DALAM PEMBANGUNAN
TEROWONGAN DI INDONESIA
@SSPN
Terowongan Garahan
adalah terowongan kereta
api yang terletak di dekat
Stasiun Garahan, termasuk
wilayah Garahan, Silo,
Kabupaten Jember.
Terowongan ini dibangun
antara tahun 1901-1902
oleh Staatsspoorwegen
(SS), perusahaan kereta
api Hindia Belanda, dengan
panjang 113 m. Di sebelah
tenggaranya, terdapat
Terowongan Mrawan
@SSPN
DAFTAR TEROWONGAN KERETA API DI INDONESIA
@SSPN
Tunnel Tol Cileunyi Sumedang Dawuan (Cisumdawu) di Jalan
Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Terowongan sepanjang 472
meter ini dapat digunakan sebagai alternatif jalur mudik
untuk menghindari kemacetan yang sering terjadi di kawasan
Cadas Pangeran.
@SSPN
RENCANA PEKERJAAN KERETA CEPAT JAKARTA-BANDUNG
@SSPN
TEMPO.CO, Jakarta - The construction of the Jakarta-Bandung fast train has reached 32.8 percent
progress in September 2019. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) is confident that the project
can be completed on time, and that the train can start operations in 2021.
@SSPN
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan didampingi Menteri
Perhubungan, Ignasius Jonan, Menteri PPN/Bappenas, Sofyan
Djalil, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat
kembali meninjau proyek pembangunan stasiun bawah tanah
Mass Rapid Transit (MRT) di lokasi Stasiun MRT Senayan,
Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2015). Hingga hari ini mesin bor
Antareja telah berhasil membuat terowongan MRT sepanjang 321
meter dari lokasi Patung Pemuda Senayan sampai menembus
titik Stasiun Senayan, sejak diresmikan Jokowi pada 21
September lalu. Tribunnews/HO/Laily Rachev/Setpres @SSPN
KEUNIKAN GEOLOGI UMUM INDONESIA
• Ada tiga fenomena menarik dalam geologi Indonesia. 1) sekitar 80-90%
daratan Indonesia diselimuti oleh sedimen quarter yang disebut
sedimen alluvial, clastic, dan pyroclastic yang dihasilkan dari aktivitas
gunung berapi, trass alluvial, dan tanah hasil pelapukan. 2) bahwa
formasi batuan di Indonesia masih dikategorikan sangat muda dan 3) di
Indonesia sering terjadi aktivitas tektonik.
• 13% - 17% gunung api aktif dunia berada di Indonesia dan ada 3 sabuk
vulkanik yang memanjang dari Sumatra hingga Papua. Batuan sedimen
dan formasi batuan yang berasal dari aktivitas vulkanik sangat dominan
di Indonesia.
@SSPN
Lanjutan…
• Curah hujan rata-rata di Indonesia sangat tinggi
sekitar 3000 - 4000 mm & banyaknya terjadi di
Sumatra, Kalimantan & Papua
• Selain curah hujan kepulauan Indonesia juga
mengalami ambient temperatur dan intesitas
ultraviolet yang cukup tinggi. Kedua hal ini
berkontribusi kepada proses pelapukan, khususnya
pelapukan kimia sehingga perubahan atau literasi
batuan sangat mungkin terjadi
• Pelapukan ini menyebabkan perubahan batuan
keras menjadi lunak.
• Laterite dan Lempung Monmorilonite adalah tipikal Granite Lapuk
material yang dihasilkan dari proses pelapukan.
Granite Lapuk
@SSPN
DEFINISI MEKANIKA BATUAN MENURUT
TALOBRE
@SSPN
DEFINISI MEKANIKA BATUAN MENURUT
COATES (CANADA)
@SSPN
DEFINISI MEKANIKA BATUAN
US NATIONAL COMMITTEE ON ROCK
MECHANICS (ISRM,1984)
@SSPN
DEFINISI MEKANIKA BATUAN
MENURUT HUDSON & HARRISON
• Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari reaksi batuan yang apabila
padanya dikenai suatu gangguan. Dalam hal material alam, ilmu ini berlaku untuk
masalah deformasi suatu struktur geologi, seperti bagaimana lipatan, patahan,
dan rekahan berkembang begitu tegangan terjadi pada batuan selama proses
geologi.
