Anda di halaman 1dari 7

Slide 1 Materi hari ini akan belajar tentang reseptor, dengan

subtopik 1. Konsep dan sejarah reseptor, 2. Interaksi


obat-reseptor, dan 3. Jenis-jenis reseptor.
RESEPTOR

1. KONSEP DAN SEJARAH RESEPTOR


2. Interaksi Obat-reseptor
3. Jenis reseptor

Slide 2 Efek terapi sebagian besar dihasilkan dari hasil interaksi


RESEPTOR obat dengan molekul spesifik di dalam tubuh (misalnya
ibuprofen memberikan efek penurun demam karena hasil
Efek terapeutik obat : hasil dari interaksi
interaksinya dengan enzim siklooksigenase, propranolol

obat dengan molekul di dalam tubuh.
 Sebagian besar obat bekerja melalui memberikan efek penurunan tekanan darah karena hasil
penggabungan dengan makromolekul interaksinya dengan reseptor beta-adrenergik).
khusus, dengan cara mengubah aktivitas
biokimia dan biofisika makromolekul Sebagian besar obat bekerja dengan cara bergabung
yang disebut sebagai reseptor.
dengan makromolekul khusus (yang disebut sebagai
reseptor), kemudian mengubah aktivitas biokimia dan
biofisika makromolekul tersebut, menghasilkan efek
farmakologi yang khas.

Slide 3 Jadi reseptor merupakan bagian dari sel atau


RESEPTOR mikroorganisme, yang berinteraksi dengan molekul obat.
Interaksi ini mengawali mata rantai peristiwa biokimia
Reseptor merupakan komponen sel atau
menuju efek obat teramati. Setiap reseptor di tubuh kita

organisme yang berinteraksi dengan
obat dan mengawali mata rantai mempunyai senyawa endogen yang berikatan dengannya
peristiwa biokimia menuju efek obat (senyawa yg terikat pada reseptor biasa disebut ligan).
yang teramati.
Ligan di tubuh kita bisa berupa neurotransmitter (contoh
asetilkolin, epinefrin, dopamine, dll) atau hormon (contoh
insulin, estrogen, dll). Jika ligan berinteraksi dengan
reseptor akan terjadi peristiwa biokimia tertentu. Misal
jika epinefrin berikatan dengan reseptornya di sel otot
jantung, akan menyebabkan kontraksi sel otot jantung.
Obat bekerja dengan cara berperan menyerupai ligan
(agonis) atau menghambat interaksi ligan dengan reseptor
(antagonis).
Slide 4 Reseptor didefinisikan sebagai suatu makromolekul
RESEPTOR jaringan sel hidup (kalau sudah mati, tidak bisa bekerja),
mengandung gugus-gugus fungsi atau atom yang
Reseptor obat : suatu makromolekul
terorganisasi (struktur masing-masing khas), reaktif

jaringan sel hidup, mengandung gugus-
gugus fungsional atau atom-atom secara kimia dan bersifat spesifik (hanya berinteraksi
terorganisasi, reaktif secara kimia dan dengan ligan atau obat yang sesuai untuk bisa
bersifat spesifik, dapat berinteraksi
secara reversibel dengan molekul obat memberikan efek), dapat berinteraksi secara reversible
yang mengandung gugus fungsional dengan molekul obat yang punya gugus fungsi spesifik,
spesifik, menghasilkan respon biologis
yang spesifik pula. menghasilkan respon biologis/efek farmakologi yang
spesifik pula. Jadi misalkan reseptor asetilkolin hanya bisa
berinteraksi dengan asetilkolin atau senyawa yang
bersifat sebagai agonis maupun antagonis asetilkolin.

Slide 5 Di gambar ini reseptor (biru) digambarkan sebagai lubang


kunci, sedangakan obat atau ligan (merah) digambarkan
Apakah reseptor itu? sebagai anak kunci. Artinya hanya anak kunci yang pas
• Secara tradisional dimodelkan sebagai “Kunci yang bisa membuka kunci. Misalnya diklofenak (obat
dan Anak Kunci”
yang bekerja menghambat enzim siklooksigenase/COX)
– Kunci  Permukaan Reseptor
– Anak Kunci  Obat atau Ligand
bila diminum, ia hanya akan bekerja pada enzim COX.
Walapun di dalam tubuh banyak enzim yang lain, ia tidak
Drug akan mempengaruhi enzim yang lain.

