PENGERTIAN
Sistem kerja yang aman sangat penting dalam pekerjaan seperti pemeliharaan pabrik kimia di
mana potensi risikonya tinggi dan memerlukan koordinasi kegiatan serta tindakan pencegahan yang
cermat untuk keselamatan kerja. Dalam situasi ini dan situasi yang memiliki potensi risiko yang serupa,
prosedur perizinan dalam bekerja sangat diperlukan.
Peran dari prosedur perizinan adalah untuk untuk memastikan bahwa pekerjaan yang
berpotensi sangat berbahaya (mis. pekerjaan diruang terbatas) dilakukan dengan aman. Prosedur
perizinan yang dimaksud adalah Izin kerja yang juga merupakan salah satu safe operating prosedure
dalam unit proses.
Sistem izin kerja adalah sebuah sistem otorisasi (pemberian hak) tertulis secara formal yang
digunakan untuk mengendalikan jenis-jenis pekerjaan tertentu yang berpotensi membahayakan. Sistem
izin kerja juga merupakan sebuah sarana komunikasi antara top manajemen, pengawas, operator dan
siapa saja yang melakukan pekerjaan berbahaya dengan masa berlaku izin kerja tergantung dari
kebutuhan pekerjaan atau paling lama 7 hari. Di beberapa perusahaan memilih masa berlaku izin kerja
selama 1 shift kerja.
Penamaan izin kerja ini bemacam-macam. Beberapa perusahaan menyebutnya SIKA (Sistem Izin
Kerja Aman), WPS (Work Permit System), PTW (Permit to Work), SIB (Sistem Izin Bekerja) dan lain
sebagainya.
FILOSOFI
Pada awal dikembangkan, izin kerja dimulai di perusahaan-perusahaan minyak dengan tujuan
utama mencegah kebakaran dan peledakan. Oleh karena itu, konsep dasar dari izin kerja menggunakan
pendekatan pencegahan bahaya kebakaran yang dikenal dengan segitiga api (fire triangle) yang meliputi
3 unsur yaitu sumber bahan bakar, sumber panas dan oksigen.
Dengan demikian, untuk mencegah atau menghindarkan terjadinya api, akan digunakan
pendekatan memutus segitiga api, yaitu menghilangkan bahan bakar, menghilangkan sumber api atau
memutus pasokan oksigen. Hal inilah yang digunakan dalam sistem izin kerja.
Pendekatan Pertama adalah menghindarkan adanya bahan bakar. Di lingkungan unit proses
atau industri kimia seperti kilang minyak akan ditemukan adanya bahan bakar setiap saat karena
merupakan produk yang diolah atau dihasilkan.
Pendekatan ini digunakan dalam izin kerja panas, artinya dizinkan menggunakan atau
menimbulkan apí. Dengan demikian bahan bakar dihindarkan keberadaannya atau harus dikontrol.
Dilakukan pengujian gas (gas tester) untuk memastikan bahwa di tempat kerja tidak terdapat sumber
bahan bakar yang dapat memicu segitiga api.
Izin Kerja Panas, menggunakan atau menimbulkan sumber panas, atau nyala seperti pekerjaan
pengelasan, api dapur, sand blasting, dll. Unsur yang dihindarkan adalah adanya sumber bahan bakar
dengan melakukan gas test. Dengan demikian prinsip Izin Kerja Panas adalah:
- Mencegah atau mengendalikan adanya sumber bahan bakar
- Boleh menggunakan api
- Menggunakan Izin Kerja Panas
Pendekatan Kedua, adalah suatu kondisi dimana keadaan bahan bakar atau gas tidak bisa
dihindarkan dan diperkirakan ada setiap saat. Kondisi ini dapat terjadi jika seseorang bekerja di area unit
proses yang sedang berjalan atas atap tangki timbun. Dalam hal ini aspek dikendalikan adalah adanya
sumber panas atau api yang akan memicu terjadi kebakaran dan ledakan. untuk itu digunakan sistem
izin kerja (cold work) yang artinya:
Mengendalikan Panas
Untuk kondisi ini tidak akan diberikan izin kerja panas tetapi diberikan izin kerja dingin dengan
tindakan anti bunga api.
Pendekatan Ketiga, adalah kondisi kerja dimana yang perlu dikendalikan adalah keberadaan
oksigen atau udara memasuki ruang tertutup atau bekerja di ruangan yang kurang oksigennya Untuk ini
digunakan izin khusus masuk ruang tertutup dimana yang perlu.
Mengendalikan Oksigen
JENIS-JENIS IZIN KERJA
Meskipun prosedur ini telah dikembangkan dan disempurnakan oleh industri kimia, prinsip-
prinsip prosedur izin kerja sama-sama berlaku untuk pengelolaan risiko kompleks di industri lain.
