Anda di halaman 1dari 2

INTEGRASI DATA INDERAJA DAN DATA GEOLOGI UNTUK MENDUKUNG

EKSPLORASI TAMBANG EMAS

Studi Kasus di Kabupaten Paniai Provinsi Papua

(Remote Sensing and Geological Data Integration to Support Gold Mine Exploration, Case
Study in Paniai Regency of Papua Province)

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Hasil Interpretasi Citra Satelit

Komposit citra Landsat kanal 5, 4, dan 2 dapat digunakan untuk memetakan penutupan
lahan dan kerapatan vegetasi di daerah penelitian. Objek vegetasi dimunculkan dalam gradasi
warna hijau tua ke muda. Warna hijau tua menunjukkan hutan lebat dan sebaliknya. Untuk objek
infrastruktur dan daerah terbuka seperti permukiman dan jalan dimunculkan dengan gradasi
warna agak merah (tidak begitu tampak). Sedangkan objek perairan (sungai dan daerah
tergenang) dimunculkan dengan gradasi dari hitam gelap sampai kebiruan. Daerah penelitian
sebagian besar merupakan hutan lebat, dengan di beberapa tempat terutama di lembah Sungai
Darewo sudah terbuka

 Hasil Interpretasi Data Geologi

Secara geologi, pergerakan dari penunjaman lempeng samudera ke arah bawah Pulau
Papua, dengan demikian merupakan daerah yang secara tektonik tidak stabil, hal ini disebabkan
oleh adanya pergerakan penunjaman lempeng Caroline yang merupakan bagian dari lempeng
samudera Pasifik dari utara, yang pada gilirannya akan membentuk sesarsesar aktif, baik berupa
sesar naik ataupun sesar mendatar (Dow dan Sukamto, 1984). Sesar mendatar di daerah ini
dikenal sebagai sesar besar Sorong (Hamilton, 1979) yang berarah ke sumbu barat-timur.
Pergerakan lempeng inilah yang pada orde berikutnya membentuk sesar naik dan lipatan di
daerah penelitian. Zona sesar tarera-aiduna merupakan zona sesar mendatar di daerah selatan
leher burung. Jalur lipatan anjakan lengguru secara tiba-tiba berakhir di zona berarah barat-timur
ini (Dow dan Sukamto, 1984). Struktur geologi yang berkembang di lokasi studi antara lain
berupa perlipatan, pensesaran dan pengkekaran. Sumbu perlipatan membentang dengan arah
relatif barat-timur dan barat-laut-tenggara, umumnya membentuk struktur antiklin dan sinklin
yang tidak simetris. Satuan batuan yang terlipat antara lain batuan sedimen Pra-Tersier (Batuan
Malihan Korido) (Hamilton, 1979).

Pensesaran di lokasi studi terdiri dari sesar naik hingga sungkup, sesar normal dan sesar
geser. Akibat aktifnya pensesaran di daerah Papua merupakan jalan keluar bagi larutan
hidrotermal yang membawa deposit logam emas, perak, tembaga, dan mineral lainnya. Larutan
hydrotermal adalah suatu cairan atau fluida panas, yang bergerak naik ke atas dengan membawa
komponen-komponen mineral logam (Lindgren, 1993; dalam Feyumi, 2012). Fluida ini
merupakan larutan sisa magma yang menerobos batuan lebih tua, sebagai intrusi. Batuan beku di
daerah penelitian yang diperkirakan sumber larutan hydrotermal adalah Timepa Monzonite
(Tmpt

Citra Landsat merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk interpretasi potensi
emas. Dengan menggunakan metode Crosta Technique diketahui pola-pola kelurusan distribusi
sebaran ubahan mineral lempung dan ubahan limonit. Setelah ditumpang susun (overlay) dengan
peta geologi, pola kelurusan dapat diinterpretasikan sebagai patahan orde 2 dan orde 3 yang
diduga berpotensi emas. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa, di daerah penelitian terdapat 9
zona potensi emas dengan luas total 2.922,48 ha.

Anda mungkin juga menyukai