Anda di halaman 1dari 30

Bentuk Sediaan Obat Cair:

Suspensi, Emulsi, dan Sirup


B5:
I Kadek Putra Janardana 1909511030
Muhammad Hasby Arrizki Akbar 1909511031
Rhenaldi Aulia Putra Wijaya 1909511032
Made Ramadhinita Desrianti 1909511033
Alif Ilham Ilahi 1909511034
Suspensi

● Sediaan yang mengadung bahan obat padat dlm bentuk halus dan tidak
larut, terdipersi dalam cairan pembawanya

● Syarat:
1. Zat terdispersi halus dan tidak boleh cepat mengendap
2. Endapan mudah terdispersi jika dikocok
3. Diberikan suspensator sebagai stabilisator
Macam Bentuk Sediaan Suspensi
Macam:
1. Suspensi oral
2. Suspensi topikal
3. Suspensi injeksi
Lanjutan
● Suspensi injeksi, obat mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum
suntik
● Suspensi obat mata, zat terdispersi harus sangat halus
● Zat-zat suspensator umumnya = Zat-zat emulgator
● Ada obat yang sudah bersifat suspensator
Misal:
1. Kaoline
2. MgO
3. ZnO
4. Talk dll
● Disertai etiket “kocok dahulu”
Cara Mengenal Kerusakan Sediaan
Suspensi
1. Terbentuk “cake” yang tidak bisa terdispersi kembali
2. Perubahan warna dan bau
Keuntungan Suspensi
● a. Bahan obat yg tidak larut dapat bekerja sebagai depo yang dapat memperlambat terlepasnya
obat. Misalnya pada bentuk suspensi untuk injeksi intamuskuler. Sebagai alternatif bagi hewan yang
sukar menelan kapsul atau tablet
● b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Misalnya Penicillin dalam
larutan akan cepat menurun efek kerjanya Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair
● c. Obat dalam sediaan supensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat
tergantung kelarutannya.
Kerugian Suspensi
● a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas
● b. Tidak Praktis
● c. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia dalam bentuk larutan dimana air sebagai katalisator
Contoh penulisan resep suspensi

Obat Dalam
Obat Luar
Sediaan yang mengandung larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa

Distabilkan dengan emulgator atau surfaktan


EMULSI Emulgator: mengikat partikel
Surfaktan: menurunkan tegangan permukaan

Keuntungan: Kerugian:
1. Rasa dan bau minyak 1. Kurang praktis dibanding
dapat ditutupi sediaan tab
2. Absorpsi dan penetrasi 2. Stabilitas yang rendah
lebih mudah daripada sediaan tab
3. Aksi dapat diperpanjang 3. Takaran dosis kurang teliti
dan efek emolient lebih
besar
Penggolongan Emulsi

01 Emulsi Vera (Paturalia) 02 Emulsi Spuria (Artificialia)


Tanpa penambahan emulgator Menambahkan emulgator dari
dari luar karena bahan tersebut luar.
sudah mengandung emulgator
Contoh: emulsi minyak ikan
Contoh : biji waluh digerus ditambahkan P.G.A
ditambahkan air menghasilkan
emulsi cucurbite semen
Tipe Emulsi

Ada 2 tipe emulsi:


Oil in Water (O/W) Water in Oil (W/O)

Butir minyak dibungkus butir air (susu) Butir air dibungkus butir minyak (mentega)

Dapat diencerkan dengan air Tidak dapat diencerkan dengan air, namun
dengan minyak

Diteteskan methylen biru akan berwarna Diteteskan Sudan III, berwana merah
biru
Cara Mengenal Kerusakan Sediaan Emulsi
1. Creaming
2. Cracking
3. Inversi fasa
4. Perubahan warna dan bau
Contoh Penulisan Resep Emulsi

