Anda di halaman 1dari 14

Soal Studi Kasus

PT. Tidak Mau Rugi (TMR) merupakan perusahaan bergerak di bidang manufacturing yang
beralamat di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat. Perusahaan didukung 132 orang
karyawan, yang terdiri dari 100 wanita dan 32 laki-laki. Sudah terdapat organisasi P2K3 yang
diketuai oleh manajer SDM dan sekretarisnya yang belum pernah mengikuti pelatihan K3.
Perusahaan mempunyai klinik yang belum mendapatkan pengesahan dari DISNAKER
setempat, pemeriksaan kesehatan secara berkala sebanyak 50 orang tenaga kerja telah
dilaksanakan oleh dokter spesialis yang belum tersertifikasi HIPERKES. Perusahaan
menyimpan bahan kimia Ethylene oxide dengan kuantitas 75 ton dalam tangki timbun,
menggunakan pesawat angkat angkut berupa 1 (satu) buah over head crane dengan
kapasitas 30 ton, 1 (satu) buah mobile crane dengan kapasitas 15 ton, 2 (dua) buah forklift
dengan kapasitas 10 ton; menggunakan 2 (dua) buah boiler yang terletak dalam satu
ruangan, dengan kapasitas masing-masing 15 ton/jam. Perusahaan memakai listrik untuk
penerangan dan mengoprasikan mesin-mesin produksi dengan kapasitas 4 MW. Perusahaan
juga sedang merenovasi gudang dengan menggunakan scaffolding setinggi 8,2 m dengan
mempekerjakan 40 orang pekerja bangunan dengan lama waktu pekerjaan 7 bulan. Untuk
menanggulangi kebakaran, perusahaan sudah memiliki 7 petugas peran kebakaran, 1 regu
penanggulangan kebakaran, namun belum memiliki Ahli K3 Spesialis Penanggulangan
Kebakaran.
Sebagai calon Ahli K3 Umum, bagaimana upaya anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3 di
perusahaan di bawah ini terkait:
1. Kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
2. Pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun
3. Pengendalian listrik dan penanggulangan kebakaran
4. K3 Konstruksi dan bangunan
5. Penerapan kesehatan kerja bagi tenaga kerja
6. Pemakaian boiler & pesawat angkat dan angkut
7. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3?
Jelaskan! Jawab :
1. Kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
PT Tidak Mau Rugi telah memenuhi Permenaker Nomor 4 Tahun 1987 Tentang P2K3
pada Pasal 2 ayat 1 sudah membentuk P2K3. Namun, yang janggal adalah Sekretaris
P2K3 belum mengikuti pelatihan K3 yang seharusnya hal ini P2K3 yang dibentuk tidak
bisa di sahkan karena belum memenuhi Norma kelembagaan/organisasi K3 dan
Keahlian K3 yaitu Menurut Permenaker Nomor 2 Tahun 1992 Pasal 3 Tentang Tata
Cara Penunjukkan AK3U, yang seharusnya sekretaris P2K3 yaitu AK3U harus sudah
mengikuti pelatihan dan lulus seleksi dari tim penilai.

2. Pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun


Perusahaan menyimpan bahan kimia Ethyelene oxide dengan kuantitasi 75 ton
dalam tangki timbun dalam hal ini mengacu pada peraturan Kepmenaker No.187
Tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya, perusahaan
seharusnya tidak
menyimpan Ethyelene oxide dengan kuantitas 75 ton di dalam tangki timbun, karena
sesuai dengan Pasal 13, Lampiran III bahwa Ethyelene oxide termasuk ke dalam
bahan kimia yang sangat reaktif dengan Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebesar 50
ton.

