Anda di halaman 1dari 52

P endekatan dan M etodologi

1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

1.1. Tanggapan dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Secara umum Kerangka Acuan Kerja yang ada telah dapat di pakai sebagai
acuan dasar serta dapat memberikan gambaran implementasi pekerjaan
kepada team konsultan. Dari hasil pemahaman terhadap Kerangka Acuan
Kerja (KAK) dan hasil penjelasan pekerjaan (aanwijzing), maka secara umum
konsultan dapat memahaminya, dan isi Kerangka Acuan Kerja (KAK)
cukup jelas untuk mencapai sasaran proyek. Namun demikian ada beberapa
hal yang perlu mendapatkan penajaman dan kelengkapan, untuk menunjang
kesempurnaan hasil produk. Potensi PLTMH di Aceh diperkirakan cukup besar
mengingat banyaknya desa terpencil yang ada di Aceh dan secara Hidrologis
dan topografis potensi PLTMH-nya cukup besar, maka perlu dilakukan
penelitian atau Feasibility Study Perencanaan Pembangunan PLTMH. Sesuai
dengan kondisi alam, pengembangan PLTMH dapat dibagi 2 jenis yaitu : tipe
waduk (Water Storage) dan tipe aliran langsung dengan terowongan
(Channel). Tipe waduk dapat berupa bendungan dan keluaran danau,
sedangkan tipe aliran langsung dengan terowongan dapat berupa aliran
langsung dengan bendungan pendek.
Secara umum tanggapan terhadap kerangka acuan kerja ini disusun setelah
team konsultan mempelajari dan mencermati :
Mempelajari Dokumen Tender khususnya Kerangka Acuan Kerja (KAK);
Mengikuti aanwijzing;
Review data-data sekunder lainnya yang diperoleh dari instansi terkait.
Tanggapan
Setelah membaca dan mempelajari isi dan penelaahan kami terhadap
Kerangka Acuan Kerja, secara umum uraian dan penjelasan yang ada sudah
cukup jelas dan dapat dipahami dengan baik.
Sesuai dengan isi Kerangka Acuan Kerja tersebut kami mengusulkan
tanggapan, saran dan masukan dengan harapan untuk lebih mengoptimalkan
hasil dari Pekerjaan FS dan DED PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh)
yang antara lain sebagai berikut :

1.1.1. Jenis dan Tujuan Pelaksanaan


Jenis layanan yang diharapkan pada pekerjaan ini adalah adanya kerjasama
serta koordinasi yang baik dengan Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, agar
produk yang dihasilkan dari pelaksaksaan Pekerjaan FS dan DED PLTMH
Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh) sesuai dengan yang diharapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Sedangakan dari segi tujuan, pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk
merencanakan kondisi Topografi dan Kemiringan Wilayah secara Mikro di
Daerah Potensi Pengembangan PLTMH, mengetahui kondisi geologi teknik
(daya dukung tanah) di lokasi pembangunan PLTMH. Mengetahui pasokan air
alam dan Fluktuasinya (keseimbangan air) untuk dukungan PLTMH.
Mengetahui kelayakan secara ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
pembangunan PLTMH. Dalam hal ini penanganannya berupa perbaikan dan
pembangunan prasarana dan sarana dasar yang rusak atau yang memang
belum dibangun pada kawasan Minapolitan yang merupakan suatu bentuk
perhatian pemerintah terhadap pengembangan kawasan ini.
Diharapkan dengan terlaksananya perencanaan dengan baik, maka
pelaksanaan Penyediaan infrastruktur akan lebih tertata.

1.1.2. Lingkup Pekerjaan


Dalam pelaksanaan pekerjaan Konsultan akan selalu berpedoman kepada
Kerangka Acuan Kerja (KAK), terutama yang berhubungan dengan lingkup
pekerjaan. Sesuai dengan yang persyaratan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh konsultan terdiri dari
beberapa tahapan-tahapan pokok yang diantaranya meliputi :
1. Lokasi dan Jenis Pekerjaan;
Pekerjaan utama dari Konsultan adalah membuat Perencanaan lengkap
dan bertanggung jawab Pada Dinas Pertambangan dan Energi Aceh.
2. Tahap Design Engineering Detail (DED)
a. Melakukan Survey Pendahuluan meliputi :
Mengumpulkan dan mereview data sketsa situasi daerah rencana
konstruksi dan di sekitarnya, berupa foto situasi yang ada dengan
gambaran kondisi existing;
Mengumpulkan dan mereview data mengenai bahan-bahan/
material maupun peralatan yang tersedia yang dapat menentukan
jenis konstruksi;
Mengumpulkan dan mereview data harga satuan bahan-bahan
dan material di lokasi;
Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan
dan dianggap penting.
b. Survey dan Analisa Data Lapangan :
Pengukuran topografi dilakukan di daerah rencana konstruksi yang
diperlukan dalam pembuatan rencana detail, sesuai dengan kebutuhan
perencanaan teknis.
Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan :
1) Pengukuran awal dengan penandaan;
2) Perhitungan dan Penggambaran Peta.
Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada
kertas milimeter dengan skala 1 : 1.000. Ketinggian titik detail
harus tercantum dalam gambar ukur, begitu pula semua
keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat
baru harus dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda
khusus.
c. Perencanaan (Design) :
1) Pra desain meliputi :
Pemilihan type dan material konstruksi harus didasarkan pada
pertimbangan dari segi ekonomi, kondisi setempat, tingkat
kebutuhan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya.
2) Penggambaran :
Gambar pra rencana harus dibuat dengan jelas dan lengkap
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Rencana diplot di atas situasi/lay out dengan letak bangunan
konstruksi lama dan baru. Yang perlu digambar jelas adalah
pra rencana yang akan ditangani/dikerjakan, dan untuk
membedakan dengan yang ada (existing) perlu ditunjukkan
dengan garis terputus, skala gambar 1 : 5.000;
Gambar situasi dibuat dengan perbandingan yang proposional,
dengan menampilkan informasi umum disekitar konstruksi
tersebut;
Potongan penampang memanjang, skala 1 : 1000 untuk
horizontal dan 1 : 100 untuk vertical;
Potongan penampang melintang, skala 1 : 100 untuk
horizontal dan 1 : 50 untuk vertikal dengan stationing setiap
interval 25 M di tikungan dan 50 M di bagian lurus;
Ukuran huruf dengan tinggi minimum 4 mm dan harus jelas
terbaca.
Susunan Gambar Rencana meliputi :
Sampul luar (cover) dan sampul dalam;
Lembar judul yang memuat denah kostruksi skala 1 : 50.000;
Daftar Isi;
Peta Situasi kawasan Permukiman;
Blok Plan dari Kawasan Permukiman yang akan dibangun;
Site Plan bangunan-bangunan/prasarana & sarana yang akan
dibangun;
Gambar Potongan Melintang dan memanjang;
Gambar rencana konstruksi untuk bangunan yang akan
dibangun;
Gambar-gambar detail konstruksi
3) Perhitungan Volume dan Perkiraan Biaya :
Setiap pekerjaan konstruksi yang direncanakan harus dihitung
volume pekerjaan & Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta
dikelompokkan dalam beberapa pekerjaan utama;
Analisa harga satuan berdasarkan faktor-faktor : material,
peralatan, sosial, pajak, over-head, dan keuntungan yang
berlaku di daerah setempat.
Kemudian selain hal tersebut di atas Konsultan diwajibkan untuk :
Berkonsultasi dengan instansi terkait untuk memperoleh
informasi data sekunder, dan masukan lain yang perlu;
Membuat jadwal kegiatan/rencana kerja secara detail dalam
jangka waktu yang ditetapkan;
Melakukan analisa data lapangan untuk masukan didalam
penyusunan desain;
Konsultasi berkala kepada pemberi tugas.
d. Menyusun RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat), dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan melakukan pendampingan
pada tahap pelelangan pekerjaan fisik, selaku Nara Sumber pada saat
rapat penjelsan (aanwijzing).

