Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
laporan yang berjudul “Ringer Laktat” ini dengan tepat waktu. Adapun laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Sediaan Semi Solid.
Laporan ini berisi tentang cara pembuatan mulai dari praformulasi bahan-
bahan suspensi antasida, formulasi dan metode pembuatan suspensi, hingga
evaluasi dan pembahasan yang mencakup hasil uji dari sediaan suspensi antasida
yang diberi nama “Ringer Laktat”. Sebelum melaksanakan praktikum, penulis
melakukan kajian dan analisis terkait bahan-bahan yang akan digunakan untuk
membuat suspensi antasida, kemudian penulis mempraktikkan dalam skala kecil
di laboratorium dan melakukan beberapa evaluasi untuk mengidentifikasi apakah
sediaan yang dihasilkan memenuhi persyaratan untuk dipasarkan.
Penulis
A. Latar Belakang
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Tujuan
dari sediaan infus adalah memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral, memperbaiki keseimbangan asam-basa,
memperbaiki volume komponen -komponen darah, memberikan jalan masuk untuk
pemberian obat-obatan kedalam tubuh, memonitor tekanan vena sentral (CVP),
memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan (Perry &
Potter., 2005).
Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum, langsung
kevena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner & Sudarth, 2002).
Terapi intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah
jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat
menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk
metabolisme dan memberikan medikasi (Perry & Potter., 2005).
Tipe-tipe dari sediaan infus adalah
1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion
Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah
keosmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
Berdasarkan uraian di atas yang menyebutkan bahwa banyak manfaat dari sedian
infus dibidang pengobatan maka, kami tertarik untuk melakukan praktikum pembuatan
sediaan infus.
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari cara pembuatan larutan parenteral berupa sediaan infus.
2. Mempelajari cara evaluasi sediaan larutan parenteral berupa sediaan infus.
A. Sediaan Parenteral
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi - bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain
sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan
parental merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi -
bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian
tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan - bahan toksis lainnya, serta harus
memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam
pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B.,
2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk
larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan
diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa
diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal,
intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat
mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan
pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah
karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun
suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang
dikontrol dengan hati - hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal
(jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian
paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi
(Priyambodo, B., 2007).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah obat
B. Tetapan Isotonis
Tabel II.1. Tetapan Isotonis
Sumber : Farmakope Indonesia Edisi IV (1995)
G. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba (Lachman., 1994).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-
sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila
tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering.
Sedangkan sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi.
Pemilihan metode didasdarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan (Hadioetomo, R.
S., 1985).
Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-
bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan penembusan uap
air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut.metode ini
juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah besar, alat – alat gelas, pembalut
operasi dan instrumen. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, minyak
lemak, dan sediaan-sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh (Ansel., 1989).
Metode-metode sterilisasi menurut Ansel , yakni:
H. Wadah
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang
ini yang benar - benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan
utama dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman., 1994).
Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah
dari karet. Wadah plastik, bahan utama dari plastik yang digunakan untuk wadah
adalah polimer termoplastik, unit struktural organik dasar untuk masing - masing type
yang biasa terdapat dalam bidang medis. Sesuai dengan namanya, polimer
termoplastik meleleh pada temperatur yang meningkat. Wadah plastik digunakan
terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah, serta bila mengandung bahan
PRAFORMULASI
Fungsi ( Untuk
Contoh
No. Nama Komponen Farmakologis / Pemakaian Lazim ( % )
Bahan
Farmasetik )
1. Bahan Aktif Tiap 100 ml mengandung
Natrium Laktat - Memelihara daya tidak kurang dari 285,0 mg
(Sodium Laktat ) osmotic darah dan dan tidak lebih dari 315,0 mg
jaringan. Na ( sebagai NaCl dan
- Pengobatan keracunan
C3H5NaO3 ), tidak kurang dari
Bromide / iodide,
sumber ion Klorida dan 14,1 mg dan tidak lebih dari
Natrium 17,3 mg kalium ( K, setara
dengan tidak kurang dari 27,0
Natrium Klorida mg dan tidak lebih dari 33,0
mg KCl ), tidak kurang dari
- Memelihara daya 4,90 mg dan tidak lebih dari
osmotic darah dan
6,0 kalsium ( Ca setara dengan
jaringan.
