Oleh
Kelas A/Kelompok 1 :
1. Anak Agung Sagung Jambe Dewi Santika (2209484010087)
2. Dewa Ayu Ratna Harumini (2209484010091)
3. Dewa Gede Weda Mega Saputra (2209484010092)
4. Diana Novita Oktaviani (2209484010093)
5. Luh Eni Lestari (2209484010110)
6. Luh Gede Noviani Purnama Dewi Sutirta (2209484010111)
7. Ni Nengah Noviyanti (2209484010118)
Kasus 1
Perhatikan daftar obat berikut:
Norvask Farbivent Neb Xalacom Eye Drop
Depakote Tab Ceftriaxone Inj Glucovance Tab
Depomedrol Inj Glucophage Tab Doxorubicin Inj
Depakote ER Xalatan Eye Drop Kary Uni Eye
Tab Solumedrol Dobutamin Inj Drop Marcain 0.5
Inj Duphaston Mg Inj Sandostatin
Nor Epinephrine Inj Epinephrine Inj Inj Myco-Z Oint
Ceftazidime Inj Galvus Tab Ceftriaxon Inj
Dopamin Inj Hyperhep Inj Leucovorin Inj
Duspatalin Mestinon Tab Hialid Eye Drop
Epheddrin Inj Inovad Xylocain PDF Inj
Gluvas Tab Interzinc Tab Dan Syrup Syntocinon Inj
Hyper RHO Inj Atopiclair Lotion Kenalog In Orabase Oint
Merislon Tab Urdafalk Cap Cefotaxime Inj
Inviclot Fartison Inj Cyclophosphamide Inj
Intrizine Tab Dan Syrup Cefotaxime Inj Glucophage XR Tab
Aloclair Gel
Urdahex Cap
Kelompokkanlah daftar obat diatas berdasarkan penampilan mirip (look alike) dan ucapan
mirip (sound alike)! Pastikan anda menggunakan tall man lettering untuk obat dengan ucapan
mirip.
Pembahasan Kasus
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip) adalah obat yang nampak mirip dalam hal bentuk, tulisan, warna, dan ucapan. Oleh
karena itu, perlu diterapkannya strategi manajemen resiko untuk meminimalkan timbulnya
efek samping dengan obat LASA dan meningkatkan keamanan pasien. Keberadaan LASA di
unit pelayanan kefarmasian mengharuskan adanya pedoman atau standar dalam
menanganinya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dampak yang tidak diingingkan
melalui identifikasi dan implementasi keselamatan tindakan pencegahan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat LASA yaitu:
1. Pemisahan obat LASA berdasarkan dosis obat dan bentuk sediaan
2. Penyimpanan obat LASA/NORUM dipisahkan, tidak diletakkan bersebelahan, dan harus
diberikan label “LASA”
3. Penandaan obat LASA dengan label warna yang berbeda dan menggunakan penulisan
Tall man Latters.
Contoh label/stiker LASA:
2. Sound Alike
No Nama obat
1 ALOclair Gel vs ATOpiclair Lotion
2 CEFTRIaxone Inj vs CEFOtaxime Inj vs CEFTAzidime Inj
3 DepaKOTE Tab vs DepaKOTEER Tab
4 DEPOmedrol Inj vs SOLUmedrol Inj
5 DOPAmin Inj vs DOBUtamin Inj
6 DuspataLIN vs DuphasTON
7 EPHEdrin Inj vs EPInephrine Inj vs NOREPInephrine Inj
8 FarBIVENT Neb vs FarTISON Inj
9 GlucoPHAGE Tab vs GlucoPHAGE ER Tab vs GlucoVANCE Tab
10 GLUvas Tab vs GALvus Tab
11 HyPERRHO Inj vs HyPERHEP Inj
12 IntriZINE Tab dan vs InterZINC Tab dan
Syrup Syrup
13 InVICLOT vs InoVAD
14 MeRISLON Tab vs MesTINON Tab
15 UrdaHEX Cap vs UrdaFALK Cap
16 XalaTAN Eye Drop vs XalaCOM Eye Drop
High Alert dan Multiple Strength
Kasus 2
Berikut adalah daftar obat di salah satu bangsal rumah sakit:
1 Abbotic Sirup 125mg/5ml 71 Mst continus Tablet 10 mg 141 Glucophage XR Tablet 500 mg
12 Cravat Infus 750 mg /100 ml 82 Zyroric Tablet 100 mg 152 Metrix Tablet 3 mg
34 Pantozol Tablet 20 mg 104 Irvask Tablet 150 mg 174 Cravat Infus 500 mg/100 ml
