mine site stock
yard. Batubara mine brand yang merupakan kiriman dari mine site stock yards
yang merupakan perubahan untuk nama market brand.
2. Semua dari material pencampuran pada mine site dan mine site stock yard
No.1 atau perbaikan dan stacker (stockyard No. 1 of mine site).
3. Untuk mendapatkan hasil kerja pencampuran yang baik kuncinya adalah
metode pengambilan contoh yang baik dari stock pile tersebut.

Prioritas perhatian untuk melakukan/memutuskan Blending
Prioritas 1 :
1. Kemurnian sfesifikasi market brand, tetapi parameter-parameter kualitas
adalah CV AD), dan TS (%-AD). Kadar abu hanya untuk rujukan atau
referensi.
2. Rencana penjualan yang memuaskan, jangka panjang, menengah, 1 tahun
dan 4 bulan rencana pemutaran (Produksi dan Penjualan).
3. Keuntungan dari market brand yang berurutan;
4. Manfaatkan secara optimal semua hasil penambangan.
5. Untuk mendapatkab kondisi pada poin 4 dua merk tambang di campur.
Prioritas 2 :
1. Urutan prioritas untuk memilih pasangan blending.
2. Pemikiran tentang karakter pembakaran pada pemakai.
Tinggi atau rendah (HGI) .... Blending dangan antrasit.
Bagian Volatile rendah (antrasit).
Blending dengan pasangan dari nilai kalori terbaik.
3. Memikirkan tentang rantai batubara yang ekonomis seperti metode blending
dan tranportasi.
4. Dalam produksi batubara, pikirkan penggunaan maksimal dari batubara
dengan high sulfur dan Low Sulfur.
5. Periksa penyimpanan mine brand pada masing-masing stock yard untuk
pekerjaan blending.
Dalam merealisasikan rencana pekerjaan pencampuran batubara
(blending), terdapat beberapa langkah kerja umum yang harus diperhatikan
sebagai penentu keberhasilan program blending tersebut, di antaranya adalah :
1. Posisi dalam rencana penambangan dan rencana penjualan jangka panjang
Step 1: Mengkalkulasi rencana penambangan (long-middle-one year
plan) dangan mine brand yang sesuai dangan karakteristik batubara
setiap tambang dari data boring insitu yang telah dilakukan pada
kegiatan eksplorasi.
Step 2: Membuat rencana produksi yang paling menguntungkan sesuai
dengan market brand yang didasarkan kepada program blending yang dapat
dilakukan. Jenis Market brand yang menguntungkan dan diprioritaskan untuk
di produksi.
Step 3: Bandingkan hal di atas (market brand) dangan rencana penjualan.
Step 4: Membuat strategi pemasaran disesuailkan dangan rencana
produksi dan penjualan yang paling menguntungkan.
Step 5: Hubungan yang baik di dalam perusahaan antara bagian
perencanaan, produksi, kontrol kualitas dan pemasaran.
2. Dalam melakukan blending perbandingan campuran batubara dan pasangan
jenis dari campuran batubara dikontrol secara komputerisasi mengenai:
Dalam hal memasukkan rencana produksi dangan merk tambang,
perusahaan dapat memperoleh keuntungan terbanyak berdasarkan
tonase dengan merk yang diminati pasaran.
Dalam hal memasukan pemilihan tonase dengan merk dagang, komputer
mengubah perbandingan campuran dan pasangan pencampuran dan dari
sini akan mengubah permintaan dari rencana penambangan.
Rencana perubahan kualitas lama ke kualitas baru ini didasarkan kepada
karakteristik kualitas batubara lama yang memiliki sifat sebagai berikut:
1. Adanya Range calorific value (CV) dari satu jenis kualitas batubara (coal brand)
yang terlalu jauh.Adanya calorific value (CV) yang saling tumpang tindih antara
satu kualitas dangan kualitas yang lainnya.
2. Parameter utama yang digunakan yaitu total moisture (TM -% AR) dalam
kenyataannya sulit diadakan kontrol kualitas dan sesuai dangan keinginan
pelanggan, karena dalam kenyataannya total moisture kualitasnya mudah sekali
terganggu oleh pengaruh luar terutama pengaruh dari air hujan.
Dengan adanya perubahan kualitas ini (mine brand) yang berbeda akan
banyak mempengaruhi beberapa aspek dalam hal proses pertambangan.
Diharapkan dangan adanya perbedaan antara mine brand baru ini akan
memberikan keuntungan sebesar besarnya bagi perusahaan,
diantaranya:
Umur tambang akan lebih lama.
Kontrol kualitas terhadap mine brand dan market brand akan lebih mudah.
Seluruh jenis batubara yang ada dari setiap pit akan dapat digunakan, tanpa
adanya prioritas penambangan dari satu jenis batubara saja.
Spesifikasi mine brand yang baru ini akan memberikan beberapa keuntungan
diantaranya :
1. Tidak adanya calorific value (CV) yang overlapping seperti pada merk lama.
2. Range calorific value (CV) yang sempit.
3. Adanya garis potong Total Sulfur (TS) dalam setiap kualitas (sebagai
parameter untuk mine brand baru).
4. Tidak ada parameter total moisture seperti pada kualitas yang lama sehingga
akan lebih mudah untuk kontrol terhadap kualitas batubara yang ditambang
tersebut.
5. Coking dan Caking
Caking dan coking properties adalah sifat atau perilaku batubara pada
saat dipanaskan serta sifat coke yang terbentuk dari pemanasan tersebut.
Caking adalah sifat yang menggambarkan kemampuan batubara
membentuk gumpalan yang mengembang selama proses pemanasan. Tes ini
dilakukan pada tingkat pemanasan yang cepat. Tes untuk mengukur sifat caking
ini adalah crucible swelling number (disebut juga dengan free swelling index
(ASTM), dan coke button index) dan caking power yang diukur dengan roga test.
Coking adalah sifat yang berhubungan dengan perilaku batubara selama
proses carbonisation (proses pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke
yang dihasilkannya. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang lambat
yang lebih mirip dengan tingkat pemanasan pada coke oven. Tes untuk
mengukur sifat coking ini adalah Gray-king coke type, dilatometry (Audibert-
Arnu), plastometry (Gieseler). Selain untuk memperkirakan potensi batubara
dalam pembuatan coke, kedua sifat ini juga penting dalam pengklasifikasian
batubara.

Anda mungkin juga menyukai