• Beberapa tipe rekayasa yang melibatkan mekanika batuan adalah pekerjaan sipil,
tambang dan perminyakan.
• Topik utama mekanika batuan adalah batuan utuh, struktur batuan, tegangan,
aliran air, dan rekayasa, yang ditulis secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah
pada Gambar berikut Garis ini sering disebut sebagai diagonal utama. Semua
kotak lainnya menunjukkan interaksi antara satu dengan lainnya.
@SSPN
Matriks
interaksi
mekanika
batuan &
rekayasa
batuan yang
menunjukkan
subyek-
subyek utama
&
interaksinya
(Hudson dan
Harrison,
1990).
@SSPN
SIFAT BATUAN
1. Heterogen 3. Anisotrop
• Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda. Karena sifat batuan heterogen, diskontinu, anisotrope
• Ukuran dan bentuk partikel/butir berbeda di dalam maka untuk dapat menghitung secara matematis
batuan. misalnya sebuah lubang bukaan yang disekitarnya
• Ukuran, bentuk dan penyebaran void berbeda di terdiri dari batuan B1, B2, B3, diasumsikan batuan
dalam batuan. ekivalen B’ sebagai pengganti batuan B1, B2, B3,
yang mempunyai sifat homogen, kontinu dan
2. Diskontinu isotrope
• Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu)
karena adanya bidang-bidang lemah (crack, joint,
fault, fissure) dimana kekerapan, perluasan dan
orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut tidak
kontinu.
• Dalam ukuran besar, solid & massa batuan yang kuat/keras, maka batuan dapat dianggap kontinu.
• Karena keadaan alamiah & lingkungan geologi, batuan diskontinu karena adanya kekar, fissure, schistosity, crack,
cavities dan diskontinuitas lainnya. Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika batuan adalah mekanika
diskontinu atau mekanika dari struktur batuan.
• Analisis mekanika tanah dilakukan pada bidang, sedang analisis mekanika batuan dilakukan pada bidang dan ruang.
• Mekanika batuan dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tetapi ada beberapa yang tumpang tindih.
@SSPN
TEGANGAN AWAL
Stress Definitions
@SSPN
MACAM TEGANGAN INSITU
Herget (1988) menyatakan bahwa menurut asal mulanya tegangan
dalam batuan dibagi menjadi 2, yaitu
• tegangan alamiah (natural stresses) dan
• tegangan terganggu (induced stresses) .
@SSPN
DISTRIBUSI TEGANGAN SEBELUM DIBUAT
TEROWONGAN
@SSPN
TEGANGAN INDUCED
@SSPN
NEAR & FAR FIELD ZONE
@SSPN
PERSAMAAN KIRSCH r
r
r
V H R2 V H 4R2 3R4
r
1 2 1 2 4 Cos2
2 r 2 r r
R
V H R V H 3R
2 4
1 2 1 4 Cos2
2 r 2 r
H V 2 R 2 3R 4
r 1 2 4 Sin 2
2 r r r
r
/o 2
r
/0
1
r/0
R
R
r/R
1 2 3 4 5
@SSPN
TEGANGAN GRAVITASI
Sheorey (1994) mengusulkan persamaan:
o = gH
1
k 0.25 7 Eh (0.001 )
o = tegangan mula-mula z
g = bobot isi tanah/batu di atasnya Eh = Modulus deformasi bagian atas dari kulit bumi
yang diukur pada arah horisontal dalam GPa
H = jarak dari permukaan tanah z= kedalaman dalam m
@SSPN
DISTRIBUSI TEGANGAN DI SEKITAR
TEROWONGAN UNTUK KEADAAN IDEAL
• Untuk memudahkan perhitungan distribusi tegangan disekitar terowongan maka
digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
• Geometri dari terowongan
Penampang terowongan merupakan sebuah lingkaran dengan jari- jari R.