Jenis Kegiatan Perencanaan :


Tahap Konsep Rancangan (Pengumpulan Data-data Lapangan,
Lingkungan dan Persyaratan Setempat).
Tahap Pra-Rancangan (Pembuatan Rencana Tapak/Perencanaan dan
Pengujian Anggaran untuk Konstruksi Fisik).
Pembuatan Gambar Rencana Serta Kelengkapannya :
1. Pembuatan Gambar Detail;
2. Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
3. Pembuatan Rencana Volume dan Rencana Anggaran Biaya;
4. Pembuatan Program Pelaksanaan
Penjelasan Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi Fisik.
1.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Personil/Fasilitas Pendukung Dari
PPK
1.2.1. Staff/Personil Pendukung
Kinerja Organisasi/Team selain dijalankan oleh Tenaga Ahli (Professional
Staf), juga perlu mendapat dukungan dari staf lainnya berupa staf pendukung
(Supporting Staf).
Staf pendukung yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah : Pertama,
Surveyor (1 orang), yang bertugas membantu surveyor dalam melakukan
survey/pengukuran, pembuatan dan perhitungan data-data ukur/volume
pekerjaan di lapangan. Kedua, Ahli Hidrogeologi (Teknik Sipil) (1 orang), yang
bertugas membuat rencana volume dan rencana air dan tekanan air. Ketiga,
Teknik Elektro (3 orang), Teknik Geologi (1 orang), Teknik Mesin dan Teknik
Sipil (3 orang), yang bertugas membuat Gambar Detail Desain rencana
kawasan. Keempat, Operator Komputer (1 orang) yang bertugas untuk
membantu tim dalam menyediakan berbagai kebutuhan adminstratif dan
mengurus misalnya yang berkaitan dengan kegiatan pencairan anggaran serta
untuk membantu menyusun laporan.

1.2.2. Fasilitas Pendukung


Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini, selain staf pendukung, perlu pula
ditunjang oleh fasilitas pendukung yang memadai dan sesuai dengan
kebutuhan kerja. Fasilitas pendukung pelaksanaan pekerjaan meliputi fasilitas
yang disediakan oleh pengguna jasa maupun oleh pihak konsultan. Dari pihak
pengguna jasa, CV. TRY CONSULTANT sangat mengharapkan :
Ketersediaan terhadap data pendukung yang dapat menunjang
percepatan proses pelaksanaan pekerjaan;
Arahan dari Dinas Perindustrian Perdagangan, Pertambangan, Koperasi
dan UKM Kabupaten Gayo Lues terutama Pejabat Pembuat Komitmen
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan, agar dalam bertugas
tidak menemui kendala dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan
sempurna.
Sedangkan fasilitas pendukung yang disediakan pihak konsultan meliputi :
sarana transportansi, peralatan survey lapangan, peralatan kantor dan lain
sebagainya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan.

2. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA


2.1. Kerangka Pendekatan
Untuk melaksanakan Pekerjaan FS dan DED PLTMH Kabupaten Gayo Lues
(Migas Aceh) perlu dijelaskan terlebih dahulu kerangka pendekatan yang akan
diaplikasikan sehingga sistematis dalam pelaksanaan dan sesuai dengan
target waktu dan biaya yang disusun dalam proposal ini.
Pendekatan subtansi yang akan dilakukan adalah menetapkan satuan kerja
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang dikemukakan dalam KAK. Pokok
satuan kerja dimaksud adalah Kegiatan pada bidang Air Minum, Sanitasi,
Drainase, Jalan, Persampahan, Lansekap dan Listrik & Telephone serta
pengukuran (pemetaan) dan pelaporan. Kerangka pendekatan ini dapat
digambarkan sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.
PERSIAPAN
- Penyiapan Personil & Peralatan

PERSIAPAN
Survey
- Mobilisasi Personil
- Pengurusan Ijin Survey
- Menyusun network planning,
rencana survey lapangan dan time
schedule kegiatan

SURVEY PENGUKURAN
SURVEY DAN PENGUKURAN

Survey Data
Lapangan Sekunder

- Inventarisasi Kondisi - Perencanaan Desa (village


eksisting & permasalahan planning)
infrastruktur - Peta topografi
desa/kawasan - Peta jaringan jalan, saluran
- Wawancara dengan - Data curah hujan
masyarakat - Studi terdahulu, dll

Skenario
ANALISA
Perencanaan

AIR SANI DRAINAS PERSAM JALAN LISTRIK TELEPHO LANSEK


ANALISA

MINUM TASI E PAHAN NE AP

- Sumber Air - Sistem - Sistem - Sistem - Kebutuhan - Sistem - Sistem - Jenis tanah
- Kebutuhan Sanitasi drainase Persam- Sarana & Kelistrikan Telephone & kondisi air
Air Minum - Sistem Air - Penanganan pahan prasarana Kawasan Kawasan - Jenis pohon
- Sistem Kotor genangan - Sistem - Hirarki jalan - Kebutuhan - Kebutuhan - Relasi antar
pelayanan - Sistem - Hidrologi Pengelo- - Kebutuhan Listrik Telephone bangunan,
- Tingkat Sirkulasi - Hidrolika laan lajur & lebar - Layout - Layout desain tapak
Pelayanan Udara - Debit banjir - Kelemba- jalur jaringan jaringan & alam
- Jaringan & - Kelemba- - Dimensi gaan - Geometrik - Kebutuhan - Kebutuhan - Kontur,
Dimensi gaan saluran - Teknologi perkerasan, Jaringan & prasarana view, unit
perpipaan - Motivasi - Konstruksi, tepat guna dll penerangan telepon visual
- Penerapan SDM dll jalan
Teknologi - Bangunan
Tepat Guna utilitas

DESAIN KONSEPSI
DESAIN KONSEPSI

IFRASTRUKTUR KAWASAAN

RENCANA DETAIL DESAIN


RENCANA DED

Album
Gambar RAB RKS

- Gambar teknis - Volume pekerjaan - Spec. umum


- Gambar detail - Anggaran biaya - Spec. Administrasi
pekerjaan - Spec. Teknis

2.1.1. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal kegiatan dilakukan. Pada tahap ini,
selain mempersiapkan personil dan perlengkapan, ada kegiatan yang perlu
perhatian khusus. Kegiatan dimaksud adalah Sosialisasi dan Kepastian lokasi
survey. Kepastian lokasi akan dilakukan dengan melakukan koordinasi khusus
dengan pemberi kerja, catatan yang harus dipedomani adalah kesepakatan
bahwa lokasi survey telah sesuai dengan prioritas dan kriteria yang
ditetapkan. Kepastian ini dilengkapi dengan berita acara, sehingga menjadi
pedoman bersama untuk memulai kegiatan.
Pada tahap persiapan ini juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat
setempat, bahwa pada lokasi kawasan ini akan dilakukan Pekerjaan FS dan
DED PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh). Sebagai bentuk partisipasi
dalam perencanaan ini, dibentuk tim penunjang yang terdiri dari masyarakat
setempat dengan pola organisasi masyarakat setempat. Kegiatan ini sangat
diperlukan sehingga dihasilkan rencana yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan memiliki rasa kepedulian dan kepemilikan.

2.1.2. Survey dan Pengukuran


Kegiatan survey dan pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data primer
dan sekunder yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Pekerjaan FS dan DED
PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh). Data primer dilakukan dengan
pengukuran dan pendataan kebutuhan masyarakat terkait infrastruktur air
minum, sanitasi, drainase, persampahan, jalan, lansekap dan listrik &
telephone.
Data sekunder diperoleh melalui penelusuran data penduduk, perencanaan
infrastruktur yang telah ada, peta eksisting, titik kontrol BM yang pernah
dilakukan dan informasi rencana pembangunan baik yang telah disiapkan oleh
Dinas Pertambagan dan Energi Provinsi Aceh.

2.1.3. Analisa
Dari data primer dan sekunder yang telah diperoleh, kemudian dilakukan
analisa oleh tenaga ahli terkait dengan kebutuhan pelaksanaan Pekerjaan FS
dan DED PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh). Untuk menganalisa
secara efektif, bersamaan dilakukan perencanaan skenario. Hal ini
dimaksudkan untuk mempercepat tersusunnya desain.
2.1.4. Desain Konsepsi
Pengembangan desain kosepsi dilakukan setelah rancangan skenario sudah
dapat dijadikan alternatif desain. Masukan altenatif ini diperoleh melalui
diskusi internsif dengan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh. Desain
konsepsi merupakan penggambaran awal diikuti dengan pemetaan terukur.

2.1.5. Desain Detail


Setelah mendapat persetujuan tim, maka desain detail dilakukan dengan
mengacu kepada masukan dan saran yang telah diberikan. Tahap ini sekaligus
memperhitungkan penyiapan album peta, RAB, RKS dan rekomendasi.
Khusus mengenai rekomendasi disusun sebagai saran tindak untuk menindak-
lanjuti rencana kegiatan prioritas yang telah disusun. Rekomendasi ini
mencakup pola pelaksanaan, anggaran dan kelembagaannya.

