INFUS
Kelompok 4 :
DIII3B
Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5
um. Kecuali dinyatakan lain, infus intravena tidak diperbolehkan mengandung
bakteriosida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis
bebas partikel. Emulsi untuk infus intravena, setelah dikocok, harus homogen dan
tidak menunjukan pemisahan fase.
Macam-Macam Sediaan Infus
Cairan
1 bersifat
isotonis
2 Cairan bersifat
hipotonis
3 Cairan bersifat
hipertonis
2. Cairan kristaloid
Normal saline, Fungsinya untuk mengganti cairan pada saat
pasien mengalami atau menderita diare.
3. Cairan koloid
Albumin. Fungsinya untuk menggantikan jumlah volume
albumin yang hilang ketika pasien mengalami syok
4. Cairan manitol
Untuk membantu tekanan intrakranial yang tinggi menjadi normal atau
berkurang, memberikan peningkatan diuresis pada proses pengobatan
gagal ginjal.
5. KA-EN 1B
Syarat Sediaan Infus
Zat pembawa
Zat Tambahan
berair
1. Tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga
resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
2. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock”
3. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik
akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis
kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan
Resep 1
Infus Manitol
R/ Mannitolum 25 gram
Karbon Aktif 0.1%
Aqua Pro Injeksi ad 500 ml
Resep 2
Infus NaCl
R/ NaCl 0,9%
Aquadest ad 100 ml
Preformulasi
Resep 1
Formulasi Sediaan Infus
Tiap 500 ml mengandung
R/ Mannitolum 25 gram
Karbon Aktif 0.1%
Aqua Pro Injeksi ad 500 ml
Penimbangan Bahan
D. Volume isotonis
V = W x E x 111,1
= 28 gram x 0,18 x 111,1
= 559,9 ~ 560 (sudah isotonis)
E. Perhitungan osmolaritas
BM=182,17 n=1
Mos M/L = 50/182.17 x 1 x 1000= 274,46 (isotonis sehingga tidak perlu
penambahan nacl)
Osmolaritas (M osmole/Liter) Tonisitas
0 – 249 Hipotonis
Permasalahan pada Sediaan Infus
Uji Kebocoran
Uji PH
Uji Pirogen
Uji Kebocoran