35 Piracetam Tablet 800 mg 105 Janumet Tab 50/1000 mg 175 Cygest Suppositoria 200 mg
42 Abbotic sirup250 mg/5 ml 112 Mst continus Tablet 15 mg 182 Hexilon Tablet 16 mg
43 Alprazolam Tablet 1 mg 113 Nexium Tablet 40 mg 183 Hypobhac Injeksi 100 mg /ml
45 Asthin force Kapsul 6mg 115 Oxynorm Tablet 20 mg 185 Isoric Tablet 100 mg
51 Citicoline Tablet 1000 mg 121 Xanax Tablet 0,25 mg 191 Methyl prednisolone tab 8 mg
56 Folavit Tablet 400 mcg 126 Arcoxia tablet90 mg 196 Pantoprazole Tablet 40 mg
61 Heparin inj 131 Celebrex Kapsul 200 mg 201 Valisanbe Tablet 5mg
63 Irbesartan Tablet 300 mg 133 Chlorpromazine tab100 mg 203 Zypraz Tablet 0,5 mg
Pembahasan Kasus
1. Penyimpanan obat High Alert
High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Obat kewaspadaan tinggi
merupakan sejumlah obat yang memiliki risiko yang dapat membahayakan pasien jika
obat tersebut digunakan secara keliru. Obat yang tergolong kewaspadaan tinggi adalah
obat- obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip
/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA), elektrolit konsentrasi tinggi, obat-obat
sitostatika serta obat yang digunakan di UGD dan ICU.
Prinsip Umum Penyimpanan obat High Alert yaitu:
High alert medication disimpan di laci atau lemari di area yang terkunci dan terpisah
dari produk lain.
Setiap high alert medication diberikan label “High-Alert” ang berwarna merah pada
sisi depan kemasan tanpa menutupi informasi yang ada pada kemasan
Setiap elektrolit konsentrat disimpan di farmasi, kecuali NaHCO3 8.4% di simpan juga
di ICU/ ICCU, dan UGD. MgSO4 ≥ 20% disimpan di farmasi, emergency kit di UGD
dan ruang bersalin.
Narkotika disimpan dalam lemari yang kokoh, tidak mudah dipindahkan dan memiliki
dua kunci yang berbeda.
Obat anestesi disimpan di tempat yang hanya bisa diakses oleh dokter, perawat dan
staf farmasi
Obat sitostatika, Insulin dan heparin hanya disimpan di farmasi atau di area yang
terkunci di mana obat diresepkan.
Dextrose ≥ 20% hanya disimpan di Farmasi, UGD, ICU dan troli emergensi T
Contoh label High Alert Medication:
Obat Sitostatika
Syrup
Injeksi
Suppositoria
Narkotika
Kapsul
Krim
Tablet
2. Pengadaan/Procurement
Sistem pengadaan obat harus mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan
prioritas, sisa persediaan, pola konsumsi, waktu tunggu pemesanan (lead time) dan rencana
pengembangan untuk memastikan obat tersedia. RSK Bedah BIMC memiliki proses/ sistem
pengadaan saat obat tidak tersedia atau jika obat belum masuk dalam formularium rumah
sakit. Pengadaan obat yang tidak tercantum dalam formularium hanya dapat dilakukan jika
obat tersebut benar-benar diperlukan dan dengan persetujuan dari CEO medis dan/atau
Direktur rumah sakit.
Kesimpulan: Perencanaan dan Pengadaan sediaan farmasi di RSK Bedah BIMC telah sesuai
dengan peraturan.
3. Penerimaan/Reception
Secara umum, penerimaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP selalu memperhatikan
kesesuaian dengan surat pesanan yang meliputi jumlah, jenis, waktu kadaluarsa, nomor
batch/lot serta kondisi obat/alkes yang dipesan, kemudian disimpan dalam kondisi yang
menjamin mutu dan keamanan sediaan. Bahan berbahaya disimpan dalam lemari khusus.
Prosedur penerimaan dan penyimpanan sediaan farmasi dilakukan sesuai dengan kebijakan
yang berlaku.