2.2. Metodologi
Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan FS dan DED PLTMH
Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh) mengacu kepada model yang telah
ditetapkan dalam perudangan dan peraturan teknis yang terkait dengan
infrastruktur air minum, sanitasi, drainase, persampahan, jalan, listrik,
telepon, dan lansekap.
2.2.1. Survey Pengukuran
Survey pengukuran dilakukan untuk menunjang kebutuhan data satuan luas,
kemiringan, ketinggian dan penampang. Metoda yang digunakan adalah
mengukur bentuk topografi dengan memasang titik Benchmark dan Patok
Kayu, Pengukuran GPS, Pengukuran Poligon, Pengukuran Lavelling,
Pengukuran Situasi Datail dan Profil Melintang. Adapun Uraian teknis
pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok Kayu
Pemasangan Bench mark disesuaikan dengan kebutuhan dan luas daerah
yang akan dipetakan. BM tersebut akan dipergunakan untuk keperluan
pengukuran poligon, dimana minimal 2 (dua) BM saling terlihat. Jumlah
BM yang akan dipasang tergantung luas daerah yang dipetakan kira-kira
untuk luas 100 ha sebanyak 4 buah.
Lokasi pemasangan BM akan dipasang di posisi yang aman, mudah untuk
diidentifikasi dan dicari kembali dan terbuka (clear) yaitu lokasi tugu
mempunyai ruang pandang bebas halangan ke semua arah 150 diatas
horison karena BM akan diukur dengan pengukuran GPS.
Patok kayu akan dipasang untuk keperluan penambahan titik bantu
pengukuran poligon dan situasi detil.
2. Pengukuran GPS
Untuk mendapatkan sistem pengukuran yang sama dan universal, perlu
dilakukan pengukuran GPS dan diikatkan ke Tugu GPS yang ada (misal
Bakosurtanal, BPN, GPS HPH dan sebagainya). Peta yang akan dibuat
memiliki sistem proyeksi UTM.
Metoda pengukuran GPS yang akan dilakukan adalah Static Relative
Positioning dengan pengamatan "Carrier Beat Phase", yaitu pengamatan
terhadap phase gelombang pembawa (L1 dan / atau L2) untuk
menentukan panjang vektor baseline-baseline yang dapat dilihat pada
lampiran. Lamanya pengamatan setiap baseline adalah minimum 40 menit
dengan interval perekaman 15 detik.
3. Pengukuran Poligon
Pengukuran poligon dilakukan dalam dua seri rangkap, yaitu dengan
urutan bacaan biasa luar biasa luar biasa - biasa untuk masing-masing
seri. Pada seri pertama bacaan jurusan biasa diset 00 00 dan xx,
sedang pada seri kedua alat diset pada 90 00 dan xx. Di tengah area
pemetaan dipasang patok dan jalur poligon yang terikat ke poligon
luar/perimeter untuk kepentingan kontrol.
Untuk keperluan pengukuran situasi detil patok-patok kayu dipasang
sebagai titik awal dan akhir jalur (array) pengukuran. Jarak antara patok
kayu adalah 75 meter.
4. Pengukuran Levelling
Pengukuran Beda Tinggi dilakukan untuk mendapatkan tinggi dari BM
yang dipasang terhadap suatu titik referensi tinggi tertentu (misal Titik
Tinggi Geodesi (TTG) Bakosurtanal atau tinggi genangan air tertinggi dan
sebagainya). Pengukuran jaring titik kontrol vertikal dilakukan dengan
metode levelling differensial dalam bentuk loop-loop tertutup dengan
menggunakan level spirit atau level automatis.
5. Pengukuran Situasi Detail
Untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk permukaan tanah, maka
dilakukan pengukuran situasi detil dengan interval 25 meter, sehingga
terbentuk hasil pengukuran berupa jalur-jalur yang mempunyai posisi
(x,y) dan nilai ketinggian (z). Pengukuran profil melintang disesuaikan
dengan kebutuhan dari user
METODE PENGUKURAN

Patok
Kayu

Batas
Lokasi
GPS3

GPS2

GPS4

GPS1

Jalur Pengukuran Situasi


Detil. Jarak antar jalur 75
Jalur
Poligon m. Lebar sayap 50 m (25
m kiri dan 25 m kanan)

2.2.2. Perencanaan Sistem Air Bersih


Perencanaan sistem air bersih dimulai dari mendata kondisi eksisting yang
ada, Pencarian sumberdaya air dan menguji kelayakan sebagai air minum
dengan menggunakan pengujian laboratorium Dinas Kesehatan. Selanjutnya
dilakukan analisis kebutuhan penyediaan sarana air minum.
Secara umum pembangunan sarana air bersih bertujuan untuk menjamin
tersedianya air bersih yang layak di masyarakat (baik dalam segi jumlah
maupun kuantitasnya) dan mendorong penggunaan sarana air bersih yang
sesuai dengan standar kesehatan di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan melalui
program pembangunan sarana air bersih dan sarana lain, seperti sanitasi (air
limbah), persampahan dan sarana-sarana yang lain. Untuk proyek sarana air
bersih, sanitasi dan pelayanan kesehatan harus direncanakan untuk
meningkatkan kepedulian / kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
disekitarnya, sehingga sumber air tetap terpelihara dengan baik, limbah
domestik dikelola dengan baik.
Dalam membangun suatu penyediaan air bersih sistem perpipaan diperlukan
suatu kriteria perencanaan untuk mempermudah menghitung besaran sistem
jaringan transmisi, jaringan distribusi maupun bangunan penunjang.
Kriteria perencanaan untuk sistem perpipaan adalah sebagai berikut :
Sistim pelayanan Kran Umum/Hydran Umum dan Sambungan rumah (SR);
Cakupan pelayanan 60 - 100 % daerah pelayanan;
Jarak minimum antara kran umum/hydran umum 200 meter;
Kebutuhan air : 30-120 lt/orang/hari;
Kebutuhan non domestik : 5-10 % dari kebutuhan domestic;
Faktor kehilangan air : 20 % dari total kebutuhan;
Faktor hari maksimum : 1,1;
Faktor jam puncak : 15-20 %;
Kapasitas reservoir : 2 x hari maksimum;
Periode Design : 10 Tahun;
Koefisien Kekasaran Pipa GI 110 dan PVC : 130

