Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
laporan yang berjudul “Ringer Laktat” ini dengan tepat waktu. Adapun laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Sediaan Semi Solid.

Laporan ini berisi tentang cara pembuatan mulai dari praformulasi bahan-
bahan suspensi antasida, formulasi dan metode pembuatan suspensi, hingga
evaluasi dan pembahasan yang mencakup hasil uji dari sediaan suspensi antasida
yang diberi nama “Ringer Laktat”. Sebelum melaksanakan praktikum, penulis
melakukan kajian dan analisis terkait bahan-bahan yang akan digunakan untuk
membuat suspensi antasida, kemudian penulis mempraktikkan dalam skala kecil
di laboratorium dan melakukan beberapa evaluasi untuk mengidentifikasi apakah
sediaan yang dihasilkan memenuhi persyaratan untuk dipasarkan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ainun Wulandari, S. Farm.,


M. Sc., Apt. selaku pembimbing praktikum karena atas bimbingan dan masukan
dari beliau, laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian laporan praktikum ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan. Oleh


karena itu, penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun. Penulis juga berharap semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua termasuk kepada pembaca.

Depok, Juni 2018

Penulis

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid ii


DAFTAR ISI

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Tujuan
dari sediaan infus adalah memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral, memperbaiki keseimbangan asam-basa,
memperbaiki volume komponen -komponen darah, memberikan jalan masuk untuk
pemberian obat-obatan kedalam tubuh, memonitor tekanan vena sentral (CVP),
memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan (Perry &
Potter., 2005).
Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum, langsung
kevena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner & Sudarth, 2002).
Terapi intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah
jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat
menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk
metabolisme dan memberikan medikasi (Perry & Potter., 2005).
Tipe-tipe dari sediaan infus adalah
1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion
Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah
keosmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 1


tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa
orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagiancair dari komponen darah), sehingga terus berada di osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-
Laktat (RL), dan normalsaline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan Hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5% +
NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin. (Perry & Potter., 2005).

Berdasarkan uraian di atas yang menyebutkan bahwa banyak manfaat dari sedian
infus dibidang pengobatan maka, kami tertarik untuk melakukan praktikum pembuatan
sediaan infus.

B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari cara pembuatan larutan parenteral berupa sediaan infus.
2. Mempelajari cara evaluasi sediaan larutan parenteral berupa sediaan infus.

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sediaan Parenteral
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi - bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain
sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan
parental merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi -
bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian
tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan - bahan toksis lainnya, serta harus
memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam
pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B.,
2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk
larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan
diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa
diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal,
intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat
mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan
pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah
karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun
suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang
dikontrol dengan hati - hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal
(jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian
paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi
(Priyambodo, B., 2007).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah obat

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 3


kedalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis
tunggal atau wadah dosis ganda (DepKes., 1979).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya laruitan obat dalam air
yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya
yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (DepKes., 1995).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 10 larutan intravena volume besar
adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda
volume lebih dari 100 mL.
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air
dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam
jumlah yang relatif sama, rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein
17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka
tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan
elektrolit larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel
(Lukas, Syamsuni, H.A., 2006).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III halaman 12, infus intravenous adalah
sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat
isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena, dengan volume relatife
banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung
bakteriasida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis
bebas partikel.
Injeksi volume besar atau injeksi yang dimaksudkan untuk pemberian langsung ke
dalam pembuluh darah vena harus steril dan isotonis dengan darah, dikemas dalam
wadah tunggal berukuran 100 mL - 2000 mL. Tubuh manusia mengandung 60 air dan
terdiri atas cairan intraseluler (di dalam sel), 40 yang mengandung ion-ion K+, Mg+,
sulfat, fosfat, protein serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa,
monofosfat dan lain-lain. Air mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20 yang
kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan intersesier (diantara
kapiler) 15 dan plasma darah 5 dalam sistem peredaran darah serta mengandung
beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat (Anief., 2008).
Menurut Anief tahun 2008 Injeksi dapat digolongkan sebagai berikut :

