Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

DAFTAR OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) DI RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT Prof. dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun oleh:

Muhammad Makbul

Rizza Algivari

Nike Fitri

Mar ati

Ika Aldhinawati

Elly Mulyani

Rizki Prasa B

PKPA RUMAH SAKIT Prof. dr. MARGONO SOEKARJO

OKTOBER-NOVEMBER 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan

agar memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu

aspek yang sangat penting. Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan

harus dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.

Obat dan perbekalan farmasi merupakan bagian dari rencana pengobatan pasien,

oleh karenanya manajemen rumah sakit harus berperan secara kritis untuk memastikan

keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah

obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat

yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti

obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan

Mirip/NORUM, atau sering disebut Look Alike Sound Alike / LASA).

Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, Look Alike Sound Alike masuk ke dalam obat-obatan yang perlu

diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat yang sering menyebabkan terjadi

kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak

yang tidak diinginkan (adverse outcome).

Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai pencegahan dalam kesalahan dalam

proses dispensing obat LASA, maka perlu dilakukan pencatatan dan pendataan obat-obat

yang tergolong LASA dan memberikan solusi terhadap penanganannya.

1.2 Tujuan

Mendata obat-obat LASA di instalasi rawat inap paviliun Abiyasa Rumah Sakit

Prof. Margono Soekarjo dan mengevaluasi penempatan dan penyimpanan obat tersebut

apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

WHO Collaborating Center For Patien Safety (2007), menetapkan 9 (sembilan)

solusi life saving keselamatan pasien rumah sakit yang disusun oleh lebih dari 100 Negara

dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong seluruh RS-RS se-Indonesia untuk

menerapkan sembilan solusi keselamataan rumah sakit baik secara langsung maupun

bertahap. Salah satu dari 9 solusi life saving itu adalah Obat Rupa dan Ucapan Mirip

(Look-Alike, Sound-Alike) atau biasa disingkat dengan LASA.

Obat-obat LASA yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab

yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu

keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka

sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau

generik serta kemasan. Solusi LASA ditekankan pada penggunaan protokol untuk

pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang

dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektrolit.

Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf yang tampaknya sama

dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, maka petugas akan lebih berhati-

hati dengan obat yang lasa. Di US, beberapa studi menunjukkan penggunaan huruf kapital

ini terbukti mengurangi error akibat nama obat yang look-alike.

contohnya: metFORmin dan metRONIdaZOL, ePINEFrin dan efeDRIN. Seminimal

mungkin kesalahan sampai 0%.


Sebenarnya, rumah sakit punya kebijakan untuk menetapkan standar penggunaan

metode Tall man ini. Seperti gambar di atas yang memberlakukan standar penulisan untuk

obat LASA. Hurufnya ditebalkan, dan diberi warna yang berbeda. Kemudian, komite

keselamatan mediknya akan mereview setahun sekali dan memberikan feedback.

Strategi Komunikasi untuk mencegah terjadinya kesalahan karena lasa:

A. Permintaan Tertulis

1. Tambahkan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk obat yang

'langganan' bermasalah.

2. Tulis secara jelas, pake huruf tegak kapital.

3. Hindari singkatan-singkatan

4. Tambahkan bentuk sediaan juga di resep

5. Sertakan kekuatan obat.

6. Sertakan petunjuk penggunaan.

7. Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan

8. Gunakan resep preprinted atau electronic prescribing


B. Permintaan Lisan:

1. Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat tertentu, misalnya hanya dalam keadaan

emergency.

2. Hindari permintaan via telepon, kecuali benar-benar penting, ada form permintaan via

telepon yang akan ditandatangani.