Terowongan berada pada bidang horisontal.
Terowongan terletak pada kedalaman H >> R (H > 20 R).
Terowongan sangat panjang, sehingga dapat digunakan hipotesa regangan bidang (plane
strain).
• Keadaan batuan.
Kontinu.
Homogen.
Isotrop.
@SSPN
DISTRIBUSI TEGANGAN DI SEKITAR
TEROWONGAN KEADAAN PALING SEDERHANA
• Geometri terowongan
• Penampang lingkaran, jari-jari R.
• Terowongan horisontal.
• Kedalaman, H > 20R.
• Massa batuan
• Kontinu.
• Homogen.
• Isotrop.
@SSPN
DISTRIBUSI TEGANGAN DI SEKITAR
TEROWONGAN KEADAAN PALING SEDERHANA
1
R2 2 σ 0 λ 1 σ c λ 1
σ rr σ 0 1 2 R' R
r 1 λ σc
R
R2 1 sin
σ
σ 01 2 λ
r R’ 1 sin
@SSPN
ROCK MASS RATING (BIENIAWSKI, 1989)
@SSPN
Observasi di Lapangan
@SSPN
BIDANG DISKONTINU PADA BATU GAMPING
@SSPN
Karakteristik Massa Batuan
Partially weathered
B = 8%
E = 21% Distinctly weathered
C = 13%
Destructed
Hasil pengujian SPT menunjukkan lapisan batuan yaitu Residual
bersifat teguh (firm), kaku (stiff), sangat kaku (very stiff), dan
pada kedalaman 25 – 70 m sebaran nilai N-SPT > 30 dengan D = 58%
sifat keras (hard).
@SSPN
Q-SYSTEM (BARTON, 1993)
@SSPN
@SSPN
@SSPN
PENGUJIAN SWELLING
@SSPN
PENGUJIAN SWELLING
Claystone
Peralatan XRD
@SSPN
@SSPN
METODE PENGGALIAN TEROWONGAN
@SSPN
Kegiatan Pemasangan Forepolling
Kegiatan Penggalian Face
Terowongan
@SSPN
Metode Penggalian NATM
1
6
2
3
4
5
7 @SSPN
Tahapan penenentuan Metode Penggalian dan Sistem Penyangga
Temporary Support
Concrete lantai Concrete atap dan dinding Pembesian
Review
Monitoring Kondisi
Primary Support Face Mapping Geologi
PD 1 PD 2
@SSPN
UNDERGROUND MONITORING
Marking
Pekerjaan Monitoring
@SSPN
JENIS MONITORING PADA PENGGALIAN TEROWONGAN
Conventional method
Closed-face TBM Operational tunnel in
(low overburden in
(urban areas) creeping ground
urban areas)
0 VISUAL INSPECTION (face & sidewall)
1 GEOMETRICAL PARAMETERS Convergence meter
Face extrusion (displacement)
Surface settlement
Surface rotation
Extrusion of the ground ahead of tunnel face
(extrusion-meter)
Displacement in borehole (extensometer,
X
inclinometer)
Convergence at sidewall
Crack monitoring
Deformation of permanent lining X X
2 MECHANICAL PARAMETERS
Force (arch base, anchoring rod, rocknolt, etc) X
Stress in ground
Stress in support/lining X
3 HYDRAULIC PARAMETERS
Pumped out water rate
Surface rainfall X X
Piezometric levels in ground
Temperature of leakage X
4 OTHER PARAMETERS
Notes:
Tunnel air temperature X
X Usually secondary parameter
Tunnel air pressure X
Frequently important parameter
Tunnel hygrometry X X
Essentiel parameter, always monitored
Date and time
Essentiel parameter, always monitored when advanve full face with pre-confinement
Vibration from blasting
Reference: : AFTES (2005). Guidelines on Monitoring Method for Underground Structures, Working Group GT 19. @SSPN
THANK YOU
singgihsaptono@upnyk.ac.id
@SSPN