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 4


1. Injeksi intrakutan atau intradermal (i.c)
Biasanya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikan sedikit
(0,1-0,2 mL). digunakan untuk tujuan diagnosa.
2. Injeksi subkutan atau hipoderma (s.c)
Umumnya larutan isotonus, jumlah larutan yang disuntikan tidak lebih dari 1 mL.
Disuntikan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam “alveola”, kulit mula-mula
diusap dengan cairan desinfektan (etanlo 70%). Dapat ditambahkan vasokonstriktor
seperti epinefrina 0,1% untuk melokalisir efek obat. Larutan harus sedapat mungkin
isotonus, sedangpH-nya sebaiknya netral, maksudkan untuk mengurangi iritasi
jaringan dan mencegah kemungkinan terjadi nekrosis (mengendornya kulit).
Jika tidak disuntikan secara infus, volume injeksi 3 Lt sampai 4 Lt sehari, masih
dapat disuntikkan secara subkutan dengan penambahan hialuronidase ke dalam
injeksi atau jika sebelumnya disuntik hialuronidase.
3. Injeksi intramuscular (i.m)
Merupakan larutan atau suspense dalam air atau minyak atau emulsi. Disuntikkan
masuk otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4 mL. Penyuntikan
volume besar dilakukan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit, sedapat
mungkin tidak lebih dari 4 mL.
Ke dalam otot dada dapat disuntikkan sampai 200 mL, sedang otot lain volume
yang disuntikkan lebih kecil.
4. Injeksi intravenus (i.v)
Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang
dapat bercampur dengan air, volume 1 mL sampai 10 mL.
Larutan ini biasanya isotonus atau hipertonus. Bila larutan hipertonus maka
disuntikan perlahan-lahan. Jika larutan yang diberikan banyak umumnya lebih dari
10 mL disebut infus, larutan diusahakan supaya isotonus dan diberikan dengan
kecepatan 50 tetes tiap menit dan lebih baik pada suhu badan.
Emulsi minyak-air dapat diberikan, asal ukuran butiran minyak cukup kecil (emulsi
mikro). Bentuk suspensi atau emulsi makro tidak boleh diberikan melalui intravena.
5. Injeksi intraarterium (i.a)
Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non-iritan yang dapat
bercampur dengan air, volume yang disuntikan 1 mL sampai 10 mL dan digunakan
bila diperlukan efek obat yang segera dalam daerah perifer.

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 5


6. Injeksi intrakor atau intrakardial (i.k.d)
Berupa larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, dan disuntikan ke dalam
otot jantung atau ventrikulus.
7. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intradural
Berupa laturan harus isotonus, sebab sirkulasi cairan cerebropintal adalah lambat,
meskipun larutan anestetika sumsum tulang belakang sering hipertonus. Larutan
harus benar-benar steril, bersih sebab jaringan syaraf daerah anatomi di sini sangat
peka.
8. Injeksi intrakulus
Berupa larutan atau suspense dalam air yang disunikan ke dalam cairan sendi dalam
rongga sendi.
9. Injeksi subkonjungtiva
Berupa larutan atau suspensi dalam air yang untuk injeksi selaput lendir mata
bawah, umumnya tidak lebih dari 1 mL.
10. Injeksi yang digunakan lain:
a. Intraperitoneal (i.p) disuntikkan langusng ke dalam rongga perut, penyerapan
cepat, bahaya infeksi besar dan jarang dipakai.
b. Peridural (p.d) ekstra dural, disuntikan ke dalam ruang epidural, terletak diatas
durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum tulang belakang.
c. Intrasisternal (i.s) disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada
otak.