Secara umum penerimaan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai selalu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kesesuaian faktur (invoice)/surat pengantar dari supplier (nomor faktur, nama dan alamat
pemesanan dengan surat pesanan yang meliputi jenis, jumlah, harga, nomer batch,
tanggal kadaluarsa dan kemasan yang benar
b. Kualitas obat, alkes dan BMHP yang diterima selalu dalam kondisi baik
c. Kemasan obat, /alkes dalam keadaan utuh dan baik.
d. Expiry Date > 1 (satu) Tahun kecuali untuk obat/alkes yang diproduksi dengan waktu
yang sangat singkat seperti contohnya: Vaksin
e. Terdapat certificate of analysis untuk mengetahui kualitas bahan baku obat/alkes
f. Suhu pengiriman barang-barang cold chain memenuhi persyaratan yang ditentukan saat
barang diterima yaitu harus dicek monitor suhu dalam coolbox kemudian dicatat dalam
form penerimaan barang dengan suhu 2ᵒC- 8ᵒC yang dibawa oleh distributor.
Apabila pengecekan barang telah sesuai staf farmasi yang melakukan penerimaan
melakukan tanda tangan faktur, menuliskan nama, tanggal dan membubuhkan cap/ stempel
farmasi sebagai bukti penerimaan. Dan apabila pengecekan barang ditemukan adanya
ketidaksesuaian barang, kondisi fisik obat cacat/rusak, maka staf Farmasi segera
mengembalikan barang kepada distributor dengan memberikan catatan alasan pengembalian
barang pada Surat Pengiriman Barang.
Setelah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP diterima maka tahapan selanjutnya
adalah sebagai berikut:
a. Staf farmasi melakukan proses input/receiving sediaan farmasi, alat kesehatan dan/atau
bahan medis habis ke dalam Sistem Inventory pada hari yang sama, sesuai penerimaan.
b. Staf farmasi melakukan pengarsipan PO, GRN/receiving dan Faktur dan dikelompokkan
berdasarkan kategori distributor.
c. Arsip GRN/receiving, PO, Faktur dan Surat Pengiriman Barang disimpan sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun.
d. Arsip GRN/receiving, PO, Faktur, Surat Pesanan Narkotik/Psikotropik/Prekursor
Farmasi/OOT beserta surat pengiriman barang harus disimpan terpisah dari arsip
dokumen pembelian obat lainnya.
Kesimpulan: Proses penerimaan sediaan farmasi di RSK Bedah BIMC telah sesuai dengan
peraturan.
4. Penyimpanan
1) Penyimpanan sediaan farmasi yang merupakan produk rantai dingin (Cold Chain
Product) adalah sebagai berikut:
a. Produk rantai dingin yang perlu suhu penyimpanan 2-8°C, disimpan dalam
refrigerator.
b. Produk rantai dingin yang memerlukan suhu penyimpanan < 2°C dalam freezer.
c. Refrigerator dan freezer harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu yang
terkalibrasi minimal 1 (satu) tahun sekali.
d. Apoteker, TTK, dan Perawat harus melakukan pencatatan suhu Refrigerator dan
freezer setiap shift dalam Formulir Pemeriksaan Harian Suhu Kulkas. Apabila suhu
tidak sesuai dengan persyaratan, segera menghubungi FMS dan didokumentasikan.
e. Apabila produk rantai dingin perlu dipindahkan maka Apoteker, TTK, dan Perawat
harus memastikan produk dibawa dalam wadah yang dilengkapi icepack/coolpack
dan dilengkapi dengan thermometer sehingga dapat menjaga suhu selama pengiriman
sesuai persyaratan.
Gambar 3: Lemari B3
Untuk obat yang memiliki nama yang sama tetapi memiliki kekuatan dosis yang
berbeda, maka penamaan pada kompartemen diberikan warna yang berbeda yaitu:
Kekuatan dosis obat yang paling kecil warna hijau
Kekuatan dosis obat yang menengah warna kuning
Kekuatan dosis obat paling tinggi warna merah
Obat-obat LASA dapat disimpan dalam jumlah terbatas di ruang perawatan
dengan memperhatikan prosedur penamaan dan pelabelan yang ditetapkan.
Apoteker melakukan peninjauan kembali terhadap list obat-obat LASA minimal 1
(satu) tahun sekali.
Kesimpulan: Penyimpanan sediaan farmasi di RSK Bedah BIMC telah sesuai dengan
peraturan.