- Pengobatan keracunan tidak kurang dari 18,0 mg dan
Bromide / iodide, tidak lebih dari 22,0 mg
sumber ion Klorida dan CaCl2.2H2O ), tidak kurang
Kalium Klorida Natrium dari 368,0 mg dan tidak lebih
dari 408,0 mg klorida ( Cl,
- Pencegahan dan sebagai NaCl, KCl dan
pengobatan defisiensi CaCl2.2H2O ), dan tidak
kalium dan ion klorida
kurang dari 231,0 mg dan
untuk pengobatan
hipokalamia tidak lebih dari 261,0 mg
Kalsium Klorida laktat ( C3H5O3, setara dengan
tidak kurang dari 290,0 mg
dan tidak lebih dari 330,0 mg
C3H5NaO3 )
-
2. Zat Pembawa
Aqua Pro Secukupnya
Injection (
Bebas Pirogen )
Pegisotonis Secukupnya
1. Natrium Lactate
6 PH 5–7
10 Dosis -
6 PH antara 4 - 8
7 Titik Lebur -
7 Titik Lebur -
10 Dosis -
2 Bobot Molekul -
6 PH -
7 Titik Lebur -
10 Dosis --
4 Kelarutan -
6 PH 7 Netral
10 Dosis -
11 Khasiat -
FORMULASI
Aquadest ad 500 ml
= 3.15 g
= 1.25g + ( 5 % x 1.25 g)
=1.3125 g
=0.21 g
=0.14175 g
6. Aquadest ad 550 ml
Rumus :
bobot/volu me
x1000 xjumlah..ion
BM molekul
270-328 Isotonis
0-249 Hipotonis
1.3125 / 0,55
- Na. Lactat = x1000 x2 42.59
112,06
3.15 / 0,55
- NaCl = x1000 x2 195.804
58,5
0.21 / 0,55
- KCl = x1000 x2 10.25
74,5
0.14175 / 0,55
- CaCl2 = x1000 x3 5.26
147
0.9
Nacl = x550 4.95 g
100
2. Cara Pembuatan
Pembuatan Api Bebas Piregon
o Panaskan aquadest ad mendidih
o Tutup Erlenmeyer dengan kpas yang dibungkus kasa
o Didihkan lagi selama 30 menit, dinginkan
o Tambahkan carbo adsorben
Pengukuran Volume
o Siapkan alat dan bahan yang digunakan
o Tuangkan hasil penyaringan ke dalam gelas ukur
o Tambahkan dengan API bebas pirogen sampai volume yang
seharusnya (ml per unit)
o Tuang kembali ke dalam erlenmeyer, kocok ad homogen
o Tutup erlenmeyer dengan aluminium foil.
Sterilisasi Akhir
o Siapkan alat dan bahan yang digunakan
o Masukkan sediaan infus ke dalam otoklaf 115-1160C selama 30
menit.
Pengemasan
o Setelah dingin, beri etiket pada sediaan
o Masukkan ke dalam kemasan disertai dengan brosur.
IV.5 EVALUASI
1. Pemeriksaan Kejernihan
2. Uji Organopleptis
3. Uji pH
4. Uji Keseragaman bobot
A. Hasil Percobaan
Dalam praktikum kali ini, praktikan membuat larutan infus gula. Larutan infus gula
dibuat dengan mencampurkan tiga bahan yaitu natrium klorida (NaCl), glukosa
(dekstrosa) dan norit (arang serap). Didapatkan hasil percobaan sebagai berikut :
Tabel IV.1. Hasil Uji Terhadap Sediaan Parenteral
1 Uji pH Netral
2 Uji kejernihan dan warna Jernih tanpa partikulat
3 Uji Kebocoran Tidak bocor
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan sediaan steril berupa sediaan
infus dengan bahan aktif berupa glukosa yang dibuat dengan sterilisasi akhir. Tujuan
suatu sediaan dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap
pada saluran cerna atau gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi steril dapat
dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relative steril atau
setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril. Dan infus merupakan
sediaan yang perlu di sterilkan dan harus bebas dari mikroorganisme hidup maupun
pirogen. Sifat glukosa yang stabil pada pH 3,5- 6,5 dan tahan terhadap pemanasan
merupakan alasan digunakannya metode sterilisasi akhir dalam pembuatan infus
glukosa. Sehingga semua peralatan yang akan digunakan juga harus disterilkan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Karena cairan infus digunakan secara intravena,
maka sediaan infus harus isotonis, isohidri, bebas dari kuman dan pirogen, semua
bahan tersatukan tanpa terjadi reaksi dan bebas partikel melayang. Oleh karena itu,
perlu ditambahkan NaCl 0,9 % sebagai agen tonisitas dan carbon aktif 0,1 % untuk
membebaskan sediaan dari pirogen,untuk mencegah demam dan untuk menyerap
cemaran.
A. Simpulan
Praktikum pembuatan larutan infus glukosa dibuat dengan menggunakan natrium
klorida (NaCl) dan glukosa (dekstrosa) sebagai zat aktif dan norit sebagai zat
tambahan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pada evaluasi sediaan
dengan uji pH diperoleh hasil netral. Ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian
dengan yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu infus glukosa pHnya
berkisar 3,5-5,5. Hal ini, bisa disebabkan oleh kesalahan individu (human error) ketika
melakukan penimbangan bahan. Namun, untuk evaluasi sediaan uji kejernihan dan
warna diperoleh larutan infus glukosa yang jernih dan bebas partikulat. Ini berarti
bahwa larutan yang dibuat sudah memenuhi syarat yang berlaku untuk pembuatan
sediaan parenteral. Pada evaluasi sediaan uji kebocoran-pun sudah memenuhi syarat
yang berlaku untuk sediaan parenteral karena larutan infus glukosa yang ditempatkan
pada botol kaca tidak bocor ketika botol dibalik dan dimasukkan kedalam larutan yang
berisi gentian violet.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada kekurangan dan kritik yang ingin disampaikan kepada kami, kami akan
sangat mnghargai itu dan kami akan menerima untuk memperbaiki makalah-makalah
kami yang selanjutnya, Terimakasih.