1. Bak Pelepas Tekanan (BPT)


a. Fungsi dari bak pelepas tekanan ini adalah untuk menurunkan tekanan
hidrostatis menjadi nol pada lokasi dimana bak ini dipasang pada jalur
pelayanan.
Bak ini diperlukan bilamana beda tinggi antara sumber air dengan
daerah pelayanan lebih besar dari 80 m.
b. Jumlah bak ini pada suatu sistim perpipaan bisa lebih dari satu, yang
mana jumlah tersebut tergantung pada beda tinggi seperti yang
disebutkan diatas. Sebagai standar dari bak ini, dengan ukuran
sebagai berikut :
- Panjang bersih 1,6 m;
- Lebar bersih 1 m;
- Kedalaman 1 rn
c. Bak pelepas tekanan harus dilengkapi dengan pipa penguras, pipa
masuk, pipa keluar dan pipa peluap.
d. Konstruksi dari bak pelepas tekanan ini adalah sebagaimana yang
diperlihatkan pada gambar.
2. Valve
Valve berfungsi menghentikan aliran dan mengatur aliran. Valve
ditempatkan pada tempat-tempat tertentu sehingga jika ada kebocoran
pipa, tidak semua sistim terganggu tetapi dengan menutup satu atau lebih
valve, daerah yang terganggu akibat kebocoran dapat diperkecil.
Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur
pipa/perbedaan sisa tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan
pada persimpangan jalur pipa tersebut.
3. Air Release Valve.
Air release valve berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap
dalam pipa sehingga aliran air tidak terganggu. Air release valve harus
ditempatkan pada tempat-tempat tertinggi dari jalur pipa. Pada jaringan
distribusi, tidak perlu digunakan air release valve karena kran umum
sudah berfungsi sebagai air release valve setiap saat kran dibuka.
4. Wash out.
Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang
ada di dalam pipa. Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-
tempat terendah dan jalur-jalur pipa sehingga wash out harus
ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur pipa.
5. Reservoir (Bak Penampung)
a. Bak penampung berfungsi sebagai penampung / penyimpanan air
untuk mengatasi problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya
sumber, juga dapat memperbaiki mutu air melalui pengendapan. Bak
ini dapat pula berfungsi sebagai pelepas tekanan;
b. Semua sudut dinding harus dibuat lengkung untuk memudahkan
pembersihan;
c. Pipa keluar harus dipasang kira-k.ira 5 - 20 cm diatas bak;
d. Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi dari pada pipa
masukan;
e. Pipa peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa;
f. Pipa peluap harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran
maksimum yang sudah diperhitungkan;
g. Pipa peluap dan pipa keluaran ke jaringan distribusi harus memakai
saringan;
h. Pada bak penampung harus ada lubang (manhole) yang besarnya
cukup untuk dilewati orang masuk ke dalam bak;
i. Atap/plafon bak penampung harus mempunyai kemiringan yang
cukup sehingga air hujan tidak tergenang di atasnya.
6. Sambungan Rurnah
Pelayanan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan apabila debit air
dapat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk yang dilayani, serta tingkat
penghasilan masyarakat yang sudah cukup tinggi bagi pembayaran
retribusi sambungan rumah. Dalam merencanakan penggunaan
sambungan langsung sebagai sistim pelayanan hal utama yang perlu
diperhitungkan selain masalah tingkat pendapatan penduduk adalah
kapasitas debit sumber diproyeksikan terhadap jumlah penduduk yang
dilayani.
7. Hydran Umum/Kran Umum
Kran umum / Hidran umum terdiri dari suatu peralatan yang dilengkapi
dengan saluran drainase. Sebuah bangunan dibuat sebagai penyangga
untuk pipa dan kran dimana biasanya bangunan ini dilengkapi pula
dengan stop kran sebagai pengatur aliran atau penggunaan air. Bangunan
penyangga dapat dibuat dari pasangan bata, batu kali bahkan apabila
keadaan memaksa, dapat menggunakan balok kayu. Umumnya kran
umum/hidran umum ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan
sebanyak mungkin rumah, mudah dicapai oleh pemakai, namun aman dari
lalu lintas kendaraan.
Jarak dari rumah pemakai yang terjauh tidak lebih dari 200 meter. Jarak
yang paling baik adalah 100 meter dari pemakai terjauh.
8. Menghitung Kebutuhan Air dan Proyeksi Penduduk
Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk sepuluh tahun yang akan datang dan kebutuhan rata-
rata setiap pemakai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table
9. Menentukan Jenis Pipa
Untuk sistim penyediaan air bersih pedesaan, jenis pipa yang digunakan
adalah pipa PVC dan GI. Pada prinsipnya pada semua sistim perpipaan,
pipa PVC harus digunakan, Pipa GI hanya bisa digunakan apabila Pipa
tidak bisa ditanam karena dipasang pada daerah berbatu keras, pada
jembatan pipa dan kran umum.
10. Menentukan Diameter Pipa dan perhitungan Hydraulik
Untuk memudahkan perhitungan dan pemeriksaan disain, harus dibuat
gambar skema distribusi dan skema hydraulis, kemudian ditentukan node
pada jalur pipa dan diberi nomor. Gambar skema distribusi
menggambarkan seluruh jaringan pipa dengan semua node, elevasi node,
panjang pipa dan kran umum yang akan dipasang dalam daerah tersebut.
Untuk lebih memepercepat perhitungan maka dapat menggunakan
program Epanet.
11. Menghitung kecepatan aliran dalam pipa
V = Q/A
Dimana:
V = Kecepatan aliran dalam pipa.
Q = Debit air yang mengalir
A = Luas penampang pipa
12. Hitung kehilangan tekanan per 1000 m (hf/1000) dengan menggunakan
rumus Hazen William atau tabel Hazen William.
Q = 0,282 x C x D2,63x S0,54
Dimana :
Q = debit dalam m/s
C = koefesien kekasaran pipa (130)
D = diameter pipa dalam m
S = slope
13. Detail Sambungan
Dalam membuat detail sambungan antara jalur-jalur pipa diperlukan
accessories / perlengkapan pipa. Jenis dan ukuran accesories yang
disediakan dapat dilihat dalam lampiran. Standard sambungan dan
kebutuhan accesories untuk bronkaptering, pelepas tekanan, dan taping
untuk kran umum.
14. Jembatan Pipa
a. Merupakan bagian dari pipa distribusi yang menyeberang
sungai/saluran atau sejenis, di atas permukaan tanah/sungai;
b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan
pipa L;
c. Jika diijinkan oleh instansi yang berwenang, jembatan pipa
ditempatkan pada jembatan yang ada dengan ketentuan mengikuti
peraturan yang dikeluarkan oleh instansi tersebut.

2.2.3. Perencanaan Sanitasi


Indentifikasi sistem sanitasi yang dibutuhkan merupakan langkah yang akan
dilakukan dalam perencanaan sanitasi lingkungan perumahan dan
permukiman. Indentifikasi ini diikuti dengan pendataan kapasistas dan kondisi
saat ini. Kajian yang ditampilkan dalam pengajuan hasil Perencanaan, menitik
beratkan kepada analisis kebutuhan dan penerapan teknologi yang tepat guna
bagi masyarakat. Air limbah yang berasal dari rumah tangga harus diolah atau
dialirkan ke tempat pengolahan agar tidak menimbulkan pencemaran yang
membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan permukiman. Untuk itu
harus ditangani dengan benar dan tuntas.
Air limbah yang dibuang sembarangan akan mengakibatkan :
Penyebaran penyakit, seperti diare, gatal-gatal, dan sebagainya;
Pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan kerugian berupa :
- Pengotoran terhadap sumber air bersih;
- Timbulnya bau yang tidak sedap;
- Keadaan lingkungan yang tidak nyaman/kotor.
Untuk menanggulangi air limbah diperlukan kesadaran tinggi dari masyarakat
tentang arti kebersihan dan kesehatan sehingga diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai, yang tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah tetapi menjadi kewajiban bersama oleh masyarakat.
Untuk menangani pembuangan air limbah terdapat beberapa sistem yaitu :
Sistim Sanitasi pembuangan setempat, yang biasa dikerjakan sendiri oleh
masyarakat, yaitu dengan membuat cubluk atau tangki septic di halaman
rumah sesuai dengan persayarat teknis yang berlaku.
Sistem Sanitasi pembuangan terpusat yaitu dengan membangun jaringan
saluran air limbah yang akan mengalirkan limbahnya ke suatu tempat
pengolahan.

2.2.4. Perencanaan Drainase


2.2.4.1. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Tata cara perhitungan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
dalam merencanakan struktur drainase permukaan jalan.
Adapun yang dimaksud dengan saluran drainase disini adalah :
a. Saluran samping jalan
Yaitu saluran drainase yang terletak di sebelah kiri dan kanan jalan,
karena saluran juga difungsikan sebagai penampung limbah rumah
tangga yang biasanya menghadap ke arah jalan.
b. Saluran drainase yang berdiri sendiri
Kedua jenis saluran tersebut merupakan satu sistim pembuangan
yang saling terkait.
2. Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam cara
merencanakan drainase permukaan jalan yang sesuai dengan persyaratan
teknis.

2.2.4.2. Ruang Lingkup


Tata cara ini meliputi persyaratan-persyaratan, kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan serta dimensi, kemiringan, jenis bahan, tipe
saluran samping jalan dan gorong-gorong.
2.2.4.3. Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1. Drainase permukaan adalah sistim drainase yang berkaitan dengan
pengendalian air permukaan;
2. Intensitas hujan (I) adalah besarnya curah hujan maksimum yang akan
diperhitungkan dalam desain drainase;
3. Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air
untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik
pembuangan;
4. Debit (Q) adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampang
melintang saluran atau jalur air persatuan waktu;
5. Koefisien pengaliran (C) adalah suatu koefisien yang menunjukkan
perbandingan antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis
permukaan terhadap jumlah air yamg ada;
6. Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan air,
dan biasanya melintang jalan;
7. Saluran samping jalan adalah saluran yang dibuat di sisi kiri dan kanan
badan jalan.
2.2.4.4. Persyaratan-persyaratan
Hal yang disyaratkan dalam perencanaan sistem drainase, adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat
sepenuhnya berdaya guna;
2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor
ekonomi dan faktor keamanan;
3. Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan
dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut;
4. Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai
pengumpul drainase;
5. Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal,
tetapi harus diperhatikan dalam perencanaan terutama yang berhubungan
dengan air keluar.
2.2.4.5. Ketentuan-ketentuan
Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan, saluran samping, gorong-gorong dan saluran
penangkap (lihat gambar).

2.2.4.6. Saluran Samping Jalan


Hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan saluran adalah sebagai
berikut:
1. Bahan bangunan saluran samping jalan ditentukan oleh besarnya
kecepatan rencana aliran air yang akan melewati saluran samping jalan
(lihat tabel dibawah ini).

KECEPATAN ALIRAN AIR YANG DIIJINKAN


BERDASARKAN JENIS MATERIAL

Kecepatan AliranAir
Jenis Bahan Yang diizinkan
(m/detik)
Pasir Halus 0.45
Lempung kepasiran 0.50
Lanau aluvial 0.60
Kerikil halus 0.75
Lempung kokoh 0.75
Lempung padat 1.10
Kerikil kasar 1.20
Batu-batu besar 1.50
Pasangan batu 1.50
Beton 1.50
Beton bertulang 1.50
2. Kemiringan saluran samping ditentukan berdasarkan bahan yang
digunakan; hubungan antara bahan yang digunakan dengan kemiringan
saluran samping arah memanjang yang dikaitkan dengan erosi aliran (lihat
tabel berikut ini)

Kemiringan saluran samping (i)


Jenis material
(%)
Tanah Asli 05
Kerikil 5 7.5
Pasangan 7.5

3. Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan bagi saluran


samping jalan yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar,
(lihat gambar pematah arus dibawah ini).

