Anda di halaman 1dari 13

Praktikum 5

Tetes mata atropin sulfat 2,4%

A. PREFORMULASI
1. TINJAUAN FARMAKOLOGI ATROPIN SULFAT
a. Farmakokinetika
Atropin dengan cepat dan baik diserap setelah pemberian
intramuskular. Atropinmenghilang dengan cepat dari darah dan didistribusikan
ke seluruh berbagai jaringan tubuh dan cairan. Didistribusikan kedalam tubuh
melalui jaringan dan cairan tubuh. Atropin mengikat dan menghambat reseptor
asetilkolin muscarinic, memproduksiberbagai macam efek antikolinergik.
Sebagian besar obat ini dihancurkan oleh hidrolisis enzimatik, terutama di
hati. Dari 13menjadi 50% diekskresikan tidak berubah dalam urin. (Martindale
edisi 36, 2009 : 1220).
b. Indikasi
Midriatik (melebarkan manik mata) & sikloplegik (melumpuhan
ris/selaput pelangi mata). indikasi yang lain yaitu mengeringkan sekret,
melawan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk
mengembalikan penghambatan neuromuskuler kompetitif (PIO,2015).
c. Kontra indikasi
Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan
saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran
pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia
hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.
d. Efek samping
Peningkatan tekanan dalam bola mata, iritasi local, mata memerah,
sembab, konjungtivitis (untuk pemakaian lama), dermatitiskontak, keracunan
sistemik (pada lansia dan usia sangat muda).
e. Cara penggunaan dan dosis
Parenteral injeksi : 100-200 mg/ml (AHFS 97, hal.2805)
Dosis terapetik : 10-100 mg/hari peroral dan jika perlu i.m dalam
defisiensi diberikan hingga 600 mg/hari
Dosis profilaksis : (oral,im) 5-10 mg/hari; Dosis terapi (oral,im,iv) 10-
100 mg/hari (FI III, 1979:991).
2. TINJAUAN SIFAT FISIKO-KIMIA BAHAN OBAT DAN EKSIPIEN
1. Atropin sulfat
a. Struktur kimia dan bobot molekul
Atropine Sufas (Atropina Sulfat)

Gambar Struktur Atropine Sufas (Atropina Sulfat)


Bobot moleku : 694,84 (ahn : 676,82).
b. Pemerian
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, mengembang
di udara kering, perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya. (Farmakope
Indonesia Edisi IV hlm.115)
c. Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin
(Farmakope Indonesia IV, 1995:184).
d. Stabilitas
 Panas : Meleleh pada suhu 190˚C dengan dekomposisi setelah
pengeringan suhu 135˚C selama 13 menit (The Parmaceutical
Codex twelve edition hlm.748)
 Hidrolisis/oksidasi : Dalam bentuk larutan, atropin terhidrolisis
menjadi tropin dan asam tropic, dekomposisi pada suhu
ruangan terjadi sangat lambat. (The Parmaceutical Codex
twelve edition hlm.749)
 Cahaya : Perlahan-lahan terpengaruh cahaya dan harus
terlindung cahaya (Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.115)
 pH : 3,5-6,0 (USP30-NF25)
e. titik lebur dan penyimpanan
191-1950 C. (FI III, 98), terlindung dari cahaya matahari.
f. OTT: Alkali, asam tanat dan garam interkuri( Martindale ed 28:292).
g. Inkompatibilitas
 Atropin : tidak diketahui
 Atropin sulfat : noradrenaline bitartrate, metaramidol bitartrate
dan injeksi sodium bikarbonat, tanin, garam dari merkuri atau
emas, borax, bromida dan iodida.
2. Benzalkonium klorida