Emulsi Naturalia Emulsi Artificialia


Sirup

-Sediaan cair: Berdasarkan cara pemberiannya: oral, topikal, rektal/vagianl,


parenteral

-Sediaan cair oral: sirup, elixir, netralisasi, saturatio,guttae

- gula 64-66%

- medicated syrup & flavoured syrup

- sirup simplex, thymi, thymi compositus


Thanks
Do you have any questions?
FARMASI VETERINER 2022
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
SUSPENSI, EMULSI DAN SIRUP

Kelompok 5 Kelas B:

I Kadek Putra Janardana 1909511030


Muhammad Hasby A. Akbar 1909511031
Rhenaldi Aulia Putra W. 1909511032
Made Ramadhinita Desrianti 1909511033
Alif Ilham Ilahi 1909511034

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa
atas segala nikmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyusun yang berjudul “Bentuk Sediaan
Obat Cair Suspensi, Emulsi, dam Sirup” dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi, dan mendukung penulisan paper ini,
diantaranya para dosen mata kuliah Farmasi Veteriner serta teman-teman dari kelompok B5
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana sehingga selesai tepat pada
waktunya.

Meski penulis telah menyusun paper ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan
adanya kekurangan dan kesalahan dalam proses penyusunan paper ini. Oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, Kami harap paper ini dapat menambah referensi mahasiswa dalam mata kuliah
Farmasi Veteriner khususnya materi Bentuk Sediaan Obat Cair

Denpasar, 13 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat.................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 Suspensi................................................................................................................................. 2
2.2 Emulsi.................................................................................................................................... 5
2.3 Sirup ...................................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah semua bahan/campuran tunggal yang digunakan oleh makhluk hidup di dalam
dan di luar tubuh untuk mencegah, meringankan, dan mengobati penyakit. Obat dibedakan atas
beberapa jenis, diantaranya obat jadi, obat generik, obat paten, obat baru, obat asli, obat tradisional
dan lain sebagainya. Bentuk sediaan farmasi adalah sediaan farmasi yang mengandung satu atau
lebih zat aktif dalam pembawa, sesuai kebutuhan, untuk penggunaan internal atau eksternal. Ada
banyak bentuk sediaan farmasi di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut bentuk zat
dan rute pemberian bentuk sediaan.
Menurut bentuk zatnya, bentuk sediaan farmasi dapat dibagi menjadi tiga jenis:, yaitu
sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion,
salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Suspensi?

2. Apa yang dimaksud dengan Emulsi?

3. Apa yang dimaksud dengan Sirup?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Suspensi

2. Untuk mengetahui apa itu Emulsi

3. Untuk mengetahui apa itu Sirup

1.4 Manfaat
Setelah membaca paper ini, diharpkan bahwa pembaca dapat lebih mengetahui apa yang
dimaksud dengan suspensi, apa yang dimaksud dengan emulsi, dan apa yang dimaksud dengan
sirup. Diharapkan juga, bahwa paper ini dapat dijadikan rujukan untuk penulisan bentuk sediaan
obat lainnya kedepannya

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Suspensi

Suspensi adalah sediaan obat yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, tidak terdispersi dalam cairan pemabawanya. Ada beberapa syarat obat tersebut
dikatakan suspensi:
1. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap
2. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali
3. Dapat diberikan suspensifying agent (suspensator) sebagai stabilisator
Ada beberapa macam bentuk sediaan obat suspensi:
1. Suspensi oral
Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk
dalam kategori ini.
2. Suspensi topikal
Adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai
“lotio” termasuk dalam kategori ini.
3. Suspensi injeksi
Adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk
larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspense steril.
Cara mengenal kerusakan sediaan suspensi:
1. Terbentuk “cake” yang tidak dapat terdispersi kembali
2. Terjadi perubahan warna dan bau
Untuk suspensi obat injeksi/suntik harus steril, mudah disuntikkan dan tidak boleh
menyumbat jarum suntik. Untuk suspensi obat mata harus steril dan zat yang terdispersi harus
sangat halus. Sebagai suspensifying agent, zat-zat yang digunakan umumnya sama dengan zat-zat
yang digunakan sebagai emulgator. Tetapi ada juga bahan obat yang sudah bersifat suspensifying
agent, misalnya kaoline, MgO, ZnO, talk dan lain-lain. Bentuk sediaan suspensi ini biasanya
disertai dengan etikel “kocok dahulu”.

