Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI

SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG

Zat aktif : Natrium Laktat


Sediaan : Infus
Jumlah Sediaan : 500 mL/Botol, 1 Botol/batch

I. DEKSRIPSI BAHAN
A. Zat Aktif
Natrium Laktat

Gambar 4.1.1 Struktur Natrium Laktat


Rumus Molekul : C3H5NaO3
Berat Molekul : 112,06 g/mol
Pemerian : Cairan bening, tidak berwarna, sedikit
sirup, tidak berbau, atau memiliki sedikit
bau dengan rasa garam yang khas. dan
sangat hidroskopis.
Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan air, praktis
tidak larut dalam kloroform, eter dan
minyak tertentu.
Titik Didih : 1120C
Titik Lebur : 1170C dengan dekomposisi 1400C
pH Bahan : 5–9
pH Stabilitas : 6 – 7,3
Kegunaan : Pengawet antimikroba, agen penyangga,
agen pengemulsi, agen penyedap, dan
humektan.
OTT : Novobiosin Na, Oksitetrasiklin
Hidroklorida, Natrium Bikarbonat, Natrium
Kalsium Edetat dan Sulfadiazin Na.
Stabilitas : Natrium laktat injeksi harus disimpan pada
suhu 40º C atau kurang dimana injeksi
harus terlindung dari pembekuan atau
pemanasan yang ekstrim.
(Rowe, 2009, Hal 650 - 651)
B. Zat Tambahan
1. Natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
Sinomin : Garam laut, garam dapur, garam biasa,
garam hopper, natrii klorida, garam karang,
sodium klorida.
Berat Molekul : 58,44
Pemerian : Bubuk kristal putih atau tidak berwarna
kristal, dan memiliki rasa asin. Kristal
berpusat pada wajah struktur kubik. Natrium
klorida padat tidak mengandung air
kristalisasi, meskipun di bawah 00C, garam
dapat mengkristal sebagai dihidrat.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol, larut dalam
gliserin 1 dari 10 bagian dan mudah larut
dalam air dan sangat mudah larut dalam air
mendidih.
Stabilitas : Larutan natrium klorida berair stabil tetapi
dapat menyebabkan pemisahan partikel kaca
dari beberapa jenis wadah kaca.
Titik Didih : 14130C
Titik Leleh : 8040C
OTT : Larutan natrium klorida encer bersifat
korosif terhadap zat besi. Mereka juga
bereaksi untuk membentuk endapan dengan
garam perak, timah, dan merkuri. Kuat zat
pengoksidasi membebaskan klorin dari
larutan natrium yang diasamkan khlorida.
Kelarutan metilparaben pengawet
antimikroba berkurang dalam larutan natrium
klorida berair dan viskositas gel karbomer
dan larutan hidroksietil selulosa atau
hidroksipropil selulosa dikurangi dengan
penambahan natrium klorida.
Kegunaan : Agen Pengisotonis.
Sterilisasi : Autoklaf
pH : 6,7 – 7,3
Wadah : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk
dan kering.
(Rowe, 2009, Hal 637 - 639)
2. Kalium Klorida
Rumus Molekul : KCl
Berat Molekul : 74,55
Sinonim : Kalium klorida, kloropotassuril,
dipotassium diklorida, kalii kloridum
dan kalium monoklorida.
Pemerian : Kristal yang tidak berbau, tidak
berwarna atau berwarna putih bubuk
kristal, dengan rasa asin yang tidak enak.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton dan eter,
larut dalam etanol 95%, gliserin dan air.
Stabilitas : Stabil
Kegunaan : Agen Pengisotonis
Titik Leleh : 7900C
Titk Didih : 15000C
Sterilisasi : Autoklaf
pH : 7
OTT : Kalium klorida bereaksi dengan bromin
trifluoride dan dengan campuran asam
sulfat dan kalium permanganat. Itu
adanya asam klorida, natrium klorida,
dan magnesium klorida mengurangi
kelarutan kalium klorida dalam air.
Larutan encer dari kalium klorida
membentuk endapan garam timbal dan
perak. Larutan kalium klorida cair
intravena tidak sesuai dengan protein
hidrolisat
Wadah : Disimpan dalam wadah tertutup rapat,
ditempat yang sejuk dan kering.
(Rowe,2009, Hal 572 - 573 )
3. Kalsium Klorida
Rumus Struktur : CaCl2
Berat Molekul : 110,98
Sinonim : Calcii chloridum dihydricum, calcii
chloridum hexahydricum.
Pemerian : Bubuk kristal putih atau tidak berwarna,
butiran, atau massa kristal, dan bersifat
higroskopis.
Kelarutan : Bebas larut dalam air dan etanol (95%),
tidak larut dalam dietil eter.
Titik Didih : >16000C
Titik Leleh : 7720C
OTT : Kalsium klorida tidak kompatibel
dengan karbonat larut, fosfat, sulfat, dan
tartrat. Bereaksi keras dengan bromin
trifluoride, dan reaksi dengan seng
melepaskan gas hidrogen yang mudah
meledak. Ini memiliki reaksi eksotermik
dengan air, dan ketika dipanaskan
dekomposisi itu mengeluarkan asap
beracun dari klorin.
Stabilitas : Stabil secara kimia.
Kegunaan : Agen Terapi
Sterilisasi : Autoklaf
pH : 4,5 – 9,2
Wadah : Disimpan dalam wadah kedap udara
ditempat sejuk dan kering.
(Rowe,2009, Hal 89 - 90)
4. Karbon Aktif
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran,
berwarna hitam, tidak berbau dan tidak
berasa.
Stabilitas : Dapat megabsorbsi air.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol.
OTT : Dapat menurunkan ketersediaan hayati
beberapa obat seperti loperamid dan
riboflavin. Reaksi hidrolisis dan
oksidasi dapat dinaikkan.
Kegunaan : Penjerap
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup kedap
ditempat sejuk dan kering.
(Rowe,2009, Hal 40)
5. Aqua Pro Injection (API)
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jenuh, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak mempunyai rasa.
Stabilitas : Stabil secara kimia dalam bentuk fisika
bagian dingin cairan uap
OTT : Bereaksi dengan obat dan bahan
tambahan yang mudah terhidrolisis
(terurai karena adanya air) atau
kelembaban pada suhu tinggi, bereaksi
kuat dengan logam alkali
Kegunaan : Pembawa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, disimpan
dalam wadah tertutup kapas berlemak,
harus digunakan dalam waktu 30 hari
setalah pembuatan
(Depkes RI, 1979, Hal 97)

