Anda di halaman 1dari 11

1.

Apa yang dimaksud bahwa Hukum Agraria Nasional melakukan perubahan Hukum Agraria Lama secara
fundamental ?
1. Semua ciri-ciri yang ada dalam H. Agraria Lama diganti dengan ciri-ciri yang baru di dalam H. Agraria
Nasional
2. Merubah Sifat-sifat yang terkandung dalam H. Agraria lama yaitu : Sifat DUALISMEmenjadi
bersifat UNIFIKASI
3. Dasar aturan yang berlaku pada H. Agraria lama yaitu KUH Perdata diganti dengan Hukum Agraria
Nasional yaitu UUPA yang bersumber dari Hukum Adat.
4. Pada saat berlakunya H. Agraria Lama Hak kepemilikan atas tanah tidak dibatas sehingga timbulnya
TANAH PARTIKELIR yang merugikan masyarakat setelah berlakunya H. Agraria Nasional kepemilikan
atas tanah terbatas sesuai dengan peruntukannya.
5. Pada saat berlakunya H. Agraria Lama negara dapat memiliki hak atas tanah negara setelah berlakunya
H. Agraria Nasional tanah negara menjadi Tanah dikuasai Negara

2. Bagian mana dari Hukum Adat yang digunakan dalam Hukum Tanah Nasional ? Berikan contoh masing-
masing ?
Bagian dari Hukum Tanah Adat yang digunakan pada Hukum Agraria Nasional adalah :

1. Asas – asas Hukum Tanah Adat


Asas-asas yang diadopsi dari Hukum Tanah Adat ke dalam Hukum Agraria Nasional salah satunya adalah
:
a. ASAS KEBERSAMAAN. Asas ini mengandung arti bahwa Hak milik atas tanah adat tidak hanya
melayani pemiliknya saja tetapi harus memperhatikan kepentingan bersama (Pasal 6 UUPA). Asas
Kebersamaan ini merupakan inti dari masyarakat Adat (Comunal)
b. ASAS PEMISAHAN HORISONTAL adalah asas yang menyatakan bahwa antara tanah dan bangunan
atau segala sesuatu yang diatasnya itu dipisahkan secara horizontal sehingga bisa terjadi pemilik tanah
bukan pemilik bangunan. Akibat hukum yang perlu diperhatikan dalam asas horizontal adalah :
 Dapat dibeli Tanahnya saja
 Dapat dibeli Bangunannya saja
 Dapat dibeli dua-duanya
Pada perkembangan asas horizontal ini terus disesuaikan mengingat banyak bangunan yang permanent
sehingga tidak bisa dijual tanahnya saja.

c. ASAS PERLEKATAN (ACCESSIE/NATRECKKING) Dalam asas ini, bangunan dan tanaman yang ada di
atas tanah merupakan satu kesatuan, bangunan dan tanaman tersebut bagian dari tanah yang
bersangkutan. Hak atas tanah dengan sendirinya, karena hukum meliputi juga pemilikan bangunan dan
tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki, kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan pihak yang
membangun dan menanamannya.

2. Lembaga Hukum Tanah Adat


Kelembagaan pada Hukum Tanah Adat yang mengalami penyesuaian setelah berlakunya Hukum Agraria
Nasional salah satunya adalah Lembaga Jual Beli Hak Tanah Adat. Pada jual-beli Tanah Adat, perbuatan
hukum pemindahan hak atas tanah dari penjual kepada pembeli dan pembeli membayar harga itu. Jual-
beli Tanah menurut Hukum Tanah Adat diawali dengan panjer dan diselesaiakan didepan Kepala Desa
dan bersifat TERANG maksunya Kepala Desa memwakili seluruh warganya. Sedangkan Jual-Beli tanah
menurut BW diawali dengan PERJANJIAN.
Kemudian setelah berlakunya Hukum Agraria Nasional dengan dikeluarkannya UUPA peran Kepala Desa
digantikan oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah ), yang membuat Akte Jual-Beli Tanah dan
didaftarkan di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk mendapatkan SERTIFIKAT sebagai alat
bukti yang kuat.
Sehingga Perpindahan Hak Atas Tanah menjadi Hak Milik adalah setelah dibuatnya AKTE JUAL BELI
oleh PPAT.