2
2.1.1 Keuntungan dan Kerugian Suspensi

1. Keuntungan Suspensi

a. Bahan obat yg tidak larut dapat bekerja sebagai depo yang dapat
memperlambat terlepasnya obat. Misalnya pada bentuk suspensi untuk
injeksi intramuskular. Sebagai alternatif bagi hewan yang sukar menelan
kapsul atau tablet
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
Misalnya Penicillin dalam larutan akan cepat menurun efek kerjanya Lebih
stabil dibandingkan bentuk sediaan cair

c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,
karena rasa obat tergantung kelarutannya. Misalnya quinine dalam suspensi
rasanya tidak sepahit quinine dalam larutan.
2. Kerugian Suspensi

a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas


b. Tidak Praktis

c. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia dalam bentuk larutan dimana air


sebagai katalisator

2.1.2 Contoh Resep Suspensi

Obat Dalam

R/ sulfamerazini 12

pulv. Gummos 2

ol. Citri.Gtts III

Sir.simpl. 20

Aqua ad 120ml

f.l.a. suspensio

3
S.b.d.d. Cth 1

Obat Luar

R/ Calamine 5

Zinci Oxyd 5

Bentonite 1,250

Aq. Dest. Ad 100ml

f.l.a.suspensio

S..u.e

Keterangan:

● R/ = recipe : ambilah

● Aqua ad : tambahkan air

● Sir.simpl. : sirupus simplex

● ol. Citri.Gtts : oleum citri guttae : teteskan minyak sitri

● pulv = pulvis : serbuk

● dtd = da tales doses : berikan sekian takaran

● S = signa : tandai

● t.d.d : ter de die = tiga kali sehari

● d.i.d = da in dimido = berikan setengahnya (setengah dari sediaan)

● f.l.a.suspensio = fac lege artis suspension = buatlah sesuai aturan menjadi


suspensi

● S. bdd. Cth = Signa bis de die cochlear theae 1 = bid. = bis in die = Sehari
2 x 1 sendok teh

● 1= Uno

4
● s. u e = sigma usus externus = pemakain luar

2.2 Emulsi

2.2.1 Pengertian
Emulsa atau emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan
yang sesuai. Emulgator merupakan zat yang mampu mengikat partikel yang tak bisa
bercampur yan biasanya terdiri dari minyak dan air. Contoh dari emulgator P.G.A,
tranganchanth, gelatin, pulvis, kuning telur, susu, dan emulgide. Sedangkan surfaktan
merupakan zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari suatu cairan hingga
menambah stabilnya suatu emulsi.
Emulsi mengandung dua zat yang tidak dapat tercampur dimana cairan yang satu
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain, menghasilkan dispersi yang
tidak stabil, butir minyak bergabung dan membentuk 2 lapisan. Untuk menghasilkan
emulsi yang stabil dibutuhkan peran zat pengemulsi atau emulgator. Tujuan dari
penstabilan yaitu unuk mencegah pecahnya dan terpisahnya fase terdispersi dan
pendispersinya. Emulgator dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga
menurunkan energi bebas pembentukan emulsi. Apabila energi bebas renda maka
pembentukan emulsi akan semakin mudah.
Keuntungan dari emulsi antara lain: Sifat teurapetik dan kemampuan menyebar
konstituen lebih meningkat, rasa dan bau minyak dapat ditutupi, absorpsi dan penetrasi
lebih mudah dikontrol, aksi dapat diperpanjang dan efek emolien lebih besar, dan air
merupakan eluen pelarut yang tidak mahal pada pengaroma emulsi. Adapun beberapa
kerugian dari sediaan emulsi yaitu: sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan
tablet, sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah dibanding sediaan tablet karena
cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, dan takaran dosisnya
kurang teliti.
2.2.2 Penggolongan emulsi
Berdasarkan emulgatornya, emulsi dibagi menjadi 2 macam, yaitu emulsi vera dan
emulsi spuria. Emulsi Vera atau emulsi paturalia atau emulsi alam merupakan emulsi
yang dibuat dengan tanpa penambahan emulgator dari luar karena dari bahan sudah