B. Tetapan Isotonis
Tabel II.1. Tetapan Isotonis
Sumber : Farmakope Indonesia Edisi IV (1995)

Osmolarita (M osmole/Liter) Tonisitas

> 350 Hipertonis


329 – 350 Sedekit hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 - 269 Sedikit hipotonis
0 - 249 Hipotonis

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 6


C. Syarat-Syarat Infus
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis.
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
3. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain
yakni 7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan
darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan tubuh seperti darah, air
mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %.
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk
vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan
demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida dimana
mengandung radikal yang ada unsur N, dan P. Selama radikal masih terikat, selama
itu dapat menimbulkan demam dan pirogen bersifat termostabil.

D. Keuntungan Sediaan Infus


1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Biovaibilitas obat dalam traktus gastrointenstinalis dapat dihindarkan.
4. Obat dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau dalam keadaan koma.
5. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindarkan.

E. Kerugian Sediaan Infus


1. Rasa nyeri saat disuntikkan apalagi kalau harus diberikan berulang kali.
2. Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut suntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hapir tidak mungkin diperbaiki terutama
sesudah pemberian intravena.
4. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau ditempat praktek
dokter oleh perawat yang kompeten.
5. Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril dikarenakan ketatnya persyaratan yang
harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis dan bebas partikel).

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 7


F. Fungsi Pemberian Infus
1. Dasar nutrisi, kebutuhan kalori untuk pasien dirumah sakit harus disuplai via
intravenous. Intravenous seperti protein dan karbohidrat.
2. Keseimbangan elektrolit digunakan pada pasien yang shock, diare, mual, muntah,
membutuhkann cairan inrravenous.
3. Pengganti cairan tubuh seperti dehidrasi.
4. Pembawa obat obat. Contohnya seperti antibiotik (Voight., 1995).

G. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba (Lachman., 1994).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-
sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila
tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering.
Sedangkan sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi.
Pemilihan metode didasdarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan (Hadioetomo, R.
S., 1985).
Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-
bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan penembusan uap
air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut.metode ini
juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah besar, alat – alat gelas, pembalut
operasi dan instrumen. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, minyak
lemak, dan sediaan-sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh (Ansel., 1989).
Metode-metode sterilisasi menurut Ansel , yakni:

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 8


1. Sterilisasi uap (lembab panas), yakni sterilisasi yang dilakukan dalam autoklaf dan
menggunakan uap air dengan tekanan.
2. Sterilisasi panas kering, yakni sterilisasi yang biasa dilakukan dengan oven
pensteril yang dirancang khusus untuk tujuan sterilisasi. Oven dapat dipanaskan
dengan gas atau listrik dan umumnya temperatur diatur secara otomatis.
3. Sterilisasi dengan penyaringan, yakni sterilisasi yang tergantung pada penghilangan
mikroba secara fisik dengan adsorpsi pada media penyaring atau dengan mekanispe
penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas. Sediaan
obat yang disterilkan dengan cara ini, diharuskan menjalani pengesahan yang ketat
dan memonitoring karena efek produk hasil penyaringan dapat sangat dipengaruhi
oleh banyaknya mikroba dalam larutan yang difiltrasi.
4. Sterilisasi gas, sterilisasi gas dilakukan pada senyawa-senyawa yang tidak tahan
terhadap panas dan uap dimana dapat disterilkan dengan cara memaparkan gas
etilen oksida atau protilen oksida. Gas-gas ini sangat mudah terbakar bila tercampur
dengan udara, tetapi dapat digunakan dengan aman bila diencerkan dengan gas iner
seperti karbondioksida, atau hidrokarbon terfluorinasi yang tepat sesuai.
5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan, yakni teknik-teknik yang disediakan untuk
sterilisasi beberapa jenis sediaan-sediaan farmasi dengan sinar gama dan sinar-sinar
katoda, tetapi penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan
yang sangat khusus dan pengaruh-pengaruh radiasi pada produk-produk dan
wadah-wadah.

