Anda di halaman 1dari 4

1.

PT Sejahtera Bahagia memiliki jumlah tenaga kerja 525 orang dengan komposisi pekerja
wanita 100 orang dan pekerja pria 425 orang serta waktu kerja 2 longshift. Perusahaan telah
memiliki bagan struktur organisasi P2K3 akan tetapi komposisi anggotanya hanya dari pihak
manajemen perusahaan serta 1 orang anggota dari pihak pekerja serta belum didaftarkan ke
Dinas Tenaga Kerja Provinsi setempat Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 Umum yang SKP dan
Kartu Tanda Kewenangannya telah habis masa berlaku sejak tahun 2021. Untuk penerapan
SMK3, perusahaan belum memiliki kebijakan K3 yang ditanda tangani oleh pimpinan
perusahaan serta belum pernah melakukan identifikasi potensi bahaya perusahaan.
Perusahaan ini awalnya selalu rutin melakukan pemeriksaan dan pengujian berkala untuk
seluruh objek K3, akan tetapi ketika pandemi tahun 2020, seluruh objek K3 belum dilakukan
pemeriksaan dan pengujian berkala Instalasi listrik juga belum pernah dilakukan
pemeriksaan berkala sejak tahun 2019 Perusahaan memiliki pembangkit listrik dengan
kapasitas 250 KVA dengan personil yang melakukan pemeliharaan adalah Teknisi K3 Listrik.
Instalasi penyalur petir terakhir dilakukan pemeriksaan pengujian berkala tahun 2019 dan
terakhir dilakukan pengukuran grounding oleh Teknisi Maintenance resistansinya mencapai
5,3 ohm. Perusahaan memiliki ketel uap dengan kapasitas 30 ton/jam, akan tetapi operator
yang dimiliki hanya 1 orang operator ketel uap kelas 1 sehingga terdapat shift tertentu yang
pengoperasian ketel uap dilakukan oleh Teknisi Maintenance Perusahaan juga memiliki
forkift dengan kapasitas 20 ton dan dioperasikan oleh Operator Forklift kelas 2 yang telah
mendapatkan sertifikat lisensi dari Kementerian Ketenagakerjaan RI.
Sebagai calon Ahli K3 Umum, bagaimana upaya Anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3 di
perusahaan dibawah ini terkait :

1. kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3?

2. pengendalian terhadap K3 Kelistrikan?

3. pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut?

Jawaban :

1. Kelembagaan/Organisasi K3 dan Keahlian K3:


 Menganalisis struktur organisasi perusahaan dan kebutuhan untuk menyesuaikan dengan
persyaratan K3.
 Mengusulkan penambahan anggota P2K3 dari kalangan pekerja sesuai dengan ketentuan.
 Mendiskusikan dengan manajemen untuk merevisi kebijakan K3 dan menetapkan identifikasi
potensi bahaya serta langkah-langkah pengendalian risiko.
 Mengkoordinasikan pelatihan dan sertifikasi bagi anggota P2K3 dan tenaga kerja lainnya
sesuai dengan kebutuhan.
 Mengajukan permohonan untuk memperbaharui SKP dan Kartu Tanda Kewenangan Ahli K3
Umum yang telah kedaluwarsa.
 Pastikan struktur organisasi P2K3 sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1987.
 Pastikan bahwa anggota P2K3 terdiri dari perwakilan manajemen perusahaan dan pekerja,
seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun
1987 Pasal 3 ayat (1).
 Sekretaris P2K3 harus memiliki kualifikasi yang sesuai, seperti yang diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1987 Pasal 3 ayat (2).
2. Pengendalian terhadap K3 Kelistrikan:

