Anda di halaman 1dari 26

KARAKTERISASI BAKTERI ENTERON

Oleh :
Nama : Rr. Nibras Khairunnisa Sari
NIM : B1J013137
Rombongan : II
Kelompok :3
Asisten : Zahra Rahmawati

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan


aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan
bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang
tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya
konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada
tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang
tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim tertentu yang
diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan tersebut sudah
ada (Dwidjoseputro, 1978).
Enterobacteriaceae termasuk dalam famili bakteri, sebagian besar lebih dikenal
bersifat patogen, seperti Salmonella dan Eschericia coli. Ilmu genetika menempatkan
Enterobacteriaceae di antara Proteobacteria dan mereka memberikan intruksi mereka sendiri
(Enterobacteriales), meskipun hal ini kadang-kadang diambil untuk memasukkan beberapa
sampel lingkungan terkait. Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup di usus besar
manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian
kuman enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (sel inang) bila kuman tetap berada
di dalam usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan pada host atau
bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini mampu
menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme di dalam
famili ini pada kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial
misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan infeksi lainnya
(Wahab, 2007).
Banyak anggota famili ini adalah bagian normal dari flora usus ditemukan dalam
usus manusia dan hewan lainnya, sementara yang lain ditemukan dalam air atau tanah,
atauparasit pada berbagai hewan dan tumbuhan yang berbeda. Eschericia coli, lebih dikenal
sebagai E.coli, adalah salah satu model organisme yang paling penting , serta genetika dan
biokimia telah banyak dipelajari. Kebanyakan anggota Enterobacteriaceae memiliki fimbriae
peritrik Tipe I berkaitan dalam adhesi sel bakteri untuk host mereka. Sering dijumpai pada
permukaan eksternal atau internal dari tubuh sebagai infeksi opurtunistik terutama sesudah
prosedur invasif seperti pembedahan. Pengantar Enterobacteriaceae adalah kelompok besar,
heterogen batang gram negatif yang alami habitat adalah saluran usus manusia dan hewan.
Keluarga mencakup banyak genera (coli,Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella,
Serratia, Proteus, dan lain-lain). Beberapa organisme enterik, misalnya, Escherichia coli,
adalah bagian dari flora normal dan kebetulanmenyebabkan penyakit, sementara yang lain,
yang salmonella dan shigellae, secara teratur patogen bagi manusia (Clayton, 1986).
B. Tujuan

Tujuan praktikum acara karakterisasi bakteri enteron kali ini adalah untuk
mengetahui langkah-langkah/tahapan karakterisasi bakteri yaitu secara morfologi, fisiologi,
biokimia/enzimatis dan mengidentifikasi bakteri enteron melalui pengujian biokimiawi atau
enzimatis menggunakan sistem API 20E.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada acara praktikum kali ini yaitu mikroskop,
incubator, tabung reaksi, cawa petri, beaker glass, Erlenmeyer, pipet ukur, object
glass, cover glass, pipet tetes, strip API 20E, micropipet, kertas saring whatman,
jarum ose, dan lampu spirtus,
Bahan yang digunakan pada acara praktikum kali ini yaitu kultur bakteri
enteron, medium Sulfide Indole Motility (SIM) Agar dan reagen Kovac, Medium
(Methyl Red -Voges-Proskauer ) MR-VP Broth dan indicator methyl red dan reagen
Barritt, Medium Urea Broth dan phenol red, Medium Trypticase Nitrate Broth,
Medium Starch Agar dan Iodine solution, Medium Milk Agar , Medium Tributyrin
Agar, Medium gula-gula dengan phenol red, Medium Nutrient Agar, Medium Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA), Reagen NNNN-tetramethyl-p-phenylenediamine
dihydrochloride (0,2%), Larutan H2O2 (1,5%), Reagen α-naphthol (6% dalam
etanol), Reagen asam sulfanilat acid (0,8% dalam asam asetat 5N), Serbuk Zn,
Reagen pewarnaan Gram, Reagen pewarnaan flagella, Reagen pewarnaan endospora,
Larutan saline 0,85%, Larutan FeCl (10%), Larutan KOH (40%) dan Minyak
mineral dan akuades steril.