H. Wadah
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang
ini yang benar - benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan
utama dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman., 1994).
Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah
dari karet. Wadah plastik, bahan utama dari plastik yang digunakan untuk wadah
adalah polimer termoplastik, unit struktural organik dasar untuk masing - masing type
yang biasa terdapat dalam bidang medis. Sesuai dengan namanya, polimer
termoplastik meleleh pada temperatur yang meningkat. Wadah plastik digunakan
terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah, serta bila mengandung bahan

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 9


penambah dalam jumlah kecil, mempunyai toksisitas dan reaktivitas dengan produk
yang rendah. Suatu golongan plastik baru, poliolefin, patut disebut secara khusus,
yang saat ini mendapat perhatian dalam bidang parenteral adalah polipropilen dan
kopolimer polietilen - polietilen (Lachman., 1994).
Wadah Gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk yang dapat
disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon dioksida tetrahedron,
dimodifikasi secara fisika dan kimia dengan oksida - oksida seperti oksida natrium,
kalium, kalsium, magnesium, alumunium, boron, dan besi. Gelas yang paling tahan
secara kimia hampir seluruhnya tersusun dari silikon dioksida, tetapi gelas tersebut
relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak pada temperatur tinggi
(Lachman., 1994).

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 10


BAB III

PRAFORMULASI

III.1 EFEK FARMAKOLOGIS

Fungsi ( Untuk
Contoh
No. Nama Komponen Farmakologis / Pemakaian Lazim ( % )
Bahan
Farmasetik )
1. Bahan Aktif Tiap 100 ml mengandung
 Natrium Laktat - Memelihara daya tidak kurang dari 285,0 mg
(Sodium Laktat ) osmotic darah dan dan tidak lebih dari 315,0 mg
jaringan. Na ( sebagai NaCl dan
- Pengobatan keracunan
C3H5NaO3 ), tidak kurang dari
Bromide / iodide,
sumber ion Klorida dan 14,1 mg dan tidak lebih dari
Natrium 17,3 mg kalium ( K, setara
dengan tidak kurang dari 27,0
 Natrium Klorida mg dan tidak lebih dari 33,0
mg KCl ), tidak kurang dari
- Memelihara daya 4,90 mg dan tidak lebih dari
osmotic darah dan
6,0 kalsium ( Ca setara dengan
jaringan.
- Pengobatan keracunan tidak kurang dari 18,0 mg dan
Bromide / iodide, tidak lebih dari 22,0 mg
sumber ion Klorida dan CaCl2.2H2O ), tidak kurang
 Kalium Klorida Natrium dari 368,0 mg dan tidak lebih
dari 408,0 mg klorida ( Cl,
- Pencegahan dan sebagai NaCl, KCl dan
pengobatan defisiensi CaCl2.2H2O ), dan tidak
kalium dan ion klorida
kurang dari 231,0 mg dan
untuk pengobatan
hipokalamia tidak lebih dari 261,0 mg
 Kalsium Klorida laktat ( C3H5O3, setara dengan
tidak kurang dari 290,0 mg
dan tidak lebih dari 330,0 mg
C3H5NaO3 )
-