II. ANALISIS FARMAKOLOGI


A. Bentuk sediaan aktif
Bentuk sediaan yang akan dibuat ialah bentuk larutan infus. Alasan
nya adalah ringer laktat digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang sehingga diperlukan dalam jumlah yang besar maka dibuat dalam
bentuk sediaan parenteral volume besar (LVP) yaitu infus. Pemberian
larutan diberikan secara intravena sebab, dibutuhkan efek terapi yang
cepat untuk menggantikan elektrolit tubuh yang hilang jadi diberikan
secara intravena agar obat langsung masuk kedalam peredaran darah
(sistemik) dan efek terapi cepat ditimbulkan.
B. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja ringer laktat bekerja sebagai sumber air dan
elektrolit tubuh serta meningkatkan diuresis (penambahan cairan
kencing). Obat ini juga memiliki efek alkalis, dimana ion laktat
dimetabolisasi menjadi karbon dioksida dan air yang menggunakan
hidrogen kation sehingga menyebabkan turunnya keasaman. Ringer laktat
berhubungan dengan osmolaritas plasma, memperluas kompartemen
ekstraseluler selama masa insufisiensi, sirkulasi dan mengembalikan
natrium dan klorida yang hilang sehingga cairan tetap tinggal didalam
intravaskuler.
C. Farmakokinetika (ADME)
Garam kalium umumnya mudah diserap dari saluran gastro-intestinal.
Kalium dieksresikan terutama oleh ginjal, kalium disekresi di tubulus
distal yang juga tempat pertukaran natrium-kalium. Kapasitas ginjal untuk
menghemat kalium kurang dan eksresi kalium terus berlanjut bahkan
ketika ada deplesi berat. Beberapa kalium dieksresikan dalam feses dan
jumlah kecil dapat muncul dalam air liur, keringat dan empedu.
Natrium mudah diserap dari saluran pencernaan, terutama di usus
kecil. Natrium dieksresikan terutama di urin dan eksresi urin biasanya
mencerminkan asupan natrium. Saat tubuh kekurangan natrium, ginjal
menghemat natrium secara baik dengan memproduksi urin dengan
konsentrasi natrium yang rendah. Natrium juga dapat ditemukan dalam
sekresi tubuh lainnya seperti keringat.
Klorida mudah diserap dari saluran pencernaa. Eksresi melalui tubuh
terutama melalui urinm tapi klorida juga dapat dieksresikan melalui
keringat dan sekresi gastrointestinal.
Tempat utama penyerapan kalsium adalah usus kecil. Sekitar 80%
kalsium yang dikonsumsi secara oral terdapat dalam tinja. Bagian yang
tersisa diserap dan sebagian besar dieksresikan dalam urin. Jumlah
kalsium diekresikan dalam urin kurang dari yang diserap dari saluran
pencernaan karena beberapa kalsium diserap resekresi ke dalam lumen
usus kecil.
Laktat ion secara perlahan diubah menjadi bikarbonat dan memainkan
peran dalam regulasi asam-basa. Setelah dikonversi, ion bikarbonat diatur
oleh ginjal.
D. Indikasi dan Dosis
Ringer laktat umunya digunakan sebagai cairan hidrasi dan elektrolit
serta sebagai agen alkalisator. Obat ini juga diberikan untuk meringankan
beberapa kondisi, seperti ketidakseimbangan elektrolit, diare, luka bakar,
gagal ginjal akut, kadar natrium rendah, kekurangan kalsium maupun
kalium, kehilangan banyaknnya darah dan cairan, hipertensi, aritmia
(gangguan irama jantung). Ringer laktat diberikan secara infus intravena,
yang diberikan sesuai dengan kondisi penderita. Kecepatan pemberian
dan jumlah aliran intravena yang diperlukan bervariasi tergantung
beratnya syok. Umumnya paling sedikit 1 – 2 liter larutan ringer laktat
harus diberikan dalam 45 – 60 menit pertama atau bisa lebih lagi apabila
dibuthkan. (Michael, 1998)
Pada pasien hipovolemia (kondisi penurunan volume darah akibat