PEMATAH ARUS

i%

HUBUNGAN KEMIRINGAN SALURAN SAMPING JALAN ( I )


DAN JARAK PEMATAH ARUS ( L )

i(%) 6% 6% 7% 9% 10 %
L(m) 16 m 10 m 8m 7m 6m

4. Tipe dan jenis bahan saluran samping didasarkan kondisi tanah dasar,
kedudukan muka air tanah dan kecepatan abrasi air.
5. Penampang minimum saluran samping 0.5 m2.
2.2.4.7. Gorong-gorong Pembuang Air
Gorong-gorong pembuang air meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari
saluran samping dan membuangnya.
2. Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah
pengaliran secara efisien.
3. Harus dibuat dengan tipe yang permanen (lihat gambar bagian gorong-
gorong).
Bagian gorong-gorong terdiri dari tiga bagian konstruksi utama, yaitu:
Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian
hulu ke bagian hilir secara langsung.

2.2.4.8. Dasar Perhitungan Dimensi Saluran


Penampang Basah Saluran drainase dan Gorong-gorong dihitung
berdasarkan :
1. Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit
maksimum (Ae) yaitu :
a. Saluran bentuk trapesium :

h 1

Ae = (b + m.h) h

P = b + 2h (1 + m 2 )

Ae
R=
P
Keterangan :
B = lebar saluran (m)
h = dalamnya saluran yang tergenang air (m)
m = perbandingan kemiringan talud
R = jari-jari hidrolis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2)

HUBUNGAN KEMIRINGAN TALUD DAN BESARNYA DEBIT

Debit air Q ( m3/ detik ) Kemiringan Talud


0.00 - 0.75 1 : 1
0.75 - 15 1 : 1.5
15 - 80 1 : 2

b. Saluran bentuk segi empat :

Ae = b h
Ae
R=
P
P = b + 2h
Keterangan :
B = lebar saluran (m)
h = dalamnya saluran yang tergenang air (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2)

2. Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V) rumus :


Q
Ad =
V
Keterangan :
Ad = Luas penampang (m2)
Q = Debit air (m3/dtk)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
3. Selanjutnya dimensi saluran ditentukan atas dasar :

A e = Ad

Keterangan :
Ae = Luas penampang ekonomis (m2)
Ad = Luas penampang berdasarkan debit air yang ada (m2)

Untuk gorong-gorong yang berbentuk metal gelombang, hanya


diperhitungkan debit air dan penentuan penampang basah disesuaikan
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

2.2.5. Perencanaan Listrik


Perencanaan listrik disini mengacu pada Peraturan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL 2000), dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-0225-2000)
dari Badan Standarisasi Nasional. Namun tetap mengikuti Sistem jaringan
yang sudah ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang di keluarkan oleh
PLN Wilayah Provinsi Aceh.

2.2.7.1. Instalasi Listrik Desa


1. Umum
a. Yang dimaksud dengan instalasi listrik desa adalah instalasi listrik
untuk pembangkitan, distribusi, pelayanan, dan pemakaian tenaga
listrik di desa dengan konstruksi yang disederhanakan.
b. Instalasi listrik desa hanya berlaku bagi daerah pedesaan (di desa),
dan diterapkan pada satu lokasi atau kasus berdasarkan kondisi yang
masih memerlukannya dengan memperhatikan persyaratan-
persyaratannya.
2. Instalasi rumah sederhana di desa
a. Ketentuan Umum
Ketentuan dalam pasal ini diperuntukkan bagi instalasi rumah
sederhana di desa dengan batas alat pembatas arus maksimum 10 A
dengan tegangan nominal maksimum 230 volt fase tungggal.
b. Ketentuan Khusus
Instalasi rumah sederhana tidak memerlukan gambar instalasi;
Instalasi rumah sederhana boleh dipasang oleh pelaksana instalasi
listrik desa yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang;
Instalasi dipasang terbuka, kabelnya dipasang pada permukaan
dinding, tiang rumah dan bagian dari bangunan lainnya yang
terbuat dari atau dialasi dengan kayu/papan dan bahan lainnya
yang tidak mudah tersulut api;
Instalasi hanya terdiri atas satu sirkit yang dilengkapi dengan
gawai proteksi arus lebih maksimum 10 A;
PHB yang digunakan harus dari jenis tertutup dengan kotak dari
bahan yang tidak mudah terbakar. PHB dipasang pada dinding
tembok atau papan.
1) Penghantar
- Sebagai penghantar digunakan kabel berisolasi ganda
(misalnya NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga
pejal dengan penampang tiap intinya minimum 1.5 mm2.
- Kabel dicabangkan dalam kotak percabangan dengan
penyambungan yang baik.
2) Titik beban
- Jumlah titik beban maksimum sembilan buah, termasuk kotak
kontak sejumlah maksimum tiga buah.
- Kotak kontak yang digunakan harus dari jenis yang dilengkapi
kontak proyeksi, dan dipasang setinggi minimum 1,25 m dari
lantai.
- Pembumian untuk instalasi rumah sederhana dilaksanakan
dengan memasang elektrode bumi yang dihubungkan dengan
terminal pembumian pengamanan pada PHB secara langsung
atau melalui meter KWh.
c. Sambungan Rumah Desa (SRD)
Ketentuan ini berlaku bagi sambungan rumah untuk instalasi
sebagaimana dimaksud dalam Instalasi Rumah sederhana.
SRD terdiri dari kabel instalasi berinti dua dengan penampang
setiap intinya minimum 4 mm2 Cu atau yang setaraf.
Selain yang tersebut di atas, SRD dapat menggunakan dua
penghantar yang terdiri atas satu penghantar fase berisolasi
dengan penampang minimum 4 mm2 Cu, atau yang setaraf, dan
satu penghantar netral atau penghantar proteksi yang mempunyai
KHA sekurang-kurangnya sama dengan penghantar fasenya.
Bahan isolasi untuk SRD harus tahan cuaca dan sinar matahari
daerah tropis.
- Panjang rentang SRD maksimum 45 meter dengan
memperhitungkan kekuatan tarik SRD-nya.
- Jumlah rumah/sambungan per SRD maksimum tujuh buah,
atau panjang SRD maksimum (seri) 200 meter.
- SRD harus dilengkapi dengan pengaman lebur atau MCB
dengan nilai nominal maksimum 10 A dan bila diperlukan
sebuah meter KWh yang dipasang di bagian luar rumah.

2.2.6. Perencanaan Telepon


Telepon sebagai salah satu alat komunikasi, sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Ketiadaan sarana telephone akan mengurangi fungsi interaksi
pada tataran masyarakat komunikasi. Kebutuhan sarana telephone akan
diperhitungkan berdasarkan kapasitas terpasang yang telah direncanakan oleh
PT. Telkom. Satuan rencana telkom akan dijadikan dasar perhitungan
ketesediaan dan perhitungan kebutuhan pada masa lima tahun atau periode
fasilitas sarana ini disediakan.
STANDAR PELAYANAN TELEKOMUNIKASI

No Daerah Standar
1 Bisnis & Perdagangan, Fasilitas Umum 17 SST/100 jiwa
dan Sosial, Kantor Pemerintahan dan
Perumahan
2 Industri, Pariwisata dan Gudang 1 SST/Kav (0,5 Ha)
3 Telephone Umum 1 SST/1000 jiwa

Prasyarat pemasangan telephone dalam desain penampang instalasi di


perumahan mengacu kepada standar telepon dan listrik.