2. Zat Pembawa
 Aqua Pro Secukupnya
Injection (
Bebas Pirogen )

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 11


3. Zat Tambahan
 Carbo Adsorben
 NaCL(fisiologi) 0,1% dari volume total

Pegisotonis Secukupnya

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 12


III.2 MONOGRAFI BAHAN

1. Natrium Lactate

No Parameter Hasil Studi Literatur Referensi

1 Rumus Molekul C3CHOHCOONa (Rowe , 2009:)

2 Bobot Molekul 112,06 g/mol

3 Pemerian Tidak berwarna , bening ; tidak berbau; atau sedikit


berbau dengan bau garam yang khas ;higroskopis

4 Kelarutan Larut dalam methanol 95% dan dalam air, kloroform


dan gliserol.praktis tidak larut dalam kloroform,eter
dan minyak

5 Stabilitas Stabil dalam air

6 PH 5–7

7 Titik Lebur 163 – 165

8 Inkompatibilitas Novabson sodium,oksitetrasiklin HCl, sodium


karbonat,sodium kalsium edetal,sulfanidin sodium

9 Wadah Simpan dalam wadah tertutup baik dan kering

10 Dosis -

11 Khasiat Buffering agent , Isotonis agent

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 13


2. Natrium Chlorida

No Parameter Hasil Studi Literatur Referensi

1 Rumus Molekul NaCl (Farmakope


Indonesia Edisi
Keempat,1995)

2 Bobot Molekul 458,44 g/mol

3 Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk


hablur putih; rasa asin

4 Kelarutan Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut


dalam air mendidih; larut dalam gliserin;sukar larut
dalam etanol.

5 Stabilitas Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat


menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas

6 PH antara 5,0 dan 7,5

7 Titik Lebur 801oC (1047 K)

8 Inkompatibilitas Logam Hg, Fe, dan Ag

9 Wadah Dalam wadah kaca atau plastik dosis tunggal,


sebaiknya dari kaca Tipe 1 atau Tipe II

10 Dosis Lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5%


dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415).
Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam
plasma = 135-145 mEq/L.-

11 Khasiat pengganti Na+ dan Cl- dalam tubuh

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 14


3. Kalium Chlorida

No Parameter Hasil Studi Literatur Referensi

1 Rumus Molekul KCl (FI IV,1995 :


447)

2 Bobot Molekul 74,55 g/mol

3 Pemerian Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus,tidak


berwarna,atau serbuk granul putiih;tidak berbau;rasa
garam;stabil diudara;larutan bereaksi netral terhadap
lakmus

4 Kelarutan Mudah larut dalam air;lebih mudah larut dalam air


mendidih;tidak larut dalam etanol

5 Stabilitas stabil diudara; stabil dan harus disimpan dalam


wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering

6 PH antara 4 - 8

7 Titik Lebur -

8 Inkompatibilitas Larutan KCl IV inkompatibel dengan protein


hidrosilat,perak dan garam merkuri
9 Wadah Dalam wadah tertutup rapat

10 Dosis konsentrasi kalium pada rute IV tidak lebih


dari 40 mEq/L dengan kecepatan 20
mEq/jam (untuk hipokalemia). Untuk
mempertahankan konsentrasi kalium pada
plasma 4 mEq/L (DI,2003:1410). K+ dalam
plasma = 3,5-5 mEq/L (steril dosage from
hal 251).

11 Khasiat Zat anti mikroba

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 15


4. Kalsium Chlorida

No Parameter Hasil Studi Literatur Referensi

1 Rumus Molekul CaCl2.2H2O (FI IV,1995 : 160)

2 Bobot Molekul 147,02 g/mol

3 Pemerian Granul atau serpihan ; putih, keras ; tidak

4 Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam


etanol mendidih; sangat mudah larut dalam air
panas

5 Stabilitas stabil diudara; stabil dan harus disimpan dalam


wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering

6 PH Antara 4,5 dan 9,2

7 Titik Lebur -

8 Inkompatibilitas Karbonat, Sulfat, Tartrat, Sefalotin sodium,


CTM dengan tetrasiklin membentuk kompleks

9 Wadah Dalam wadah tertutup rapat

10 Dosis -

11 Khasiat Zat penyerap air, Zat anti mikroba

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 16


5. Carbo Adsorben
No Parameter Hasil Studi Literatur Referensi
1 Rumus Molekul

(FI III 1979:133)

2 Bobot Molekul -

3 Pemerian Granul atau serpihan ; putih, keras ; tidak (Dirjen


Serbuk,hitam;tidak berbau. Diperoleh dari POM,1995:1128).
residu destruktif berbagai bahan organic, diolah
untuk meningkatkan kapasitas adsorbs zat warna
organic dan basa nitrogen

4 Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol


95%

5 Stabilitas Dapat mengadsorbsi air

6 PH -

7 Titik Lebur -

8 Inkompatibilitas Dapat menurunkan ketersediaan hayati beberapa


obat seperti loperamid dan riboflavin. Reaksi
hidrolisis dan oksidasi dapat dinaikkan

9 Wadah Disimpan dalam wadah kedap udara,


sejuk dan kering

10 Dosis --

11 Khasiat Adsorbsi pyrogen

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 17


6. Aquadestilata

No Parameter Hasil Studi Literatur Referensi

1 Rumus Molekul H2O2


(Dirjen POM,1979:
97);(Rowe,et
all.,2009:766)

2 Bobot Molekul 18,2 g / mol

3 Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna ; tidak


berbau;tidak
berasa

4 Kelarutan -

5 Stabilitas Dapat stabil dalam semua keadaan fisika


(es,cair,padat)

6 PH 7 Netral

7 Titik Lebur 0/100ºC

8 Inkompatibilitas Kompatibel dengan zat aktif dan semua bahan


tambahan

9 Wadah Dalam wadah tertutup baik

10 Dosis -

11 Khasiat -

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 18


BAB IV

FORMULASI

R/ Natrium Chlorida 0.6 %

Natrium Lactat 0.25 %

Kalium Chlorida 0.04 %


Kalsium Chlorida 0.027%
Carbo adsorben 0.1 %

Aquadest ad 500 ml

Note : 1.Volume di lebihkan 10 %

2. Jumlah zat aktif dilebihkan 5 %, karena adanya penambahan Carbon aktif


IV.1 Perhitungan

1. Natrium Chlorida = 0.6 % x 500 ml = 3g


= 3g + ( 5 % x 3g )

= 3.15 g

2. Natrium Lactate = 0.25 % x 500 ml = 1.25g

= 1.25g + ( 5 % x 1.25 g)

=1.3125 g

3. Kalium Chlorida = 0.04 % x 500 ml = 0.2 g


= 0.2 g + ( 5 % x 0.2 g )

=0.21 g

4. Kalsium Chlorida = 0.027% x 500 ml = 0.135g


= 0.135g + ( 5 % x 0.135 g)

=0.14175 g

5. Carbo Adsorben = 0.1 % X 550 ML = 0.55 g

6. Aquadest ad 550 ml

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 19


IV.2 Perhitungan Osmolaritas ( FI IV Hal.1020 )

Rumus :
bobot/volu me
x1000 xjumlah..ion
BM molekul

Range Osmolaritas & Tonisitas

Osmolaritas (M Osmole/ L) Tonisitas

.> 350 Hipertonis

329-350 Sedikit Hipertonis

270-328 Isotonis

250-269 Sedikit Hipotonis

0-249 Hipotonis

1.3125 / 0,55
- Na. Lactat = x1000 x2  42.59
112,06
3.15 / 0,55
- NaCl = x1000 x2  195.804
58,5
0.21 / 0,55
- KCl = x1000 x2  10.25
74,5
0.14175 / 0,55
- CaCl2 = x1000 x3  5.26
147

Jumlah = 42.59+ 195.804 + 10.25 + 5.26 = 253.904 ( Sedikit Hipotonis )

⁖ Dikarenakan Sediaan sedikit Hipotonis maka perlu penambahan zat pengisotonis


( Nacl 0.9 % )

0.9
Nacl = x550  4.95 g
100

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 20


IV.3 Penimbangan
No Nama Bahan Per Unit Per Batch ( 2 pcs)

1 Natrium Lactat 1.3125 g 2.625 g ⁓ 2.6 g

2 Natrium Chlorida 3.15 g 6.3 g

3 Kalsium Chlorida 0.1417 g 0. 283 g ⁓ 0.28 g

4 Kalium Chlorida 0.21 g 0.42 g

5 Carbo adsorben 0.55 g 1.1 g

6 Nacl 4.95 g 9.9 g

7 Aquadest ad 550 ml Ad 1100 ml

IV.4 INSTRUKSI KERJA

1. Alat dan Bahan


 Alat
- Erlenmeyer
- Corong
- Kassa
- Waterbath
- Kertas saring
- Beakerglass
 Bahan
- NaCl
- Kcl
- CaCl3
- Na. Laktat
- Cardo Adsorben
- Aqua injeksi

2. Cara Pembuatan
 Pembuatan Api Bebas Piregon
o Panaskan aquadest ad mendidih
o Tutup Erlenmeyer dengan kpas yang dibungkus kasa
o Didihkan lagi selama 30 menit, dinginkan
o Tambahkan carbo adsorben

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 21


o Panaskan pada suhu 60-700C selama 15 menit.
o Saring menggunakan kertas saring berlapis ganda dengan corong
o Kemudian dialiri dengan gas N2 sampai dingin.

 Pelarutan Bahan Aktif & Bahan Tambahan


o Masukkan semua zat aktif ke dalam beaker glass ( Natrium Laktat,
Natrium Klorida, Kalium Klorida, Kalsium Klorida )
o Tambahkan Aqua Pro Injection Bebas CO2, secukupnya sampai
larut dan homogen.

 Pengukuran Volume
o Siapkan alat dan bahan yang digunakan
o Tuangkan hasil penyaringan ke dalam gelas ukur
o Tambahkan dengan API bebas pirogen sampai volume yang
seharusnya (ml per unit)
o Tuang kembali ke dalam erlenmeyer, kocok ad homogen
o Tutup erlenmeyer dengan aluminium foil.

 Pengisian Dan Penutupan Botol


o Siapkan bahan dan wadah yang diperlukan
o Masukkan cairan infus ke dalam flakon yang sudah dikalibrasi
o Tutup flakon dengan tutup gelas.

 Sterilisasi Akhir
o Siapkan alat dan bahan yang digunakan
o Masukkan sediaan infus ke dalam otoklaf 115-1160C selama 30
menit.

 Pengemasan
o Setelah dingin, beri etiket pada sediaan
o Masukkan ke dalam kemasan disertai dengan brosur.

IV.5 EVALUASI
1. Pemeriksaan Kejernihan
2. Uji Organopleptis
3. Uji pH
4. Uji Keseragaman bobot

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 22


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan
Dalam praktikum kali ini, praktikan membuat larutan infus gula. Larutan infus gula
dibuat dengan mencampurkan tiga bahan yaitu natrium klorida (NaCl), glukosa
(dekstrosa) dan norit (arang serap). Didapatkan hasil percobaan sebagai berikut :
Tabel IV.1. Hasil Uji Terhadap Sediaan Parenteral

No Evaluasi Sediaan Hasil

1 Uji pH Netral
2 Uji kejernihan dan warna Jernih tanpa partikulat
3 Uji Kebocoran Tidak bocor

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan sediaan steril berupa sediaan
infus dengan bahan aktif berupa glukosa yang dibuat dengan sterilisasi akhir. Tujuan
suatu sediaan dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap
pada saluran cerna atau gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi steril dapat
dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relative steril atau
setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril. Dan infus merupakan
sediaan yang perlu di sterilkan dan harus bebas dari mikroorganisme hidup maupun
pirogen. Sifat glukosa yang stabil pada pH 3,5- 6,5 dan tahan terhadap pemanasan
merupakan alasan digunakannya metode sterilisasi akhir dalam pembuatan infus
glukosa. Sehingga semua peralatan yang akan digunakan juga harus disterilkan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Karena cairan infus digunakan secara intravena,
maka sediaan infus harus isotonis, isohidri, bebas dari kuman dan pirogen, semua
bahan tersatukan tanpa terjadi reaksi dan bebas partikel melayang. Oleh karena itu,
perlu ditambahkan NaCl 0,9 % sebagai agen tonisitas dan carbon aktif 0,1 % untuk
membebaskan sediaan dari pirogen,untuk mencegah demam dan untuk menyerap
cemaran.