5
mengandung emulgator. Emulsi Vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat
disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih
telur (Anief, 2000). Contohnya biji waluh yang digerus ditambahkan air menghasilkan
emulsi cucurbite semen (obat cacing pita). Contoh lainnya emulsi susu dari susu kedelai,
kacang tanah. Emulsi Spuria atau emulsi artificialia atau emulsi buatan yaitu emulsi
yang dibuat dengan menambahkan emulgtor dari luar. Contohnya emulsi minyak ikan
perlu ditambahkan P.G.A sebagai emulgator untuk menutupi baau amis dari minyak
ikan.
2.2.3 Tipe Emulsi
Terdapat 2 tipe emulsi yaitu:
1. Tipe O/W (oil in water) merupakan butir butir minyak dibungkus oleh butir air.
Contohnya susu. Tipe ini dapat diencerkan dengan air dan apabila diberikan
beberapa tetes methylen blue emulsi akan berwana biru.
2. Tipe W/O (Water in oil merupakan butir-butir air dibungkus oleh butir minyak.
Contohnya mentega. Tipe ini tidak dapat diencerkan dengan air, namun dapat
diencerkan dengan minyak. Jika diberi beberapa tetes Sudan III, emulsi berwarna
merah.
2.2.4 Cara mengenal kerusakan emulsi
1. Creaming
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan — lapisan dengan konsentrasi
yang berbeda - beda di dalam emulsi. Hal ini terjadi karena pengaruh gravitasi sehingga
globul - globul dengan ukuran sama cenderung bersatu. Creaming menyebabkan kurang
seragamnya distribusi obat, maka sebelum pemakaian sediaan harus dikocok terlebih
dahulu agar dosis seragam. Creaming juga menyebabkan fisik sediaan menjadi kurang
baik.

Laju creaming tergantung pada parameter Hukum Stokes

6
Jika ρ1 < ρ2 maka V menjadi negatif sehingga terjadi creaming yang mengarah ke
atas. Pada keadaan ini fase pendispersinya lebih berat daripada fase terdispersi, biasnya
ini terjadi di emulsi minyak air (M/A).
Jika ρ1 > ρ2 maka V menjadi positif sehingga terjadi creaming ke arah bawah. Pada
keadaan ini fase terdispersinya lebih berat daripada fase pendispersinya. Biasanya
terjadi pada emulsi air minyak (A/M).
2. Cracking
Cracking merupakan pecahnya lapisan antarmuka globul terdispersi yang dapat
menyebabkan coalesence. Coalescence dapat menyebabkan pemisahan sempurna kedua
fasa dalam emulsi secara irreνersible. Pemisahan ini disebut cracking. Kerusakan
lapisan umunya disebabkan oleh inkompatibilitas kimia antara pengemulsi dengan
bahan lain di dalam sistem atau disebabkan oleh pengubahan suhu atau akibat
mikroorganisme.
3. Inversi Fasa
Inversi fasa adalah proses perubahan, dimana fasa terdispersi berubah fungsi
menjadi medium pendispersi dan sebaliknya (emulsi tipe M/A menjadi tipe A/M, dan
sebaliknya). Penyebab ketidakstabilan ini adalah :

a) Fase terdispersi melebihi 74% volume total emulsi

b) Adanya perubahan suhu

7
c) Adanya penambahan bahan yang mengubah kelarutan emulgator

d) Proses pembuatan emulsi dilakukan dengan prosedur pencampuran yang tidak


sesuai

4. Perubahan warna dan bau


Perubahan warna dan bau dapat menandakan kerusakan emulsi. Perubahan bau
misalnya bau menjadi tengik sedangkan warna berubah dari warna aslinya.