3. Sebutkan Hierarchie/tingkatan Hak Penguasaan atas tanah menurut UUPA ?


Hirarki hak penguasaan atas tanah menurut UUPA adalah :
a. Hak Bangsa Indonesia (Ps.1 UUPA) adalah HAT yg tertinggi memiliki aspek perdata dan public, Hak
Bangsa artinya seluruh Wilayah RI yang meliputi bumi, air dan ruang angkasa merupakan karunia Tuhan
YME dan merupakan kekayaan dan memiliki hubungan abadi dengan Bangsa Indonesia.
b. Hak menguasai dari Negara (Ps.2 UUPA) sebagaimana diatur dalam Ps.33 (3) UUD’45, bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk ruang angkasa dikuasai oleh Negara. Negara
memiliki kewenangan untuk mengatur dan menentukan peruntukan serta hubungan-hubungan hukum
antara orang/bangsa dengan bumi, air, dan ruang angkasa;
c. Hak Ulayat masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada (Ps.3 UUPA);
d. Hak-hak Individu/Perorangan yang terdiri dari : 1. HAT (Ps.4 UUPA) meliputi (Primer=HM, HGU, HGB,
HP yang diberikan oleh Negara, Sekunder = HGB, HP yang diberikan oleh pemilik tanah, Hak Gadai,
Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa dsb.), 2. Wakaf (Ps. 49 UUPA) 3. Hak jaminan atas
tanah/HT (Ps. 23, 33, 39, 51 UU 4/96)

4. Hak atas tanah apa yang dapat dikonversi menjadi HM ?


Hak atas tanah yang dapat dikonversi menjadi HM adalah
Bekas Hak Barat (eigendom milik pribumi) dikonversi menjadi HM,
Bekas Hak Barat milik badan hukum dikonversi menjadi HGB,
Bekas Hak Barat yang sifatnya sementara Hak Opstal, Erfpact, masing-masing dikonversi menjadi HGB
dan HGU

Hak bekas Tanah Adat, Hak yang tunduk pada hukum barat yaitu Hak Eigendom, Erfpach, opstal, setelah
berlakunya UUPA yang dapat dikonversi menjadi hak milik yaitu HGB.

5. Apa yang dimaksud dengan hak Agrarisch eigendom dan apa bedanya dengan Hak Eigendom ?
Hak agrarisch Eigendom (Agrarische Eigendom Recht), termaktub dalam pasal 51 ayat 7 IS. (Indische
Staatsregelling) s. 1870 No. 117, yang berbunyi: Tanah milik rakyat asli atas permintaan yang berhak
dapat diberikan kepadanya dengan hak eigendom disertai syarat pembatasan yang perlu yang akan
diatur dalam Undang-undang (ordonantie) dan yang harus tercantum dalam surat tanda eigondom itu,
yakni mengenai kewajiban-kewajiban kepada negara dan desa dan juga tentang hak untuk menjualnya
kepada orang yang tidak termasuk golongan rakyat asli.
Perbedaan Hak Eigendom Agraria (hak milik agraria) dengan Hak Milik Perseorangan (Erferlijk
individueel bezitsrecht).
Hak Milik Agraria (Hak Eigendom Agraria) Hak Milik Perseorangan (Erferlijk individueel
bezitsrech)
1. Mempunyai surat tanda bukti 1. Tidak mempunyai surat
hak. Lebih kuat kedudukannya tanda bukti hak. Lebih lemah
2. Bisa dioperkan kepada bukan kedudukannya.
bangsa Indonesia 2. Tidak bisa dioperkan
3. Kalau jatuh bukan pada bangsa 3. Tidak mungkin jatuh
Indonesia, maka otomatis tunduk pada kepada selain bangsa Indonesia
BW
4. Tidak dapat digunakan
4. Dapat digunakan sebagai sebagai tanggungan pinjaman
tanggungan pinjaman (hypotik)
5. Tunduk pada hukum adat
5. Tunduk pada pasal 51 ayat 7 IS
dan pasal 4 ayat 1 A.B.S. 1870/118-S.
1872/117