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 23


Pembuatan larutan infus harus dilakukan secara steril, setelah pembuatan larutan
infus selesai dibuat, yang selanjutnya dilakukan adalah evaluasi sediaan larutan infus
yang meliputi uji pH, uji kerjernihan dan warna serta uji kebocoran.
Setelah dilkukan uji pH menggunakan kertas lakmus, pada lakmus merah tidak
menunjukan perubahan warna dan pada lakmus biru juga tidak menunjukan perubahan
warna. Ini menunjukan bahwa pH sediaan infus kami adalah 7 (netral), artinya sediaan
kami tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan pada FI edisi 3 yaitu 3,5-5,5.
Hal ini mungkin disebabkan karena human error (penimbangan glokosa terlalu
berlebih).
Selanjutnya dilakukan uji kejernihan dan warna, dengan cara pengamatan visual
secara langsung hasilnya adalah sediaan kami jernih dan tidak tampak warna apapun
artinya tidak ada zat pengotor dan bebas partikel melayang.
Evaluasi terakhir yang dilakukan yaitu evaluasi kebocoran. Larutan yang telah di
masukkan kedalam botol kemudian dilakukan uji kebocoran yang dilakukan dengan
cara menyiapkan larutan gantian violet dalam beaker glass kemudian sediaan tersebut
dimasukkan kedalam larutan gantian violet tersebut dengan cara di balikkan, yaitu
posisi tutup botol di bawah. Setelah dilakukan uji kebocoran ternyata larutan infus
dalam botol tidak bocor yang ditandai dengan larutan infus dalam botol tidak
mengalami perubahan warna. Ketidak bocoran kemasan yang digunakan ini akan
meminimalisir terjadinnya kontaminasi.

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 24


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Praktikum pembuatan larutan infus glukosa dibuat dengan menggunakan natrium
klorida (NaCl) dan glukosa (dekstrosa) sebagai zat aktif dan norit sebagai zat
tambahan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pada evaluasi sediaan
dengan uji pH diperoleh hasil netral. Ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian
dengan yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu infus glukosa pHnya
berkisar 3,5-5,5. Hal ini, bisa disebabkan oleh kesalahan individu (human error) ketika
melakukan penimbangan bahan. Namun, untuk evaluasi sediaan uji kejernihan dan
warna diperoleh larutan infus glukosa yang jernih dan bebas partikulat. Ini berarti
bahwa larutan yang dibuat sudah memenuhi syarat yang berlaku untuk pembuatan
sediaan parenteral. Pada evaluasi sediaan uji kebocoran-pun sudah memenuhi syarat
yang berlaku untuk sediaan parenteral karena larutan infus glukosa yang ditempatkan
pada botol kaca tidak bocor ketika botol dibalik dan dimasukkan kedalam larutan yang
berisi gentian violet.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada kekurangan dan kritik yang ingin disampaikan kepada kami, kami akan
sangat mnghargai itu dan kami akan menerima untuk memperbaiki makalah-makalah
kami yang selanjutnya, Terimakasih.

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 25


DAFTAR PUSTAKA

Laporan Hasil Praktikum Sediaan Semi Solid 26


LAMPIRAN

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

SEDIAAN SEMI SOLID


BROSUR PRODUK

Gambar 1.1. Brosur Produk Lafusa® Bagian Depan Dan Belakang


LABEL (ETIKET) DAN KEMASAN PRODUK

Gambar 2.1. Lable/Etiket Produk Lafusa® Pada Kemasan Botol Gelas

Gambar 2.2. Kemasan Sekunder (Box Produk) Lafusa®

Anda mungkin juga menyukai