3. Diperlukan teknik mengulangi permintaan, dibacakan lagi permintaannya, jadi ada

kroscek.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Daftar Obat Look Alike
NO Nama obat Nama Look Alike
1 Amoxan Amoxan forte
2 Aquabidest 25 ml KCl 25 ml
3 Atarax Merlopam
4 Atropin Dyphenhidramin
5 Bisolvon Ketesse
6 Brainact 250 Brainact 500
7 Brainact 500 Brainact 1000
8 Canderin 8 Canderin 6
9 Catapres Ondansentron
10 Cefotaxim Ceftriaxon
11 Cendo Carpine Cendo Timolol
12 Combivent Ventolin
13 Flixotide Ventolin
14 Fosmicin 1 g Fosmicin 2 g
15 Furosemid Ranitidine
16 Gentamisin Tramadol
17 Hialid 0.1 Kary Uni
18 Hyoscine Dexamethasone
19 KA EN 3B Ringer Laktat
20 Ketolorac 1% Dexamethasone
21 Lidokain Phenytoin
22 Lopamiro 30 Lopamiro 50
23 Lopamiro 50 Lopamiro 100
24 Ocuflam 0.1 % Bralifex Plus
25 Ondansentron Phenytoin
26 Piracetam 400 Piracetam 800
27 Retivit Plus Retivit
28 Raclonid Phenobarbital
29 Valsartan 80 mg Amdixal 5 mg
30 Valdimex 5 Clofritis 10
31 Venosmil capsules Micardis
32 Vit K Phenobarbital
33 ISDN Nifedipin
34 Vit B6 Vit B1
Tabel 2. Daftar Obat Sound Alike
No Nama obat Nama sound alike

1 Allupurinol 100 mg Allupurinol 200 mg


35 2 Alprazolam 0,5 mg
Diazepam Alprazolam 1 mg
Vit C
3 Amdixal 5 mg Amdixal 10 mg
4 Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg
5 Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg
6 Brainact Brainact odis
7 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg
8 Clindamycin 150 mg Clindamycin 300 mg
9 Haloperidol 5 mg Haloperidol 0.5 dan
1.5
10 Dexamethasone Dextrometorphan
11 Kalnex Kalmeco
12 Kalnex Kalxotin
13 Kalnex 250 mg Kalnex 500 mg
14 Kaltrofen 50 mg Kaltrofen 100 mg
15 Kalxetin 10 mg Kalxetin 20 mg
16 Ketorolac 1% Ketorolac 3%
17 Lipitor 20 mg Lipitor 40 mg
18 Meloxicam 7,5 mg Meloxicam 15 mg
19 Meropenem 0,5 mg Meropenem 1 mg 3.2 Pembahasan
20 Metilprednisolin 8 mg Metilprednisolon 16
mg Look Alike Sound
21 Metilprednisolon 4 mg Metilprednisolon 8
mg Alike (LASA) adalah
22 Metrix 1 mg Metrix 2 mg
23 Neurotam 800 mg Neurotam 1200 mg kesalahan obat yang
24 Noperten 5 mg Noperten 10 mg
terjadi karena
25 Parasetamol Piracetam
26 Piracetam 1 g Piracetam 2 g kebingungan
27 Piracetam 400 mg Piracetam 800 mg
28 Pioksikam 10 mg Piroksikam 20 mg terhadap nama obat,
29 Propanolol 10 mg Propanolol 40 mg
kemasan dan
30 Rifampicin 600 Rifampicin 300
31 Renabutic Renadinac etiket/labeling.
32 Ramixal 2,5 mg Ramixal 5 mg
33 Salbutamol 2 mg Salbutamol 4 mg Kesalahan obat
34 Simflax Sinclovic
tersebut dapat
35 Simvastatin 10 mg Simvastatin 20 mg
36 Spiriva Spiriva combo disebabkan oleh
37 Spirolakton 25 mg Spirolakton 100 mg
38 Tenapril 2.5 mg Tenapril 5 mg order yang tidak
39 Tensipar 5 mg Tensipar 10 mg
jelas, tulisan dokter
40 Valsartan 80 mg Valsartan100 mg
41 Mikasin 250 mg Mikasin 500 mg yang buruk, ada
42 Renabetic Renadinac
43 Brainact Brainact Odis
44 Tebokan Tebokan Forte
45 Simpflex Simclovic
order lisan yang tidak tepat, kurangnya pemeriksaan/verifikasi kembali, banyaknya jumlah

jenis obat, lingkungan kerja yang buruk. Kemiripan nama dua jenis obat bisa berisiko tinggi

menimbulkan kerancuan dan kebingungan dalam pemberian obat kepada pasien, sehingga

bisa meningkatkan medication error. Apalagi jika kedua jenis obat tersebut memiliki

indikasi yang jauh berbeda. Joint Commission on the Accreditation of Healthcare

Organizations (JCAHO) pada tahun 2003 melaporkan bahwa LASA merupakan masalah

serius pelayanan kesehatan dimana berperan dalam 29% kasus kesalahan penyiapan obat,

dan kerancuan nama obat merupakan faktor penyebab sebanyak 15-25% dari seluruh

kesalahan penggunaan obat pada pasien. Hal yang sangat berbahaya jika pasien yang

menderita gangguan pencernaan yang seharusnya diberi obat Losec (Omeprazole), malah

diberikan Lasix (Furosemide) yang bekerja sebagai diuretik.