Receptor

Slide 6 Interaksi obat dengan reseptor hingga muncul efek


INTERAKSI OBAT-RESEPTOR terjadi dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah interaksi
obat dengan reseptornya yang khas. Interaksi ini
Interaksi O-R dapat terjadi melalui 2 tahap :
1. Interaksi molekul obat dgn reseptor
membutuhkan afinitas (kemampuan obat berinteraksi
spesifik  memerlukan afinitas. dengan reseptornya). Interaksi ini kemudian
2. Interaksi yg menyebabkan perubahan menyebabkan terjadinya perubahan konformasi (bentuk)
konformasi makromolekul protein shg makromolekul protein sehingga muncul respon biologis.
timbul respon biologis  memerlukan
Kemampuan pengubahan konformasi reseptor ini disebut
aktivitas intrinsik / efikasi.
aktivitas intrinsic atau efikasi.

Jadi supaya obat memberikan efek, harus punya


keduanya, baik afinitas maupun aktivitas intrinsik.

Konsep ini yang membedakan antara agonis dan


antagonis. Agonis punya afinitas dan aktivitas intrinsik,
sehingga ia bisa berinteraksi dengan reseptor dan bisa
memberikan efek. Sedangkan antagonis hanya punya
afinitas, tidak punya aktivitas intrinsik. Artinya ia hanya
bisa berinteraksi dengan reseptor tanpa bisa memberikan
respon.
Slide 7 Bagaimana cara obat berinteraksi dengan reseptor?
IKATAN PADA RESEPTOR
Interaksi antar keduanya terjadi melalui berbagai macam
Tipe ikatan Energi interaksi
(kJ/mol)
Contoh
ikatan kimia. Ikatan kovalen adalah ikatan yang paling
Ikatan kovalen - (170 - 460) RO – COR’ kuat dibanding ikatan yang lain, karena tidak mudah
Ionik reinforced - 40 R
putus. Ikatan ionik reinforced (diperkuat), terjadi antara
kation dan anion namun diperkuat misalkan oleh ikatan
H N+ H O
C R'

hidrogen. Ikatan ionik adalah ikatan antara kation dengan


H O

Ikatan ionik - 20 R4N+ ---- - I

Ikatan ion-dipol - (4 - 30) R4N+ ---- : NR3 anion. Ikatan ion dipol adalah ikatan antara kation atau
Ikatan dipol- - (4 - 30) O=C δ+ --- : NR3 anion dengan gugus pasangannya yang mempunyai
dipol
muatan parsial negative atau parsial positif. Ikatan dipol-
dipol adalah ikatan antara dua gugus bermuatan parsial
yang berpasangan (dipol negative-dipol positif, dan
sebaliknya).

Slide 8 Ikatan hidrogen adalah ikatan antara atom H yang terikat


IKATAN PADA RESEPTOR
atom O, N, S dengan atom lain yang punya pasangan
Tipe ikatan Energi interaksi Contoh
(kJ/mol) elektron bebas (O, N, S, dsb). Transfer muatan, pada
Ikatan - (4 - 30) - OH ---- O=
gambar ini dicontohkan ikatan phi (π) yang kaya electron
hidrogen dan bermuatan (-)mentransferkan muatan negatifnya
Transfer - (4 - 30) - OH ---- pada atom H (bermuatan +). Interaksi hidrofobik artinya
muatan interaksi yang terjadi antara dua gugus hidrofob.
Interaksi -4
Misalkan gugus alkil dengan alkil, benzene dengan
H2

hidrofobik
C

benzene. Interaksi van der waals adalah interaksi antara 2


R C
H2

H2

atom C di system alifatik.