a. Pemerian
Serbuk amorf warna putih atau putih kekuningan, gel atau
serpihan agar-agar, higroskopis, memiliki bau aromatik yang ringan
dan rasa sangat pahit. (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th
ed., 2009 hlm.56).
b. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol
(95%), metanol, propanol dan air. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57)
c. Stabilitas
 Panas : Stabil pada rentang suhu yang dapat disterilkan dengan
autoklaf tanpa kehilangan efektivitas. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57)
 Hidrolisis/oksidasi : Dipengaruhi oleh logam dan udara
 Cahaya : Dapat dipengaruhi oleh cahaya, harus terlindung dari
cahaya.
 Ph : 5,0-8,0 untuk 10% larutan (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57)
d. Kegunaan
aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2,
HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
e. pH : 5-8 untuk 10%w/v larutan.
f. Inkompatibilitas
Inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat,
fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose, iodida, kaolin, lanolin,
nitrat, surfaktan nonionik dalam konsentrasi tinggi, permanganat,
protein, salisilat, garam perak, sulfonamida, seng oksida, seng sulfat,
beberapa campuran karet, dan beberapa campuran plastik.
Benzalkonium klorida telah terbukti teradsorpsi pada berbagai
membran penyaringan, terutama yang hidrofobik atau anionik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57)
g. OTT : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2,
HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
h. Wadah : tertutup rapat dan terhindar dari cahaya (Handbook of
Pharmaceutical Excipient, 6nded: 56-58).

3. Dinatrii Edetas (Na2EDTA)


a. Pemerian : serbuk kristal warna putih
b. Kelarutan : 1:500 dalam air
c. Stabilitas : stabil dalam bentuk padat, bentuk garam lebih stabil
daripada asam bebas
d. Fungsi : chelating agent
e. Konsentrasi : 0,005-0,1%
f. Sterilisasi : autoklaf
g. OTT : dengan zat pengoksidasi kuat dan basa kuat
h. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nded: 242-244).
i. Inkompatibilitas
Dinatrium edetat sebagai asam lemah, menghilangkan karbon
dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk membentuk
hidrogen. Kompatibel dengan oksidator kuat, basa kuat, ion logam dan
paduan logam (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6 th ed., 2009
hlm.243).
4. Natrium chloridum
a. Pemerian : bubuk kristal putih atau tak berwarna kristal; memiliki
rasa garam. Kisi kristal adalah wajah-berpusat struktur kubik. Natrium
klorida yang padat tidak mengandung air meskipun, di bawah 0ºC,
garam dapat mengkristal sebagai dihidrat.
b. Kelarutan : larut dalam Etanol, larut dalam 250 bagian Etanol
(95%), larut dalam 10 bagian gliserin, larut dalam 2,8 bagian Air.
c. Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal :
d. Untuk pembuatan larutan isotonik intravena dan preparat sediaan mata
dengan konsentrasi kurang dari 0,9 % (pengisotonis).
e. pH : 6,7-7,3
f. Titik didih : 1413ºC
g. Penyimpanan : disimpan ditempat tertutp, dingin dan kering
h. OTT : dengan besi bereaksi membentuk endapan dengan garam
perak, timbal, dan merkuri, dengan oksidator kuat dapat membebaskan
klorin dari larutan natrium klorida (Handbook of Pharmaceutical
Excipient, 6th: 637-639).
i. Inkompatibilitas
Natrium Klorida bersifat korosif. Dapat bereaksi membentuk
endapan dengan garam perak, timbal dan merkuri. Agen oksidator kuat
yang membebaskan klorin. Kelarutan Metil paraben menurun dalam
larutan Natrium Klorida dan viskositas gel karbomer dan larutan dari
hodroksietil selulosa dan hidroksipropil selulosa berkurang dengan
penambahan Natrium Klorida. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.639) .
5. Aqua pro injeksi
a. Pemerian : cairan, jernih, tidak berwarna, tidak berbau
b. Kegunaan : air untuk injeksi (pembawa/pelarut)
c. Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal, botol kaca atau plastik,
tidak lebih besar dari 1 liter (Farmakope Indonesia IV, 1995: 112).
d. Inkompatibilitas
Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisis (terjadi penguraian jika dalam keadaan yang
terdapat air dan kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air
bereaksi secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan
logam alkali tanah dan oksidanya seperti Kalsium oksida dan
Magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anidrat menjadi
bentuk hidrat. (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009
hlm.768)

3. BENTUK SEDIAAN, DOSIS, CARA PEMBERIAN


a. Bentuk sediaan
b. Cara pemberian dan Dosis
Parenteral injeksi : 100-200 mg/ml (AHFS 97, hal.2805)
Dosis terapetik : 10-100 mg/hari peroral dan jika perlu i.m dalam
defisiensi diberikan hingga 600 mg/hari
Dosis profilaksis : (oral,im) 5-10 mg/hari; Dosis terapi (oral,im,iv) 10-
100 mg/hari (FI III, 1979:991).