6. Mengapa asas Domein merugikan tanah rakyat ?


Azas domain merugikan rakyat karena azas domain merupakan salah satu peraturan pelaksana dari
agrarisch wet yang bertujuan untuk mengembangkan modal swasta. Dimana setiap tanah yang tidak
dapat dibuktikan oleh pemiliknya sebagai hak eigendom maka tanah itu menjadi tanah Negara, Negara
sebagai pemilik (eigenaar) sehingga Negara bisa melakukan perbuatan hukum terhadap tanah tersebut.
Rakyat sebagai bezitter

7. Sebutkan sebab hapusnya HM ?


HM hapus apabila :
a. Tanahnya jatuh kepada Negara
1. Karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 (Kepentingan Umum)
2. Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya
3. Karena diterlantarkan
4. Karena ketentuan Ps.21 (3), Ps.26(2) (perubahan status WN)
b. Tanahnya musnah

8. Apa fungsi Asas Domein bagi pemerintah Belanda ?


a. Sebagai landasan hukum bagi pemerintah yang mewakili Negara sebagai pemilik tanah, untuk
memberikan tanah dengan hak barat yg diatur KUHPerdata, seperti hak erfpacht, hak opstal dll.
b. Untk pembuktian kepemilikan, jika tidak dapat dibuktikan maka tanah tersebut dikuasai negara
(eigendomà tanah domein negara).
Asas ini bertentangan dengan UUPA yang mana negara sebagai penguasa/ hanya mengatur.
9. Mengapa Hak milik adat yang diterjemahkan menjadi INLAN_BEZIT RECHT sebenarnya tidak tepat ?
Karena pemegang Inlan-bezit Recht justru yang seharusnya sebagai eigenaar atas tanah adat bukan
sebagai pemilik hak menguasai (bezitter) atas tanah domein negara.

10. Apakah bertentangan UUPA yang dasarnya hukum adat mengatur HGB, HGU yang tidak dikenal dalam
Hukum Adat ? Jelaskan !
Tidak bertentangan, karena hukum adat sebagai sumber hukum utama (bukan satu-satunya sumber
hukum) sehingga dimungkinkan sumber lainnya. Misal : Pendaftaran tanah untuk sertipikat tidak diatur
dalam hukum adat, tetapi dikenal dengan istilah “Girik, Pethok D, Pipil” dll

11. Uraiakan konsepsi pemilikan tanah dalam Hukum Tanah Nasional ? Apa nama konsepsinya ?
Pada dasarnya konsepsi hukum tanah nasional memakai konsepsi hak ulayat setelah melalui proses
saner. Yaitu konsepsi yang komunalistik religius yang memungkinkan penguasaan tanah secara
individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus mengandung unsur kebersamaan
dgn tetap memperhatikan kepentingan sosial.
12. Siapa yang dapat menjadi subyek dari HM dan HGB ?
a. Subyek HM : Ps.21 ayat 1,2 & 3 : 1).WNI, 2).Oleh pemerintah ditetapkan badan2 hk yang dapat memiliki
HM 3).WNA karena pewarisan atau percampuran perkawinan dalam jangka waktu 1 tahun harus
melepaskan haknya dan jika dalam jangka 1 tahun tdk melepaskan maka haknya hapus demi hukum dan
tanahnya jatuh pada negara.
b. Subyek HGB : Ps. 36 ayat 1 : WNI dan Badan hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan
berkedudukan di indonesia.

13. Apa isi dari Hak menguasai Negara seperti yang diatur dalam pasal 2 ayat 2 UUPA ?
a. Mengatur dan menyelengarakan, peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
ruang angkasa
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa
c. Menentukan dan mengaut hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan perbuatan hukum
yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

14. Apa bedanya tanah negara pada asas domein dengan Tanah negara setelah UUPA ?

Tanah Negara pada Asas Domein Tanah Negara setelah UUPA


1. Negara sebagai eigenaar, rakyat sebagai Negara hanya menguasai, bangsa Indonesia
bezitter sebagai pemiliknya
2. Negara dapat melakukan perbuatan hukum Mengatur dan menyelengarakan, peruntukan,
terhadap tanah misal : menjual kepada pihak penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi,
asing air dan ruang angkasa

15. uraikan 2 hubungan fungsional antara hukum adat dan hukum tanah nasional ?
Dua Hubungan fungsional Hukum Adat dan Hukum Tanah Nasional yaitu :
a. Hukum Tanah Adat berfungsi sebagai sumber utama dalam membuat aturan-aturan pembentukan
Hukum Agraria Nasional
Hukum Tanah Adat dijadikan sebagai sumber pokok, akan tetapi bukan menjadikan Hukum Tanah Adat
sebagai satu-satunya sumber pembentukan Hukum Agraria Nasional, masih dimungkinkan sumber lain
diluar Hukum Tanah Adat.
b. Hukum Tanah Adat dijadikan sumber utama dalam mengambil bahan-bahan untuk pembentukan Hukum
Agraria Nasional.