 Melakukan audit menyeluruh terhadap instalasi listrik dan menyusun jadwal pemeriksaan
berkala yang sesuai dengan regulasi.
 Mengoordinasikan dengan Teknisi K3 Listrik untuk melakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan berkala pada instalasi listrik, termasuk pembangkit listrik.
 Menyusun prosedur operasi standar (SOP) yang mengatur penggunaan, perawatan, dan
inspeksi instalasi listrik serta penanganan darurat jika terjadi keadaan darurat.
 Langkah pertama adalah melakukan identifikasi potensi bahaya terkait dengan instalasi
listrik, sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 Tahun 2015
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
 Pastikan untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian berkala terhadap instalasi listrik,
sesuai dengan Pasal 11 ayat (1), dengan pemeriksaan dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali dan ayat (2), dengan pengujian dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
 Pastikan juga bahwa personil yang melakukan pemeliharaan instalasi listrik memiliki
kualifikasi dan keahlian yang sesuai, seperti yang diatur dalam Pasal 7 yang menyatakan
bahwasanya untuk Perusahaan yang memiliki pembangkitan Listrik lebih dari 200 (dua ratus)
kilo Volt-Ampere wajib mempunyai sertifikasi Ahli K3 Bidang Listrik sesuai Peraturan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 Tahun 2015.
 Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1989 tentang pengawasan
instalasi penyalur petir Pasal 54 ayat (1) disebutkan tahanan pembumian dan seluruh system
pembumian tidak boleh lebih dan 5 ohm. Oleh karena itu perlu dibenahi terkait instalasi
penyalur petir tsb dikarenakan tahanan pembumian masih lebih dari 5 ohm (5,3 ohm).

3. Pemakaian Pesawat Uap dan Pesawat Angkat dan Angkut:

 Mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko yang terkait dengan penggunaan ketel uap dan
forklift di tempat kerja.
 Memastikan bahwa operator ketel uap dan forklift telah mendapatkan pelatihan yang
memadai dan memiliki sertifikat lisensi yang sah.
 Mengawasi kegiatan pengoperasian, perawatan, dan inspeksi berkala untuk ketel uap dan
forklift sesuai dengan regulasi yang berlaku.
 Menyusun prosedur operasi standar (SOP) untuk penggunaan, pemeliharaan, dan inspeksi
berkala ketel uap dan forklift serta pelatihan bagi operatornya.
 Pastikan operator pesawat uap (seperti ketel uap) memiliki sertifikasi yang sesuai dengan
peraturan terkait walaupun dia merupakan teknisi maintenance tapi harus memiliki
sertifikasi Operator kelas I atau minimal kelas II, seperti yang diatur dalam Pasal 3 tentang
Kwalifikasi sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun 1988.
 Untuk penggunaan forklift, pastikan kewenangan operator telah sesuai dengan Tugas dan
Kewenangan berdasarkan Pasal 165 ayat (1) untuk Operator Forklift kelas I mengoperasikan
forklift dengan kapasitas lebih dari 15 (lima belas) ton Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 08 tahun 2020 tentang Pesawat Angkat dan Angkut. Bukan
menggunakan operator Forklift kelas II yang mengoperasikan dengan kapasitas sampai
dengan 15 (lima belas) ton sesuai dengan ayat (7).
2. Maju Bersama merupakan pabrik manufacturing yang berada di kawasan îndustri Karawang -
Jawa Barat, beroperasi 2 longshift dan memiliki karyawan sebanyak 235 orang. Perusahaan
ini telah memiliki P2K3 namun belum didaftarkan ke Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Barat dan yang menjadi sekretaris P2K3 adalah manager HRD yang belum pernah
diikutsertakan dalam pembinaan Ahli K3 Umum. Perusahaan ini menyimpan Acethylene
dengan kuantitas 85 ton dan memiliki Petugas K3 Kimia sebanyak 1 orang yang telah
mendapatkan sertifikat dari Kementerian Ketenagakerjaan. Selain itu, terdapat juga
penggunaan chlorine di ruang produksi dimana wadahnya tidak memiliki label serta MSDS
diletakkan di ruang arsip. Perusahaan ini memiliki ketel uap sebanyak 2 buah dengan
kapasitas masing-masing 20 ton/jam. Selain itu terdapat forklift dengan kapasitas 10 ton dan
overhead crane dengan kapasitas 25 ton. Baik ketel uap maupun pesawat angkat angkut
terakhir dilakukan riksa uji berkala pada tahun 2014 dan operator yang mengoperasikan
boiler dan forklift belum memiliki lisensi K3 dari Kementerian Ketenagakerjaan R.I.
Perusahaan ini di ruang produksi memiliki hasil pengukuran kebisingan sebesar 90 dBA, dan
perusahaan sudah memberikan earplug 1x setiap tahunnya, seringkali karyawan membeli
earplug secara mandiri dari luar perusahaan dan pada ruangan terdapat getaran sebesar 5
m/det2.
Sebagai calon Ahli K3 Umum, bagaimana upaya Anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3 di
perusahaan dibawah ini terkait :

1. kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3

2. pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun

3. pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut

Jawaban :

1. Kelembagaan/Organisasi K3 dan Keahlian K3:

 Menganalisis struktur organisasi perusahaan dan kebutuhan untuk menyesuaikan


dengan persyaratan K3.
 Mengusulkan penambahan anggota P2K3 dari kalangan pekerja sesuai dengan
ketentuan.
 Mendiskusikan dengan manajemen untuk merevisi kebijakan K3 dan menetapkan
identifikasi potensi bahaya serta langkah-langkah pengendalian risiko.
 Mengkoordinasikan pelatihan dan sertifikasi bagi anggota P2K3 dan tenaga kerja
lainnya sesuai dengan kebutuhan.
 Pastikan struktur organisasi P2K3 sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1987.
 Pastikan bahwa anggota P2K3 terdiri dari perwakilan manajemen perusahaan dan
pekerja, seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. 4 Tahun 1987 Pasal 3 ayat (1).
 Sekretaris P2K3 harus memiliki kualifikasi yang sesuai, seperti yang diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1987 Pasal 3 ayat (2).
 P2K3 yang telah terbentuk harus disampaikan kepada Menteri dengan tembusan
disampaikan kepada a) kantor Departemen Tenaga Kerja setempat; b) Kantor
Wilayah Departemen Tenaga Kerja sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1987.
2. Pengendalian Lingkungan Kerja, Bahan Berbahaya dan Beracun:

 Lakukan identifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja, termasuk penggunaan


Acetylene dan Chlorine, sesuai dengan Pasal 7, 8, dan 9 Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tempat Kerja.
 Sesuai dengan Pasal 16 ayat (1)(a)(b) Petugas K3 Kimia dengan sistem kerja shift
jumlahnya sekurang-kurangnya 5 (lima) orang bukan 1 (satu) orang dan wajib
mempekerjakan ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

 Pastikan bahwa bahan berbahaya dan beracun disimpan, diolah, dan digunakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti Pasal 5 Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.04/MEN/1988.
 Pastikan MSDS (Material Safety Data Sheet) disimpan dan mudah diakses di tempat
kerja, sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.04/MEN/1988.

3. Pemakaian Pesawat Uap dan Pesawat Angkat dan Angkut:

 Pastikan bahwa semua operator pesawat uap (boiler) dan pesawat angkat dan
angkut (forklift dan overhead crane) telah mendapatkan lisensi K3 dari Kementerian
Ketenagakerjaan RI, sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER.04/MEN/1995 tentang K3 pada Penggunaan dan
Pengoperasian Pesawat Angkat dan Angkut.
 Lakukan pemeriksaan dan pengujian berkala terhadap semua pesawat uap dan
pesawat angkat dan angkut, sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor PER.04/MEN/1995.
 Pastikan bahwa hasil pengukuran kebisingan dan getaran di ruang produksi berada
dalam batas yang aman, sesuai dengan Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/2011 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Listrik.

Anda mungkin juga menyukai