kehilangan darah maupun cairan tubuh) tingakt moderat sampai berat,
pemberian ringer laktat 1 – 2 liter (untuk dewasa), 20 ml/kg (untuk
pediatric). Pada anak yang mengalami dehidrasi tingkat berat saat infeksi
gastrointestinal ringer laktat dapat diberikan sebagai pengganti cairan
yang hilang dengan dosis 40 ml/kg dalam 15 – 30 menit, kemudian 20 –
40 ml,kg jika elastisitas dan denyut nadi tidak kembali normal.
(Chisholm-Burns et al., 2008)
E. Kontra Indikasi
Kontra indikasi ringer laktat antara lain hipernaremia, kelainan ginjal,
kerusakan sel hati, laktat asidosis, alergo terhadap sodium laktat, tidak
boleh diberikan bersamaan dengan obat ceftriaxone pada bayi yang baru
lahir (< 28 hari), meskipun diberikan dengan jalur infus yang terpisah.
Pemberian bersamaan dapat meningkatkan risiko fatal pengendapan
garam kalsium ceftiaxone pada bayi. Demikian juga pada anak – anak
>28 hari dan orang dewasa pemberian ringer laktat dengan ceftriaxone
bersamaan dari satu selang infus yang sama tidak dianjurkan, jika selang
infus digunakan bergantian, selang sebelumnya harus dibersihkan dengan
cairan lain. Kontra indikasi pada penyakit hati karena pasien tidak dapat
memetabolisme laktat sehingga menyebabkan akumulasi laktat. Kontra
indikasi pada penyakit ginjal harus berhati – hati karena pasien tidak
dapat mengekskresikan jumlah cairan kristaloid yang berlebih. Ringer
laktat juga kontra indikasi pada pasien yang menerima transfusi darah
karena kalsium mengikat antikoagulan yang ditambahkan ke dalam
produk darah dan dapat menyebabkan darah yang ditransfusikan
menggumpal. (Galvagno, 2003)
F. Aturan Pakai
Ringer laktat tersedia dalam bentuk sediaan dan kekuatan sediaan
dengan dosis 250 ml, 500 ml dan 1000 ml dalam botol infus. Obat ini
umumnya digunakan sebagai cairan infus sehingga dosis penggunaan nya
sangat tergantung pada kondisi pasien, mulai dari umur, berat badan,
pengobatan yang sedang dijalani dan kondisi klinis lainnya.
G. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari ringer laktat antara lain :
1. Nyeri dada
2. Detak jantung abnormal
3. Penurunan tekanan darah
4. Kesulitan bernafas
5. Batuk
6. Bersin – bersin
7. Ruam
8. Gatal – gatal
9. Sakit kepala
10. Asidosis laktat
11. Hiperkalemia
12. Pembentukan bekuan darah/clotting pada pasien tranfusi
13. Alergi
14. Pruritus
15. Reaksi lokal
Efek samping yang lebih serius termasuk :
1. Infeksi di daerah injeksi
2. Trombosis vena
3. Flebitis di daerah injeksi
4. Ekstravasasi, dan
5. Peningkatan volume cairan
6. Pemberian latutan terlalu cepat dapat menyebabkan edema
pulmonari yang mengancam hidup seseorang.
Meskipun demikian, efek samping ini sangat jarang terjadi dan ringer
laktat tetap aman untuk digunakan.
H. Toksisitas
Jika terjadi kelebihan cairan atau zat terlarut selama terapi parenteral,
evaluasi kembali kondisi pasien dan lakukan pengobatan korektif yang
tepat. Jika terjadi overdosis larutan yang mengandung potassium,
hentikan infus dengan segera dan lakukan terapi korektif untuk
mengurangi kadar serum potassium.
I. Interaksi Obat
Ringer laktat berinteraksi dengan larutan yang mengandung fosfat
terdapat dalam larutan adiktif, untuk menghindari pengendapan. Kalsium
dalam larutan ringer laktat dapat mengikat beberapa obat dan menurunkan
efektivitas obat – obatan tersebut. Obat – obatan yang seharusnya tidak
diinfuskan bersama larutan ringer laktat karena alasan ini meliputi asam
aminokaproat, amfoterisin, ampisilin, dan tiopental. (Marino, 2007)

