Anda di halaman 1dari 14

DIARE

A. PENGERTIAN
Diare merupakan salah satu gangguan
kesehatan yang umum terjadi dilingkungan kita. Diare
sering dianggap gangguan penyakit yang ringan,
namun penanganan yang tidak tepat dan atau terlambat
dapat dan sering kali menimbulkan kematian. Diare
dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus dan bakteri.
Diare diartikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan feses berbentuk cair atau setengah
cair setengah padat, dengan demikian kandungan air
lebih banyak dari biasa. Menurut WHO diare adalah
buang air besar encer atau cair lebih dari 3 x sehari.
Atas dasar lamanya terjadi diare dibedakan diare akut
dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang
awitannya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari,
dapat sembuh kembali dalam waktu relatif singkat atau kurang dari 2 minggu.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu.
Berdasarkan penyebabnya, diare dikelompokkan menjadi 2, yaitu diare spesifik
karena infeksi dan diare non spesifik bukan karena infeksi.

B. ETIOLOGI
1. Faktor Infeksi :
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
Infeksi bakteri : Vibrio , E. Coli, Salmonella, Shigella dan
sebagainya.
Infeksi Virus : Rotavirus, adenovirus.
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lambia.
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti :
otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida : interaksi laktosa, maltosa dan sukrosa
- Monosakarida : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Faktor makanan ini yang seringkali bisa menyebabkan terjadinya diare.
Diantaranya yaitu akibat dari makanan basi, beracun, terlalu banyak
lemak, sayuran dimasak kurang matang, alergi tehadap makanan.
4. Lain lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung ;
- KKP (Kurang Kalori Protein)
- Kesehatan pribadi dan lingkungan
- Sosioekonomi

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare:
a) Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
1.1. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini
timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah
yang besar sekaligus.
1.2. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu
dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan
cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis.
Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau
gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke
usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus.
Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan
tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian
mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler.
Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal
1.3. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah
enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase
menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan
disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan
diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak
kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan
Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua,
sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase
cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang
Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu.
1.4. Laksan osmotic
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke
lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam
Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai
berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium
diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi,
karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus
diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan
dekstrose 5 %.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat
oleh bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan
(intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya
diberikan cairan intravena.

b) Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2
kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan
pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari
lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke
lumen. Seperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga
mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi
terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari
pada aliran sekresi. Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan
hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke
lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial,
obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
c) Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada
penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena
adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan
absorpsi elektrolit dan air.
d) Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya
psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan
oleh hiperperistaltik. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus menyerap makanan, sehingga timbul diare
e) Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis,
kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan
peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

D. OBAT YANG DAPAT MEMACU DIARE


1. Laksatif (karena efeknya yang berlebihan dalam merangsang peristaltik
saluran percernaan)
2. Antasid yang mengandung magnesium (magnesium bersifat laksatif).
3. Antineoplastik (karena efek samping dari obat ini menyebabkan kerusakan
dari sel parietal saluran pencernaan sehingga memacu peristaltik).
4. Antibiotik (karena suprainfeksi atau merubah flora normal), seperti ;
klindamisin, tetrasiklin, sulfonamid, dan antimikroba berspektrum luas
yang lain.
5. Antihipertensi (kemungkinan karena hambatan sistem saraf simpatik akan
meningkatkan perangsangan parasimpatik yang di saluran pencernaan
akan meningkatkan peristaltik. Misalnya; reserpin, guanetidin,
metildopa, dan guanabenz.
6. Kolinergik (meningkatkan peristaltik saluran pencernaan), misalnya;
betanikol dan neostigmin.
7. Kardiak agen yang lain seperti quinidin dan digitalis.
8. Lain lain yaitu Analog prostaglandin (Misoprostol) dan kolkisin

E. TANDA DAN GEJALA

Timbul mual, demam, sakit kepala, muntah, sakit perut, dan malaise
secara tiba-tiba
Buang air besar menjadi sering, selama 60-72 jam
Nyeri kuadran kanan bawah, kram dan terdengar suara usus, merupakan
karakteristik penyakit usus halus
Pada diare usus besar, rasa sakit terasa mencengkram, sensasi sakit
dengan telesmus tegang dan tidak efektif. Nyeri melokalisasi sebelah
kanan, daerah hipogastrikus, atau sebelah kiri lebih ke bawah.
Pada diare kronis, ditandai juga dengan penurunan berat badan,
anoreksia, dan kelemahan kronis

F. PENCEGAHAN
Untuk pencegahan diare akut akibat virus, dapat dicegah dengan cara
menghindari lokasi wabah diare tersebut. Sedangkan untuk diare akut akibat
bakteri dapat dicegah dengan penanganan bahan makanan yang baik, sanitasi
air dan lingkungan.