2.2.7. Perencanaan Lansekap


Perencanaan lansekap menggunakan model keserasian, keindahan,
keteraturan dan dinamis. Lingkungan perumahan dan permukiman yang
tertata dengan pendekatan lansekap berkharakter sehat dan bersih. Untuk
mewujudkan lingkungan yang demikian perlu dilakukan pendekatan kultural
pada masyarakat setempat. Jangan sampai desain lansekap terkonsep baik
namun tidak terpelihara dan tidak memiliki jiwa.
Lansekap perumahan dan permukiman bertitik tolak pada penyediaan ruang
untuk keindahan, keserasian, keteraturan dan dinamis. Memadukan
pendekatan perencanaan jalan, drainase, persampahan, sanitasi, air minum,
listrik dan telepon pada konsepsi lansekap sudah mencirikan kawasan yang
bernuansa asri.
Fungsi ekologi desa dengan karakter rumah, prasarana dan ruang terbuka
hijau akan dikemas dalam perencanaan lansekap pada Pekerjaan FS dan DED
PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh). Batasan konsepsi yang lazim
dalam ruang kawasan adalah sebagai berikut :
Komposisi perletakan masa/bangunan secara figuratif dan variatif dalam
membentuk morfologi ruang desa yang berkarakter amorf, linier dan
square dipertahankan.
Urban space yang berupa ruang terbuka dan jalan setapak yang
dimanfaatkan untuk mewadahi suatu pergerakan dan pemberhentian
(duduk-duduk/istirahat) bagi pedestrian dari bangunan satu ke bangunan
yang lain perlu dirancang ulang dengan mempertimbangkan
faktor-faktor :
- Antrophometrik pejalan kaki pada saat berjalan (kemampuan jarak
tempuh, resting point, pola street furniture di daerah resting point).
- Kenyamanan lingkungan (material jalan pedestrian, penerangan alam
dan buatan, pohon sebagai pengarah, peneduh dan estetis, tata
bangunan dan tata lingkungan sekeliling pergerakannya, habitat,
penyediaan street furniture).
- Keamanan lingkungan (penerangan alami & buatan cukup, tata hijau
tidak terlalu rimbun, relling pada ketinggian tertentu atau pada
jembatan).

2.2.8. Perhitungan Biaya


Proses perhitungan biaya terdiri dari tiga fase, pertama melibatkan estimasi
realistik, kedua merencanakan bagaimana estimasi ini dapat diterapkan dan
ketiga adalah proses pengecekan untuk memastikan bahwa desain aktual dan
elemennya dapat dilaksanakan dalam batas rencana biaya. Pola perencanaan
biaya yang akan digunakan menerapkan skema perencanaan seperti :
1. Estimasi Prelimenari (Menggunakan metoda estimasi harga tunggal);
2. Rencana Biaya (Berdasarkan analisis elemental menjabarkan target
biaya);
3. Cek Biaya (Mengevaluasi desain dari segi target biaya);
4. Penyesuaian Tender (Perbandingan tender yang diterima dan rencana
biaya akhir);
5. Kontrol Biaya Pasca Kontrak (Pengendalian biaya selama pelaksanaan
kontruksi).

2.2.9. Penyusunan Dokumen Tender (RKS)


Dokumen tender yang akan dipersiapkan dalam pelaksanaan Pekerjaan FS
dan DED PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh) dilakukan mengacu
kepada pedoman tender dalam Keppres No. 80 tahun 2003 dan revisi
pedoman pelaksanaan pada Perpres No. 7 tahun 2006.
Penyiapan dokumen dalam paket-paket Pekerjaan FS dan DED PLTMH
Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh), disusun berdasarkan persyaratan-
persyaratan yang mendukung berupa Harga Perkiraan Sendiri, Rencana Kerja
dan Syarat, KAK dan Jadwal Kegiatan Pelelangan.

2.2.10. Critical Path Methode (CPM)


Mengalir sebagaimana telah dijelaskan pada pendekatan dan metodologi,
maka Pekerjaan FS dan DED PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh)
dilaksanakan dengan menggunakan model CPM. Tahapan pelaksanaan setiap
kegiatan dirancang sesuai dengan waktu dan kebutuhan sdm. Lintasan kritis
dalam pelaksanaan ditetapkan bila satu jalur utama dengan ketersediaan
waktu dan sdm membutuhkan waktu paling lama dan paling cepat dapat
dilalui sesuai dengan ketetapan maka sekuensial kritis tergaris pada jalur
hambatan dari waktu dan sdm secara bersamaan.
Penggambaran CPM pada gambar 5.5 memposisikan bahwa asumsi waktu 195
hari yang ditetapkan dalam KAK dapat ditempuh dengan membagi alur
kegiatan kedalam kerangka pendekatan satuan kegiatan. Pada saat
bersamaan, tim pengukuran berkerja dengan tim pengumpul data primer
satuan kerja Air Mimun, Sanitasi, Drainase, Persampahan, Jalan, Lansekap
dan Listrik dan Air Bersih. Jalur kritis terkontrol adalah simpul dimana semua
kegiatan dipadukan, bila satu tim terhambat maka menunda kegiatan
selanjutnya. CPM akan memberi waktu kendali yang efektif untuk bertindak
bila satu kegiatan tertunda dengan membuat jalur dummy, sehingga tidak
mengganggu kegiatan yang sudah terjadwal. Metoda kerja ini diharap menjadi
nilai lebih, agar pemberi pekerjaan memahami kondisi aktual yang
direncanakan dan ketepatan realisasi yang ingin dicapai.
METODA JALUR KRITIS PENYUSUNAN DED
2.3. Program Kerja
Setelah konsultan menerima Surat Perintah Mulai Kerja yang dikeluarkan oleh
pemberi tugas, dalam hal ini Dinas Pertambangan dan Energi Aceh.
Kegiatan yang tercantum dalam KAK pelaksanaan Pekerjaan FS dan DED
PLTMH Kabupaten Gayo Lues (Migas Aceh) ini dapat diuraikan sebagai
berikut :

2.3.1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan


Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh konsultan pada tahap persiapan
pelaksanaan pekerjaan mencakup : mobilisasi, koordinasi, sosialisasi dan
penelaahan/pemahaman dokumen.

2.3.2. Mobilisasi
Personil yang sesuai dengan persyaratan yan ditentukan dalam Dokumen
Seleksi Umum akan segera dimobilisasikan ke lokasi pekerjaan pada waktu
yang telah ditetapkan sesuai dengan surat mobilisasi atau Surat perintah Mulai
Kerja (SPMK).

2.3.3. Koordinasi
Sebagai langkah awal sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, perlu
dilaksanakan koordinasi antara unsur-unsur yang terkait. Koordinasi dimulai
dari organisasi konsultan dengan menjelaskan tugas dan tanggungjawab
masing-masing personil serta hubungan kerja antara satu sama lainnya.
Berkaitan dengan Penetapan lokasi yang ditentukan kriterianya, ada baiknya
dipetakan sejak awal agar kondisi lokasi tidak serba pasti. Hal ini akan
dituangkan dalam berita acara setiap keputusan yang telah disepakati.
2.3.4. Sosialisasi
Pada bagian sosialisasi ini, konsulatan dengan melibatkan masyarakat
setempat membentuk tim lokal untuk membantu melakukan survey.
Diaharapkan dengan peran aktif masyarakat, sejak dini telah dipahami
maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan. Harapan lain adalah
terbangun sikap bersama dalam membangun infrastruktur perumahan dan
permukiman.

2.3.5. Penelaahan, Pemahaman dan Survey Lapangan


Sebelum tahap pelaksanaan pekerjaan dimulai, konsultan akan menelaah dan
memahami kondisi desa yang didalamnya mencakup :
1. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan
Kondisi Topografi;
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya.
2. Kondisi Infrastruktur di Kawasan Rencana
Air Bersih;
Sanitasi;
Drainase;
Persampahan;
Jalan;
Listrik;
Telepon;
Lansekap.
Semua kondisi awal desa-desa yang menjadi program perencanaan akan
dilakukan survey secara detail setelah adanya pertemuan dengan
masyarakat masing-masing desa sehingga setiap komponen pekerjaan
yang akan direncanakan merupakan hasil pemikiran-pemikiran yang
terjaring dalam pertemuan dan sosialisasi. Pengumpulan data existing
yang bersumber dari informasi masyarakat atau instansi terkait akan
memberikan gambaran desa sebelum terjadi bencana alam.
3. Pengumpulan Data
Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan pada tahap
pengumpulan data skunder untuk review dan klarifikasi,
penelaahan/pemahaman sehingga sesuai dengan kebutuhan analisis
mencakup :
Mengumpulkan data dan informasi;
Profil sosial, ekonomi dan budaya;
Tata guna lahan;
Fasilitas umum dan social;
Infrastruktur dan utilitas;
Menjaring opini masyarakat;
Melakukan workshop perancangan pedesaan;
Menyusun tujuan dan sasaran perancangan;
Membentuk visi kawasan pedesaan;
Hasil pemetaan desa;
Peta Digitasi
4. Survey Lapangan
Survei lapangan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi kondisi
lapangan pada masing-masing komponen pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
5. Analisa infrastruktur :
Kondisi jaringan jalan, kebutuhan lajur dan lebar jalan, geometric
jalan, dan struktur jalan;
Pemilihan sistim drainase yang digunakan, penanganan dari
genangan, hidrologi, hidrolika, perhitungan debit banjir dan
penentuan piel banjir, serta dimensi saluran serta struktur/konstruksi
saluran dan bangunan pelengkapnya;
Sistim dan jeringan air bersih, tingkat pelayanan, perhitungan jeringan
dan dimensi perpipaan ataupun penggunaan sistim lain untuk
penyediaan air bersih;
Teknologi dan kebutuhan prasarana air limbah;
Sistim dan pengelolaan persampahan, tingkat pelayanan, kebutuhan
prasarana dan sarana pembuangan sampah;
Layout jaringan kabel telepon dan kebutuhan prasarana telepon
lainnya;
Analisa perletakan titik lampu penerangan jalan di kawasan utama
yang direncanakan;
Menganalisa dan merumuskan tata hijau lansekap kota;
Menyusun disain alternatif disain konstruksi masing-masing komponen
pekerjaan;
Pemilihan bahan-bahan bangunan yang mudah didapat;
Melakukan perhitungan-perhitungan detail teknis dan stabilitas
bangunan;
Penggambaran teknis dan detail-detailnya pada masing-masing
komponen pekerjaan;
Melakukan perhitungan volume pekerjaan dan anggaran biaya
pelaksanaan dan pengadaan harang pada masing-masing komponen
pekerjaan;
Menyusun spesifikasi teknis berdasarkan gambar-gambar detail untuk
jenis pekerjaan yang ada.