III. FORMULA
a. Formula
R/ Natrium Laktat 1,55 gram
Natrium Klorida 3,0 gram
Kalium Klorida 0,15 gram
Kalsium Klorida 0,1 gram
Karbon Aktif 10 gram
Aqua Pro Injection ad 500 ml
b. Alasan Pemilihan Formula
Digunakan sebagai larutan yang bermanfaat bagi pasien yang
menggalami hilang nya cairan elektrolit tubuh. Ringer laktat merupakan
garam isotonik dimana osmolaritas (tingkat kepekatan) cairanya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga berada
terus di dalam pembuluh darah, dimana konsentrasi elektrolit ringer laktat
mirip dengan cairan tubuh dan dapat digunakan dalam sindrom asidosis
metabolik.
c. Alasan Pemilihan Zat Tambahan Pada Formula
Natrium Laktat : Digunakan sebagai sumber bikarbonat bila
produksi dan penggunaan asam laktat
terganggu akibat gangguan metabolisme
laktat. Secara nyata, konversi laktat menjadi
bikarbonat tertunda dengan adanya
kekurangan oksigen pada jaringan dan bila
kapasitas hati untuk memetabolisme laktat
menurun. Hal ini terjadi pada pasien asidosis
dengan insufisiensi sirkulasi,
ekstrakorporeal sirkulasi, hipotermia,
disfungsi hati, alkalosis respiratori,
gangguan penyimpanan glikogen, shock,
dekomposisi jantung dan gangguan lain
yang mengakibatkan penurunan perfusi atau
jaringan tubuh.
Natrium Klorida : Digunakan sebagai agen pengisotonis agar
sediaan yang dihasilkan menjadi isotonis
atau setara dengan 0,9% larutan NaCl,
dimana larutan tersebut mempunyai tekanan
osmosis yang sama dengan cairan tubuh
sehingga meningkatkan kenyamanan
penggunaan nya.
Kalium Klorida : Digunakan untuk mengobati atau mencegah
jumlah kalium yang rendah dalam darah.
Tingkat normal kalium dalam darah sangat
penting. Kalium atau juga dikenal sebagai
potassium yang membantu sel, ginjal,
jantung, otot, dan saraf agar berfungsi
dengan baik, dan kalium klorida juga
merupakan kation (positif) yang terpenting
dalam cairan intraseluler dan sangat esensial
untuk mengatur keseimbangan asam-basa
serta isotonis sel.
Kalsium Klorida : Merupakan garam anorganik yang
digunakan untuk mengobati luka bakar,
mengobati keracunan magnesium,
membantu untuk melindungi miokardium
dari bahaya akibat tingginya kalium serum
pada kondisi hiperkalemia, dan mengobati
keracunan obat-obatan
golongan calcium channel blocker,
misalnya diltiazem. Kalsium juga membantu
dalam pelepasan, penyimpanan
neurotransmitter, hormon, peningkatan asam
amino, absorpsi vitamin B12 dan sekresi
lambung.
Karbon Aktif : Digunakan sebagai penjerap agar pembawa
air bebas dari pirogen.
Aqua Pro Injection : Digunakan sebagai pembawa larutan
sediaan agar tidak mengandung mineral-
mineral dan pengotor lain yang dapat
bereaksi dengan zat aktif.

d. Perhitungan
1) Volume yang akan dibuat
Volume yang sudah dilebihkan 2%
= 1 x (250 ml + 2) + 2 ml)
= 252 ml + 2 ml
= 254 ml ͌ 255 ml
1,55 gram
Natrium laktat : x 255ml  1,581gram
250ml
3gram
Natrium Klorida : x 255ml  3,06 gram
250ml
0,15 gram
Kalium Klorida : x 255ml  0,153gram
250ml
0,1gram
Kalsium Klorida : x 255ml  0,102 gram
250ml
2) Osmolaritas
gram / literx1000 xion
Osmolaritas :
Mr
1,581g / 0,255 Lx1000 x 2
Natrium Laktat :
112 ,06

: 110,66 M Osmol/L
3,06 g / 0,255Lx1000 x 2
Natrium Klorida : 58,44

: 410,67 M Osmol/L
0,153 g / 0,255 Lx1000 x 2
Kalium Klorida : 74,55

: 16,09 M Osmol/L
1,102 g / 0,255 Lx1000 x3
Kalsium Klorida : 110,98

: 116,82 M Osmol/L
 Total Osmolaritas = 110,66 + 410,67 + 16,09 + 116,82
= 654,24 M Osmol.L (Hipertonis)
e. Penimbangan
Tabel Penimbangan Bahan
No Nama Bahan Baku Kegunaan Jumlah
1 Natrium Laktat Zat Aktif 1,581 gram
2 Natrim Klorida Pengisotonis 3,06 gram
3 Kalium Klorida Pengisotonis 0,153 gram
4 Kalsium Klorida Agen Terapi 0,102 gram
5 Karbon Aktif Penjerap 10 gram
6 Aqua Pro Injection Pelarut Ad 250 ml

f. Prosedur Pembuatan
Ditimbang zat natrium laktat, natrium klorida, kalium klorida, kalsium
klorida, karbon aktif dan aqua pro injection (API) sesuai data
penimbangan. Digerus karbon aktif terlebih dahulu kemudian dimasukkan
kedalam beaker glass, dimasukkan aqua pro injection (API) dengan
jumlah yang dibutuhkan yaitu 200 ml. Dilarutkkan natrium klorida
dengan sedikit demi sedikit aqua pro injection (API) sebanyak 55 ml,
dimasukkan natrium laktat, kalium klorida dan kalsium klorida kedalam
larutan natrium klorida dan diaduk ad homogen. Dicampurkan larutan
natrium klorida kedalam larutan karbon aktif. Diaduk ad homogen.
Dipanaskan diatas hot plate 60 – 70oC selama ± 15 menit dengan sesekali
diaduk. Setelah ± 15 menit diangkat dan didinginkan larutan. Disaring
larutan selagi hangat – hangat dengan kertas saring berlapis yang sudah
dibasahi dengan air bebas pirogen hingga didapat larutan yang bening.
Dimasukkan larutan kedalam botol dengan bantuan membran filtrate
supaya bebas pirogen. Dilakukan pengecekkan pH larutan sebanyak 2
kali, yaitu sebelum ditambahkan karbon aktif dan setelah ditambahkan
karbon aktif (produk akhir) dengan menggunakan pH meter, dimana pH
harus berada dalam rentang 6 – 7,3. Ditutup botol hingga rapat lalu
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Dikemas
rapih.
g. Evaluasi Sediaan (Fisika,Biologi,Kimia)
1. Evaluasi pH
pH meter dikalibrasi dengan mengunakan buffer (pH 4, pH 7 dan
pH 9) supaya pH meter dalam keadaan netral. Dimasukkan elektroda
kedalam larutan sediaan sampai tanda bunyi dari pH meter menyala.
Dicatat hasil. Syarat pH sediaan ialah 6 – 7,3
2. Evaluasi Kejernihan
Dilakukkan pengamatan secara visual, dimana dilhat kejernihan
dari sediaan yang telah dibuat. Apakah ada partikel yang tidak
tersaring atau sediaan terlihat kotor. Dicatat hasil. Dimana syarat dari
evaluasi kejernihan ini ialah sediaan jernih, yang artinya tidak terdapat
partikel besar yang mengambang dalam sediaan.
3. Evaluasi Penampilan Fisik
Dilakukan pengamatan secara visual, dimana dilihat penampilan
fisik dari sediaan. Sediaan fisik harus tertutup rapat pada bagian
atasnya. Dicatat hasil. Syarat evaluasi penampilan fisik ialah bagian
atas botol harus tertutup rapat.
4. Evaluasi Kebocoran
Wadah diletakkan dengan posisi terbalik, kemudian diamati
apakah isi sediaan tetap berada dalam jumlah yang tetap atau
berkurang.
h. Penyimpanan
Disimpan dibawah suhu 300C.

IV. KEMASAN, BROSUR DAN LABEL

V. DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Michael dan Angela Baron, 1998. Performance Management.


London: Institute Of Personnel Development.
Chisholm-Burns, Marie A et Al., 2008. Pharmacotherapy Principles &
Practice, New York.
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III,
Direktorat Jenderal Pengawasan Mutu Dan Makanan, Jakarta.
Marino, P.L., Sutin, K.M, 2007. Analgesia and station. The ICU book 3rd
ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins
Nikel, P.I., M,J. Pettinari, M.A. Galvagno, and B. S. Mendez. 2006.
Poly(3-hydroxybutyrate) Synthesis by recombinant Escherichia
coli arcA mutants in microaerobiologist. Applied Environment
Microbiology.
Rowe R. C., et Al. 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation.

Anda mungkin juga menyukai