Ada beberapa bagian dari Hukum tanah Adat yang menjadi bahan-bahan yang digunakan untuk
pembentukan Hukum Agraria Nasional . yaitu
 Asas-asas Hukum Tanah Adat
 Lembaga Hukum tanah Adat
 Konsepsinya Hukum Tnah Adat
 Sistem Hukum Tanah Adat
Jumat, 25 Februari 2011
Latihan Soal Agraria Sebelum Midtest

1. Apakah bertentangan dengan UUPA yang dasar hukum adat mengatur HGB, HGU yang tidak dikenal
dalam hukum adat. Jelaskan alasannya!.
Tidak bertentangan, karena hukum adat sebagai sumber hukum utama (bukan satu-satunya sumber
hukum) sehingga dimungkinkan sumber lainnya. Misal : Pendaftaran tanah untuk sertipikat tidak diatur
dalam hukum adat, tetapi dikenal dengan istilah “Girik, Pethok D, Pipil” dll.

2. Uraikan konsepsi pemilikan tanah menurut hukum tanah nasional?. Apa nama konsepsinya?

Pada dasarnya konsepsi hukum tanah nasional memakai konsepsi hak ulayat setelah melalui proses
saner. Yaitu konsepsi yang komunalistik religius yang memungkinkan penguasaan tanah secara
individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus mengandung unsur kebersamaan
dgn tetap memperhatikan kepentingan sosial.

3. Sebutkan hirarki/tingkatan hak penguasaan atas tanah menurut UUPA?

Hirarki hak penguasaan atas tanah menurut UUPA adalah :


a. Hak Bangsa Indonesia (Ps.1 UUPA) adalah HAT yg tertinggi memiliki aspek perdata dan public, Hak
Bangsa artinya seluruh Wilayah RI yang meliputi bumi, air dan ruang angkasa merupakan karunia Tuhan
YME dan merupakan kekayaan dan memiliki hubungan abadi dengan Bangsa Indonesia.
b. Hak menguasai dari Negara (Ps.2 UUPA) sebagaimana diatur dalam Ps.33 (3) UUD’45, bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk ruang angkasa dikuasai oleh Negara. Negara
memiliki kewenangan untuk mengatur dan menentukan peruntukan serta hubungan-hubungan hukum
antara orang/bangsa dengan bumi, air, dan ruang angkasa;
c. Hak Ulayat masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada (Ps.3 UUPA);
d. Hak-hak Individu/Perorangan yang terdiri dari : 1. HAT (Ps.4 UUPA) meliputi (Primer=HM, HGU, HGB,
HP yang diberikan oleh Negara, Sekunder = HGB, HP yang diberikan oleh pemilik tanah, Hak Gadai,
Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa dsb.), 2. Wakaf (Ps. 49 UUPA) 3. Hak jaminan atas
tanah/HT (Ps. 23, 33, 39, 51 UU 4/96)

4. Uraikan hubungan fungsional antara hukum adat dan hukum tanah nasional

Hukum tanah nasional didasarkan pada hukum adat sebagai sumber utama dan dalam hubungannya
dengan hukum tanah nasional, norma-norma hukum adat berfungsi sebagai hukum yang melengkapi.

5. Jelaskan bahwa azas domain ternyata merugikan rakyat :

Azas domain merugikan rakyat karena azas domain merupakan salah satu peraturan pelaksana dari
agrarisch wet yang bertujuan untuk mengembangkan modal swasta. Dimana setiap tanah yang tidak
dapat dibuktikan oleh pemiliknya sebagai hak eigendom maka tanah itu menjadi tanah Negara, Negara
sebagai pemilik (eigenaar) sehingga Negara bisa melakukan perbuatan hukum terhadap tanah tersebut.
Rakyat sebagai bezitter.

6. Apa persamaan dan perbedaan antara Hak Tangungan dengan tanah sebagai jonggolan?

Persamaan : Ada kreditor, ada debitor, ada utang dan ada jaminannya.