Pendistribusian dan Pemusnahan
Kasus 3:
Silahkan mempelajari laporan PKL rumah sakit RS Sanglah. Cermati metode distribusi
perbekalan farmasi yang diterapkan di rumah sakit tersebut. Kemudian jawablah beberapa
pertanyaan berikut:
a. Apakah sistem distribusi perbekalan farmasi menerapkan sistem sentralisasi atau
desentralisasi? jelaskan jawaban anda!
b. Apakah metode yang digunakan untuk mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien?
c. Mengacu pada jawaban poin b, apakah kekurangan dan kelebihan dari metode distribusi
yang digunakan?
Pembahasan kasus:
Note: menggunakan laporan dan pedoman kerja RSK Bedah BIMC.
a. Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan dengan
metode sentralisasi dikelola oleh departemen Farmasi. Sistem distribusi dilakukan
dengan cara Floor stock, dimana seluruh kegiatan distribusi sediaan farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP dilakukan dengan menggunakan sistem inventory online yang
tersedia, permintaan dilakukan oleh unit ke Instalasi Farmasi sesuai dengan jenis
kebutuhan terupdate.
Perawat di masing-masing unit yang menyimpan floor stock bertanggung jawab
terhadap perbekalan farmasi yang disimpan, dilakukan pemeriksaan terhadap jenis,
jumlah, kadaluarsa barang dan suhu tempat penyimpanan setiap harinya.
Setiap bulannya petugas farmasi melakukan kontrol terhadap kesesuaian barang yang
disimpan, kondisi penyimpanan dan pelabelan pada obat-obat tertentu.
Kekurangan:
Membutuhkan SDM lebih banyak
Beban kerja Instalasi Farmasi menjadi berlipat ganda
Terjadi pemborosan embalage
Penulisan permintaan obat berulang-ulang
Dapat terjadi keterlambatan pemberian obat atau lupa tidak dilanjutkan.
Kasus 4
Seorang TTK di rumah sakit ditugaskan untuk melakukan pemusnahan obat apabila anda
adalah TTK yang bekerja di rumah sakit tersebut, apakah yang harus dilakukan sesuai
denganperaturan yang berlaku terkait:
1. Obat seperti apakah yang dapat dimusnahkan?
2. Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda kerusakan obat sesuai dengan bentuk sediaannya!
3. Bagaimanakah tahapan melakukan pemusnahan obat?
4. Bagaimana caranya melakukan pemusnahan obat untuk obat dengan bentuk
sediaan padat, cair dan semi padat?
5. Apabila dalam daftar obat yang akan dimusnahkan terdapat obat golongan narkotika dan
psikotropika maka apakah yang harus dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku?
6. Dokumen apa saja yang harus dibuat dalam rangka pemusnahan obat (sebutkan nama
dokumen, deskripsikan isinya dan siapa saja yang wajib menandatangani dokumen
tersebut)?
Pembahasan Kasus:
1. Obat yang dapat dimusnahkan yaitu:
Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
Telah kedaluwarsa
Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
Dicabut izin edarnya
2. Tanda-tanda kerusakan obat sesuai dengan bentuk sediaannya:
Tablet
Perubahan warna, bau, bentuk dan rasa
Adanya kerusakan berupa noda, bintik-bintik, lubang/ sumbing, pecah, retak,
menggelembung, lembab atau bubuk.
Kapsul
Cangkang kapsul lengket, kapsul lembek, warnanya yang berubah.
Obat Cair / Sirup
Terjadi kekeruhan,
Terbentuk endapan padat,
Menggumpal
Warna atau rasa berubah
Kekentalan berubah,
Salep / Krim
Warna dan bau yang berubah.
Suppositoria
Terjadi perubahan bau dan warna
Kepadatan suppositoria berubah
Injeksi
Terjadi perubahan warna cairan
Terbentuk endapan
4. Cara melakukan pemusnahan obat untuk obat dengan bentuk sediaan padat, cair dan semi
padat:
Untuk sediaan padat:
Kapsul: keluarkan isi kapsul dari cangkangnya, lalu larutkan dengan air. Gunting
atau rusak cangkang kapsul.
Tablet: buka kemasan tablet, hancurkan tabet sampai menjadi serbuk kemudian
ditimbun dalam tanah. Apabila jumlahnya banyak dibakar dalam incenerator.
Untuk Sediaan Semi Padat: keluarkan isi dari tube/pot.
Untuk Sediaan Cair: keluarkan cairan obat, lalu encerkan dengan air. Untuk botol,
buka label pada botol, hancurkan botol untuk mencegah digunakan lagi.