Disusun Oleh:
DENPASAR
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
Laporan FTS Steril ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam
Laporan FTS Steril ini kami akan membahas mengenai ”INFUS NACL “
Laporan ini telah dibuat dengan berbagai beberapa bantuan dari
teman-teman untuk membantu menyelesaikan dan mengerjakan laporan ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
PRAKTIKUM II
INFUS NACL
A. Tujuan
Mahasiswa dapat membuat sediaan infus NaCl dan melakukan uji
untuk infus NaCl.
B. Tugas
Buatlah sediaan infus NaCl 0,9% sebanyak 100 ml (Untuk
perhitungan tambahkan 20%).
C. Dasar Teori
1. Sediaan Parenteral
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi -
bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parental
merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat
terbagi - bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau
membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran
kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari bahan - bahan toksis lainnya, serta harus memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat
dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik,
kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B., 2007).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 10 larutan intravena
volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas
dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL.
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah
injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya
hanya laruitan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena.
Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (DepKes.,
1995).
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100
ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan
peralatan yang cocok. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh
harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan
air dan elektrolit larutan untuk infus intravenous harus jernih dan
praktis bebas partikel (Lukas, Syamsuni, H.A., 2006).
2. Tonisitas
Dua larutan dikatakan isotonis satu sama lain apabila kedua larutan
tersebut mempunyai tekanan osmosa yang sama. Bila dua larutan
mempunyai tekanan osmosa berbeda dengan yang lain dipisahkan oleh
suatu membran yang bersifat semi permeable maka pelarut dari larutan
yang mempunyai tekanan osmosa rendah akan berpindah melalui
membran ke dalam larutan yang mempunyai tekanan osmosa tinggi
hingga terjadi keseimbangan tekanan. Dimana tekanan osmosa
keduanya sama besar. Akibatnya volume larutan yang mempunyai
telarutkanan osmosa lebih kecil akan berkurang.
D. Preformulasi
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
a. Indikasi
Sebagai elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuh.
Pengaturan defisiensi dari Na+ dan Cl- pada kondisi chronic salt
– losing.
b. Kontraindikasi
Penderita hipertensi gagal jantung, peripheral/pulmonary
udem penurunan fungsi ginjal.
c. Efek samping
Hypernatremia yang berlanjut pada dehidrasi otak, diare,
kram perut, pengurangan air liur, takikardia dan lainnya.
3. Sterilisasi
Sediaan disterilkan dengan cara pemanasan basah (autoklaf) pada
suhu 121O C selama 15 menit. Larutan NaCl 0,9% sudah isotonis,
sediaan harus isotonis karena apabila larutan hipertonis maka
sel/jaringan akan mengembang.
5. Cara Penggunaan
Lebih dari 0,9% injeksi intravena 3-5% dalam 100 ml selama 1 jam
injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/Ml. Na+ dalam p-plasma 135-145
mEq/L.
Dosis NaCl untuk IV didasarkan pada faktor umur, berat badan,
kondisi klinis dari pasien dan kasusnya pasien yang mengalami
dehidrasi untuk kondisi kekurangan Na yang parah dibutuhkan 2-3 L
NaCl 0,9% diberikan selama 2-3 jam secara IV perlahan-lahan.
E. Formulasi
1. Permasalahan dan Penyelesaian
a. Permasalahan
1) Sediaan infus harus steril.
2) PH sesuai dengan PH tubuh.
3) Sediaan steril tidak boleh mengandung pirogen dan isotonis.
4) Tidak boleh hipotonis.
5) Sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf.
6) Terjadi pemisahan partikel kaca dan gelas.
b. Penyelesaian
1) Tujuan sediaan infus harus steril karena berhubungan
langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya yang
pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada
saluran cerna atau gastrointestinal diharapkan dengan
kondisi steril dapat menghindari adanya injeksi sekunder.
2) Tujuan dari pengecekan PH dalam sediaa injeksi adalah
untuk mempertinggi stabilitas, sehingga obat-obat tersebut
tetap mempunyai aktivitas dan potensi. PH darah normal
adalah 7,35-7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume
besar mempunyai PH diluar batas maka akan menyebabkan
masalah pada tubuh. Pengecekan PH menggunakan PH
meter.
