Anda di halaman 1dari 9

BLOK DMS ta 2019/2020

PRAKTIKUM : FARMASEUTIK OBAT TOPIKAL

Latar Sediaan obat topikal merupakan bentuk sediaan obat (BSO) yang sering
belakang digunakan dalam terapi dermatologi. BSO ini mengandung bahan aktif dan
bahan pembawa (vehikulum). Ketepatan dalan memilih BSO sesuai kondisi
kelainan kulit merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan
terapi topikal, selain faktor lain berupa konsentrasi zat aktif obat, efek fisika dan
kimia, cara dan lama penggunaan obat.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa dapat mengetahui tentang berbagai
bentuk sediaan obat topikal
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat membedakan bso berdasarkan karakteristiknya
2. Mahasiswa dapat membuat bso salep sederhana
3. Mahasiswa dapat membuat bso lotio sederhana
4. Mahasiswa mengetahui dan mampu mengidentifikasi kombinasi obat
topikal yang tidak tercampurkan
Teori Definisi topikal

Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos artinya berkaitan dengan
daerah permukaan tertentu. Obat topikal: obat yang dipakai di tempat lesi.

Berbagai bentuk sediaan obat topikal

Obat topikal mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum)
dan zat aktif. Zat aktif : komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik,
sedangkan zat pembawa: bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk
cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat
pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta
menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam
zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.

Bentuk Sediaan Obat Topikal


1. Sediaan Semisolid Obat Luar

Unguenta Pasta Linimenta Cremores Gelones (Gel)


(salep) (Krim)
Setengah Lebih padat Lebih cair Lunak dan Lunak berupa
padat mengandung larutan koloidal
air

1
Tidak Menyerap Tidak Tipe O/W, Dapat dicampur
tercampurkan eksudat cair tercampur dapat dengan air
dengan air dari kulit dengan diencerkan
air dengan air
Bahan dasar: Bahan dasar: Bahan Bahan dasar: Bahan dasar:
Vaselin Vaseline dasar: Trietanolamin Masa
Adeps lanae Paraffin liq. -Mi. As. Stearate gel/granul/bahan
Lanolin Gliserin lemak Emulgid organic dapat
Paraffin liq Paraffin Ol.sesami mengembang
liq. Air
M. Atsiri
Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan pengisi:
pengisi: pengisi: pengisi: pengisi: Tanpa pengisi
Tanpa Amylum oriza Tanpa Tanpa pengisi
pengisi Bolus alba pengisi
Talkum
ZnO
Ca-carbonas
Amylum
tritici
Amyl.manihot

2. Setengah Cair Obat Luar

Solutiones Lotiones Emulsi


Sediaan berupa Sediaan berupa Sediaan berupa cairan
larutan: zat aktif suspensi cair: zat padat keruh, yaitu campran air
terlarut dalam cairan halus yang terdispersi dengan minyak dengan
pembawa dalam cairan pembawa bantuan emulgator
tanpa suspending agent

Bahan berkhasiat dapat Bahan berkhasiat larut


Bahan berkhasiat larut, sukar larut, tidak dalam cairan
terlarut dalam cairan larut dalam cairan pembawa/terdispersi
pembawa pembawa secara mikromolekul
dalam cairan pembawa

Sediaan dapat Hanya sebagai obat Sebagai obat dalam dan


digunakan sebagai luar luar
obat dalam dan luar

2
3. Sediaan Padat Obat Luar

Sediaan Ciri Persyaratan Keterangan


Pulvis obat luar Serbuk tidak Halus Obat luar dan
terbagi Kering dalam
Homogen
Kristal Berwarna Disimpan dalam Obat luar
Transparan wadah tertutup
Menyublim rapat, kedap
udara
Padat Menyublim Disimpan dalam Obat luar
Meleleh wadah tertutup
Stabil rapat, kedap
udara

4. Guttae-Obat Luar

Sediaan Sterilitas Pembawa pH


Obat tetes mata Steril Aqua/non aqua 7,2-7,4
Obat tetes telinga - Non aqua 5,0-6,0
Aqua
Prep.serumen telinga
Obat tetes hidung - Aquadest 5,5-6,5

BSO Salep

Indikasi: salep digunakan untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses
kronik), termasuk likenifikasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama
berlapis, pada ulkus yang telah bersih.

Kontraindikasi : salep tidak dipakai pada radang akut, terutama


dermatosis eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah
berambut dan lipatan karena menyebabkan perlekatan.

BSO Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O),
misalnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W), misalnya vanishing
cream

Dalam praktik, umumnya apotek tidak bersedia membuat krim karena


tidak tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi, jika

3
hendak menulis resep krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai krim
yang sudah jadi, misalnya biocream. Krim ini bersifat ambifilik artinya
berkhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim dipakai pada kelainan yang kering,
superfisial. Krim memiliki kelebihan dibandingkan salep karena nyaman,
dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut.

Indikasi krim :Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial, lesi pada
rambut, daerah intertriginosa.

BSO Pasta

Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri
dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum,
oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh
pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi.

Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi


dan daya maserasi lebih rendah dari salep.

Indikasi pasta :Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfisial. TAKA

Bedak kocok

Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan


komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini
ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan
kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta
berpenetrasi kelapisan kulit.

Indikasi bedak kocok : Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas
dan superfisial seperti miliaria.

Pasta pendingin

Pasta pendingin disebut juga linimen meru- pakan campuran bedak, salep
dan cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.