Perbedaan : Hak Tanggungan Eksekusinya berupa Lelang sedangkan jonggolan eksekusinya adalah
tanah digarap oleh kreditor atau disewa sampai hutang tersebut lunas.
HT didahului dengan tahap pemberian dilakukan di hadapan PPAT lahirlah APHT kemudian tahap
pendaftaran pada Kantor Pertanahan dan dilahirkan Sertipikat baru yaitu Sertipikat Hak tanggungan,
sedangkan pada jonggolan masih menggunakan hukum adat dan tidak diterbitkan hak baru.

7. Apakah dimungkinkan seorang WNA dapat memperoleh HM?. Jelaskan dengan dasar hukumnya.

WNA dimungkinkan memperoleh HM, atas dasar pewarisan tanpa wasiat (ab Intestato) atau
percampuran harta karena perkawinan (WNA dengan WNI); perubahan status kewarganegaraan (dari
WNI menjadi WNA). Ps.21 ayat (3) UUPA, dengan ketentuan dalam jangka waktu 1 tahun setelah
diperolehnya HM tersebut wajib dilepaskan dan bilamana tidak dilepaskan, maka tanah HM tersebut
menjadi tanah Negara.

8. Apa Bedanya HM dan HGB dan apa persamaannya?

Persamaan HM dengan HGB;


HAT bersifat tetap, dapat dimiliki WNI, dapat di agunkan dengan dibebani HT
Perbedaan HM dengan HGB;
· HGB adalah Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yg bukan miliknya dan memiliki
jangka waktu 30 thn Ps. 35 (1),
· HM tidak dapat dimiliki WNA atau Badan Hukum terkecuali sesuai dengan ketentuan Ps.21 (1,2,3,4), HGB
dpt dimiliki WNI, Badan Hukum Indonesia.
· HGB Jangka waktu terbatas 30 tahun Ps.35 (1) dan dpt diperpanjang 20 thn Ps.35 (2) sedangkan HM tdk
terbatas
9. Apa yang dimaksud dengan tanah partikelir dan mengapa tanah tsb dihapus.
Tanah partikelir adalah tanah "eigendom" di atas mana pemiliknya sebelum Undang-undang No.1/1958
berlaku, mempunyai hak-hak pertuanan
1. Hak untuk mengangkat atau mengesahkan pemilihan serta memperhentikan kepala-kepala kampung atau
desa dan kepala-kepala umum, sebagai yang disebut dalam pasal 2 dan 3 dari S. 1880 - 150 dan pasal
41 sampai dengan 43 dari S. 1912 - 422;
2. Hak untuk menuntut kerja paksa atau memungut uang pengganti kerja paksa dari penduduk, sebagai
yang disebut dalam pasal 30, 31, 32, 34, 35 dan 37 S. 1912 - 422;
3. Hak mengadakan pungutan-pungutan, baik yang berupa uang atau hasil tanah dari penduduk, sebagai
yang disebut dalam pasal 16 sampai dengan 27 dan 29 S. 1912 - 422;
4. Hak untuk mendirikan pasar-pasar, memungut biaya pemakaian jalan dan penyeberangan, sebagai yg
disebut dalam pasal 46 dan 47 S. 1912 - 422;
5. Hak-hak yang menurut peraturan-peraturan lain dan/ atau adat setempat, sederajat dengan yang disebut
dalam sub b 1 sampai dengan b 4 ayat ini;

10. Ada sarjana yang berpendapat bahwa hak menguasai Negara atas tanah adalah hak ulayat yang
ditingkatkan pada tingkat Nasional, Apakah pendapat tersebut benar? Berikan alasannya ?.

Tidak karena karena hak menguasai negara hanya mempunyai satu unsur yaitu unsur mengatur, hak
ulayat mempunyai 2 unsur yaitu unsur mengatur dan unsur kepunyaan (sifat publik perdata),, Hak bangsa
adalah hak ulayat yg ditingkatkan pada tingkat nasional bukan hak menguasai negara (Ps.1,2).