Dimana, fungsi dari prosedur sistem izin kerja adalah untuk memastikan bahwa operasi tertentu
dilarang tanpa izin khusus dari manajer yang bertanggung jawab, izin ini hanya diberikan/diterbitkan
setelah pemeriksaan ketat telah dilakukan untuk memastikan bahwa semua tindakan pencegahan yang
diperlukan telah lakukan dan dipastikan aman. Sehingga, sistem izin kerja aman tidakah terbatas pada
tiga (3) izin kerja diatas. Pada umumnya, izin kerja aman meliputi pekerjaan-pekerjaan:
– Hot work
– Cold Work
– Confined space entry
– Excavation
– Commercial diving
– Work at Height
– Electrical
– Isolation of Hazardous Energy
– Lifting and Rigging
– Dan lainnya sesuai kondisi dan kebutuhan perusahaan
Menurut Hadipoetro, 2014 ijin kerja atau permit to work tidak diperlukan pada saat:
a. Pekerjaan yang dilakukan di masing-masing bagian sebagai pekerjaan rutin
b. Stasiun pemadam kebakaran
c. Daerah latihan pemadam kebakaran
Menurut Hughes dan Farrett, 2016 sistem izin kerja harus mengikuti 8 prinsip sebagai berikut:
Menurut Hughes dan Farrett, 2016 Dokumentasi izin kerja harus memuat item informasi utama
berikut:
Dalam menerima izin, orang yang bertanggung jawab melakukan pekerjaan biasanya akan
melakukan tindakan pencegahan yang dijabarkan pada izin kerja, seperti:
- isolasi daerah;
- melakukan pemantauan atmosfer;
- penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri (APD);
- penyediaan peralatan yang sesuai termasuk penerangan;
- memastikan tingkat pengawasan yang memadai; dan
- pengaturan untuk perpanjangan atau penyerahan izin.
Penerapan sistem izin kerja membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Selanjutnya dapat
diidentifikasi peran dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Site Manager
1. Memiliki tanggung jawab terhadap penerapan dan manajemen sistem izin kerja.
2. Menunjuk senior manager untuk bertindak sebagai senior authorized person.
b. Senior Authorized Person
1. Bertanggung jawab terhadap site manager untuk menerapkan dan melaksanakan sistem izin
kerja
2. Menetapkan pekerjaan yang membutuhkan penerapan sistem izin kerja
3. Menjamin orang-orang yang bertanggung jawab untuk jenis pekerjaan supaya mengetahui
atau memastikan bahwa pekerjaan yang membutuhkan penerapan sistem permit to work
harus selesai dibawah masa berlaku permit.
4. Menetapkan segala keperluan authorized person.
5. Menunjuk perwakilan apabila sewaktu-waktu ia tidak dapat melakukan tanggung jawabnya.
c. Authorized Persons
1. Orang yang memiliki kompetensi terhadap penerbitan permit dan memelihara permit.
2. Melakukan inspeksi ke lokasi atau area untuk memastikan bahwa kondisi dan saran tindakan
pencegahan cocok dan aman untuk melakukan proses pekerjaan tersebut.
3. Bersama dengan competent persons meninjau lokasi untuk memastikan bahwa plant atau
peralatan sudah benar diidentifikasi dan competent person mengerti dan mengetahui izin
tersebut.
4. Pembatalan permit sesuai dengan pemenuhan terhadap pekerjaan tersebut.
d. Competent Persons
1. Menerima izin dari authorized persons.
2. Membaca izin dan memastikan bahwa telah mengerti hingga pekerjaan akan selesai dan
tindakan pencegahan yang akan dilakukan.
3. Memberitahukan bahwa mereka telah menerima permit dengan menunjukkan kedua copy.
4. Memenuhi izin dan memastikan bahwa segala pengawasan telah dilakukan dan dimengerti
serta telah memahami tindakan pencegahan yang akan dilaksanakan.
5. Penyelesaian pekerjaan dan pengembalian izin diberikan kepada authorized persons.
e. Operatives
Membaca dan memenuhi izin dengan segala persyaratan dan melakukan pengawasan dibawah
competent person.
f. Spesialists
1. Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan.
2. Menggunakan teknik dan peralatan yang cocok untuk pengawasan terhadap lingkungan
pekerjaan, seperti area kerja yang kekurangan oksigen dan lain sebagaianya.
3. Memberikan solusi kepada manager untuk melakukan pekerjaan dengan aman.
g. Engineers
Memastikan bahwa izin sudah cocok dan sesuai dengan persyaratan.
h. Contractors
Sistem izin kerja seharusnya diaplikasikan oleh kontraktor dengan cara yang sama oleh personil.
Kontraktor harus diberikan informasi yang cukup memadai dan pelatihan terkait sistem izin
kerja dan tindakan pencegahan yang dipersyaratkan.
Sebagai penutup, sistem izin kerja pada dasarnya adalah sebuah mandatory di Indonesia
sebagaimana termaktub di dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), elemen 6 tentang keamanan bekerja
berdasarkan SMK3 poin 6.1.5 menyatakan bahwa “terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko tinggi”
yang berarti setiap perusahaan harus menerapkan sistem ijin kerja atau work permit system apabila
memiliki pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terkait kegiatan yang ada di perusahaan tersebut.
Referensi:
Ardiansyah, Dodi. 2019. Modul Training: Basic Fire Fighting. Cikarang: Indonesia Satu Persada.
Hadipoetro, Sajidi. 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Jakarta: Yayasan Patra Tarbiyyah
Nusantara.
Hughes, E. Phil dan Ferrett, Ed. 2016. Sixth Edition: Introduction to Health and Safety at Work for the
NEBOSH. New York: Routledge.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Jakarta.
Ramli, Soehatman. 2017. Risk Based Process Safety Management. Bekasi: Yayasan Pengembangan
Prosafe Institute.