Anda di halaman 1dari 2

Nama : Agil Rizkal Hadi Aprila

NIM : 41033300221174
Kelas/Semester : A1/5
Mata Kuliah : Hukum Perikatan
Dosen Pengampu : Widya Marthauli Handayani, S.H., M.H.

Perkara Lindenbaum vs. Cohen adalah suatu tonggak penting yang memperluas
pengertian perbuatan melawan hukum "onrechtmatige daad" Perkara tersebut melibatkan dua
kantor percetakan yang saling bersaing, satu milik Lindenbaum dan satu lagi milik Cohen. Suatu
hari, pegawai yang bekerja di kantor Lindenbaum dibujuk oleh Cohen agar memberitahukan
nama-nama pelanggannya berikut penawaran yang diberikan kepada mereka. Dengan data itu,
Cohen bisa memanfaatkan data-data tersebut untuk membuat suatu penawaran baru yang akan
membuat orang-orang akan memilih kantor percetakannya daripada kantor Lindenbaum.
Untungnya, perbuatan Cohen cepat diketahui oleh Lindenbaum. Akibatnya, Lindenbaum
langsung mengajukan gugatan terhadap Cohen di muka pengadilan Amsterdam. Selain
mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap Cohen, Lindenbaum juga meminta
ganti rugi atas perbuatan Cohen tersebut. Di tingkat pertama Cohen kalah, tetapi sebaliknya di
tingkat banding justru Lindenbaum yang kalah. Di tingkat banding, dikatakan bahwa tindakan
Cohen tidak dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum karena tidak dapat ditunjukkan
suatu pasal dari Undang-Undang yang telah dilanggar oleh Cohen.
Dengan tindakan itu, Cohen tentunya bermaksud akan mempergunakan hal-hal yang ia
ketahui itu, untuk menetapkan suatu siasat agar supaya khayalak lebih suka pergi ke kantor
percetakan daripada ke kantor percetakan Lindenbaum. Untangnya tindakan Cohen ini kemudian
diketahui oleh Lindenbaum, yang merasa dirugikan oleh Cohen. Karena merasa dirugikan, maka
Lindenbaum menggugat Cohen dimuka pengadilan, yaitu Arrondissementtrechtbank atau serupa
Pengadilan Negeri di Amsterdam. Lindenbaum menamakan tindakan Cohen itu adalah suatu
perbuatan melawan hukum dari padal 1401 Bw dan meminta kerugian, pasal 1401 BW ini sama
dengan 1365 Bw. Indonesia menyatakan, “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.”
Dalam pemeriksaan tingkat pertama, Cohen dikalahkan, tetapi dalam pemeriksaan
perkara tingkat banding Gerechtschof di Amsterdam, Lindenbaum dikalahkan. Pertimbangan
pengadilan tingkat banding adalah berdasarkan atas yurisprudensi yang sebelumnya diikuti, yaitu
bahwa tindakan Cohen tidak dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, oleh karena itu tidak
dapat ditunjuk suatu pasal dari undang-undang yang telah dilanggar oleh Cohen. Lindenbaum
kemudian memohon pemeriksaan kasasi kepada Hoge Raad atau Mahmakah Agung-nya
Belanda. Hoge Raad dalam Putusannya tanggal 31 Januari 1919, pada akhirnya memenangkan
Lindenbaum, dengan menyatakan bahwa dalam pengertian perbuatan melanggar hukum dari
Pasal 1401 B.W. Belanda itu, termasuk juga suatu perbuatan, yang memperkosa suatu hak
hukum orang lain, atau yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau bertentangan
dengan kesusilaan atau dengan suatu kepatutan dalam masyarakat perihal memperhatikan
kepentingan orang lain.
Dengan demikian, pengertian perbuatan melanggar hukum atau melawan hukum
ditafsirkan secara luas sehingga meliputi juga suatu perbuatan, yang bertentangan dengan
kesusilaan atau dengan yang dianggap pantas dalam pergaulan hidup masyarakat

Dipasal 1401 Bw, termasuk pula suatu perbuatan yang melanggar hak-hak orang lain
bertentangan dengan kewajiban hukum sipelaku, atau bertentangan dengan kesusilaan, sebelum
adanya ketentuan tersebut, pengertian perbuatan melawan hukum yang diatur pada pasal 1365
Bw hanya ditafsirkan secara sempit. Sebelumnya yang dikatakan perbuatan melawan hukum
adalah yang bertentangan dengan hak orang lain yang timbul karena undang-undang orang tidak
mengajukan perbuatan melawan hukum dan meminta ganti kerugian apabila tidak disebutkan
secara jelas pasal berapa dan undang-undang mana yang telah dilanggar.
Belanda telah memasukan ketentuan Hoge Raad tertanggal 31 januari 1919 menjadi salah satu
pasal dalam Bw nya, dampaknya adalah saat ini perumusan dan perbatasan perbuatan melawan
hukum sudah semakin luas.
KUHPerdata sendiri memang tidak mendefinisikan dan merumuskan perbuatan melawan
hukum. Perumusannya, diserahkan kepada doktrin dan yurisprudensi. Pasal 1365 KUHPerdata
hanya mengatur barang siapa melakukan perbuatan melawan hukum harus mengganti kerugian
yang ditimbulkannya. Belanda yang telah memasukkan Arrest Hoge Raad 31 Januari 1919
menjadi salah satu pasal dalam BWnya. Perumusan dan batasan perbuatan melawan hukum yang
sudah sedemikian luas
Untuk membedakan pasal 1365 dan pasal 1366 Bw, secara redaksional ketenuan pasal
1365 menggunakan kata “karena salahnya” sedangkan bunyi pasal 1366 Bw “karena kelalaian
atau ketidakhati-hatian”. Kata melawan hukum mengandung arti baik tindakan pasif maupun
aktif, C. asser, salah satu ahli hukum dari belanda juga menekankan tentang hal ini, menurutnya,
jika pasal 1365 Bw menekankan pada perbuatan aktif maka pasal 1366 menekankan pasa aspek
pembiaran (tidak berbuat)

Anda mungkin juga menyukai