2.2.5 Contoh penulisan resep emulsi

- Penulisan resep emulsi naturalia

R/ cucurbitae semen no. M

Sacchari 50

Aqua ad 300 ml

m.f.l.a. Emulsi

S. haustus

- Penulisan resep emulsi artificialia

R/Ol. Yecoris aselli 10

P.G.A 3

sir. Simplek 10

M.f.l.a.emulsi ad

s.3.dd.C.1

a.c

Keterangan:

8
● R/ = recipe : ambilah
● S : Signa = tandailah
● Aqua ad : tambahkan air
● Sir.simplek : sirupus simplex
● Ac : ante coenam = sebelum makan

● M : misce = campur

● f.l.a : Fac Lege Artis = buatlah sesuai aturan

● 3.dd : ter de die = tiga kali sehari

● Emulsi ad: tambahkan emulsi

● P.G.A = Pulvis Gummi Arabicum

● Haustus = 1 kali minum, teguk sekaligus

● C.1 : Cochlear = 1 sendok makan

2.3 Sirup
Sediaan Cair berdasarkan cara pemberiannya,dibagi menjadi:

1. Sediaan cair oral

2. Sediaan cair topical

3. Sediaan cair rektal/vaginal

4. Sediaan cair parenteral

- 1. Sediaan Cair Oral

a. Sirup

b. Elixir

c. Netralisasi

d. Saturatio

9
e. Guttae

a. Sirup merupakan larutan gula yang mendekati jenuh, seperti sukrosa dalam air, dengan
ataupun tanpa obat atau perisa. Kadar gula dalam sirup antara 64-66%. Jika dalam sirup
terdapat unsur obat, maka dinamakan Medicated Syrup contohnya sirup piperazin sitrat
dan isoniazid. Pada cairan terlarut, sukrosa menunjang nutrisi banyak microorganism
sementara pada cairan yang pekat, akan berefek sebaliknya. Komponen sirup antara lain
adalah Gula atau pengganti gula, Pengawet antimikroba, Pembau, Pewarna

- Sirup Simplex: Larutan sirup dengan kandungan 65% sukrosa, dalam larutan nipagin

- Sirup Thymi: Larutan sirup yang dibuat dengan perkolasi thmy herba dengan air yg
terlarut nipagin. Sukrosa dilarutkan dalam cairan sirup tersebut dengan pemanasan
rendah

- Sirup Thymi Compositus: Cairan sirup yang dibuat dengan perkolasi hymi herba dan
Thymi Serphylli herba dengan larutan nipagin dalam air. Sukrosa dilarutkan dalam sirup
dengan pemanasan rendah.

10
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bentuk sediaan obat cair terbagi menjadi beberapa bentuk, contohnya solutiones (larutan),
suspensiones (suspensi) dan emulsa (emulsi). Bentuk sediaan obat cair ini memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.

3.2 Saran
Sediaan obat cair terdiri dari beberapa bentuk, kita harus mengetahui perbedaan dari ketiga
bentuk sediaan obat cair ini agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan, karena setiap bentuk sediaan
obat cair ada keuntungan dan kerugian yang berbeda-beda.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anief, 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori, dan Praktek, Gadjah Mada University press, Jogjakarta
Aprianti, I., Nurbaeti, S. N., & Kurniawan, H. (2022). Formulasi Sediaan Emulsi Mengandung
Astaxanthin dari Ekstrak Minyak Virgin Coconut Oil Cincalok. Journal Syifa Sciences
and Clinical Research (JSSCR), 4(1), 190-201.
Gozali, D. (2016). Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Obat Sediaan Suspensi. Farmaka, 14(2),
145-150.
Nabiela, W. (2013). Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.).
Nyol, S., & Gupta, M. M. (2013). Immediate drug release dosage form: a review. Journal of drug
delivery and therapeutics, 3(2).
Patel, V. P., Desai, T. R., Chavda, B. G., & Katira, R. M. (2011). Extemporaneous dosage form
for oral liquids. Pharmacophore, 2(2), 86-103.

12

Anda mungkin juga menyukai