3) Pirogen adalah hasil metabolisme dari mikroorganisme
yang menyebabkan demam. Ditambahkan norit 0,1% pada
saat pembuatan agar terbebas dari pirogen. Sediaan steril
harus isotonis karena apabila larutan hipertonis maka sel /
jaringan akan mengembang. Batas yang diijinkan 0,7%-
1,4% NaCl.
4) Jika larutan hipotonis diinjeksikan kedalam darah maka air
akan melintasi membrane semi permeable akibatnya akan
terjadi peningkatan volume dalam darah (hemolysis).
5) Sterilisasi sediaan infus NaCl 0,9% dengan menggunakan
sterilisasi dengan uap bertekanan (autoklaf) dengan shuhu
121O C selama 15 menit.
6) Digunakan wadah plastic 1 gelas yang cocok sehingga tidak
terjadi pemisahan partikel kaca.
a. Perhitungan Isotonis
Diketahui : b1 = 0,576
b2 = 0,576
c = 0,9%
Ditanya :B =?
0,52−( b1 × c )
B=
b2
0,52−(0,576 ×0,9)
B=
0,576
B=0 g /100 ml
Larutan sudah Isotonis
b. Perhitungan Bahan
1) NaCl
NaCl = 0,9% x 100 ml
= 0,9 g/ml x 100 ml
= 0,9 g
= 0,9 g + (0,9 g x 20%)
= 0,9 g + 0,18 g
= 1,08 g
2) Aquadest ad 100 ml
= 100 ml + 20 ml
= 120 ml
2. Bahan
a. Aquadest bebas pirogen
b. NaCl
c. Carbo adsorben
G. Cara Kerja
1. Metode Sterilisasi
Menggunakan metode sterilisasi akhir karena sediaan stabil
terhadap pemanasan. Sterilisasi akhir menggunakan autoklaf pada suhu
121°C selama 15 menit.
b. Uji pH
Pengecekan pH larutan dapat dilakukan dengan
menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.
c. Uji Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan secara visual biasanya dilakukan
oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah
penerangan cahaya yang baik, dan putih, dijalankan dengan suatu
aksi memutar, harus benar – benar bebas dari partikel kecil yang
dapat dilihat dengan mata.
d. Uji Kebocoran
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan
melayang, kecuali gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam
larutan parenteral. Pengujian bahan partikulat dibedakan sesuai
volume sediaan injeksi seperti yang tercantum pada FI Edisi IV
tahun 1995.
STERIL
BEBAS PIROGEN
LARUTAN INFUS UNTUK PEMAKAIAN INTRA VENA
KOMPOSISI
Tiap 100 ml larutan mengandung 900 mg Natrium Klorida
INDIKASI
Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi
CARA PEMBERIAN
Intravena
Kecepatan air yang dianjurkan 2,5 ml/kg/BB/jam atau 60
tetes/70 kgBB/menit atau 180 ml/70 kgBB/jam atau disesuaikan
dengan kondisi penderita
KONTRA INDIKASI
Hipernatremia, asidosis, hipokalemia
EFEK SAMPING
Reaksi – reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya
atau cara pemberiannya, terimasuk timbulnya panas,
infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau
fiebitis yang meluas dari tempat penyuntikan,
ekstravasasi.
Bila terjadi efek samping, pemakaian harus dihentikan
dan lakukan evaluasi terhadap penderita
PERINGATAN
Hati – hati bila diberikan kepada penderita gagal jantung
kongestif, gangguan fungsi ginjal, hipoproteinemia, udem
periferal atau pulmonari.
Hati – hati bila diberikan pada anak – anak dan penderita
usia lanjut, pada kasus hipertensi dan toksemia pada
kehamilan.
Untuk pemberian jangka panjang sebaiknya lakukan uji
laboratorium secara periodik untuk memonitor serum
ionogram, keseimbangan asam basa dan cairan.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada
CARA PENYIMPANAN
Pada suhu kamar/ruangan antara 25 - 30°C
KEMASAN
Botol Kaca 100 mL