G. TUJUAN TERAPI
Mencegah gangguan keseimbangan air, elektrolit, dan asam basa.
Memberikan terapi simtomatik, menghilangkan penyebab diare dan
mengatasi gangguan karena diare.

H. PRINSIP TERAPI
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Diet merupakan prioritas utama dalam penanganan diare. Menghentikan
konsumsi makanan padat dan susu perlu dilakukan. Rehidrasi dan
maintenance air dan elektrolit merupakan terapi utama yang harus dilakukan
hingga episode diare berakhir. Jika pasien kehilangan banyak cairan, rehidrasi
harus ditujukan untuk menggantikan air dan elektrolit untuk komposisi tubuh
normal. Sedangkan pada pasien yang tidak mengalami deplesi volume,
pemberian cairan bertujuan untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit.
Pemberian cairan parenteral perlu dilakukan untuk memasok air dan
elektrolit jika pasien mengalami muntah dan dehidrasi berat, selain untuk
mencegah terjadinya hipernatremia.
Dosisnya ; 1 sachet ORS dilarutkan dalam 1 liter air matang. Bayi dan anak
anak dengan dehidrasi ; 10 ml/kg berat badan setiap jam sampai gejala
gejalanya lenyap (dalam waktu 6 3), sebaiknya dalam botol susu atau
diberikan sendok demi sendok. Untuk pemeliharaan ; 10 ml/kg BB setelah
setiap kali buang air. Dewasa 1,5 2 liter diminum sepanjang hari. Atau
dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 1. takaran pemberian oralit


umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun
dewasa
tidak ada dehidrasi setiap BAB beri oralit
mencegah dehidrasi
100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
dengan dehidrasi 3 jam pertama beri oralit
mengatasi dehidrasi:
300 ml 600 ml 1,2 liter 2,4 liter
(1,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)
selanjutnya setiap BAB beri oralit
100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)

TERAPI FARMAKOLOGI
Berbagai obat yang digunakan dalam terapi diare dimasukan dalam
kategori berikut: antimotilitas, adsorben, antisekretori, antibiotik, enzim dan
mikroflora usus. Obat yang digunakan ini tidak menyembuhkan, namun
bersifat paliatif (meringankan)