11. Mengapa UUPA menggunakan Hak tanggungan padahal dalam Hukum Adat ada tanah sebagai
jonggolan? Jelaskan !

HT bukan lembaga hukum dari hukum adat sehingga tidak harus tunduk pada hukum dan persyaratan2
yang berlaku pada lembaga-lembaga hukum adat. HT memberikan perlindungan dan kedudukan
istimewa pada kreditor tertentu dan memberikan perlindungan kepada Debitor. Adanya asas “droit de
preference/Kreditur memperoleh pelunasan terlebih dahulu dan droit de suite/debitur diberi hak untuk
menjual lelang”.

12. Sebutkan fungsi asas Domein bagi pemerintah Belanda dan mengapa masing-masing tersebut
sebenarnya tidak tepat ?
a. Sebagai landasan hukum bagi pemerintah yang mewakili Negara sebagai pemilik tanah, untuk
memberikan tanah dengan hak barat yg diatur KUHPerdata, seperti hak erfpacht, hak opstal dll.
b. Untk pembuktian kepemilikan, jika tidak dapat dibuktikan maka tanah tersebut dikuasai negara
(eigendomà tanah domein negara).
Asas ini bertentangan dengan UUPA yang mana negara sebagai penguasa/ hanya mengatur.

13. Siapa yang dapat menjadi subjek dari : a. HM, b. HGB, c. HGU.
a. Subyek HM : Ps.21 ayat 1,2 & 3 : 1).WNI, 2).Oleh pemerintah ditetapkan badan2 hk yang dapat memiliki
HM 3).WNA karena pewarisan atau percampuran perkawinan dalam jangka waktu 1 tahun harus
melepaskan haknya dan jika dalam jangka 1 tahun tdk melepaskan maka haknya hapus demi hukum dan
tanahnya jatuh pada negara.
b. Subyek HGB : Ps. 36 ayat 1 : WNI dan Badan hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan
berkedudukan di indonesia.
c. Subyek HGU : Ps.30 : WNI dan Badan hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan berkedudukan
di indonesia.

14. Sebutkan hak-hak yang bersifat sementara dan mengapa hak tersebut disebut sebagai hak sementara ?

Hak Gadai, Hak usaha bagi hasil, Hak menumpang dan Hak sewa untuk usaha pertanian Ps.53 UUPA
karena hak-hak tersebut bersifat sementara (dalam suatu waktu hak-hak tersebut sebagai lembaga
hukum tidak akan ada lagi / haknya akan hapus) Ps.10 UUPA.

15. Bagaimana penerapan asas pemisahan horizontal yang berasal dari hukum adat dalam hukum tanah
nasional

Asas horizontal adalah asas pemisahan kepemilikan tanah dan kepemilikan bangunan yang terpisah
secara mendatar (horizontal) dimana pemilik tanah belum tentu pemilik bangunannya. Penerapannya
sampai saat ini ditemukan didesa-desa terdapat bangunan yg terbuat dari tembok dan tidak mungkin
dibongkar sehingga bilamana akan dijual harus satu kesatuan/perikatan (accessi), namun bilamana
kenyataannya bagunan berasal dari kayu maka dapatlah diterapkan asas pemisahan horizontal.

16. Apa yang dimaksud semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, berikan contohnya ?

Semua HAT tidak di benarkan bahwa tanah hanya akan dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari pada haknya hingga bermanfaat
baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat bagi masyarakat dan
Negara.Contohnya jika tanahnya terkena pelebaran jalan maka pemilik harus melepaskan karena untuk
kepentingan umum dan sosial dengan ganti rugi.

17. a, Apa yang dimaksud dengan konversi ?


b. Tanah-tanah mana yang dapat di konversi menjadi HM ?

a. Konversi adalah perubahan hak lama atas tanah menjadi hak baru. Hak lama adalah hak-hak tanah
sebelum berlakunya UUPA, sedangkan hak baru adalah hak2 atas tanah sebagaimana yg dimaksud
dalam UUPA. Khususnya Ps.16 ayat (1).
b. Bekas Hak Barat (eigendom milik pribumi) dikonversi menjadi HM,
Bekas Hak Barat milik badan hukum dikonversi menjadi HGB,
Bekas Hak Barat yang sifatnya sementara Hak Opstal, Erfpact, masing-masing dikonversi menjadi HGB
dan HGU

18. akibat hukumnya bila PT melakukan jual beli tanah HM ?. dimana dasar hukumnya ?

PT. sebagai lembaga hukum komersial tidak boleh memiliki tanah HM Ps.26 ayat (2) UUPA kecuali yang
disebutkan pada Ps.21 ayat (2). Jika dilakukan jual beli maka akibatnya ada 3 yaitu : 1) Hak Milik Hapus,
2) Tanahnya menjadi tanah negara 3) Pembayarannya tdk dapat dikembalikan.

19. Sebutkan hapusnya HM sesuai pasal 27 UUPA?

HM hapus apabila :
a. Tanahnya jatuh kepada Negara
1. Karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 (Kepentingan Umum)
2. Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya
3. Karena diterlantarkan
4. Karena ketentuan Ps.21 (3), Ps.26(2) (perubahan status WN)
b. Tanahnya musnah

Undang-undang Agraria 1870


Undang-Undang Agraria 1870 (bahasa Belanda: Agrarische Wet 1870) diberlakukan pada
tahun 1870 oleh Engelbertus de Waal (menteri jajahan) sebagai reaksi atas kebijakan
pemerintah Hindia-Belanda di Jawa. Latar belakang dikeluarkannya Undang-Undang Agraria
(Agrarische Wet) antara lain karena kesewenangan pemerintah mengambil alih tanah rakyat.
Politikus liberal yang saat itu berkuasa di Belanda tidak setuju dengan Tanam Paksa di Jawa dan
ingin membantu penduduk Jawa sambil sekaligus keuntungan ekonomi dari tanah jajahan
dengan mengizinkan berdirinya sejumlah perusahaan swasta.
UU Agraria memastikan bahwa kepemilikan tanah di Jawa tercatat. Tanah penduduk dijamin
sementara tanah tak bertuan dalam sewaan dapat diserahkan. UU ini dapat dikatakan mengawali
berdirinya sejumlah perusahaan swasta di Hindia-Belanda.
UU Agraria sering disebut sejalan dengan Undang-Undang Gula 1870, sebab kedua UU itu
menimbulkan hasil dan konsekuensi besar atas perekonomian di Jawa.
Tujuan dikeluarkannya UU Agraria 1870
 Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasa dan pemodal asing.
 Memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk Indonesia
seperti dari Inggris, Belgia, Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan lain-lain.
 Membuka kesempatan kerja kepada penduduk untuk menjadi buruh perkebunan.
Dampak dikeluarkannya UU Agraria antara lain. Perkebunan diperluas, baik di Jawa maupun
diluar pulau Jawa. Angkutan laut dimonopoli oleh perusahaan KPM yaitu perusahaan
pengangkutan Belanda.

A. Pengertian Penguasaan dan Menguasai


Pengertian “penguasaan” dan “menguasai dapat dipakai dalam arti fisik,
juga dalam arti yuridis. Juga beraspek perdata dan beraspek publik.
[1] Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang
dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewenangan kepada
pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik
tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dihaki, tidak
diserahkan kepada pihak lain.
Ada penguasaan yuridis, biarpun memberi kewenangan untuk menguasai
tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisik dilakukan
oleh pihak lain. Misalnya, seseorang memiliki tanah tidak mempergunakan
tanahnya sendiri melainkan disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini secara
yuridis tanah tersebut dimiliki oleh pemilik tanah, akan tetapi secara fisik
dilakukan oleh penyewa tanah. Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak
memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik.
Misalnya, kreditor (bank) memgang jaminan atas tanah mempunyai hak
penguasaan yuridis atas tanah yang dijadikan agunan (jaminan), akan tetapi
secara fisik penguasaan tanahnya tetap ada pada pemegang hak atas tanah.
Penguasaan yuridis dan fisik atas tanah ini dipakai dalam aspek privat,
sedangkan penguasaan yuridis yang beraspek publik, yaitu penguasaan atas
tanah sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan
Pasal 2 UUPA.[2]

10. Arti hubungan fungsional antara Hukum Adat dengan Hukum Tanah Nasional
Hukum Adat berfungsi sebagai sumber utama dalam mengambil bahan-bahan yang
diperlukan oleh Hukum Tanah Nasional. Sedangkan hubungannya dengan Hukum Tanah
Nasional Positif, norma-norma Hukum Adat berfungsi sebagai hukum yang melengkapi.

Fase penting yang harus dipertimbangkan


Dalam pembahasan tentang sejarah Hukum Agraria Indonesia ada dua fase penting yang
harus dipertimbangkan, yaitu fase sebelum September 1960, dan fase sesudah tanggal itu.

Dalam fase sebelum September 1960 Hukum Agraria Indonesia terdiri atas bagian-bagian
dari Hukum Perdata Barat, Hukum Adat orang Indonesia asli, Hukum Antar Golongan dan
hukum sesudah proklamasi merupakan pengaruh dari Hukum Tata Negara.

Dari semua hal di atas yang paling penting dijadikan landasan Hukum Agraria Indonesia
pada zaman penjajahan Belanda adalah Pasal 51 I.S. tahun 1870, juga dikenal dengan
nama bahasa BelandaAgrarische Wet. Sebagai pelaksanaan daripada Agrarische Wet adalah
Penyataan Domein (Domein Verklaring) yang berbunyi bahwa:

"Semua tanah yang orang lain tidak dapat membuktikan, bahwa itu eigendomnya adalah
tanah domein atau milik Negara."

Jadi, Pernyataan Domein ini mempunyai fungsi sangat penting sebagai:

 suatu landasan untuk pemerintah supaya dapat memberikan tanah dengan hak-hak Barat,
seperti hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan lain sebagainya.

 pembuktian pemilikan tanah. Kalau ada seseorang yang mengakui bahwa sebidang tanah
adalah hak eigendom-nya, orang itu diwajibkan untuk membuktikan hak ini.

Jadi, jelas bahwa tujuan Agrarische Wet bertentangan dengan keadaan alam kemerdekaan
sekarang ini, karena Agrarische Wet itu bertujuan untuk "memberi kemungkinan pada
modal besar asing agar berkembang di Indonesia". Sekarang ini Indonesia dalam keadaan
merdeka maka modal asing hanya merupakan upaya dan bukan merupakan tujuan. Pasal
33 Ayat 3 UUD 1945 dengan sangat jelas menolak dasar -dasar pikiran pemerintah Belanda
yang lebih meberikan keuntungan bagi perusahaan asing di Indonesia daripada untuk orang
Indonesia pada masa penjajahan itu:

"Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat."

Jadi, tujuan dari UUD 1945 adalah bahwa sumber daya alam atau kekayaan alam Indonesia
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat, bukan hanya untuk memberikan keuntungan bagi
pemilik modal asing saja seperti pada Agrarische Wet.

Hindia Belanda menjadi jajahan Belanda sejak tahun 1815 praktis kondisi hukum di Hindia
Belanda khususnya hukum perdata bersifat dualistis, atau pluralistis. Di samping Hukum
Adat yang merupakan Hukum Perdata untuk penduduk pribumi, penduduk Belanda
(penjajah) menerapkan hukum perdata dari negara asalnya.

Ketentuan Pasal 131 I.S. adalah ketentuan yang memperlakukan hukum perdata bagi
golongan-golongan penduduk, dan menerapkan hukum perdata yang berbeda untuk
golongan-golongan penduduk tersebut, sehingga menjadikan adanya sistem hukum yang
bersifat pluralistis di dalam lapangan hukum perdata.

Penerapan hukum perdata ini setelah Indonesia merdeka tetap sama, dan menurut
ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menyatakan bahwa:

"Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum
diadakan yang baru menurut UUD ini."

Berdasarkan ketentuan Pasal II A.P. UUD 1945 itu jelas bahwa berlakunya Hukum Perdata
Barat ke dalam tatanan hukum Indonesia hanya bersifat sementara sampai diganti dengan
yang baru oleh bangsa Indonesia sendiri, jika dinilai Hukum Perdata Barat ini bertentangan
atau tidak sesuai dengan jiwa UUD 1945 dan falsafah Pancasila.

Dasar-dasar Pembentukan UUPA


Hukum Agraria yang baru harus memberi kemungkinan tercapainya penggunaan yang
bermanfaat dari bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya bagi
kepentingan rakyat dan negara.

Hukum Agraria baru ini harus juga mewujudkan penjelmaan asas Kerohanian Negara dan
cita-cita Bangsa seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, serta harus
merupakan perwujudan ketentuan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 adalah UU No. 5/1960, yang
dikenal dengan istilah Undang-Udang Pokok Agraria (UUPA).

Anda mungkin juga menyukai