C
R C
H2

Interaksi van - (2 – 4)
der waals C C

Slide 9 Contoh interaksi elektrostatik. Kedua gambar ini


Contoh
menunjukkan contoh ikatan ionik reinforced. Pada
Interaksi elektrostatik
gambar kiri struktur berwarna hitam adalah obatnya,
yang punya gugus NH+. Struktur “GLU” yg berwarna biru
adalah stuktur asam amino (asam glutamate) yang
merupakan bagian dari struktur enzim iNOS. Ikatan ionik
reinforced terjadi antara gugus NH+ dari obat dengan
gugus karboksilat yang bermuatan (-) dari asam amino
Glu daru enzim.

Demikian juga pada gambar kanan. Obat (struktur warna


hitam) mempunyai gugus karboksilat (bermuatan
negative), berinteraksi dengan asam amino arginine dari
reseptor (mempunyai gugus –NH yang bermuatan
positif).
Slide 10 Gambar ini menunjukkan contoh interaksi berupa ikatan
Contoh Interaksi ikatan
hydrogen. Pada gambar kiri, asam amino tirosin dari
hidrogen
enzim (struktur yang atas) mempunyai gugus OH
(pendonor ikatan hydrogen, warna biru), berinteraksi
dengan gugus karbonil dari obat (C=O, merah, suatu
akseptor ikatan hydrogen). Sedangkan pada gambar
kanan, gugus karboksilat dari asam amino Glu dari enzim
neuroimidase (COO-, warna merah, akseptor ikatan
hidrogen), berinteraksi dengan gugus hidroksil dari obat
(-OH, biru, donor ikatan hydrogen).

Slide 11 Semua ikatan di atas adalah ikatan yg lemah, kecuali


IKATAN PADA RESEPTOR
ikatan kovalen. Permukaan molekul obat dengan
• Interaksi lemah terjadi antara O-R, bila
permukaan molekuler keduanya saling
berkomplemen. EX. gugus yg menonjol dgn dgn
reseptornya selalu bersifat komplemen (berpasangan),
gugus yg cekung, atau gugus bermuatan + dgn -
 kunci & anak kunci.
artinya yang menonjol dengan yang cekung, positif
• Kekuatan ikatan tergantung jarak antara dua dengan negative (kembali ke konsep lubang kunci-anak
atom. Ikatan yg terjadi menurunkan energi bebas
(energi yg dilepaskan memperkuat ikatan). kunci). Kekuatan ikatan tergantung jarak antar kedua
atom, jika terlalu jauh ikatan tidak terjadi, walaupun
• Umumnya ikatan O-R lemah : ionik, polar,
hidrogen, hidrofobik & van der Waals  efek yg
keduanya sdh saling komplemen.
reversibel. Begitu kadar obat bebas dalam darah
turun, ikatan O-R diputuskan.
• Kadang diperlukan ikatan kuat & ireversibel, ex.
antibakteri dgn reseptor parasit  efek toksik
jangka panjang. Contoh : aksi antiseptik turunan Ikatan yang lemah memungkinkan obat bekerja secara
klorin krn dlm air diubah menjadi asam hipoklorit
 berikatan scr kovalen dgn gugus amino dari reversible, karena begitu kadar obat dalam darah turun,
protein bakteri  mati.
ikatan obat dengan reseptor akan lepas/terputus.

Ikatan kuat & ireversible diperlukan bila diinginkan efek


toksik jangka panjang. Umumnya bila target
molekulernya adalah organisme pathogen (mikroba,
jamur, virus, sel kanker), justru diharapkan ikatan kuat
supaya organisme/sel target bisa mati.

Slide 12 IKATAN PADA RESEPTOR Berikut ini rangkuman macam-macam ikatan obat pada
reseptor. Maaf gambar kurang jelas. Gambar atas kiri (a),
tengah (b), dan kanan (c). Gambar bawah berturut-turut
dari kiri: (c), (d), (d), (a).

a. Interaksi elektrostatik b. ikatan hidrogen


c. interaksi hidrofobik d. Interaksi van der Waals
Slide 13 Gambar ini menjelaskan bagaimana interaksi hidrofobik
IKATAN PADA RESEPTOR
terjadi. Bentuk segitiga adalah molekul air. Bisa dilihat
bahwa keberadaan rantai nonpolar di molekul obat dan
rantai nonpolar di struktur reseptor akan memungkinkan
terjadi interaksi hidrofobik dengan cara menggeser
molekul-molekul air.

Interaksi hidrofobik

Slide 14 Gambar ini menunjukkan contoh bagaimana interaksi


IKATAN PADA RESEPTOR
obat anestesi lokal (atas) dengan sisi aktif dari
reseptornya (bawah). Kita cermati gambar interaksi dari
kiri ke kanan ya. Paling kiri adalah interaksi dipol-dipol
antara atom N (muatan parsial negative) dengan bagian
reseptor yg bermuatan parsial positif. Berikutnya adalah
interaksi hidrofob antara system bisiklik (cincin ganda)
dari obat dengan daerah hidrofob reseptor. Selain itu ada
interaksi dipol-dipol antara atom O dari obat (partial -)
dengan dengan bagian reseptor yg bermuatan parsial
Interaksi molekul anestesi lokal terhadap reseptornya
positif. Interaksi berikutnya terjadi antara gugus karbonil
(C=O) obat (parsial + dan parsial -) dengan daerah
reseptor dengan muatan dipol sebaliknya. Kemudian
ikatan ionik antara kation ammonium (N+) dengan anion
di reseptor. Terakhir adalah interaksi hidrofobik antara
gugus alkil obat dengan daerah hidrofob reseptor.

Slide 15 Interaksi antara obat-reseptor yang terjadi melalui ikatan


Interaksi Obat-Reseptor kovalen, menghasilkan efek ireversibel. Contohnya obat
Obat dapat terikat secara reversibel & ireversibel pada antikanker dan obat antibakteri.
reseptor:
1. Irreversible : terikat secara kovalen dgn sisi aktif
reseptor
Penghambatan irreversible langsung pada sisi aktif
Senyawa Anticancer seperti senyawa pengalkilasi
Inhibitor enzim seperti MAOI (monoamine oksidase
inhibitor) tranylcyproamine
Senyawa antibacterial seperti inhibitor beta-lactamase

Biasa disebut: suicide substrates


Slide 16 Sedangkan interaksi obat-reseptor secara reversible
Interaksi Obat-Reseptor melalui ikatan lemah adalah ikatan yang paling sering
Contoh : terjadi. Ikatan yang terjadi tidak hanya satu tapi beberapa
secara bersama-sama (seperti contoh pada slide 14 tadi).
Augmentin® component - Potassium Clavulanate
Biasa disebut: suicide substrates OH
O
H
Jadi ibarat sapu lidi, masing-masing lidi adalah ikatan
Beta-lactamase OH
O
N
CO2-K+
lemah yang mudah diputuskan, setelah menjadi sapu
ikaan yang terbentuk kuat, tapi tetap masih bisa
H+

2. Kompleks Reversibel obat-reseptor. Interaksi diputuskan.


jenis ini yang paling diinginkan dan cenderung
lemah. Umumnya melibatkan gabungan
beberapa ikatan lemah yang secara bersama-
sama membentuk interaksi yang stabil.

Slide 17 Secara kimiawi reseptor (atau target kerja obat)


Jenis reseptor : diklasifikasikan menjadi 4: Jenis pertama lipoprotein atau
Secara kimiawi, reseptor digolongkan :
glikoprotein. Sesuai namanya terdiri dari protein dan
1. Lipoprotein atau glikoprotein  jenis paling umum.
Biasanya terpadu dalam membran plasma atau lipid, atau protein dan gula. Ini merupakan reseptor yang
membran sel sebagai protein intrinsik. paling umum. Biasanya letaknya tertanam di membran
2. Lipid  Contoh : efek nonspesifik dari anestetik
lokal merupakan hasil antaraksi dengan cincin lipid sel.
dari protein ionofor.
3. Protein murni. Contoh : enzim  Obat Jenis Kedua adalah lipid, contohnya adalah reseptornya
menimbulkan efek dengan mempengaruhi enzim yg obat anestesi lokal, yang merupakan bagian dari protein
penting dalam reaksi biokimia & mengubah fungsi.
ionofor (protein terhubung kanal ion).
4. Asam nukleat  target kerja dari sejumlah
antibiotik & antitumor.
Jenis ketiga adalah protein murni, biasanya berupa enzim.
Jenis keempat adalah asam nukleat, berada di inti sel,
merupakan target kerja beberapa antibiotic dan
antitumor.

Slide 18 Sedangkan berdasarkan letaknya, reseptor (target kerja


Jenis reseptor : obat) bisa tertanam di membran sel (disebut reseptor
Berdasarkan letaknya, reseptor digolongkan :
transmembrane), di membran perifer atau di dalam sel
1. Reseptor transmembran  terletak di
lapisan fosfolipid dari membran sel. (reseptor intraseluler). Reseptor transmembran tertanam
Contoh : hormon, neurotransmiter. di lapisan fosfolipid membran sel. Sedangkan reseptor
2. Reseptor membran periferal  hanya terikat membran perifer hanya terikat sementara pada membran
sementara pada membran biologis, bisa
terikat pada protein membran integral atau sel. Reseptor intraseluler berada di sitoplasma. Salah satu
berpenetrasi hingga lapisan lipid membran. jenis reseptor ini adalah reseptor inti, di mana setelah
3. Reseptor intraseluler  setelah diaktifkan diaktifkan reseptor ini akan masuk ke dalam inti sel dan
dapat masuk ke inti sel & mempengaruhi
ekspresi gen, contoh reseptor steroid. mempengaruhi ekspresi gen.
Slide 19 Sebelumnya harus dipahami dulu bahwa dari awal kita
TIPE RESEPTOR menggunakan istilah “reseptor” untuk menyatakan
1. Reseptor terkopling protein G, juga disebut “target kerja obat”. Target kerja obat ada bermacam
reseptor metabotropik jenis, bisa berupa enzim, kanal ion, dan target khusus
2. Reseptor terhubung kanal ion, juga disebut
reseptor ionotropik
yang disebut “reseptor”. Biasanya istilah reseptor
3. Reseptor yang mempengaruhi transkripsi gen, mengarah pada suatu ligan tertentu yg khas, umumnya
juga disebut reseptor nuklear berupa neurotransmitter atau hormone.
4. Reseptor terhubung enzim (kinase, guanilat
siklase, dll) Jadi jangan bingung ya… reseptor pasti target kerja obat.
Tapi kalau target kerja obat belum tentu reseptor, bisa
juga suatu enzim, kanal ion, dsb.

Nah berdasarkan jenisnya, reseptor dibedakan menjadi 4.


Reseptor terkopling protein G terletak di transmembrane.
Sesuai namanya protein ini terhubung dengan suatu
protein yang disebut protein G. Setelah protein ini
diaktifkan (oleh ligan) akan terjadi aktivasi protein, diikuti
dengan pembukaan kanal ion atau aktivasi enzim.

Reseptor terhubung kanal ion merupakan kanal ion yang


untuk membuka atau menutupnya perlu ada ligan yang
terikat pada reseptor.

Reseptor inti atau reseptor nuclear merupakan reseptor


yang bekerja di inti sel, mempengaruhi transkripsi gen,

Reseptor terhubung enzim terletak di transmembrane.


Tapi di daerah sitosoliknya (daerah di dalam sel)
mempunyai bagian yang bisa bekerja sebagai enzim
katalitik. Bagian ini akan aktif setelah ada ligan yang
berinteraksi mengaktifkan reseptor.

Slide 20 Gambar ini menjelaskan letak dan tahapan kerja masing-


TIPE RESEPTOR masing jenis reseptor. Gambar A reseptor terhubung
kanal, kiri: reseptor belum aktif, kanal masih tertutup.
Kanan: adanya ligan (lingkaran merah) mengaktifkan
reseptor, sehingga kanal terbuka.

Gambar B: reseptor terhubung protein G: antara reseptor


(hijau tua), protein G (hijau muda) dan enzim atau kanal
(hijau-kekuningan) masih terpisah. Adanya ligan (merah)
mengaktifkan reseptor, kemudian mengaktifkan protein
G. Protein G yang aktif kemudian mengaktifkan enzim
atau kanal.

Protein terhubung enzim: sebelum ada ligan, sisi enzim


yang ada di sitoplasma belum aktif. Setelah ada liganm
daerah katalitik enzim menjadi aktif.

Anda mungkin juga menyukai