Indikasi pasta: Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering

4
CARA PENGGUNAAN

Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi
pada permukaan kulit. Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:

1. Oles

Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai sediaan topikal yang
umum dilakukan. Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk sediaan.
Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan dengan luas kelainan kulit.
Penambahan cara oles sediaan dengan menggosok dan menekan juga
dilakukan pada obat topikal dengan tujuan memperluas daerah aplikasi
namun juga meningkatkan suplai darah pada area lokal, memperbesar
absorpsi sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif lokal
yang meningkatkan penetrasi obat.

2. Kompres

Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio. Komponen cairan yang


dominan menjadikan kompres efektif untuk lesi basah dan lesi berkrusta.

Dua cara kompres yaitu kompres terbuka dan tertutup. Pada kompres
terbuka diharapkan ada proses penguapan. Caranya dengan menggunakan
kain kasa tidak tebal cukup 3 lapis, tidak perlu steril, jangan terlampau erat.
Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres, sedikit
diperas, lalu dibalut- kan pada kulit lebih kurang 30 menit. Pada kompres
tertutup tidak diharapkan terjadi penguapan, namun cara ini jarang
digunakan karena efeknya memperberat nyeri pada lokasi kompres.

3. Penggunaan oklusif pada aplikasi

Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan penetrasi sediaan; namun cara


ini tidak bAnyak digunakan. Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan
hampa udara seperti penggunaan sarung tangan vinyl, membungkus
dengan plastik. Teknik oklusi mampu meningkatkan hantaran obat 10-100
kali dibandingkan tanpa oklusi, namun lebih cepat menimbulkan efek
samping obat, seperti efek atrofi kulit akibat kortikosteroid.

4. Mandi

Mandi atau berendam dianggap lebih disukai daripada kompres pada


pasien dengan lesi kulit luas seperti pada penderita lesi vesiko bulosa.
Contoh zat aktif yang pernah digunakan untuk mandi seperti potassium
permanganate. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan lagi mengingat efek
maserasi yang ditimbulkan.

5
PRINSIP PEMILIHAN SEDIAAN

1. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai sediaan salep,
krim, emulsi. Krim dipakai pada lesi kulit yang kering dan superfisial, salep
dipakai pada lesi yang tebal (kronis).

2. Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan yang cocok.
3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep, emulsi W/O
dapat menyebabkan maserasi sehingga harus dihindari.

4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, formulasi berisi alkohol dan


asam salisilat se ing mengiritasi sehingga harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah, mengandung pus,
berkrusta.


Bahan dan Bahan:
Alat 1. BSO salep : â Liposin, â Gentamisin
2. BSO krim : â Lafalos, â Gentalex
3. Asam benzoate
4. Asam salisilat
5. Lanolin
6. Vaselin album
7. Menthol
8. Acid salycilic
9. Talkum
10. Zinc.oxyd
11. Amylum orizae/ Amilum manihot
12. Spiritus /Alhohol 70-90%
13. KMNO4
14. Gliserin

Alat:
Lumpang
Sudip
Timbangan
Kertas perkamen
Pipet
Pengaduk
Pot
Botol

Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Pembukaan
1.Pembimbing menyajikan teori umum BSO topical
2.Pembimbing menunjukkan berbagai bentuk sediaan obat jadi topikal, bahan

6
aktif dan bahan pembawa
4. Pemutaran video contoh interaksi berbahaya bahan tambahan (Gliserin +
KMNO4) dan perhitungan pengenceran
5. Pembimbing menunjukkan contoh kombinasi BSO topical yang tidak
tercampurkan

Prosedur Praktek
1. Mahasiswa dibagi menjadi 10 kelompok
2. Tiap kelompok mengerjakan BSO salep sederhana (salep 2-4/Witfield)
atau BSO Lotio sederhana

Prosedur Pembuatan Salep 2-4/ Wtifield:


Komposisi:
As benzoat 5
As salisilat 5
Lanolin 45
Vaselin album 45

Pencampur Alkohol 96%


Catatan: Kadar disesuaikan dengan perbandingan diatas

Prosedur Pembuatan Lotio contra miliaria (FMS) (Lotio Faberi cum


mentholo)
Komposisi:
Menthol 1
As salisilat 1
Talkum 10
Zinc.oxyd 10
Amylum manihot 10
Spiritus ad 200 ml
Spiritus atau Alkohol 90%
Catatan: Kadar disesuaikan dengan perbandingan diatas

Pengamatan:
Mahasiswa sesuai kelompok mejanya mengerjakan BSO salep atau lotio
sederhana
Mahasiswa mengamati hasil interaksi farmaseutik kombinasi BSO salep dan
krim
Mahasiswa mengamati hasil interaksi farmaseutik kombinasi BSO topical yang
tidak tercampurkan

7
Pelaporan:
Mahasiswa mendokumentasikan proses pencampuran dan hasil racikan sesuai
meja masing-masing.
Laporan 1: Lembar Kerja per orang dikumpul selesai praktikum setelah diparaf
asisten praktikum dan tanda tangan pembimbing praktikum
- Laporan 2: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Cover CD warna merah dengan format yang telah
ditetapkan. Laporan 2 dikumpul paling lambat 7 hari setelah praktikum
dilaksanakan.

Daftar Pustaka:

Jas A. (2004). Perihal Obat Dengan Berbagai Bentuk Sediaannya


Yanhendri SWY. (2012). Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. Cermin Dunia
Kedokteran, 194(39), 6.

Anda mungkin juga menyukai