1. Opiat dan derivatnya. Opiat dan derivatnya meringankan gejala diare


dengan cara menunda transit isi intraluminal atau dengan meningkatkan
kapasitas usus, sehingga memperpanjang waktu kontak dan penyerapan.
Enkefalin, uatu zat opiat endogen, yang mengatur gerakan fluida didalam
mukosa dengan merangsang proses penyerapan. Dampak buruk
penggunaan opiat adalah adanya resiko ketergantungan dan kemungkinan
memperburuk diare akibat infeksi. Opiat umumnya bekerja melalui
mekanisme sentral dan perifer kecuali pada loperamid. Loperamid
merupakan antisekretori yang bekerja pada sistem perifer dengan
menghambat pengikatan protein kalsium pada kalmodulin dan
mengendalikan sekresi klorida. Loperamid tersedia dalam sediaan kapsul 2
mg atau larutan 1 mg/5 ml. Dosis lazim dewasa adalah 4 mg peroral pada
awal pemakaian diikuti 2 mg setiap setelah devekasi hingga 16 mg perhari.
Dephenoksilat adalah agen opiat lain yang digunakan dalam penanganan
diare. Tersedia dalam sediaan tablet 2,5 mg atau larutan 2,5 mg/5 ml.
Dosis pada orang dewasa 3 sampai 4 kali sehari 2,5-4 mg, dengan
maksimum dosis 20 mg perhari. Selain itu defoksin, suatu turunan
defenoksilat juga sering digunakan sebagai kombinasi dengan atropin.
Dosis pemakaian pada dewasa adalah 2 mg pada awal pemakaian
selanjutnya 1 mg setiap setelah devekasi, dosis maksimum 8 mg perhari.
2. Adsorben. Adsorben digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare.
Dalam kerjanya, absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap
air, nutrisi, racun, maupun obat. Pemberian adsorben bersama obat lain,
akan menurunkan bioavailabilitas obat lain tersebut. Polikarbofil terbukti
efektif mampu menyerap 60 kali beratnya. Dosis pada orang dewasa
adalah 4 kali sehari 500 mg hingga maksimum 6 gram perhari. Adsorben
lain yang dapat digunakan adalah Campuran kaolin-pektin dengan dosis
30-120 ml setiap setelah buang air besar, atau attapulgit dengan dosis
1200-1500 mg setiap setelah buang air besar.
3. Antisekretori. Bismut subsalisilat terbukti memeliki efek antisekretori,
antiinflamasi dan antibakteri. Sediaan obat ini adalah tablet kunyah 262
mg/tablet atau 262 mg/5 ml larutan. Dosis pada orang dewasa adalah 2
tablet atau 30 ml larutan setiap 30 menit untuk 1 sampai 8 dosis perhari.
Oktreotide suatu analog somatostatin endogen sintesis digunakan untuk
mengatasi gejala karsinoid tumor dan vasoaktif peptida yang disekresikan
tumor. Dosis oktreotide bervariasi tergantung indikasi. Oktreotide
menghambat banyak aktivitas hormon gastrointestinal sehingga
penggunaanya banyak menimbulkan efek samping.
4. Pemberian suplemen zinc (Zn). Studi menunjukkan bawwa suplemen Zn
(10-20mg/hari sampai diare terhenti)secara signifikan mengurangi
keberbahayaan dan lama diare pada anak umur kurang dari 5 tahun.studi
lain menunjukkan bahwa tambahan suplemen Zn jangka pendek 10-
20mg/hari selama 10-14hari mengurangi insiden diare 2-3bulan
berikutnya. Berdasarkan studi ini, sekarang direkomendasikan pemberian
suplemen Zn,10-20mg/hari selama 10-14hari kepada semua anak yang
diare.
5. Produk Lain. Sediaan laktobacilus dapat menggantikan mikroflora usus,
sehingga membantu mengembalikan fungsi normal usus dan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Namun, diet produk yang
mengandung 200-400 mg laktosa atau dekstrin sama efektifnya dengan
memproduksi rekolonisasi flora normal. Selain itu antikolinergik seperti
atropin juga dapat membantu memperpanjang transit usus.
6. Antibiotika, perannya hanya jika diare disebabkan oleh infeksi.
Kebanyakan diare bukan karena infeksi atau non spesifik, sehingga
antibiotika tidak diperlukan, karena sebagian diare disebabkan oleh
rotavirus yang bersifat self limited. Bahkan antibiotika bisa menjadi salah
satu penyebab diare, karena dapat mengganggu keseimbangan flora usus.
Pada penderita diare hanya boleh diberikan bila ditemukan bakteri patogen
pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan tinja, secara klinis terdapat
tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral, di daerah endemik
kolera.

I. STUDI KASUS
1. Rina seorang anak SD kelas 1 berumur 7 tahun mengatakan pada ibunya
bahwa ia sudah 4 kali BAB (lunak tidak sampai cair) dalam sehari,
semenjak pulang dari sekolah. Disekolah Rina gemar jajan sembarangan.
Ibu anak ini datang ke apotek dan menanyakan obat apa yang cocok
untuk anaknya ?
Penyelesaian;
Problem; - BAB lunak tidak sampai cair sebanyak 4 kali sehari akibat
jajan sembarangan.
Analisa kasus; Diare Non Spesifik
Penatalaksaan terapi;
a. Terapi non farmakologi
Diberi oralit sebayak 10 sachet untuk mencegah terjadinya dehidrasi
karena rina sudah 4 kali BAB cair.
Aturan pakainya; 1 sachet oralit dilarutkan dengan 200 ml air
minum.
Diberi 300 ml atau 1,5 gelas setiap BAB.
Selain itu diperlukan juga dengan menjaga pola makan (tidak jajan
sembarangan ).
b. Terapi farmakologi;
Diberi Neo Kaolana suspensi sebanyak 1 botol (120 ml).
Komposisi ; per 15 ml Koalin 700 mg, pectin 50 mg
Aturan pakainya; 1 sdm , maksimum 6 sdm perhari, pemberian
setiap buang air besar.
Mekanisme kerjanya;
Koalin dan pektin berdaya mengikat (adsorpsi) zat-zat beracun, dan
mengikat toksin-tiksin serta memperbesar volume usus, sehingga
bisa meredakan diare.
Apabila diare sudah terhenti pemberian obat dihentikan. karena akan
menyebabkan konstipasi (susah buang air besar).
2. Ibu X adalah seorang karyawati diperusahaan swasta akibat
kesibukannya ia sering makan diluar. Ibu X datang ke apotek ingin
membeli obat untuk diare yang sudah 2 hari dialaminya, sehari sampe 5
kali BAB dengan konsistensi feses cair, tidak ada darah, terasa mulas
tidak ada tanda dehidrasi terlihat dan belum ada minum obat apapun. 2
hari yang lalu ia makan makanan agak mentah di restoran jepang. Obat
apa yang cocok diberikan untuk ibu X tersebut?
Penyelesaian;
Problem; - BAB cair 5 kali sehari, tidak ada darah, terasa mulas tidak
ada tanda dehidrasi terlihat. Akibat makan makanan yang
agak mentah.
Analisa kasus; Diare Non Spesifik
Penatalaksanaan terapi;
a. Terapi non farmakologi
Diberi oralit sebayak 10 sachet untuk mencegah terjadinya dehidrasi
karena ibu X sudah 5 kali BAB cair.
Aturan pakainya; 1 sachet oralit dilarutkan dengan 200 ml air minum.
Diberi 400 ml atau 2 gelas setiap BAB. Dan lebih banyak minum air
putih, menghindari makan-makan berat seperti daging berlemak
tinggi, sayuran dan sushi selama 24 jam kedepan agar tidak
memperparah diarenya. Makan yang dianjurkan adalah bubur atau
sereal,mengkonsumsi apel karena memiliki zat pektin.
b. Terapi farmakologi
- Diberi Biodiar tablet (12 tablet)
Komposisi ; Per tablet mengandung Attapulgite koloidal aktif 630
mg.
Indikasi ; Terapi simtomatik untuk diare non spesifik
Aturan pakainya : 2 tablet setiap buang air besar (maksimal 12
tab/hari).
Attapulgit mengikat cairan yang berlebihan dalam isi usus, sehingga
tinja menjadi lebih padat dan tidak berupa cairan lagi. Zat-zat ini
juga bisa mengembang dan membentuk sejenis jel yang dapat
menyerap pada permukaannya (adsorpsi) dan mengikat kuman-
kuman beserta racunnya dalam usus. Sehingga diare bisa terhenti.
Apabila diare sudah terhenti pemberian obat dihentikan, karena akan
menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Dan apabila diare
masih berlanjut segera hubungi tenaga kesehatan.
- Diberi buscopan tablet 1 strip (10 tablet)
Komposisi ; Hiosin-N-butilbromida 10 mg/tablet
Aturan pakainya ; diminum 3 x 1 tablet untuk mengurangi mulasnya.
Jika mulasnya sudah hilang pemberiannya dihentikan. Pemberiannya
diberi jarak 2-3 jam setelah pemberian Biodiar tablet.
3. Seorang ibu datang ke apotek mengeluh perutnya kembung dan sudah 4
kali buang air besar cair karena makan kolak yang sudah diinapkan. Ibu
tersebut sedang hamil. Ibu tersebut menyakan obat apa yang cocok untuk
diminumnya ?
Penyelesaian;
Problem; BAB cair 4 kali sehari, disertai kembung.
Penatalaksanaan terapi;
a. Terapi non farmakologi
Diberi oralit sebayak 10 sachet untuk mencegah terjadinya dehidrasi
karena ibu ini sudah 4 kali BAB cair.
Aturan pakainya; 1 sachet oralit dilarutkan dengan 200 ml air
minum.
Diberi 400 ml atau 2 gelas setiap BAB. Dan tidak mengkonsumsi
makanan yang tidak tahan lama dalam penyimpanan.
b. Terapi farmakologi
Diberi Norit tablet.
Komposisi; mengandung Carbo Activus 125 mg.
Aturan pakainya; 3 x sehari 3 tablet. Ditelan sambil minum air.
Norit dalam usus berdaya mengikat pada permukaannya (adsorpsi)
banyak zat dengan struktur molekul besar misalnya zat racun yang
berasal dari makanan rusak (basi atau terurai kuman). Penggunaan
Norit aman bagi ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 28, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
2. Tan, H., Raharja , K., Swamedikasi Edisi pertama
3. Sartono., 2000, Obat wajib Apotik, Gramedia., Jakarta
4. Tan, H.,Dkk., 2002, obat-obat penting., Gramedia Jakarta
5. Biomed,M..P., 2009, Farmakologi dan Terminologi Medis, Leskonfi, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai