Anda di halaman 1dari 5

Monografi

Zat Aktif
IBUPROFENUM – Ibuprofen

(Gambar Struktur Ibuprofenum)

Berat Molekul : 206,28


Rumus Molekul : C13H18O2
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah Jarut dalam etanol, dalam
metanol, dalam aseton dan dalam kloroform; sukar larut dalam etil
asetat.
Titik Leleh : 75 – 78oC
pH : 5 - 6,4
OTT : Antikoagulan, antitrombotik dan obat AINS lain, juga obat – obat ACE
inhibitor.
Penggunaan Terapi : Analgetik, antipiretik dan antiinflamasi

(Farmakope Indonesia Ed 4, Hal 449 – 450)

Basis Suppositoria
Polyethylene Glycol – PEG 4000

(Gambar struktur Polyethylene Glycol)


Rumus Molekul : H(OCH2CH2)nOH
Berat Molekul : 3000 – 4800
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis tidak
berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Semua nilai polietilen glikol larut dalam air dan dapat dicampur dalam
semua proporsi dengan glikol polietilen lainnya (setelah meleleh, jika
perlu). Larutan yang berair berat molekul dapat membentuk gel.
Polietilena glikol cair larut dalam aseton, alkohol, benzena, gliserin,
dan glikol. Polietilena glikol padat larut dalam aseton, diklorometana,
etanol (95%), dan methanol, polietilen glycol sedikit larut dalam
hidrokarbon alifatik dan eter, tetapi tidak larut dalam lemak, minyak
tetap, dan minyak mineral.
Titik Leleh : 50 – 58oC
OTT : Tidak bercampur dengan zat pewarna.
Stabilitas : Stabil di udara dan dalam larutan, meskipun nilai dengan berat molekul
kurang dari 2000 hidroskopis. Polyethylene glycol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba, dan tidak menjadi tengik.
Kegunaan : Dasar salep, plasticizer, pelarut, basis supositoria, tablet dan pelumas
kapsul.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
(Handbook of pharmaceutical excipient ed 6, hal 517 – 522)

Polyethylene Glycol – PEG 1000

(Gambar struktur Polyethylene Glycol)

Rumus Molekul : H(OCH2CH2)nOH


Berat Molekul : 950 – 1050
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis tidak
berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Semua nilai polietilen glikol larut dalam air dan dapat dicampur dalam
semua proporsi dengan glikol polietilen lainnya (setelah meleleh, jika
perlu). Larutan yang berair berat molekul dapat membentuk gel.
Polietilena glikol cair larut dalam aseton, alkohol, benzena, gliserin,
dan glikol. Polietilena glikol padat larut dalam aseton, diklorometana,
etanol (95%), dan methanol, polietilen glycol sedikit larut dalam
hidrokarbon alifatik dan eter, tetapi tidak larut dalam lemak, minyak
tetap, dan minyak mineral.
Titik Leleh : 37 – 40oC
OTT : Tidak bercampur dengan zat pewarna.
Stabilitas : Stabil di udara dan dalam larutan, meskipun nilai dengan berat molekul
kurang dari 2000 hidroskopis. Polyethylene glycol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba, dan tidak menjadi tengik.
Kegunaan : Dasar salep, plasticizer, pelarut, basis supositoria, tablet dan pelumas
kapsul.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
(Handbook of pharmaceutical excipient ed 6, hal 517 – 522)

Alat dan Bahan


Alat
Beaker glass, cawan, pipet, spatel, hot plat, dan batang pengaduk.
Bahan
Ibuprofen, polyetilen glycol 4000, polietilen glycol 1000, kertas alumunium foil,
perkamen, paraffin liquidum dan cetakan suppositoria.

Prosedur Pembuatan
Ditimbang masing – masing bahan. Dipanaskan basis yang telah ditimbang
yaitu polyetilen glycol 1000 dan 4000 hingga melebur diatas hot plat dalam cawan.
Ibuprofen dicampur sedikit demi sedikit kedalam basis yang telah melebur dan
diaduk hingga homogen. Sebelum digunakan, cetakan suppositoria dioleskan terlebih
dahulu dengan paraffin liquidum secukup nya hingga tersebar merata pada seluruh
cetakan suppositoria. Dituangkan suppositoria yang masih cair kedalam cetakan
suppositoria secara kontinyu agar suppositoria tidak pecah. Penuangan dilakukan
secara berlebih pada permukaan cetakan untuk menutupi rongga permukaan secara
menyeluruh. Dibersihkan bagian atas cetakan yang berlebih lalu dimasukkan kedalam
kulkas hingga memadat. Dibungkus suppositoria satu persatu dengan alummunium
foil. Dikemas rapih.

Prosedur Evaluasi
a. Uji Organoleptis
Diamati secara visual terhadap bentuk, warna dan bau pada setiap
suppositoria. Kemuadian diamati permukaan suppositoria, apakah
suppositoria menempel pada kertas alummunium foil atau tidak. Dicatat hasil.
b. Uji Keragaman Bobot
Suppositoria ditimbang masing – masing dan dicatat hasil timbangan lalu
ditentukan bobot rata – ratanya. Persyaratan uji keragaman bobot ini mengacu
pada persyaratan uji keseragaman bobot tablet yaitu jika ditimbang satu
persatu tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang masing – masing bobot nya
menyimoang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada
kolom A (5%) dan tidak satu pun suppositoria menyimoang dari bobot rata –
ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B (10%) dicatat hasil.
(Depkes RI, 1979).
c. Uji Stabilitas
Suppositoria yang sudah memadat sebagian disimpan dalam kulkas dan
sebagaian lagi disimpan diluar kulkas (suhu ruang). Tujuan pengujian
stabilitas ini bertujuan untuk melihat apakah suppositoria stabil bila disimpan
dalam suhu dingin (kulkas) dan dalam suhu panas (suhu ruang). Dicatat hasil.

Daftar Pustaka

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Raymond C Rowe , Paul J Sheskey and Marian E Quinn, Handbook of
Pharmaceutical Excipien ed6 , London.

Anda mungkin juga menyukai