2.3.6. Penyusunan Skenario Perencanaan


Bersama masyarakat menyepakati konsep dan skenario perencanaan desain
infrastruktur di kawasan yang direncanakan.
Tahap penyusunan skenario infrastruktur antara lain :
Menyusun kriteria umum perancangan dan pengembangan model;
Membuat alternatif konsep perancangan desa;
Elaborasi setiap alternative;
Memilih alternatif konsep terbaik;
Pengembangan rancangan;
Memasukkan rekomendasi dari hasil analisa dalam rancangan;
Presentasi dan asistensi (Design Review) kepada masyarakat.

2.3.7. Keluaran
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan penyusunan Detail Engineering Design
(DED) dapat menghasilkan keluaran antara lain :
Pembuatan Gambar Detail;
Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
Pembuatan Rencana Volume dan Rencana Anggaran Biaya;
Pembuatan Program Pelaksanaan.

2.3.8. Produk Laporan


Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa pada umumnya
merupakan laporan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang dituangkan
dalam bentuk hard copy pada waktu tertentu.
Jenis Produk Pelaporan yang harus dipersiapkan dan diserahkan oleh
konsultan perencana kepada Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan
Kawasan Permukiman Perdesaaan antara lain sebagaimana yang diuraikan
dibawah ini :

1. Gambar Kerja Ukuran Kertas A3, Rencana Anggaran Biaya (RAB)


dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Menyampaikan Gambar Kerja berikut Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) yang akan dipergunakan
dalam proses tender pelaksanaan fisik.
Laporan ini harus mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis dan hasilnya
digandakan dalam 5 (lima) eksemplar. Laporan diserahkan paling lambat 2
(dua) bulan setelah SPMK ditandatangani.
Laporan Final ini berisikan gambar DED yang berupa :
Gambar-gambar kerja rencana prasarana dan sarana dasar yang akan
dibangun, dengan susunan sebagaimana diuraikan dalam ruang
lingkup;
Rancangan Anggaran Biaya (RAB);
Spesifikasi Teknis dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) untuk
kebutuhan pelaksanaan proses lelang fisik dan pelaksanaan fisik;
Copy Compact Disc (CD) Seluruh Hasil dan Data Perencanaan dalam
format yang bisa diedit sejumlah 5 (lima) eks.
Dalam hal dimana standar hasil perencanaan belum ditetapkan atau
belum merinci keluaran yang harus dihasilkan secara lengkap maka
Konsultan Perencana diminta untuk menghasilkan keluaran yang lengkap
sesuai dengan kebutuhan program. Kelancaran pelaksanaan program
yang berhubungan dengan perencanaan, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Konsultan Perencana.

2.4. Struktur Organisasi Personil


Untuk melaksanakan proyek Penyusunan Detail Engineering Design (DED)
Kawasan, diperlukan penataan organisasi yang khusus untuk mengelola
kegiatan dengan baik. Sebagaimana tercantum dalam KAK yang menetapkan
sejumlah tenaga ahli dan pendukungnya yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan, maka untuk mendapatkan koordinasi yang baik dibutuhkan struktur
keproyekan yang bersifat matrik (lihat pada gambar dibawah ini). Kelebihan
struktur organisasi matrik ini adalah tingkat pemahaman dan profesionalisme
yang setara, sehingga setiap bidang dapat berkerja dan berkoordinasi secara
dinamis antar ahli dan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.
Dalam struktur organisasi ini akan menjelaskan tata hubungan kerja antara
pemberi tugas dengan konsultan, serta seluruh perangkat lainnya yang terlibat
dalam pelaksanaan penyusunan pekerjaan ini dengan penjelasan sebagai
berikut :
1. Pemberi Tugas dan Tim Teknis (PPK)
Pemberi Tugas dan Tim Teknis (PPK) merupakan perangkat yang memberi
pekerjaan dan bertanggung jawab penuh dalam memantau serta
mengelola pelaksanaan pekerjaan, baik pekerjaan dikantor maupun
dilapangan.
2. Direktur/Pimpinan Konsultan
Direktur/Pimpinan Konsultan bertanggung jawab kepada pihak pemberi
tugas mengenai keselurahan pekerjaan dan mengatur koordinisasi tim
pelaksana proyek dengan staff pendukung.
3. Ketua Tim
Ketua Tim adalah penanggung jawab pelaksana pekerjaan yang dalam hal
ini adalah Team Leader yang bertanggung jawab penuh atas hasil
pekerjaan dan teknik pelaksanaan pekerjaan. Ketua Tim mengkoordinir
tata hubungan kerja antara masing-masing anggota tim.
4. Anggota Tim
Anggota Tim yang terdiri dari beberapa tenaga professional dan tenaga
pendukung bertanggung jawab atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan
yang menjadi bidang tugasnya masing-masing.

Struktur organisasi proyek yang diusulkan oleh konsultan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar lampiran dibawah ini.
STRUKTUR ORGANISASI HUBUNGAN KERJA

OWNER DIREKTUR/PIMPINAN
PERUSAHAAN

PPK PKPP
TEAM LEADER
BADAN PEMBINAAN
DAYAH

Tenaga Pendukung :
1. SURVEYOR
2. PEKERJA LOKAL
3. SEKRETARIS/ADM
4. OPERATOR KOMPUTER/OFFICE BOY
5.

AHLI GEOLOGI AHLI ESTIMASI BIAYA


AHLI HIDROLOGI AHLI UTILITAS

AHLI MESIN /AHLI


ELEKTRO
3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar dibawah ini menyajikan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang
menggambarkan jenis kegiatan utama, waktu dan lama kegiatan. Jadwal
kegiatan tersebut disusun berdasarkan pendekatan dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan sebagaimana telah dijelaskan secara lengkap pada Bab
sebelumnya serta mengacu kepada ketentuan didalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK).
4. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
4.1. Komposisi Tim
Tim Konsultan Perencana untuk Pekerjaan FS dan DED PLTMH Kabupaten
Gayo Lues (Migas Aceh) akan dipimpin oleh seorang Team Leader, Ahli Mesin,
Ahli Elektro, Ahli Hidrologi, Ahli Geologi, Ahli Teknik Sipil, Ahli Estimasi Biaya
dan Ahli Utilitas (ME) dan dibantu oleh 2 orang Surveyor dan Pekerja lokal 3
orang. Tim ini akan dilengkapi dengan beberapa Staf Pendukung yang antara
lain Sekretaris 1 Orang, Draftman/CAD Operator 1 Orang, serta Operator
Komputer 1 orang.
Tim Konsultan akan diorganisasikan dengan baik, dan setiap personil akan
dibina untuk menyadari tugas dan tanggungjawab serta kewajiban mereka
masing-masing, sehingga semua tugas utama yang akan dilaksanakan dapat
berjalan dengan efektif. Metode dan mekanisme pelaksanaan pekerjaan akan
dievaluasi secara berkala untuk memberikan perbaikan seperlunya.
Konsultan mengusulkan Komposisi Tim dan Penugasan sebagaimana tertera
pada tabel berikut ini :
KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
(DAFTAR PERSONIL)

Tenaga Ahli
(Personil Inti)

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
Nama Personil Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
Banta Usman, ST CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Ahli Perencanaan Team Leader Mampu memimpin team kerja secara 3,00 OB
CONSULTANT Infrastruktur efektif dan berpengalaman menjadi
Kawasan team leader dengan kualitas proyek
setara.
Memiliki kemampuan komunikasi dan
daya analisis yang baik terhadap situasi
yang berkembang dan familiar terhadap
permasalahan-permasalahan perumahan
dan permukiman.
Memahami tata kerja pemerintah
setempat.