B. FORMULASI
1. Permasalahan
 Pemberian obat tetes mata steril langsung diteteskan di balik kelopak
mata
 Sediaan tetes mata harus dapat bercampur dengan konsentrasi dalam
tubuh
 Sediaan ini dibuat multiple dose
 Sediaan ini menggunakan Benzalkonium klorida sebagai pengawet dan
dapat teroksidasi oleh logam.
 Atropin sangat sedikit larut dalam air.
 Atropin sulfat sangat mudah larut dalam air.
 Sediaan obat tetes mata diharapkan bisa memperpanjang waktu kontak
antara sediaan dengan kornea mata.
 pH sediaan opthalmik Atropin sulfat 3,5- 6,0 dan perlu dipertahankan.
 Untuk mencegah kehilangan obat selama proses produksi.
 Sediaan dibuat untuk mencapai pH target sediaan yaitu 5
 Dilihat dari stabilitas panas, sediaan obat tetes mata yang mengandung
Atropin sulfat sebagai zat aktif akan meleleh pada suhu 190˚C dengan
dekomposisi setelah pengeringan suhu 135˚C.
2. Pencegahan masalah
 Rute pemberiannya secara guttae.
 Sediaan tetes mata perlu ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis.
 Perlu ditambahkan Benzalkonium klorida sebagai pengawet.
 Pengawet dikombinasi dengan dinatrium EDTA yang dapat digunakan
sebagai pengkelat untuk meningkatkan aktivitas pengawet
 Digunakan Atropin sulfat yang sangat mudah larut dalam air
 Sehingga digunakan aqua pro injeksi sebagai pelarut.
 ditambahkan polivinil alkohol sebagai peningkat viskositas agar
jumlah bahan aktif yang berpenetrasi semakin tinggi.
 Ditambahkan dapar asetat yang digunakan sebagai dapar untuk
menjamin stabilitas sediaan.
 sediaan dilebihkan 10% dari volume total sediaan.
 Ditambahkan NaOH 0,1 N dan HCl 0,1 N sebagai adjust pH (bila
perlu)
 Sediaan ini disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit.
3. Formula yang diajukan
R/ Atropin Sulfat 1%
Benzalkonium Klorida 0,01%
NaCl 0,767 %
Na2EDTA 0,05%
Aqua Pro Injeksi ad 10 ml
4. Perhitungan bahan
2𝑚𝑙
Atropin Sulfat = 1𝑚𝑙 𝑥 1,25 𝑚𝑔 =2,5 mg
2𝑚𝑙
Benzalkonium Klorida = 1𝑚𝑙 𝑥 0,125 𝑚𝑔 =0,25 mg
2𝑚𝑙
Na2EDTA = 1𝑚𝑙 𝑥 0,625 𝑚𝑔 =1,25 mg
2𝑚𝑙
NaCl = 1𝑚𝑙 𝑥 9,588 𝑚𝑔 =19,176 mg
Perhitungan tonisitas

0,52 − (0,07 . 1 + 0,09 . 0,01 + 0,13 . 0,05)


𝑊=
0,576

0,52 − (0,0774)
𝑊=
0,576
𝑔
= 0,767 ⁄100 𝑚𝑙

0,77 𝑔
= = 0,0767 ⁄100 𝑚𝑙
10

Kesimpulan, Hipotonis.