B. Metode

Cara Kerja 1
Tahapan metode yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Disediakan kultur bakteri enteron dalam tabung reaksi yang berumur 24 jam.
2. Dilakukan pengamatan morfologi koloni: bentuk, ukuran, permukaan, tepi,
elevasi, warna, transparansi, konsistensi.
3. Bentuk koloni: bulat/circular, tidak teratur.
4. Ukuran koloni: kecil (φ 1 mm), sedang (φ 2-3 mm), besar (φ >3 mm).
5. Permukaan koloni: halus, mengkilap atau kusam.
6. Tepi koloni diamati menggunakan mikroskop perbesaran rendah sehingga
diketahui tepi koloni: rata, bergelombang, undulates, lobatus, bergerigi,
filament, dan tidak beraturan.
7. Elevasi koloni diamati dari pandangan samping: rata, cembung, umbonatus.
8. Warna koloni: putih, krem atau warna lainnya.
9. Transparansi koloni diamati dengan cara menerawang biakan cawan terhadap
sumber cahaya sehingga bersifat opaque, translucens, dan transparan.
10. Konsistensi diamati dengan cara menempelkan jarum ose ke permukaan
koloni, kemudian ditarik ke atas, maka disebut berlendir atau butyrous.
11. Dilakukan pengamatan morfologi sel: sifat dinding sel (sifat Gram), bentuk
sel, motilitas, endospora.
12. Pengamatan sifat dinding sel dilakukan dengan pewarnaan Gram: dibuat
ulasan bakteri pada object glass, difiksasi, ditetesi Gram A (crystal violet),
dibiarkan selama 30”, ditetesi Gram B (Iodine) dan dibiarkan selama 30”,
kemudian ditetesi peluntur Gram C (Aseton) sampai tidak ada warna ungu
menetes lagi, dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Kemudian
ditetesi Gram D (safranin), dibiarkan selama 30”, kemudian dibilas dengan
air mengalir dan dikeringanginkan. Preparat diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran kuat menggunkan minyak imersi. Sel bersifat Gram positif
bila sel tampak berwarna ungu atau biru dan bersifat Gram negatif bila sel
tampak berwarna merah atau pink.
13. Bentuk sel diamati bersamaan pengamatan hasil pewarnaan Gram, sehingga
sel tampak berbentuk bulat (coccus), batang (bacil), lengkung (spiril).
14. Dilakukan pengamatan:
a) Sifat fisiologi: pertumbuhan pada suhu, pH, oksigen, tekanan osmotik,
salinitas.
b) Sifat biokimia/enzimatis: katalase, oksidase, indol, MR-VP, citrate,
reduksi nitrat, pembentukkan H2S, hidrolisis amilum, protein, lipid,
dan fermentasi gula-gula.
c) Pengujian dilakukan sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Pengujian Medium Reagen Hasil Uji
pH pertumbuhan NB/HV broth Phenol red Perubahan warna
Temperatur
NB/VB broth - Kekeruhan, pellet
pertumbuhan
Salinitas
NB/VB broth+NaCl - Kekeruhan, pellet
pertumbuhan
Indol SIM agar Kovac’s reagen +warna merah,
-warna kuning
MR: Methyl red MR: +merah, -
MR-VP MR-VP broth indicator VP: kuning. VP: + pink, -
Barritt’s reagen no change
Simmon’s citrate +medium biru, -
Citrate -
agar medium hijau
H2S SIM agar tube - Warna hitam
+ deep pink, - no
Urease Urease broth Phenol red
deep pink
Gelembung gas atau
Katalase - H2O2
busa
Tetramethyl-p-
Warna pink, maroon,
Oksidase Trypticase soy agar phenylenediamine-
ungu
dihydrocloride
Sulfanilic acid dan α-
Trypticase nitrate Perubahan warna
Reduksi nitrat napthylamine,
broth medium: merah
sulfanilic acid
Warna biru-hitam di
Hidrolisis amilum Starch agar Iodine solution
sekitar koloni
Zona jernih di sekitar
Hidrolisis kasein Milk agar -
koloni
Zona jernih di sekitar
Hidrolisis lipid Tributyrin agar -
koloni
Fermentasi
NB+gula Phenol red Perubahan warna
gula-gula
Kebutuhan sumber
Medium basal + N - Kekeruhan, pelet
N

15. Hasil pengamatan dicatat, dicocokkan dengan pedoman Bergey’s manual of


bacteriology.
Cara Kerja 2
1. Tabung reaksi steril diisi dengan 5 mL larutan saline steril.
2. Inokulasi larutan saline steril dan media miring dengan bakteri enteron secara
aseptis.
3. Sebanyak 5 mL akuades steril diisi ke baki inkubasi API, ambil strip uji API
dari tempatnya dan letakkan pada baki inkubasi.
4. Suspensi bakteri dtransfer ke strip uji API menggunakan pipet Pasteur steril.
Kemudian strip uji API dimiringkan, bagian tube diisi melalui bagian cupule.
Isi cupule dan tube bagian CIT, VP, dan GEL.
5. Inokulasi juga tube dan cupule bagian ADH, LDH, ODC, dan URE,
kemudian ditambahkan minyak mineral steril.
6. Setelah inokulasi, strip uji dan kultur miring diinkubasi pada suhu 37oC
selama 18-24 jam. Jika selama 24 jam belum dapat dibaca hasilnya, maka
strip uji dikeluarkan dari incubator, disimpan pada suhu 5oC sampai hasil
reaksi dapat dibaca.
7. Reagen ditambahkan ke tabung TDA (1 tetes larutan FeCl3 10%), IND (1
tetes reagen Kovac), VP (1 tetes KOH 40% dan kemudian 1 tetes larutan α-
naphthol).
8. Hasil reaksi dibaca dan dicatat.
9. Setelah hasil reaksi kabohidrat dibaca, 1 tetes H2O2 1,5% diteteskan pada
tabung MAN dan kemudian diamati terbentuknya gelembung gas. Hasil
reaksi katalase dicatat.
10. Uji oksidase dilakukan dengan menggoreskan koloni bakteri dari kultur
miring pada kertas saring yang sudah dijenuhi dengan 1% NNNN-
tetramethyl-p-phenylenediamine dihydrochloride. Reaksi positif bila
terbentuk warna ungu dalam waktu 30 detik.
11. Untuk organisme positif, perform uji reduksi nitrat. Jika tabung GLU
menghasilkan gelembung gas, menunjukkan konversi nitrat menjadi gas
nitrogen. Gelembung gas menunjukkan reaksi reduksi nitrat positif. Setelah
uji tabung untuk produksi N2, ditambahkan 2 tetes asam sulfanilat dan 2 tetes
N,N-dimethyl-α-naphthaline. Terbentuknya warna merah dalam waktu 2-3
menit menunjukkan reaksi positif uji reduksi nitrat. Jika tabung berwarna
kuning, ditambahkan serbuk Zn. Bila tabung tetap kuning, uji bersifat positif,
terbentuknya warna orange setelah penambahan reagen dan serbuk Zn
menunjukkan uji negatif.
12. Hasil pengamatan dicatat, jumlah hasil uji positif dihitung untuk analisis
secara digital. Hasil uji negatif dihitung nol. Identitas organisme dapat
ditentukan dengan menggunakan daftar dalam sistem API. Hasil kemudian
dicatat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1 Amilolitik Gambar 4.2 Proteolitik Gambar 4.3 Makromorfologi

Gambar 4.4
Tabel 3.1 Hasil Karakterisasi Bakteri Enteron melalui Pengujian secara Morfologi
Rombongan II
Morfologi
Isolat
Makro Gram Bentuk Sel Spora
B: Sirkuler
E: Raised
A T: Rata ̶ Coccus ̶
U:Small
P: Mengkilap
W: Putih bening
B: Sirkuler
E: Raised
B T: Rata ̶ Coccus ̶
U:Small
P: Mengkilap
W: bening
B: Sirkuler
E: Raised
C T: Rata ̶ Coccus ̶
U:Small
P: Mengkilap
W: Putih bening
B: Sirkuler
E: Raised
D T: Rata ̶ Basil ̶
U:Medium
P: Mengkilap
W: Putih
B: Irreguler
E: Raised
E T: Rata ̶ Basil ̶
U:Small
P: Mengkilap
W: Putih susu
B: Sirkuler
E: Raised
F T: Rata ̶ Basil ̶
U:Small
P: Mengkilap
W: Putih
Keterangan : Bentuk (B), Elevasi (E), Tepi (T), Ukuran (U), Permukaan (P), dan Warna (W).
Tabel 3.2 Hasil Karakterisasi Bakteri Enteron melalui Pengujian secara Fisiologi
Rombongan II
Fisiologi
Kelompok
pH 3 pH 7 pH 9 SR 37 0C 50 0C
1 + ++ +++ ++ +++ +
2 + +++ ++ + +++ ++
3 + +++ ++ + ++ +
4 ̶ ++ + ̶ ++ +
5 ̶ +++ ++ + +++ ++
6 ̶ +++ +++ + +++ +

Tabel 3.3 Hasil Karakterisasi Bakteri Enteron melalui Pengujian secara Biokimiawi/
Enzimatis Rombongan II
Biokimiawi/Enzimatis
Kelompok
Ind MR VP CC Proteo Oks Kat
1 + + ̶ + ̶ ̶ ̶
2 + ̶ ̶ + ̶ + ̶
3 ̶ ̶ ̶ + ̶ + +
4 + + ̶ ̶ + + +
5 + ̶ ̶ ̶ ̶ ̶ +
6 + ̶ ̶ ̶ + ̶ +

Tabel 3.4 Hasil Karakterisasi Bakteri Enteron melalui Pengujian secara Biokimiawi/
Enzimatis Rombongan II
Salinitas
Kelompok Flagella
0.85 % 5% 10%
1 +++ ++ + ̶
2 + ++ +++ Monotrik
3 +++ ++ + Lofotrik
4 +++ ++ + Monotrik
5 +++ + ̶ Amfitrik
6 +++ ++ + Monotrik
B. Pembahasan

Enterobacter adalah genus dari bakteri Gram-negatif, umumnya fakultatif anaerob,


berbentuk batang, bakteri tidak membentuk spora milik famili Enterobacteriaceae. Dua dari
itu spesies berkembang yang terkenal yaitu Enterobacter aerogenes dan E. cloacae yang
telah diperoleh pada signifikansi klinis sebagai bakteri oportunistik dan telah muncul sebagai
patogen nosokomial dari pasien perawatan intensif patogen, terutama bagi mereka yang
berada di ventilasi mekanik (Mezzatesta et al., 2012). Gen Enterobacteraero awalnya
bernama Aerobacteraerogenes, dan kemudian dimasukkan dalam genus Enterobacter pada
tahun 1960. Pada tahun 1971, spesies ini diusulkan untuk diganti namanya Klebsiella
mobilis karena motilitas yang diberikan oleh flagela peritrichous dan keterkaitan genetik
untuk Klebsiella (Regli & Jean, 2015).
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bakteri
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Anggota Enterobacteriaceae yang bentuk batang, dan biasanya memiliki panjang 1-5
pM. Seperti Proteobacteria lain mereka bersifat Gram negatif, anaerob fakultatif, dapat
memfermentasi gula untuk menghasilkan asam laktat dan berbagai produk akhir lainnya.
Kebanyakan juga dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, walaupun ada pengecualian
(misalnya Phoptorhadus). Apabila Enterobacteriaceae diuji dengan tes katalase maka
hasilnya positif, hal tersebut menunjukkan bahwa Enterobacteriaceae mengandung enzim
katalase. Namum apabila diuji dengan tes oksidase, maka hasilnya negatif. Kebanyakan
memiliki banyak flagel digunakan untuk bergerak, tetapi ada juga beberapa kelompok yang
non-motil. Enterobacteriaceae merupakan bakteri non-spora dan membentuk reaksi katalase
bervariasi antara Enterobacteriaceae. Sebagian besar strainnya memiliki fimbria adhesif.
Dalam pertumbuhannya, Enterobacteriaceae kurang atau sedikit memerlukan NaCl (Brooks,
2008).
Berdasarkan sifat fermentasinya, Enterobacteriacea digolongkan menjadi 2
kelompok yaitu:
1. Enterobactericaceae Laktosa Fermenter
2. Enterobacteriaceae Non Laktosa Fermenter
Laktosa digunakan sebagai sumber karbohidrat dalam proses pertumbuhannya.
Media selekif yang digunakan untuk membedakan bakteri ini adalah media Mac Conkey
Agar. Pada media Media MacConkey Agar membedakan bakteri yang memfermentasi
laktosa, (berkoloni merah muda) dengan yang nonfermentasi (tidak berwarna). NaCl yang
terkandung dapat menghambat koloni bakteri proteus. Koloni salmonella halus dan tak
berwarna, mempunyai keistimewaan memilah bakteri enteric gram negatif yang
memfermentasi laktosa, karena media ini mengandung laktosa, crystal violet dan neutral red
bile salt. Kemampuan E. coli memfermentasi laktosa menyebabkan penurunan pH, sehingga
mempermudah absorpsi neutral red untuk mengubah koloni menjadi merah bata. Koloni lain
(S. aureus; P. aeruginosa dan Salmonella), bila tumbuh tidak akan berwarna karena tidak
mampu memfermentasi laktosa. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain
Enterobacter;Proteus; Salmonella; Shigella, Aerobacter; Enterococcus (Jyothi, 2012).
Bakteri yang memfermentasi laktosa pada media MC (Mac-Conkey) setelah di
inkubasi 37 0C selama 24 jam, akan terbentuk koloni berwarna merah jambu menyala (warna
lebih menyolok dari pada warna aslinya karena dapat mengubah warna indikator Neutral
Red pada media MC. Bakteri bisa menfermentasi laktosa secara cepet karena terdapat enzim
Beta Galaktosidase dan enzim Permiase (Farmer, 2003).
Jenis-jenis Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter diantaraya adalah:
Ø E.coli
Ø Klebsiella pneumoniae
Ø Enterobacter
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang
memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob
fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang
nyata (Smith-Keary, 1988 ; Jawetz et al., 1995).
Anggota dari famili Enterobacteriaceae adalah bakteri Gram negatif fakultatif
anaerobik berbentuk batang yang dapat bersifat motil atau non motil; strain bakteri motil
mempunyai flagella peritrik. Semua spesies berkembang biak pada media buatan dan
mengubah glukosa, dimana mereka membentuk asam atau asam dan gas. Bakteri-bakteri
tersebut juga memproduksi enzim katalase. Dengan beberapa pengecualian pada genus
Erwinia, anggota dari Enterobacteriaceae mereduksi nitrat menjadi nitrit. Komposisi
antigeniknya tendiri dari sebuah mozaik hubungan serologik yang saling mengisi diantara
beberapa genus. Famili ini termasuk saprofit, parasit hewan dan beberapa parasit tanaman
(Farmer, 2003).
Klebsiella adalah bakteri batang gram negatif, panjang-pendek, berpasangan atau
berderet, tidak berspora, tidak bergerak dan berkapsul. Jika tumbuh pada media sederhana,
dapat membentuk koloni yang mukoid. Pada media blood agar plate, memiliki koloni besar,
abu-abu, smooth, cembung, mukoid atau tidak, dan anhaemolytis. Sedangkan pada Mac
Conkey agar plate, akan tampak koloni besar-besar, mukoid, cembung, berwarna merah
muda-merah bata. Kalau koloni ini diambil dengan ose akan kelihatan seperti tali/benang
(Soemarno,2000).
Klebsiella dapat hidup sebagai saprofit pada lingkungan hidup, pada air, tanah,
makanan, dan sayur-sayuran. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran urin, paru-
paru, saluran pernapasan, luka-luka, dan septiksemia (Soemarno,2000). Berdasarkan studi
hubungan DNA, genus ini terdiri atas K. Pneumonia, K. Planticola, K. Terrigena, dan
Klebsiella group 47. Klebsiella pneumonia adalah yang paling sering terisolasi. K.
Pneumonia dapat menyebabkan primary community-acquired pneumonia serta pneumonia
nosokomial. Biasanya terjadi pada penderita usia pertengahan dan usia tua dengan latar
belakang alkoholisme, penyakit bronkopulmonari kronik atau diabetes mellitus. Disamping
itu K. pneumonia juga menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, bakterimia,
dan meningitis (Soemarno,2000).
Peranan mikroorganisme enterotoksigenik dan sitotoksik pada penderita diare masih
sukar dinilai. Masih belum ada studi yang sistematis untuk mencari organisme pada
penderita diare, dan kebanyakan isolat didapat dari negara tropis tempat diare merupakan
problem yang kronis (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).
Enterobacter adalah bakteri batang gram negatif, tidak berspora, kadang-kadang
berkapsul dan aktif dengan flagella peritrich. Blood agar plate memiliki koloni sedang-besar,
putih, abu-abu, sedikit cembung, bulat, smooth, dan anhaemolytis. Mac Conkey agar plate
memiliki koloni besar, putih-merah keruh, cembung, bulat, smooth, dan 2 x 24 jam mukoid
(Jawetz,2007).
Genus Enterobacter yang terdiri atas 12 spesies, hidup di tanah, air, dan usus besar
manusia dan hewan. Ada delapan spesies Enterobacter yang berhubungan dengan penyakit
pada manusia yaitu E. cloacae, E. aerogenes, E. agglomerans, E. gergoviae, E. sakazakii, E.
taylorae, E. asburiae, dan E. Hoemaechii (Gayet, 2003).
Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk
koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter
cloacae berpigmen kuning. Tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter
sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai
seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan
berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter
freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae (Farmer, 2003).
Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran
pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat
merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan
industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair,
sedimen tanah yang lembap. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E.
sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk (Farmer,
2003).
Laporan mengenai infeksi E. sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat
menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki
risiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi
dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi
prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai
macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit
dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi,
osteomyelitis, dan infeksi mata (Farmer, 2003).
Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien
yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah
diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi E. sakazakii, namun sebesar 3
cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi.
Kebanyakan dari isolat meragikan laktosa dengan cepat dan memberikan warna pada
koloni. Enterobacter tergolong bakteri tidak patogen, walaupun demekian bakteri ini dapat
ditemukan di dalam darah, urin, feses, sputum, pus, makanan dan minuman, serta air
(Soemarno,2000).
E. sakazakii dapat dibedakan dengan anggota yang lain karena pigmen kuning yang
diproduksinya. Enterobacter lebih jarang terisolasi dibandingkan Klebsiella dan E. coli, dan
meskipun bisa menginfeksi berbagai jaringan dalam tubuh, namun lebih sering dihubungkan
dengan infeksi saluran kemih (ISK). E. cloacae merupakan penyebab infeksi yang tersering,
diikuti oleh E. aerogenes dan E. agglomerans. Organisme ini biasanya terdapat dalam cairan
infuse di rumah sakit. E. gergoviae berhubungan dengan infeksi saluran kemih, nosokomial
dan dapat diisolasi dari bahan pemeriksaan dari saluran napas dan darah. E. sakazakii paling
sering diisolasi dari luka dan saluran napas, tetapi juga dapat menyebabkan meningitis, abses
otak, dan bakterimia pada neonatus (Gayet, 2003).
Escherichia coli adalah anggota famili Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri
batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motil.
Bakteri E. coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1-1,5 μm, tersusun
tunggal, berpasangan, dengan flagella peritikus (Supardi,1999). Suhu optimum E. coli untuk
tumbuh adalah 37˚C, sedangkan interval suhu untuk pertumbuhan adalah 10˚C-40˚C. Nilai
pH maksimum 8,5. Bakteri ini relatif sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada
suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan (Maloha, 2002). Pada agar
darah, koloni E. coli halus, abu-abu, dan diameter 2-3 mm. Anggota dari Enterobacteriaceae
memiliki penampakkan seperti ini pada agar darah, kecuali Klebsiella sp. dan Enterobacter
sp. yang memproduksi koloni yang mukoid. Hasil IMViC pada E.coli: indol positif, Metil
Red positif, Voges-Proskauer negatif dan Citrat negatif. Hasil IMViC pada Enterobacter atau
Klebsiella indol negatif, Metil Red negatif, Voges-Proskauer positif dan Citrat positif
(Engelkirk, 2007).
E. coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase,
dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa. E. coli dapat segera
diidentifikasi dengan melihat hemolisisnya pada agar darah, morfologi koloni yang khas
dengan warna pelangi yang berkilau atau mengilap seperti logam (metallic sheen) pada
medium differensial seperti agar Eosin Methylen Blue (EMB), dan tes bercak indol yang
positif (Engelkirk, 2007). Bakteri E.coli juga merupakan bakteri fakultatif anaaerob, yaitu
bakteri yang tumbuh dalam udara atmosfer dan dapat juga tumbuh secara anaerob. E.coli
tidak butuh oksigen untuk pertumbuhan, meskipun menggunakan energi sebagai hasil reaksi
kimia. Dibawah kondisi anaerob, E.coli mendapat energi melalui proses metabolisme yang
disebut fermentasi (Maloha, 2002). Bakteri ini dapat meragi laktosa dengan cepat sehingga
pada agar Mac Conkey dan Eosin Methylene Blue (EMB) membentuk koloni merah muda
sampai tua dengan kilatan logam yang spesifik, dan permukaan halus. Pada medium agar
darah beberapa strain membentuk daerah hemolisis disekeliling koloni (Supardi, 1999).
API-20E menggunakan sebuah strip plastik dengan susunan 20 mikrotabung ,
masing-masing berisi suatu medium kering, dan sebuah cupule di atasnya. Media menjadi
berair selama penginokulasian suspensi organisme yang diuji, selanjutnya strip diinkubasi,
plastik ditutup baki untuk mencegah evaporasi. Sesudah inkubasi, identifikasi organisme
dibuat dengan menggunakan peta yang berbeda, yang diberi oleh pabrik, dengan
menggunakan sistem computer yang dinamakan PRS (profile recognition system), yang
mencakup sebuah API coder, profile register dan selector.
Praktikum ini meliputi karakterisasi bakteri enteron secara konvensional, yaitu
secara morfologi dengan pengamatan makromorfologi, pewarnaan Gram untuk mengetahui
sifat dinding sel dan bentuk bakteri, pewarnaan flagel dan endospora. Hasil pengamatan
morfologi untuk kelompok 1 dengan isolat bakteri A yaitu bentuk koloninya sirkuler,
permukaannya raised mengkilap, tepi koloninya rata, ukuran koloninya small, koloninya
berwarna putih terang. Isolat bakteri A termasuk bakteri Gram negatif, bentuk selnya coccus,
dan tidak memiliki endospora. Hasil pengamatan morfologi isolat bakteri B milik kelompok
2 yaitu bentuk koloninya sirkuler, elevasi koloni raised, permukaan koloninya mengkilap,
ukuran koloni small, tepi koloninya rata, koloni berwarna bening. Hasil pengamatan
makromorfologi isolat bakteri C milik kelompok 3 yaitu bentuk koloninya sirkuler, elevasi
koloninya raised, tepi koloninya rata, ukuran koloninya small, permukaan koloninya
mengkilap, berwarna putih. Isolat bakteri D milik kelompok 4 bentuk koloninya sirkuler,
warna koloninya putih berukuran sedang dengan tepi koloni rata dan permukaannya
mengkilap, sedangkan isolat bakteri E milik kelompok lima koloninya berbentuk irreguler
warna putih susu berukuran kecil dengan tepi koloni rata, elevasinya cembung dan
permukaannya mengkilap. Hasil pengamatan makromorfologi untuk isolat bakteri F milik
kelompok enam yaitu bentuk koloninya sirkuler, elevasi koloni berbentuk raised, tepinya rata
dengan ukuran sedang, berwarna putih dan permukaan koloninya mengkilap. Semua isolat
bakteri A sampai F merupakan bakteri Gram negatif, bakteri yang berbentuk basil yaitu
isolat D, E dan F, sementara isolat A, B, dan C berbentuk coccus. Keenam isolat semuanya
tidak memiliki endospora. Isolat A tidak memiliki flagel, isolat B, D, dan E memiliki flagel
tipe monotrik, isolat C tipe lofotrik, dan tipe amfitrik ditemukan pada isolat F.
Pengamatan fisiologi dilakukan dengan perlakuan temperatur, salinitas, dan pH,
yaitu dilihat dan dibandingkan tingkat kekeruhannya. Semakin keruh media, maka semakin
banyak bakteri yang tumbuh pada media tersebut. Hal ini berarti bakteri tersebut mampu
bertahan hidup dengan baik pada lingkungan itu. Setelah dilakukan perlakuan 3 suhu yang
berbeda yaitu suhu 37ºC, lima0ºC, dan suhu ruang, ternyata isolat bakteri A, B, C, D, E, F
dapat bertahan hidup pada lingkungan dengan suhu 37º C. Hasil pengamatan dari perlakuan
salinitas (0,8%, 5%, 10%) yang dilihat dari tingkat kekeruhannya, yaitu sebagai berikut.
1.Isolat A, C, D, F mampu bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar salinitas
sebesar 0,8 lima persen.
2. Isolat E dapat bertahan pada lingkungan dengan kadar salinitas 0,8lima persen dan
lima persen.
3.Isolat B mampu bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar salinitas 10 persen.
Pengamatan biokimia atau enzimatis pada bakteri enteron dilakukan dengan uji
IMViC (media TB (Indole), MR, VP, dan CC (Cimmon Citrate)), uji gula dengan media
MM+glukosa, MM+sukrosa, MM+laktosa, dan MM+manitol, uji H2S pada media SIM
Agar, uji H2S dan tiga gula pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), uji urease pada
media Urea Broth, uji amilolitik dengan media Starch Agar (SA), uji lipolitik dengan media
MM+lemak, uji proteolitik dengan media Skim Milk Agar (SMA), uji oksidase dan uji
katalase. Hasil pengamatan dan masing-masing interpretasinya dari setiap uji biokimia
adalah sebagai berikut.
1. Uji IMViC pada media TB (Indole) yang menunjukkan hasil positif yaitu pada
isolat A, B, D, E, dan F. Interpretasi hasil positif yaitu dengan adanya perubahan
warna media menjadi merah, sedangkan perubahan warna media menjadi kuning
berarti negatif.
2. Uji IMViC pada media MR yang menunjukkan hasil positif yaitu hanya pada
isolat A, D, dan E. Interpretasi hasil positif ditandai dengan perubahan warna
media menjadi warna merah, sedangkan perubahan warna media menjadi kuning
berarti negatif.
3. Uji IMViC pada media VP menunjukkan hasil negatif pada semua isolat.
Interpretasi hasil positifnya ditandai dengan perubahan warna media menjadi
warna merah muda, apabila warna media tidak berubah berarti hasil ujinya negatif.
4. Uji IMViC pada media Cimmon Citrate menunjukkan hasil positif untuk isolat A,
B, dan C. Interpretasi hasil positifnya ditandai dengan perubahan warna media
menjadi biru, apabila warna media berubah menjadi hijau berarti hasil ujinya
positif.
5. Uji H2S pada media SIM Agar menunjukkan hasil positif untuk isolat B dan C.
Interpretasi hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan FeSO4 berwarna
hitam pada media.
6. Uji H2Sdan tiga gula pada media TSIA menunjukkan hasil positif untuk isolat A,
B, C,D, dan E. Interpretasi hasil positif ditandai dengan perubahan warna media
dan terbentuknya gelembung gas.
7. Uji urease pada media Urea Broth menunjukkan hasil positif untuk isolat B dan F.
Interpretasi hasil positif ditandai dengan perubahan warna media menjadi merah
muda, apabila warna media tidak berubah maka hasil ujinya negatif.
8. Uji amilolitik pada media SA (Starch Agar) menunjukkan hasil positif untuk isolat
A, D, E, dan F. Interpretasi hasil positifnya yaitu terbentuknya zona jernih di
sekitar koloni setelah diteteskan reagen lugol’s iodine.
9. Uji lipolitik pada media MM+lemak menunjukkan hasil negatif untuk semua
isolat. Interpretasi hasil positif ditandai dengan adanya bintik-bintik merah di
sekitar koloni.
10. Uji proteolitik pada media Skim Milk Agar (SMA) menunjukkan hasil positif
untuk isolat D dan E. Interpretasi hasil positifnya ditandai dengan terbentuknya
zona jernih di sekitar koloni.
11. Uji oksidase menunjukkan hasil positif pada isolat B, C, dan D. Interpretasi hasil
positifnya yaitu adanya perubahan warna menjadi ungu setelah diteteskan reagen
oksidase.
12. Uji katalase menunjukkan hasil positif pada isolat C, D, E, dan F. Interpretasi
hasil positifnya ditandai dengan terlihatnya gelembung gas saat pengamatan di
bawah mikroskop.
Identifikasi bakteri enteron dengan sistem API 20E menggunakan 20 kit API 20E,
yaitu ONPG, LDC, ADC, ODC, CIT, H2S, URE, TDA, IND, VP, GEL, GLU, MAN, INO,
SOR, RHA, SAC, MEL, AMY, ARA. Hasil pengamatan untuk sistem API 20E ini dengan
menggunakan isolat A yaitu menunjukkan hasil positif pada kit LDC, ADC, ODC, CIT,
H2S,VP, GEL,MAN, INO, SOR, RHA, MEL, dan ARA. Berdasarkan perhitungan jumlah
hasil positif, setelah dibandingkan dengan data secara manual dapat diketahui bahwa isolat A
yaitu Enterobacter aerogenes. Hasil ini belum mutlak benar, karena bisa saja terjadi
kontaminasi pada saat pengerjaan. Berikut merupakan gambar interpretasi hasil positif dan
negatif dari uji API 20E.
Sistem KIT kini telah tersedia sebagai teknik identifikasi bakteri yang terpercaya
untuk analisis biokimia. Meskipun demikian, alat ini sangat efektif untuk mempelajari
tentang biodiversitas bakteri flora. Contohnya adalah sistem API 20E yang cocok untuk
identifikasi bakteri enterik dan menyediakan metode yang mudah dalam inokulasi dan
pembacaan hasil uji relevan dengan anggota dari family Enterobacteriaceae dan bakteri gram
negatif lain yang berbentuk batang. Identifikasi menggunakan sistem API 20E mengandung
sebuah strip dengan 20 sumuran miniatur dan sebuah database. Identifikasi diperoleh melalui
katalog API 20E. Sistem KIT ini telah banyak digunakan dalam studi identifikasi bakteri
pada air (Hussain et al., 2013).
Uji API (KIT) bisa mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara luas. API terdiri
dari strip plastik yang pada umumnya terdiri dari 20 miniatur tabung atau sumur. Hampir
semua jenis bakteri dan lebih dari 550 spesies yang berbeda bisa diidentifikasi dengan
menggunakan uji API. Identifikasi yang dilakukan dengan API merupakan cara yang paling
mudah dan uji API ini memberikan hasil identifikasi yang akurat (Carson 2001). Salah satu
produk komersial untuk identifikasi bakteri ialah API 20E yang berguna untuk
mengidentifikasi spesies dan subspesies Enterobacteriaceae dan identifikasi kelompok serta
spesies mikroorganisme nonfermentatif. Selain API 20E, terdapat juga beberapa jenis produk
seperti API 20NE yang berfungsi untuk identifikasi bakteri Gram negatif yang merupakan
non-Enterobacteriaceae. API Rapid 20E yang berguna untuk identifikasi Enterobacteriaceae.
API NH yang berfungsi untuk identifikasi Branhamella catarrhalis dan Neisseria
haemophillus. RAPIDEC Staph yang berguna untuk identifikasi staphylococci. API 20 Strep
berguna untuk identifikasi streotococci dan enterococcus. API Staph yang berguna untuk
identifikasi staphylococci dan micrococci. API Coryne yang berguna untuk identifikasi
Corynebacteria dan organisme coryne. API 20A yang berguna untuk identifikasi bakteri
anaerob (Feltham 1984).
API 20E merupakan sistem identifikasi yang telah distandarkan yang mana
menggunakan 20 miniatur tabung atau sumur untuk uji biokimia mikroorganisme dan sebuah
database. Semua data yang telah didapat pada ke-20 miniatur tabung atau sumur tersebut
dimasukkan ke dalam tabel identifikasi sehingga spesies bakteri dapat diketahui. Percobaan
dilakukan dengan terlebih dahulu biakan sampel diinokulasikan dalam medium yang berisi 5
mL NaCl 0,85%. Strip API 20E terdiri dari 20 mirotabung yang berisikan substrat yang
telah dikeringkan. Strip API bertuliskan beberapa singkatan yang diteteskan suspensi bakteri
dalam NaCl. Singkatan yang bergaris bawah menunjukkan bahwa suspensi bakteri diteteskan
sebanyak setengah dari tinggi sumur dan ditambahkan mineral oil sampai sumur penuh, yaitu
ADH, LDC, ODC. H2¬¬¬S, dan URE. Singkatan yang berada di dalam kotak menunjukkan
bahwa suspensi bakteri diteteskan sampai sumur penuh, yaitu CIT, VP, dan GEL,
sedangkan singkatan yang tidak bergaris bawah maupun tidak berada di dalam kotak diisi
dengan suspensi sampel sebanyak setengah dari tinggi sumur, yaitu ONPG, TDA, IND,
GLU, MAN, INO, SOR, RHA, SAC, MEL, AMY, dan ARA. Cara memasukkan suspensi
bakteri pada strip API 20E dapat dilihat pada gambar 1, sedangkan suspensi bakteri yang
dimasukkan sebanyak setengah tinggi sumur dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1 Suspensi bakteri dimasukkan ke dalam sumur yang berisi reagen kering

Gambar 2 Suspensi bakteri dimasukkan sebanyak setengah tinggi sumur


Strip API 20E yang akan diinkubasi pada suhu 37°C terlebih dahulu ditambahkan
sedikit akuades agar kondisinya tetap lembab dan tidak kering karena suhu yang digunakan
sebesar 37°C. Setelah diinkubasi selama 24 jam, reagen pelengkap ditambahkan pada IND
sebanyak 1 tetes reagen JAMES. Reagen TDA ditambahkan sebanyak satu tetes pada sumur
TDA. Reagen VP 1 dan VP 2 ditambahkan masing-masing 1 tetes pada sumur VP. Hasil
yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar uji positif dan uji negatif. Jika warna
positif dan warna negatif tidak sama dengan warna sampel, maka dapat melihat tabel yang
ada pada buku pedoman yang dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 Hasil uji positif dan negatif pada buku pedoman API 20E. Jika dilakukan
uji tambahan maka hasil uji positif dan negatif dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Hasil uji positif dan negatif untuk uji tambahan


Hasil positif dan negatif yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam software
atau dapat pula dimasukkan data hasil ke dalam codebook yang dapat dilihat pada gambar 5
dan tabel 1.
Gambar 5 Cara pengisian data hasil ke dalam codebook

Berdasarkan hasil percobaan yang dapat dilihat pada gambar 4, diketahui bahwa
sampel bakteri E. coli yang diuji dengan API 20E merupakan E. coli 1 dengan % ID sebesar
86,2% dan terdapat pula Pantoe spp 4 dengan % ID sebesar 9,2%. Hasil yang diperoleh
merupakan hasil identifikasi yang termasuk dapat diterima. Tidak ada hasil uji yang
berlawanan pada bakteri E. coli, akan tetapi terdapat hasil uji yang berlawanan pada sumur
AMY sebesar 99% untuk Pantoe spp yang merupakan takson terdekat dari E. coli.
Sedangkan menurut Clayton (1986), reaksi karakteristik pada bakteri E. coli akan
memberikan hasil uji yang dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10 Hasil uji bakteri E. coli berdasarkan literatur