Adnan Idris, ST CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil Ahli Teknik Sipil
- Mempelajari dan menganalisa data 3,00 OB
CONSULTANT hasil survey serta mendiskusikan
dengan tenaga ahli dalam
mempertimbangkan perencanaan
struktur Bangunan
- Bersama- sama dengan tenaga ahli
membuat perencanaan detail struktur
bangunan fasilitas
- Membuat spesifikasi teknik kontruksi
fasilitas yang telah direcanakan
- Membantu Team Leader dalam
menyusun laporan
Ir. Mukhtar Khalidin CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Teknik Mesin Ahli Mesin - Bertanggung Jawab Kepada Team 2,00 OB
CONSULTANT Leader
- Melaksanakan Semua Kegiatan yang
mencakup pengumpulan data harga
satuan bahan dan upah
- Menyiapkan analisa harga satuan
pekerjaan
- Membuat perhitungan kuantitas
pekerjaan sarana dam prasarana
dilokasi perencanaan
- Membuat perkiraan biaya pekerjaan
konstruksi.

Heri Sahputra, ST CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Teknik Elektro Ahli Elektro - Merencanakan Model Gedung dan Tipe 2,00 OB
CONSULTANT Gedung
- Merencanakan Site Plan dan Blok Plan
- Membuat spesifikasi bangunan

Ir. Ichwan CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Teknik Geologi Ahli Geologi - Merencanakan Model Gedung dan Tipe 3,00 OB
CONSULTANT Gedung
- Merencanakan Site Plan dan Blok Plan
- Membuat spesifikasi bangunan
Tenaga Pendukung
(Pendukung)
Ir. Munar Syafii CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil Draftman CAD
- Mempelajari dan menganalisa 2,00 OB
Muliani, ST CONSULTANT data hasil survey serta
Muniruddin, ST mendiskusikan dengan tenaga
ahli dalam mempertimbangkan
perencanaan struktur Bangunan
- Bersama- sama dengan tenaga
ahli membuat perencanaan
detail struktur bangunan fasilitas
- Membuat spesifikasi teknik
kontruksi fasilitas yang telah
direcanakan
- Membantu Team Leader dalam
menyusun laporan

Hendri Saputra, ST CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Pekerja Lokal 2,00 OB
Muntazir, ST CONSULTANT

Nila Surya Ningsih, SE CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Pembukuan Sekretaris/ADM 2,00 OB
CONSULTANT

Mahmuddin, ST CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Surveyor Surveyor 2,00 OB


Anita, ST CONSULTANT

Mulia Saputra, ST CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Pemograman Operator Komputer 4,00 OB
Azhari CONSULTANT

Tube Name CV. TRY Tenaga Ahli Lokal Office Boy Office Boy 4,00 OB
CONSULTANT
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Nama Perusahaan : CV. TRY CONSULTANT


Study Kelayakan dan DED Pembangunan PLTMH Kabupaten
Pekerjaan : Pidie
Kabupaten
Lokasi : Pidie
Tahun Anggaran : 2014

JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


ORANG
BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV JLH
NO. POSISI NAMA PERSONIL
MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU OB
BULAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

NASIONAL
A. TENAGA PROFESIONAL
1 Team Leader Banta Usman, ST 4 1

2 Tenaga Ahli Teknik Sipil Adnan Idris, ST 3 1

3 Tenaga Ahli Geologi Ir. Ichwan 3 1

4 Tenaga Ahli T. Mesin Ir. Mukhtar Khalidin 2 1

5 Tenaga Ahli T. Elektro Heri Sahputra, ST 2 1


TENAGA
B. PENDUKUNG
1 Tenaga Surveyor Topografi Mahmuddin, ST 1 2
Anita, ST

2 Draftman AutoCAD Muliani, ST 3 3


Ir. Munar Syafi'i
Muniruddin, ST

Tenaga Lokal Surveyor


3 Topografi Muntazir, ST 1 8
Subhansyah, ST
Hendri Saputra, ST
Hendra, ST
Basri, ST
Juwanda, ST
Mukhlis, ST
Mulia Saputra, ST

Subtotal 18

TENAGA
C. ASING

Subtotal 0
Total 18

Masukan Penuh - Waktu Masukan Paruh - Waktu


4.2. Persyaratan Personil
4.2.1. Team Leader
Ahli Sipil (civil engineering) senior sejumlah 1 (satu) orang, Lulusan Perguruan
Tinggi dengan pengalaman kerja paling kurang 5 (lima) tahun serta pernah
bekerja pada proyek sejenis.

4.2.2. Ahli Teknik Mesin


Ahli Teknik Mesin Sarjana S1 Teknik Mesin sejumlah 1 (satu) orang, dengan
pengalaman kerja paling kurang 4 (empat) tahun serta pernah bekerja pada
proyek sejenis.

4.2.3. Ahli Teknik Elektro


Ahli Teknik Elektro Sarjana S1 Teknik Elektro sejumlah 1 (satu) orang, dengan
pengalaman kerja paling kurang 4 (empat) tahun serta pernah bekerja pada
proyek sejenis.

4.2.4. Ahli Teknik Hidrogeologi


Ahli Teknik Hidrologi/Tata Air Sarjana S1 Teknik Hidrologi sejumlah 1 (satu)
orang, dengan pengalaman kerja paling kurang 4 (empat) tahun serta pernah
bekerja pada proyek sejenis.

4.2.5. Ahli Teknik Geologi


Ahli Teknik Geologi Sarjana S1 Teknik Geologi sejumlah 1 (satu) orang,
dengan pengalaman kerja paling kurang 4 (empat) tahun serta pernah bekerja
pada proyek sejenis.

4.2.6. Ahli Teknik Sipil


Sarjana S1 Teknik Sipil (civil engineering) sejumlah 1 (satu) orang, dengan
pengalaman kerja paling kurang 4 (empat) tahun serta pernah bekerja pada
proyek sejenis.
4.2.7. Surveyor
Pendidikan minimal Diploma-3 dan dapat mengumpulkan data sekunder dan
primer di lapangan sejumlah 1 (satu) orang, dengan pengalaman kerja paling
kurang 1 (satu) tahun.

4.2.8. Pekerja Lokal


Lulusan STM/SMU sederajat sejumlah 2 (dua) orang, dengan pengalaman
kerja paling kurang 2 (dua) tahun.

4.2.9. Sekretaris/ADM
Lulusan D3 ekonomi, Sekretaris/sederajat sejumlah 1 (satu) orang, dengan
pengalaman kerja paling kurang 2 (dua) tahun.

4.2.10. Drafman
Lulusan STM/sederajat sejumlah 2 (dua) orang, dengan pengalaman kerja
paling kurang 2 (dua) tahun.

4.2.11. Operator Komputer


Lulusan SMA/sederajat sejumlah 1 (satu) orang, dengan pengalaman kerja
paling kurang 2 (dua) tahun.

4.2.12. Office Boy


Lulusan SMA/sederajat sejumlah 1 (satu) orang, dengan pengalaman kerja
paling kurang 1 (dua) tahun.
5. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
Dalam melaksanakan pekerjaan nantinya, tenaga ahli akan didukung oleh
beberapa tenaga pendukung sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing
demi kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, untuk lebih
jelasnya berikut ini juga kami lampirkan jadual penugasan personil
berdasarkan bidang tugasnya masing-masing sesuai dengan man month yang
dibutuhkan.
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Nama Perusahaan : CV. TRY CONSULTANT


Study Kelayakan dan DED Pembangunan PLTMH Kabupaten
Pekerjaan : Pidie
Kabupaten
Lokasi : Pidie
Tahun Anggaran : 2014

JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


ORANG
BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV JLH
NO. POSISI NAMA PERSONIL
MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU OB
BULAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

NASIONAL
A. TENAGA PROFESIONAL
1 Team Leader Banta Usman, ST 4 1

2 Tenaga Ahli Teknik Sipil Adnan Idris, ST 3 1

3 Tenaga Ahli Geologi Ir. Ichwan 3 1

4 Tenaga Ahli T. Mesin Ir. Mukhtar Khalidin 2 1

5 Tenaga Ahli T. Elektro Heri Sahputra, ST 2 1


B. TENAGA PENDUKUNG
1 Tenaga Surveyor Topografi Mahmuddin, ST 1 2
Anita, ST

2 Draftman AutoCAD Muliani, ST 3 3


Ir. Munar Syafi'i
Muniruddin, ST

Tenaga Lokal Surveyor


3 Topografi Muntazir, ST 1 8
Subhansyah, ST
Hendri Saputra, ST
Hendra, ST
Basri, ST
Juwanda, ST
Mukhlis, ST
Mulia Saputra, ST

Subtotal 18

TENAGA
C. ASING
1
2

Subtotal 0
Total

Masukan Penuh - Waktu Masukan Paruh - Waktu

Anda mungkin juga menyukai