3. Pengendalian listrik dan penanggulangan kebakaran


Seperti pada Permenaker 12 Tahun 2015 Tentang K3 Listrik Pasal 4 maka perusahaan
wajib menerapkan pelaksanaan K3 Listrik di tempat kerja, dan pada Pasal 7
perusahaan tersebut menggunakan listrik dengan kapasitas 4MW yang artinya wajib
mempunyai Ahli K3 dibidang Listrik.
Menurut Kepmenaker 186 Tahun 1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja Pasal 6 ayat 1 dan 2 perusahaan tersebut harusnya mempunyai kurang
lebih 11 petugas peran kebarakan dikarenakan jumlah karyawan berjumlah 132
karyawan dan seharusnya mempunyai regu penanggulangan kebakaran dan Ahli K3
spesialis penanggulangan kebakaran

4. K3 Konstruksi dan bangunan


Penggunaan perancah atau scaffolding dengan tinggi lebih dari 2 meter yakni di PT
Tidak Mau Rugi setinggi 8,2 meter Menurut Permenakertrans 01 Tahun 1989 tentang
K3 Konstruksi dan Bangunan Pasal 13 ayat 2 maka perancah tersebut haruslah diberi
pagar pengaman. Dan berdasarkan Kepdirjend No.20 tahun 2004 yaitu Setiap proyek
konstruksi bangunan penyelenggaraan proyek diatas 6 bulan, harus memiliki
sekurang-kurangnya 1 orang Ahli Utama K3 Konstruksi, 1 orang Ahli Madya K3
Konstruksi dan 2 orang Ahli Muda K3 Konstruksi.

5. Penerapan kesehatan kerja bagi tenaga kerja


Klinik belum mendapatkan pengesahan dari Disnaker dalam hal ini Menurut
Permenaker No. 4 Tahun 1995 tentang PJK3, seharusnya perusahaan memiliki klinik
sebagai PJK3 yang sudah mendapatkan pengesahan dari Disnaker Provinsi Setempat.
Pemeriksaan kesehatan secara berkala sebanyak 50 orang tenaga pekerja diperiksa
oleh dokter spesialis yang belum tersertifikasi HIPERKES dalam hal ini Menurut
Permenaker No 01 Tahun 1979 tentang Pemeriksaan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja perusahaan tersebut juga seharusnya memiliki
dokter spesialis yang tersertifikasi hiperkes, bahwa untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas penyelenggaraan tersebut tenaga para medis hygienes perusahaan dan
keselamatan kerja harus mendapatkan pelatihan dalam bidang hygiene perushaaan,
kesehatan dan keselamatan kerja.

6. Pemakaian boiler & pesawat angkat dan angkut


Seperti yang tercantum pada Permenaker 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat Angkat
Angkut Pasal 142 ayat 2 maka dalam pengoperasian pesawat angkat angkut
perusahaan harus memenuhi kualifikasi yang diatur dalam peraturan tersebut,
dalam hal ini perusahaan menggunakan pesawat angkat angkut berupa 1 over head
crane dengan kapasitas 30 ton maka operator overhead crane tersebut haruslah
minimal 1
orang operator dengan kualifikasi Kelas II karena kapasitas lebih dari 25 ton, 1 buah
mobile crane dengan kapasitas 15 ton maka operator mobile crane haruslah minimal
1 orang operator dengan kualifikasi Kelas III, 2 buah forklift dengan kapasitas 10 ton
maka operator forklift tersebut haruslah memiliki kualifikasi operator forklift Kelas III
Dalam pengoperasian boiler di perusahaan tersebut dengan kapasitas masing-
masing 15 ton/jam oleh karena itu menurut Peraturan Menaker No 01 Tahun 1988
Tentang Kualifikasi Dan Syarat – Syarat Operator Pesawat Uap Pasal 8 Ayat 2
pesawat uap tersebut harus ditangani oleh operator pesawat uap dengan kualifikasi
Kelas I sebanyak 1 orang.

7. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan!