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa langkah-


langkah atau tahapan karakterisasi bakteri yaitu secara morfologi, fisiologi,
biokimia/enzimatis dan mengidentifikasi bakteri enteron melalui pengujian biokimiawi atau
enzimatis menggunakan sistem API 20E dilakukan dengan :
1. Pengamatan secara makromorfologi (bentuk sel, elevasi, tepi, ukuran koloni, warna
koloni, dan permukaan koloni), endospora, dan pewarnaan Gram. Karakterisasi
secara fisiologi dengan melakukan perlakuan pH, temperatur, dan salinitas dengan
konsentrasi yang berbeda, sedangkan pengamatan secara biokimia/enzimatis
dilakukan uji IMViC, uji H2S, uji gula, uji H2S dan tiga gula, uji urease, uji
amilolitik, lipolitik, proteolitik, uji oksidase dan uji katalase.
2. Identifikasi bakteri enteron dapat dilakukan dengan menggunakan sistem API 20E
yang terdiri dari 20 macam uji. Perubahan warna diamati, dihitung jumlah hasil
positifnya dan dibandingkan dengan tabel yang telah disediakan serta ditentukan
spesies yang diamati.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini yakni dalam penyediaan isolat seharusnya disediakan
lebih banyak sehingga dapat mengantisipasi terjadinya kekurangan atau kehabisan suatu
isolat.
DAFTAR REFERENSI

Brooks, G. F., Butel J. S., & Morse S. A. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba
Medika.
Carson J, Wagner T, Wilson T, Donachie L. 2001. Miniaturized Tests For Computer
Assisted Identification Of Motile Aeromonas Species with an Improved Probability
Matrix. Journal of Applied Microbiology. 90, 190-200.
Clayton P, Feltham RKA, Mitchell CJ, Sneath PHA. 1986. Constructing A Data Base For
Low Cost Identification Gram Negative Rods in Clinical Laboratories. Journal of
Clinical Pathology. 39, 798-802.
Clayton P., Feltham R. K. A, Mitchell C. J., & Sneath P. H. A. 1986. Constructing A Data-
Base For Low Cost Identification Gram Negative Rods In Clinical Laboratories.
Journal of Clinical Pathology. 39, 798-802.
Doumith, M., Ellington, M.J., Livermore, D.M., and Woodford, N. 2012. Molecular
Mechanisms Disrupting Porinex Pression Inert Apenem-Resistant Klebsiella and
Enterobacter spp. Clinical Isolates From The UK. J. Antimicrob. Chemother. 63: 659–
667.
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Engelkirk, Paul G. and Janel L. Duben-Engelkirk. 2007. Laboratory Diagnosis of Infectious
Diseases: Essentials of Diagnostic. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins
Farmer, J.J. 2003. Enterobacteriaceae Introduction and Identification. In: Manual of Clinical
Microbiology, 8th ed. New York: ASM Press.
Feltham RKA, Wood PA, Sneath PHA. 1984. A General-Purpose System for Characterizing
Medically Important Bacteria To Genus Level. Journal of Applied Bacteriology. 57:
279-290.
Gayet, S., Chollet, R., Molle,G., Pagès, J.M., and Chevalier, J. 2003. Modification Of Outer
Membrane Protein Profile and Evidence Suggesting Anactive Drug Pumpin
Enterobacter Aerogenes Clinical Strains. Antimicrob. Agents Chemother. 47: 1555–
1559.
Jawetz, et al. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. San Francisco: University of
California.
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Jyothi, K., Babu, S. K., Nancy Clara, K., and Kashyap, A., (2012). Identification and
Isolation of Hydrocarbon Degrading Bacteria by Molecular Characterization. Bio Axis
DNA Research Centre (P) Ltd, Hyderabad, Helix. Vol. 2, Pg: 105-111.
Lavigne, J.P., Sotto,A., Nicolas-Chanoine, M.H., Bouziges, N.,Pagès, J.M.,and Davin Regli,
A. 2013. An Adaptive Response of Enterobacteraerogenes to Imipenem: Regulation Of
Porin Balance in Clinical Isolates. Int. J.Antimicrob. 41:130–136.
Maloha, Ma’as M. 2012. Pemeriksaan Angka Kuman Escherichia Coli dengan Usap Alat
pada Restoran, Rumah Makan, dan Lokalisasi Makanan Jajanan di Kota Jambi Tahun
2011. Jambi: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Miró, E., Grünbaum, F., Gómez, L., Rivera, A., Mirelis,B., Coll,P., et al. 2013.
Characterization Of Amino Glycoside-Modifying Enzymes In Enterobacteriaceae
Clinical Strains and Characterization Of The Plasmid Simplicated In Their Diffusion.
Microb. Drug Resist. 19: 94–99.
Regli, Anne Davin & Jean-Marie Pagès. 2015. Enterobacter aerogenes and
Enterobactercloacae; Versatile Bacterial Pathogens Confronting Antibiotic Treatment.
Frontiers in Microbiology, 6: 1-10.
Smith–Keary P.F. 1988. Genetic Elaments In Escherichia coli. London: Macmillan
Molecular biology series,.
Soemarno, 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi Analisis
Kesehatan Republik Indonesia.
Strohl, W. A., Rouse H., Fisher B. D. 2001. Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Sudigdo, Sastroasmojo. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto.
Supardi, Imam & Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Bandung: Penerbit Alumni.
Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik.
Malang: Bayumedia Publishing.
Wahab, MFA. 2007. Analysis Of Citrobacter Freundii A1 Whole Cell And Its Recombinant
Flavin Reductase Biodegradation Of Azo Dyes Using Spectrophotometric And
Voltametric Techniques. thesis, Johor: Universiti Teknologi Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai