DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN ……..………………………………………………
1.1. Pengertian Infus
1.2. Macam-Macam Sediaan Infus ………………………………………………...
1.3. Syarat Sediaan Infus………………………………………………...
1.4. Keuntungan dan Kerugian Infus………………………………………….
1.5. Cara Pemakaian Infus………………………………………………….
BAB 2 PREFORMULASI
2.1. Form Data Preformulasi Infus……................................
BAB 3 FORMULASI ………………………………………….
3.1. Formulasi Sediaan Infus ……………………………
3.2. Penimbangan Bahan ………………………………………..
3.3. Perhitungan Tonisitas …………………………………………
3.4 Cara Sterilisasi Alat....................................................................
3.5. Cara Pembuatan …………………………………...
3.6. Evaluasi Sediaan Infus……………………………………….
BAB 4 KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan..........................................................
4.2. Saran ………………………………………………...
LAMPIRAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Zat pelarut
Dibagi menjadi 2 bagian :
a. Zat pembawa berair
Umumnya digunakan air untuk injeksi. Selain itu, dapat juga digunakan NaCl pro
injeksi, glukosa pro injeksi, NaCl compositus pro injeksi, dan Sol. Petit. Menurut
FI IV, zat pemabawa yang mengandung air atau menggunakan air untuk injeksi,
haruss memenuhi syarat uji pirogen dan uji endotoksin bakteri. NaCl dapat di
tambahakan untuk memperoleh isotonisitas. Kecuali dinyatakan lain, injeksi NaCl
atau injeksi Ringer dapat digunakan sebagai pengganti air untuk injeksi. Air untuk
injeksi ( aqua pro injeksi) dibuat dengan cara menyuling kembali air suling segar
dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu percik.
Hasil sulingan pertama dibuang,sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah
yang cocok dan digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk
injeksi, harus disterilkan dengan cara sterilisasai A atau C segera setelah
diwadahkan.
Air untuk injeksi bebeas udara dibuat dengan mendidhkan air air untuk injeksi
segar selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan
udara sesempurna mungkin, kemudian didinginkan dan segera digunakan. Jika
dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara
sterilisasi A segera diwadahkan.
b. Zat tambahan
Ditambahkan pada pembuatan infus dimaksudkan untuk mendapatkan larutan
yang isotonis.
1.5 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Infus
Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena
adalah :
A. Keuntungan terapi intravena antara lain
Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target
berlangsung cepat.
Absorbsitotal memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
diandalkan.
Kecepatanpemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat
dipertahankan maupun dimodifikasi
Rasasakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau
subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan
rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinalis.
B. Kerugian terapi intravena
Tidakbisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga
resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock”
Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik
akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia,
dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
PREFORMULASI
FORMULASI
Osmolarita (M Tonisitas
osmole/Liter)
> 350 Hipertonis
329 – 350 Sedekit hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 - 269 Sedikit hipotonis
0 - 249 Hipotonis
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikan langsung ke dalam
vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar.
Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 um. Kecuali dinyatakan lain, infus
intravena tidak diperbolehkan mengandung bakteriosida dan zat dapar. Larutan
untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus
intravena, setelah dikocok, harus homogen dan tidak menunjukan pemisahan
fase ( FI III,1979).
Formula sediaan yang dipakai ialah dengan bahan aktif manitol yang berkhasiat
sebagai diuretikum.
Syarat-syarat sediaan infus :
1. Steril
2. Bebas pirogen
3. Isotonis
4. Bebas partikulat
5. Stabil
6. Sesuai dengan ph darah 7.4
7. Aman dan tidak toksik
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah dikemudian hari.
LAMPIRAN