Menurut PP 50 Tahun 2012, Pasal 5 ayat 1&2 bahwa, setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 di perusahaan nya dan kewajiban yang dimaksud pada ayat 1
berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling seidkit 100
orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi serta dapat disimpulkan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai karyawan sebanyak 132 orang pekerja maka wajib
menerapkan SMK3.
SOAL STUDI KASUS

1. Kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3


PT Maju Bersama telah memenuhi Permenaker Nomor 4 Tahun 1987 Tentang
P2K3 pada Pasal 2 ayat 1 sudah membentuk P2K3. Namun, yang janggal
adalah Sekretaris P2K3 belum mengikuti pelatihan K3 yang seharusnya hal ini
P2K3 yang dibentuk tidak bisa di sahkan oleh Disnaker Prov Jawa Barat
karena belum memenuhi Norma kelembagaan/organisasi K3 dan Keahlian K3
yaitu Menurut Permenaker Nomor 2 Tahun 1992 Pasal 3 Tentang Tata Cara
Penunjukkan AK3U, yang seharusnya sekretaris P2K3 yaitu AK3U harus sudah
mengikuti pelatihan dan lulus seleksi dari tim penilai.

2. Pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun


Perusahaan sudah memenuhi persyaratan pada peraturan Kepmenaker
No.187 Tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya Pasal 3
poin B karena sudah memiliki Ahli K3 bidang Kimia yang terlisensi namun
pada poin A belum terpenuhi karena tidak tersedia label dan pada Pasal 6
MSDS/LDKB mengenai bahan kimia klorin tidak diletakkan di tempat yang
mudah diketahui oleh tenaga kerja dan harusnya diletakkan didekat
material/bahan tersebut, Menyimpan bahan kimia Acethylene dengan
kuantitasi 85 ton dalam tangki timbun dalam hal ini mengacu pada peraturan
Kepmenaker No.187 Tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia
berbahaya, perusahaan seharusnya tidak menyimpan Acethylene dengan
kuantitas 85 ton, karena sesuai dengan Pasal 13, Lampiran III bahwa
Acethylene termasuk ke dalam bahan kimia yang sangat reaktif dengan Nilai
Ambang Kuantitas (NAK) sebesar 50 ton.
Dikarenakan pekerja bekerja pada longshift yang artinya bekerja lebih dari 8
jam per hari dan medapatkan paparan kebisingan sebesar 90 dBA dan
getaran sebesar 5 m/det, maka intensitas kebisingan yang diterima sudah
melebihi ambang batas yang di persyaratkan Permenaker No.05 Tahun
2018 Tentang
K3 Lingkungan Kerja pada lampiran B dan D yaitu max 85 dBA pada paparan
maksimal 8 jam per hari dan untuk getaran maksimal 0,866 m/det.

3. Pemakaian pesawat uap & pesawat angkat dan angkut


Dalam penggunaan boiler di perusahaan tersebut dengan kapasitas diatas 20
ton/jam oleh karena itu menurut Peraturan Menaker No 01 Tahun 1988
Tentang Kualifikasi Dan Syarat – Syarat Operator Pesawat Uap Lampiran I
pesawat uap tersebut harus ditangani oleh operator pesawat uap dengan
kualifikasi Kelas I sebanyak 1 orang dan Kelas II sebanyak 1 Orang, selain itu
pada Peraturan Uap 1930 Pasal 40 ketel uap daratan harusnya diperiksa
berkala 2 tahun sekali
Seperti yang tercantum pada Permenaker 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat
Angkat Angkut Pasal 142 ayat 2 maka dalam pengoperasian pesawat angkat
angkut perusahaan harus memenuhi kualifikasi yang diatur dalam peraturan
tersebut, dalam hal ini perusahaan menggunakan pesawat angkat angkut
berupa overhead crane dengan kapasitas 25 ton maka operator overhead
crane tersebut haruslah minimal 1 orang operator dengan lisensi kualifikasi
Kelas III karena kapasitas sampai dengan 25 ton, forklift dengan kapasitas 10
ton maka operator forklift tersebut haruslah memiliki lisensi kualifikasi
operator forklift Kelas III. Selain itu pada Pasal 176 belum terpenuhi karena
pesawat angkat angkut dilakukan riksa uji berkala tidak dilakukan paling lambat
1 tahun sekali
SOAL STUDI KASUS
PT Maju Jaya merupakan pabrik otomotif yang berada di kawasan Cibitung Jawa Barat.
Perusahaan ini beroperasi 3 shift dan memiliki karyawan sebanyak 735 orang, terdiri dari
535 laki-laki dan 200 perempuan. Perusahaan ini belum memiliki P2K3 akan tetapi
mempunyai 3 orang Ahli K3 Umum yang telah mendapatkan surat keputusan dari
Kementerian Ketenagakerjaan R.I. Tugas dari Ahli K3 Umum ini melakukan safety patrol
(pemeriksaan K3) setiap 6 bulan sekali. Perusahaan ini telah memiliki Ruang P3K akan tetapi
tidak mempunyai dokter perusahaan, hanya memiliki paramedis perusahaan yang telah
mempunyai sertifikasi hiperkes. Selain itu, kotak P3K yang tersedia adalah tipe C dan
diletakan hanya di Ruangan P3K sebanyak 1 buah dan area office (kantor) sebanyak 1 buah.
Petugas P3K yang telah memiliki sertifikasi dari Kementrian Ketenagakerjaan dan lisensi
hanya berjumlah 1 orang. Perusahaan memiliki program gladi penanggulangan kebakaran
setiap 2 tahun sekali yang diikuti seluruh tim security serta unit HSE dan sarana proteksi
kebakaran yang disiapkan berupa APAR golongan kebakaran ABC dimana penempatannya
setiap 25 m dan digantung dengan tinggi pemasangan 1.5 m. Unit penanggulangan
kebakaran pada perusahaan tersebut hanya terdiri dari 12 orang petugas peran kebakaran
dan 1 ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Perusahaan ini memiliki pembangkit
sebesar 750 Kva sebanyak 2 buah dan belum memiliki ahli K3 Spesialis Listrik serta Teknisi
yang melakukan pemeliharaan instalasi listrik yang hanya pernah mendapatkan sosialisasi
internal perusahaan. Selain itu, terdapat instalasi penyalur petir tipe konvensional (Franklin)
yang dilakukan riksa uji berkala terakhir pada tahun 2015 .
Sebagai calon ahli K3 Umum, Bagaimana upaya anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3 di
perusahaan dibawah ini terkait :
1. Pemenuhan norma kelembagaan K3 dan Keahlian K3 di perusahaan tersebut.
2. Pemenuhan norma penanggulangan kebakaran dan listrik
3. Pemenuhan norma Kesehatan Kerja
4. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan
SMK3? Jawab :
1. Pemenuhan norma kelembagaan K3 dan Keahlian K3 di perusahaan tersebut.
Perusahaan wajib membentuk P2K3 yang didaftarkan kepada Disnaker Provinsi
setempat sesuai dengan Permenaker No. 4 Tahun 1987 tentang P2K3 dan
penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja, dengan Ahli K3 Umum sebagai skretarisnya
pada Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 3 ayat 2 karena mempunyai lebih dari 100 orang
pekerja

2. Pemenuhan norma penanggulangan kebakaran dan listrik


Pemasangan APAR harusnya Maksimal 15 meter jaraknya antar APAR yang
lainnya yang diatur pada Permenaker 4 Tahun 1980 Pasal 4 ayat 5. Perusahaan
mempunyai APAR ABC yang berbentuk dry chemical mempunyai ketinggian lebih
dari 1,2 meter yang dipersyaratkan Permenaker 4 Tahun 1980 pasal 8.
Perusahaan hanya mempunyai 12 orang pertugas peran kebakaran yang
seharusnya berjumlah
59 orang untuk 735 pekerja dan tidak mempunyari regu penanggulangan kebakar
serta mempunyai 1 Ahli K3 Penanggulangan Kebakaran dan semua itu diatur
pada Kepmenaker 186 Tahun 1999 Pasal 6 Ayat 1 dan 3.
Perusahaan ini mempunyai pembangkit listrik sebesar 750 kVA yang wajib
melaksanakan K3 Lsitrsik dan wajib mempunyai Ahli K3 Listrik dan Teknisi Listrik
sesuai dengan Permenaker 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di tempat kerja.
Instalasi penyalur petir juga harus diuji secara berkala 2 tahun sekali yang sesuai
dengan Permenaker 2 Tahun 1989 Pasal 50 Ayat 2.

3. Pemenuhan norma Kesehatan Kerja


Menurut Permenaker 15 Tahun 2008 seharusnya dengan 735 pekerja, petugas
P3k harusnya berjumlah 8 yang diatur pada Lampiran 1, dan untuk kotak P3K
bagi 735 pekerja disarankan mempunyari 8 kotak P3K Tipe C menurut Lampiran 3
dan menurut Pasal 3 ayat 1 petugas P3K harus terlisensi.
Menurut Permenakertranskop No.1 Tahun 1976 Pasal 2 perusahaan wajib
mempunyai dokter perusahaan yang mendapat Latihan/lisensi Hiperkes guna
pelayanan Kesehatan kerja.

4. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3?


Perusahaan tersebut wajib melaksanakan dan menerapkan SMK3 karena
menurut PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 Pasal 2 perusahaan tersebut
memperkerjakan lebih dari 100 orang yaitu 735 orang
STUDI KASUS PT TIDAK MAU RUGI

PT. Tidak Mau Rugi (TMR) merupakan perusahaan bergerak di bidang manufacturing yang
beralamat di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat. Perusahaan didukung 132 orang
karyawan, yang terdiri dari 100 wanita dan 32 laki-laki. Sudah terdapat organisasi P2K3 yang
diketuai oleh manajer SDM dan sekretarisnya yang belum pernah mengikuti pelatihan K3.
Perusahaan mempunyai klinik yang belum mendapatkan pengesahan dari DISNAKER
setempat, pemeriksaan kesehatan secara berkala sebanyak 50 orang tenaga kerja telah
dilaksanakan oleh dokter spesialis yang belum tersertifikasi HIPERKES. Perusahaan
menyimpan bahan kimia Ethylene oxide dengan kuantitas 75 ton dalam tangki timbun,
menggunakan pesawat angkat angkut berupa 1 (satu) buah over head crane dengan kapasitas
30 ton, 1 (satu) buah mobile crane dengan kapasitas 15 ton, 2 (dua) buah forklift dengan
kapasitas 10 ton; menggunakan 2 (dua) buah boiler yang terletak dalam satu ruangan, dengan
kapasitas masing-masing 15 ton/jam. Perusahaan memakai listrik untuk penerangan dan
mengoprasikan mesin-mesin produksi dengan kapasitas 4 MW. Perusahaan juga sedang
merenovasi gudang dengan menggunakan scaffolding setinggi 8,2 m dengan mempekerjakan
40 orang pekerja bangunan dengan lama waktu pekerjaan 7 bulan. Untuk menanggulangi
kebakaran, perusahaan sudah memiliki 7 petugas peran kebakaran, 1 regu penanggulangan
kebakaran, namun belum memiliki Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran.
Sebagai calon Ahli K3 Umum, bagaimana upaya anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3 di
perusahaan di bawah ini terkait:
1. Kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
2. Pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun
3. Pengendalian listrik dan penanggulangan kebakaran
4. K3 Konstruksi dan bangunan
5. Penerapan kesehatan kerja bagi tenaga kerja
6. Pemakaian boiler & pesawat angkat dan angkut
7. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan!

Permasalahan:

Kelembagaan/organisasi K3 dan Keahlian K3


a) Terdapat Organisasi P2K3 diketuai oleh manajer SDM namun sekretaris P2K3
belum pernah mengikuti pelatihan K3

Jawab:
Pemenuhan norma kelembagaan/organisasi K3 dan Keahlian K3, sebagai berikut:
PT Tidak Mau Rugi sudah memenuhi:
 Permenaker Nomor 4/ 1987 Pasal 2 ayat 1 yaitu setiap tempat kerja
dengan kriteria tertentu wajib membentuk P2K3.
 Permenaker Nomor 4/1987 Pasal 3 ayat 1 yaitu keanggotaan dari
pengusaha susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan Anggota
Namun, PT Tidak Mau Rugi belum memenuhi Norma kelembagaan/organisasi K3
dan Keahlian K3 yaitu
 Menurut Permenaker Nomor 2/1992, Pasal 3, seharusnya perusahaan
memiliki sekretaris yaitu ahli k3 yang sudah mengikuti pelatihan dan lulus
seleksi dari tim penilai.

Pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun


a) Perusahaan menyimpan bahan kimia Ethyelene oxide dengan kuantitasi 75 ton
dalam tangki timbun
Jawab:
Menurut Kep-187/Men/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya,
perusahaan seharusnya tidak menyimpan Ethyelene oxide dengan kuantitas 75 ton
di dalam tangki timbun, karena sesuai dengan Pasal 13, Lampiran III bahwa
Ethyelene oxide termasuk ke dalam bahan kimia yang sangat reaktif dengan Nilai
Ambang Kuantitas (NAK) sebesar 50 ton.
Pengendalian listrik dan penanggulangan kebakaran
a) Menggunakan listrik kapasitas 4MW
Jawab:
Seperti pada Permenaker 12 Tahun 2015 Tentang K3 Listrik Pasal 4 maka
perusahaan wajib menerapkan pelaksanaan K3 Listrik di tempat kerja, dan pada
Pasal 7 perusahaan tersebut menggunakan listrik dengan kapasitas 4MW yang
artinya wajib mempunyai Ahli K3 dibidang Listrik.

b) Memiliki 7 petugas peran kebakaran


Jawab:
Menurut Kep-186/Men/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat
kerja, perusahaan seharusnya memiliki 10 petugas peran kebakaran, karena pada
Kep-186/Men/1999 pasal 6 ayat 1 disebutkan baha petugas kebakaran sekurang-
kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah kerja 25 orang.

c) Belum memiliki ahli k3 spesialis penanggulangan


kebakaran Jawab:
Menurut Kep-186/Men/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat
kerja, perusahaan seharusnya memiliki ahli k3 spesialis penanggulangan
keabakaran, sesuai dengan yang dijelaskan pasal 5 poin d bahwa Ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagai penanggungjawab teknis.
K3 konstruksi dan Bangunan
a) Menggunakan Scaffolding 8,2 m dengan memperkerjakan 40 orang pekerja
dalam waktu 7 bulan
Jawab:
Penggunaan perancah atau scaffolding dengan tinggi lebih dari 2 meter yakni di
PT Tidak Mau Rugi setinggi 8,2 meter Menurut Permenakertrans 01 Tahun 1989
tentang K3 Konstruksi dan Bangunan Pasal 13 ayat 2 maka perancah tersebut
haruslah diberi pagar pengaman

Penerapan Kesehatan kerja bagi tenaga kerja


a) Klinik belum mendapatkan pengesahan dari
Disnaker Jawab:
Menurut Permenaker 4/1995, seharusnya perusahaan memiliki klinik sebagai
PJK3 yang sudah mendapatkan pengesahan dari Disnaker

b) Pemeriksaan kesehatan secara berkala sebanyak 50 orang tenaga pekerja diperiksa


oleh dokter spesialis yang belum tersertifikasi HIPERKES
Jawab:
Menurut Permenaker 1/1979, PT Tidak Mau Rugi seharusnya memiliki dokter
spesialis yang terferifikasi hiperkes, sesuai dengan Permenaker 1/1979, bahwa
untuk dapat melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan tersebut tenaga para
medis hygienes perusahaan dan keselamatan kerja harus mendapatkan pelatihan
dalam bidang hygiene perushaaan, kesehatan dan keselamatan kerja.

Pemakaian boiler dan pesawat angkat dan angkat


a) Satu buah over head crane dengan kapastitas 30 Ton
Jawab:
Menurut Permenaker 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat Angkat Angkut Pasal
142 ayat 2 maka dalam pengoperasian pesawat angkat angkut perusahaan harus
memenuhi kualifikasi yang diatur dalam peraturan tersebut, dalam hal ini
perusahaan menggunakan pesawat angkat angkut berupa 1 over head crane
dengan kapasitas 30 ton maka operator overhead crane tersebut haruslah minimal
1 orang operator dengan kualifikasi Kelas II karena kapasitas lebih dari 25 ton

b) Satu buah mobil crane dengan kapasitas 15


Ton Jawab:
Menurut Permenaker 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat Angkat Angkut, 1 buah
mobile crane dengan kapasitas 15 ton maka operator mobile crane haruslah
minimal 1 orang operator dengan kualifikasi Kelas III.
c) Dua buah forklift dengan kapasitas 10
Ton Jawab :
Menurut Permenaker 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat Angkat Angkut, 2 buah
forklift dengan kapasitas 10 ton maka operator forklift tersebut haruslah memiliki
kualifikasi operator forklift Kelas III.

d) Dua buah boiler 15 ton /jam di dalam satu ruangan


Jawab:
Dalam penggunaan boiler di perusahaan tersebut dengan kapasitas masing-masing
15 ton/jam oleh karena itu menurut Peraturan Menaker No 01 Tahun 1988
Tentang Kualifikasi Dan Syarat – Syarat Operator Pesawat Uap Pasal 8 Ayat 2
pesawat uap tersebut harus ditangani oleh operator pesawat uap dengan kualifikasi
Kelas I

Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan!


a) 132 pekerja yang terdiri dari 100 wanita dan 32 laki-laki

Jawab:
Menurut PP 50 Tahun 2012, Pasal 5 ayat 1&2 bahwa, setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 di perusahaan nya dan kewajiban yang dimaksud pada ayat 1
berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling seidkit 100
orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Dapat disimpulkan bahwa
PT Tidak Mau Rugi wajib menerapkan SMK3.
STUDI KASUS
PT Maju Jaya merupakan pabrik otomotif yang berada di kawasan Cibitung Jawa
Barat. Perusahaan ini beroperasi 3 shift dan memiliki karyawan sebanyak 735 orang,
terdiri dari 535 laki-laki dan 200 perempuan. Perusahaan ini belum memiliki P2K3
akan tetapi mempunyai 3 orang Ahli K3 Umum yang telah mendapatkan surat
keputusan dari Kementerian Ketenagakerjaan R.I. Tugas dari Ahli K3 Umum ini
melakukan safety patrol (pemeriksaan K3) setiap 6 bulan sekali. Perusahaan ini telah
memiliki Ruang P3K akan tetapi tidak mempunyai dokter perusahaan, hanya
memiliki paramedis perusahaan yang telah mempunyai sertifikasi hiperkes. Selain itu,
kotak P3K yang tersedia adalah tipe C dan diletakan hanya di Ruangan P3K sebanyak
1 buah dan area office (kantor) sebanyak 1 buah. Petugas P3K yang telah memiliki
sertifikasi dari Kementrian Ketenagakerjaan dan lisensi hanya berjumlah 1 orang.
Perusahaan memiliki program gladi penanggulangan kebakaran setiap 2 tahun sekali
yang diikuti seluruh tim security serta unit HSE dan sarana proteksi kebakaran yang
disiapkan berupa APAR golongan kebakaran ABC dimana penempatannya setiap 25
m dan digantung dengan tinggi pemasangan 1.5 m. Unit penanggulangan kebakaran
pada perusahaan tersebut hanya terdiri dari 12 orang petugas peran kebakaran dan 1
ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Perusahaan ini memiliki pembangkit
sebesar 750 Kva sebanyak 2 buah dan belum memiliki ahli K3 Spesialis Listrik serta
Teknisi yang melakukan pemeliharaan instalasi listrik yang hanya pernah
mendapatkan sosialisasi internal perusahaan. Selain itu, terdapat instalasi penyalur
petir tipe konvensional (Franklin) yang dilakukan riksa uji berkala terakhir pada
tahun 2015.

1. Pemenuhan Norma Kelembagaan K3 dan Keahlian K3 di perusahaan tersebut.


- Berdasarkan Permenaker Nomor 4 Tahun 1987:
a. PT. Maju Jaya masuk kategori wajib membentuk P2K3 karena sudah
mempekerjakan karyawan lebih dari 100 orang yaitu 735 orang. Dan
juga menjadi tempat kerja yang memiliki risiko yang besar akan
terjadinya kecelakaan saat kerja.
b. Keanggotan P2K3 terdiri dari Kepala perusahaan sebagai ketua
P2K3 dan Sekretarisnya yaitu Ahli K3 Umum dan anggotanya ialah
setiap kepala divisi yang ada diperusahaan.
- Berdasarkan Permenaker Nomor 2 Tahun 1992
a. PT Maju Jaya harus memiliki Ahli K3 Umum karena mempekerjakan
karyawan lebih dari 100 karyawan (735 orang) dan memiliki potensi
risiko bahaya besar.
2. Pemenuhan norma Penanggulangan Kebakaran & Listrik
- Berdasarkan Kepmenaker Nomor 186 Tahun 1999
a. Pada pasal 6 sekurang-kurangnya 2 orang setiap 25 karyawan, untuk
kelas D 36 orang dan untuk kelas C 8 orang.
- Berdasarkan Permenaker Nomor 4 Tahun 1980
a. Pada pasal 4 ayat (5), APAR seharusnya di tempatkan dengan APAR
lainnya tidak lebih dari 15 m, kecuali di tetapkan oleh pegawai
pengawas.
b. Peletakan APAR sudah tidak sesuai dengan peraturan. Karena sesuai
dengan pasal 4 ayat (3) tidak lebih 125 cm dari dasar lantai agar
mudah di jangkau
c. Pada pasal 6 APAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan
konstruksi penguat, atau di letakkan dalam lemari atau box dengan
syarat di beri kaca aman dan tidak di kunci.
d. Dilakukan pemeriksaan dalam jangka waktu 2 kali dalam setahun,
yaitu per 6 bulan dan per 12 bulan.
- Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang listrik
a. Berdasarkan pada pasal 7 perusahaan harus memiliki Ahli K3 Listrik
apabila memiliki pembangkit listrik lebih dari 200 kva jadi setidaknya
harus memiliki 2 Ahli K3 Listrik dan memiliki teknisi listrik.
3. Pemenuhan norma kesehatan kerja
- Permenraker Nomor 15 Tahun 2008 tentang P3K
a. Sudah memiliki ruang P3K dan petugas P3K karena mempekerjakan
karyawan lebih dari 100 orang dan memiliki risiko bahaya.
b. Jumlah kotak P3K tidak sesuai dengan strandard seharusnya setiap
100 orang pekerja memiliki 1 kotak C, 2 Kotak B atau 4 kotak C jadi
seharusnya memiliki 7 kotak C, 14 kotak B dan 28 kotak C.
- Permenaker Nomor 2 Tahun1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
a. Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala yg dilakukan oleh dokter yang memiliki lisensi hiperkes.
b. Dilakukan pemeriksaan khusus bagi usia 40 tahun dan karyawan
Wanita.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012


a. Perusahaan wajib menerapkan SMK3 dikarenakan memperkerjakan lebih
dari100 orang dan mempunyai potensi risiko bahaya besar.

Anda mungkin juga menyukai