Sistem penyimpanan obat-obatan yang diterapkan di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Margono Soekarjo berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan dan kategori umum/askes.

Penyusunan obat berdasarkan alfabetis sangat berpotensi untuk terjadi LASA karena obat-

obatan yang mirip secara penglihatan maupun ejaan akan banyak ditemui. Sehingga dalam

dispensing obat dan perbekalan farmasi yang lain menuntut kejelian dari para petugas

farmasi untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut. Ada beberapa obat yang dapat

dikategorikan sebagai LASA sebagaimana yang tercantum pada tabel hasil pengamatan

pada bab sebelumnya. Sistem penyimpanan obat di rawat inap karena menerapkan alfabetis

maka untuk obat-obatan yang namanya sama dengan bentuk sediaan berbeda otomatis

berada dalam satu deret, bahkan dalam satu rak yang sama. Misalnya obat Methyl

Prednisolone dengan sediaan 4 mg, 8 mg dan 16 mg berada pada satu deret yang sama pad

arak obat generik. Jika tidak jeli dalam mengamati maka bisa saja terjadi kesalahan dalam

pengambilan yang dapat berbahaya pada pasien. Injeksi furosemide dan Ranitidin dapat

dikategorikan Look Alike karena kemasan ampul yang sangat mirip yaitu berwarna cokelat

dapat memicu kesakahan jika tidak teliti dalam pengambilan obat.


Sistem penyimpanan yang ada di rawat inap sangat memungkinkan untuk terjadinya

kesalahan dalam hal LASA, sehingga perlu adanya suatu strategi dalam penyusunan obat-

obatan untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan tadi. Dari sisi penyimpanan obat dan

perbekalan farmasi dapat kita adopsi dari tall-man lettering yaitu menggunakan penebalan,

atau warna huruf berbeda pada pelabelan nama obat, misalnya :

Nama Obat Nama Obat tall-man lettering

Ceftazidime cefTAZIDIME

Cefotaxim cefOTAXIM

Penempatan obat-obat LASA berperan penting dalam pencegahan terjadinya

kesalahan dalam proses pengambilan dan distribusi obat ke pasien. Pada dasarnya Pavilliun

Abiyasa masih menempatkan obat LASA pada rak saling berdekatan satu sama lain.

Sehingga perlu dilakukan perubahan tata letak obat-obat LASA dengan memberikan jarak

terpisah yaitu dengan menempatkan obat lain diantara sediaan LASA tersebut. Hal ini

penting untuk memberikan informasi kepada tenaga farmasi mengenai nama obat sehingga

tidak terjadi kekeliuran dalam pengambilan obat. Penandaan juga dapat dilakukan untuk

lebih menegaskan bahwa dalam deretan rak obat tersebut terdapat obat LASA, yaitu dengan

menempelkan label bertuliskan “LASA” dengan pemberian warna tertentu.

Solusi lain yang dapat kita terapkan untuk menghindari terjadinya LASA yaitu :

 Pihak produsen obat sangat dianjurkan untuk tidak memberi nama dagang yang mirip

dengan nama dagang obat yang sudah ada di pasaran

 Pihak dokter yang meresepkan obat, diharapkan menuliskan nama obat yang dapat

dibaca dengan jelas oleh pembaca resep, atau menggunakan fasilitas resep yang dicetak

elektronik tanpa tulis tangan jika memang sudah tersedia.


 Sebisa mungkin menghindari order obat secara lisan terutama melalui telepon,

kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi.

 Apoteker mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti, disesuaikan nama

dagang, nama generik, indikasi, serta kekuatan sediaannya.

 Apoteker mengetahui dengan pasti persediaan obat-obatan yang termasuk kategori

LASA

 LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pendataan obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) penting dalam mencegah

terjadinya medication error akibat kesalahan dalam pengamatan dan pengambilan obat

2. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan akibat

LASA dengan tall-man lettering yaitu menggunakan penebalan, atau warna huruf

berbeda pada pelabelan nama obat.

4.2 Saran

Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang tataletak obat di rak-rak instalasi rawat

inap Pavilliun Abiyasa Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo terutama melakukan
pemisahan obat-obat kategori LASA untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam

pengambilan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety). Edisi ke-2. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta

Yahya, Adib A. 2007. Fraud & Patient Safety. Proceedings of PAMJAKI meeting
“Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi Karsa. Jakarta
LAMPIRAN
Contoh Obat Look Alike

Contoh Obat Sound Alike

Anda mungkin juga menyukai