5. Penimbangan bahan

No Bahan Kegunaan Jumlah per 1 Jumlah per 1 batch


dalam formula unit (untuk 5 Ampul)

1 Atropin Sulfat Zat aktif 125 mg 12,5 mg


2 Benzalkonium Klorida Pengawet 1,25 mg 1,25 mg
3 Na2EDTA Antioksidan 6,25 mg 6,25 mg
4 NaCl Pengisotonis 95,88 mg 95,88 mg
5 Aqua pro injeksi Pembawa Ad 12,5ml Ad 12,5ml

C. PELAKSANAAN
1. Alat-alat yang digunakan dan cara sterilisasinya
a. Alat
 Beaker glass
 pipet tetes
 labu eleyenmeyer
 syringe 10 ml
 gelas ukur
 pinset
 batang pengaduk
 kaca arloji
 pH universal
 corong gelas
b. bahan
 Atropin Sulfat
 Benzalkonium Klorida
 Na2EDTA
 NaCl
 Aqua pro injeksi
2. Cara sterilisasi
No. Nama alat Cara sterilisasi Waktu dan suhu
1 Beaker glass autoklaf 1210C selama 15
menit
2 pipet tetes oven 1700C selama 1
jam
3 labu eleyenmeyer autoklaf 1210C selama 15
menit
4 syringe 10 ml
5 gelas ukur autoklaf 1210C selama 15
menit
6 pinset oven 1800C selama 45
menit
7 batang pengaduk autoklaf 15 menit
8 kaca arloji oven 1700C selama 1
jam
9 pH universal
10 corong gelas autoklaf 1210C selama 15
menit

3. Cara kerja
Disiapkan semua bahan, dan ditimbang tiap bahan seperti Atropin Sulfat,
Benzalkonium Klorida, Na2EDTA, dan NaCl dalam kaca arloji. Kalibrasi labu
eleyenmeyer ad 10 ml. Atropin sulfat dilarutkan dengan aqua pro injeksi.
Kemudian, Na2EDTA dilarutkan dengan aqua pro injeksi. Lalu, NaCl dilarutkan
dengan aqua pro injeksi. Setelah semua nya dilarutkan, lalu dicampurkan sampai
homogen. Setelah homogen, ditambahkan benzalkonium klorida. Setelah itu,
dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan pH universal (3,5-6,0). Setelah
semua larut di tambahkan aqua pro injeksi ad 12,5ml. Larutan disaring dengan
bakteri filter 0,45 µm. Filtrat disaring kembali dengan bakteri filter 0,20 µm dan
dimasukkan ke vial dan ditutup.
4. Kemasan, brosur dan etiket
a. Kemasan
b. Brosur
c. Etiket

Tidak boleh Atrofat


digunakan lebih dari Atropin Sulfat 100 mg/10 ml
1 bulan setelah tutup
STERILE EYE TONIC DROPS
dibuka

D. Evaluasi sediaan
 Uji kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan dengan cara
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan
putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus
benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata
(Lachman, 1994 :1355).
DAFTAR PUSTAKA

Department Of Pharmaceutical Science. 2009. Martindale The Complete Drug Reference.


Edisi 36. United Kingdom: Pharmaceutical Press.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Jay, Than Hoon dan Kirana. 2002. Raharja. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.

King, R.E,.(1984). Dispensing of Medication. Ninth Edition. Philadelphia: Marck Publishing


Company.

Lachman, L, et all. (1986). The Theory and Practise of Industrial Pharmacy. Third Edition.
Philadelphia: Lea and Febiger.

Muzakkar. 2007. Uji Sterilitas Tetes Mata yang Beredar di Kota Palu Setelah Satu Bulan
Penggunaan. Palu: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Pengetahuan Alam (STIFA)
Pelita Mas.

Parfitt,K. (1994). Martindale The Complete Drug Reference. 32nd Edition. USA: Pharmacy
Press.

Parrot, L.E.. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. USA:


Burgess Publishing Co.

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama. Yogyakarta.

Raymond Rowe, C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, USA:


Pharmaceutical Press.

Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipient. Fifth edition. Pharmaceutical Press : London.

Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. 28-29. Surabaya: Universitas


Airlangga Press.

Turco, S.,dkk. (1970). Sterile Dosage Forms. Philadelphia: Lea and Febiger.

Anda mungkin juga menyukai