Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PELUANG MONOHIBRID BENIK GENETIKA DAN PELUANG


MONOHIBRID LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

Disusun Oleh :

NAMA : DIAH ADE PRIHATIN NINGSIH

NIM : 1701070024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
Kamis, 04 Oktober 2018

I. Tujuan
A. Peluang monohibrid benik genetika
1. Untuk mengetahui peluang munculnya F1 dan F2 dengan
menggunakan benik genetika berwarna merah dan putih pada
persilangan monohibrid
2. Untuk menghitung analisis Chi-Kuadrat (X2) pada peluang benik
genetika
B. Peluang monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster)
1. Untuk mengetahui jenis-jenis mutan yang ada pada Drosophila
melanogaster
2. Untuk mengetahui cara membius Drosophila melanogaster
3. Untuk mengetahui peluang munculnya F1 dan F2 pada Drosophila
melanogaster
4. Untuk mengetahui parental dari Drosophila melanogaster
5. Untuk menghitung Analisis Chi-Kuadrat (X2) pada Drosophila
melanogaster
II. Dasar Teori
Untuk mengetahui sesuatu yang belum jelas akan kebenarannya sering
digunakan kata kemungkinan atau peluang. Contohnya siswa yang
menghadapi UN tentu ia menghadapi kemungkinan antara lulus dan tidak.
Sebuah tim yang bermain sepakbola juga akan menghadapi kemungkinan
antara menang atau kalah. Dan juga jika seseorang melempar uang logam ke
atas, disitu juga terdapat kemungkinsn munculnya salah satu sisi apakah
terlentang atau tengkurap. Dan begitu juga seorang ibu yang melahirkan
juga menghadapi kemungkinan seorang anak yang muncul apakah anaknya
laki-laki atau perempuan dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.
(Suryo, 1990 : 154)
Dalam genetika peluang tersebut mempunyai peranan yang penting.
Contohnya tentang perpindahan gen dari orang tua ke gamte-gamet, jenis
dari spermatozoa yang dibuahi sel telur dan berkumpulnya kembali gen-gen
dalam zigot sehingga muncul berbagai kombinasi. (Suryo, 1990 : 154)
Persilangan monohibrid merupakan persilangan antara dua individu
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini berkaitan dengan hukum
Mendel I atau yang sering disebut dengan hukum segresi. Hukum ini
berbunyi “pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan
akan disegresikan kedalam dua anakan.” Mendel mengetahui sifat
monohibrid ketika melakukan percobaan yang pertama yaitu kacang ercis.
Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1 X F1 mempunyai genotipe
heterozigot. Gen yang terletak pada lokus yang sama, pada waktu gametosis
gen yang satu alel akan terpisah menjadi satu. (Campbell, 2002)
Setelah melakukan percobaan monohibrid, mendel juga melakukan
percobaan kedua yaitu persilangan dihibrid dimana persilangan dihibrid
merupakan persilangan dengan dua sifat bedadengan prinsip segresi
percobaan. Mendel berlaku pada segrasi kromosom yang homolog. Bunyi
hukum Mendel II yaitu “bila dua individu berbeda satu dengan yang lain
dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang
tidak tergantung dari pasangan sifat yang lain.” (Campbell, 2002)
Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
yang dikendalikan dengan nama gen. Sepasang gen ini satu berasal dari
induk jantan dan yang lainnya dari induk betina. Gen yang satu pasang ini
disebut sebagai gen yang satu alel. Menurut Mendel gen yang satu alel akan
memisah pada waktu pebentukan gamet, yang selanjutnya dikenal dengan
prinsip segresi secara bebas dan gen akan berpasangan kembali pada waktu
fertililasi sehingg setiap individu akan diploid. (Widianti, 2014)
Hukum mendel adalah salah satu hukum terpenting dalam
perkembangan ilmu genetika di dunia. Namun, tidak banyak orang yang
menyadari bahwa penelitian Mendel didasari pada ilmu Matematika Diskrit.
(Fransisca,2010)
Perbandingan fenotipe yang ditemukan dalam persilangan monohibrid
tidak sepenuhnya merupakan perbandingan yang pasti. Dalam kejadian
nyata terdapat penyimpangan atau deviasi. Perbandingan hasil persilangan
di dalam kenyataan berbeda atau memiliki selisih dengan perhitungan.
Maka dari itu perlu diadakan evaluasi. Cara evaluasi tersebut adalah dengan
mengadakan Chi-Kuadrat atau Chi-Square testi. (Suryo, 1990)
Menurut Sisunandar (2014), praktikum genetika pada dasarnya
merupakan praktikum yang dapat dilakukan dengan mudah, dengan biaya
yang murah dan tidak memerlukan teknologi yang canggih. Hal yang
memegang peranan penting dalam praktikum genetika adalah ketekunan
dalam pengelolaannya. Hal ini dikarenakan hampir seluruh kegiatan
praktikum selalu berhubungan dengan organisme hidup.
Bahan yang digunakan untuk percobaan genetika pada umumnya
adalah lalat buah. Penggunaan lalalt buah ini mempunyai banyak
keunggulan diantaranya:
1. Pada umumnya tidak memerlukan kondisiyang aseptik (steril) seperti
apabila kita menggunakan mikroorganisme untuk percobaan.
2. Mudah diperoleh
3. Biaya yang diperlukan murah
4. Tidak memerlukan tempat luas
5. Tidak berbahaya bagi kesehatan
6. Dapat diamati dengan mata biasa
7. Mempunyai siklus hidup yang pendek
8. Mempunyai jumlah kromosom yang sedikit
9. Mempunyai kromosom raksasa
10. Mempunyai banyak mutan sehingga bervariasi
11. Mempunyai banyak keturunan
12. Tidak mengalami pindah silang.
Teknik Analisis Chi-Kuadrat (X2)
Chi-Kuadrat adalah suatu pengukuran penyimpangan dari hasil
pengamatan dibandingkaan dengan angka-angka yang diharapkan secara
hipotesis. Teknik ini biasa digunakan untuk perhitungan hasil percobaan
genetika. Hasil pengamatan persilangan bisa dihitung dengan teknik analisis
Chi-Kuadrat sebagai berikut :
Dalam persilangan antara lalat jantan heterozigot dengan lalat betina
heterozigot akan dihasilkan
+¿ ¿ +¿ ¿
F1 Normal +¿¿ X Sepia Se
+¿ ¿
F2 Se = Normal 75 %

Se
= Sepia 25 %
Se
Dari persilangan di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ho : data yang diperoleh mempunyai rasio normal : sepia = 3 : 1
Ha : data yang diperoleh tidak mempunyai rasio normal : sepia = 3 : 1
Untuk membuktikan hipotesis diatas, maka dilakukan perhitungan sebagai
berikut

Normal Sepia Jumlah


Jumlah individu 84 16 100
yang diamati (ft)
Jumlah individu 75 25
yang dihharapkan
(Ft)
Derajat kebebasan (dk) = K-1 = 2-1 = 1
( ft −Ft ) 2
X2 = ∑
Ft
( 82−75 ) 2 ( 26−25 ) 2
= +
75 25
= 4,320
Jika dibandingkan dengan tabel Chi-Kuadrat, maka hasil tersebut
lebih besar dibandingkan dengan tabel, sehingga menolak hipotesis nol pada
taraf kepercayaan 95 % artinya, persilangan tersebut sedikit menyimpang
dengan Hukum Mendel.
Cara yang sama digunakan untuk menganalisis perkawinan dihibrid.
III. Alat dan Bahan
A. Peluang monohibrid benik genetika
Alat
1. Gelas plastik 2 buah

Bahan

1. Benik genetika berwarna merah 10 pasang


2. Benik genetika berwarna putih 10 pasang
B. Peluang monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster)
Alat
1. Botol untuk menyimpan mutan berupa lalat buah (Drosophila
melanogaster)
2. Cawan petri untuk membantu menghitung
3. Kuas kecil
4. Botol kecil untuk alat pembiusan
5. Sterofoam
6. Botol eter dan pipet
7. Kapas
8. Wadah untuk air sabun

Bahan

1. Mutan berupa lalat (Drosophila melanogaster)


2. Eter
3. Air sabun
IV. Cara Kerja
A. Peluang monohibrid benik genetika
1. Menyiapkan benik genetika berwarna merah sebanyak 10 pasang
dan benik genetika berwarna putih sebanyak 10 pasang
2. Mengambil 5 pasang benik genetika berwarna merah dan 5 pasang
benik genetika berwarna putih kemudian menaruhnya dalam gelas
plastik, berperan sebagai F1
3. Mengambil sisa 5 pasang benik genetika berwarna merah dan 5
pasang benik genetika berwarna putih kemudian menaruhnya
dalam gelas plastik yang lain, berperan sebagai F1
4. Kemudian menyilangkan F1 dengan F1 yaitu dengan mencampurkan
gelas plastik yang satu dengan gelas plastik yang lain
5. Mengaduknya hingga tercampur
6. Mengambil satu pasang benik genetika dengan cara memejamkan
mata agar diperoleh hasil kemungkinan (peluang)
7. Mencatat hasil peluang dan menghitung perbandingan merah :
putih
B. Peluang monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster)
1. Mengambil botol kultur yang berisi Drosophila melanogaster dari
praktikan dengan jenis mutan tertentu
Membius Drosophila melanogaster yaitu dengan cara
2. Menyentakkan botol kultur pada sterofoam sehingga semua lalat buah
yang ada dalam botol akan jatuh kebawah. Menyentakkan botol kultur
tidak boleh dilakukan dengan keras karena menyebabkan lalat buah
menjadi terbenam dalam medium
3. Membuka sumbatan busa botol kultur kemudian mempautkan botol
kultur dengan botol terisasi menggunakan tangan kiri dengan posisi
botol esterisasi diatas
4. Menggunakan tangan kanan yang masih bebas untuk memutar botol
kultur secara perlahan-lahan sesuai dengan sumbu untuk merangsang
lalat buah dari botol kultur berpindah ke botol esterisasi. Membalik
posisi botol dengan posisi botol kultur dan botol esterisasi dibawah
dengan tujuan lalat buah dapat berpindah ke botol esterisasi
5. Setelah lalat buah masuk kedalam botol esterisasi, melepaskan botol
kultur perlahan-lahan dan menyumbatnya kembali dengan sumbatan
busa. Dan segera menyumbat juga botol esterisasi dengan sumbatan
yang sudah ada
6. Menetesi sedikit eter kedalam sumbatan melalui lubang yang sudah
diberi kapas kemudian mendiamkan 30-45 detik
7. Setelah lalat pingsan (tidak berjalan dan bergerak lagi) memasukkan
kedalam cawan petri agar memudahkan dalam menghitung dan
menganalisis lalat buah yang belum diketahui parentalnya. Jumlah
maksimal menghitung lalat buah adalah 200 lalat buah
8. Lalat yang sudah dihitung tidak dipergunakan lagi kemudian di buang
dalam air sabun
V. Hasil Pengamatan
A. Peluang monohibrid benik genetika
Misal :
Merah : AA
Putih : aa
Perbandingan analisis Chi-Kuadrat :
Ho : data yang diperoleh mempunyai rasio merah : putih = 3 : 1
Ha : data yang diperoleh tidak mempunyai rasio merah : putih = 3 : 1

Merah Putih Jumlah


Jumlah individu 27 13 40
yang diamati
(ft)
Jumlah individu 30 10 40
yang diharapkan
(Ft)

Derajat kebebasan (dk) = K-1 = 2-1 = 1


( ft −Ft ) 2
X 2
=∑
Ft
( 27−30 ) 2 ( 13−10 ) 2
= +
30 10
9 9
= +
30 10
9 27
= +
30 30
36
=
30
= 1,2
Bagan Persilangan
Parental Merah X Putih
AA aa
Gamet A a
F1 Aa X Aa
(Merah) (Merah)
Gamet A A
a a
F2 AA : 1 Merah
2 Aa : 2 Merah
aa : 1 putih
Rasio Fenotipe Merah : Putih
Rasio Genotipe AA + 2 Aa : aa
3:1
Kesimpulan :
Jika dibandingkan dengan tabel Chi-Kuadrat, maka hasil tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan tabel, sehingga menerima hipotesis nol pada
taraf kepercayaan 95 % artinya, persilangan tersebut sesuai dengan
Hukum Mendel.
B. Peluang monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster)

No Botol : M 19

Parental : Normal X Sepia


+¿ ¿ Se
+¿¿ X Se

Perbandingan analisis Chi-Kuadrat :

Ho : data yang diperoleh mempunyai rasio Normal : Sepia = 3 : 1

Ha : data yang diperoleh tidak mempunyai rasio Normal : Sepia = 3 : 1

Normal Sepia Jumlah


Jumlah individu 188 20 208
yang diamati
(ft)
Jumlah individu 3 1 208
x 208 = 156 x 208 = 52
4 4
yang diharapkan
(Ft)

Derajat kebebasan (dk) = K-1 = 2-1 = 1

( ft −Ft ) 2
X2 = ∑
Ft

( 188−156 ) 2 ( 20−52 ) 2
= +
156 52

( 32 ) 2 (−32 ) 2
= +
156 52

1024 1024
= +
156 52

1024 3072
= +
156 156

4096
=
156

= 26,256
Bagan persilangan
Parental Normal X Sepia
+¿ ¿ Se
+¿¿ Se
Gamet + Se
F1 Normal X Normal
+¿ ¿ +¿ ¿
Se Se
Gamet + +
Se Se

F2 1 ++¿
¿¿
¿ = 1 Normal
+¿
2 Se ¿ = 2 Normal

Se
1 = 1 Sepia
Se
Rasio Fenotipe Normal : Sepia
+¿ ¿ Se
Rasio Genotipe ++¿ ¿ 2
¿ ¿ + Se : Se
3:1
Kesimpulan :
Jika dibandingkan dengan tabel Chi-Kuadrat, maka hasil tersebut lebih
besar dibandingkan dengan tabel, sehingga menolak hipotesis nol pada taraf
kepercayaan 95 % artinya, persilangan tersebut tidak sesuai dengan Hukum
Mendel.
VI. Pembahasan
A. Peluang monohibrid benik genetika
Pada percobaan peluang monohibrid benik genetika, bahan yang
digunakan adalah 10 pasang benik genetika berwarna merah dan 10
pasang benik genetika berwarna putih. Pada percobaan persilangan
monohibrid benik genetika, warna merah bergenotipe AA dan warna
putih bergenotipe aa. Benik berwarna merah mewakili warna merah, dan
benik berwarna putih mewakili warna putih. Sehingga pada percobaan
ini menggunakan satu sifat beda yaitu warna.
Parental ditunjukkan dengan benik genetika berwarna merah
(AA) yang berada di dalam gelas plastik, dan benik genetika berwarna
putih (aa) yang berada dalam gelas plastik yang lain. Kemudian
mengambil setengah (5 pasang) benik dari parental benik berwarna
merah dan mengambil setengah (5 pasang) benik dari parental benik
berwarna putih. Kemudian diperoleh hasil F1 merah (Aa). Kemudian F1
(Aa) disilangkan dengan sesama F1 (Aa) dengan cara memasukkannya
kedalam satu gelas plastik, kemudian mengambilnya secara acak dan
menghasilkan keturunan F2 dengan rasio merah : putih = 3 : 1
Pengambilan secara acak yang menghasilkan keturunan F2 dengan
rasio merah : putih = 3 : 1 sesuai dengan hukum Mendel I. Genotipe AA
merupakan hasil interaksi dari dua gen dominan yang berdiri sendiri-
sendiri. Genotipe aa merupakan hasil interaksi dari dua gen resesif yang
berdiri sendiri. Gen M menandakan warna merah dan m menandakan
warna putih. Individu dengan alel ganda M dan m, setelah kromosom
mengganda melalui meisosis I dan II menghasilkan sel-sel haploid (n).
Tiap-tipa sel memiliki alel tunggal untuk gen warna merah, baik M atau
m, maka alel M dan m bersegrasi bebas satu sama lain. Selama fertilisasi
(pengambilan secara acak dengan menutup mata) benik genetika di
dalam gelas plastik diperoleh rasio fenotipe merah : putih = 3 : 1
Hasil F2 dari persilangan benik genetika ini adalah 27 merah
dan13 putih. Kemudian dilakukan analisis Chi-Kuadrat dan diperoleh
derajat kebebasannya 1. Hasil yang diperoleh lebih kecil dibandingkan
dengan tabel yaitu 1,2 sehingga percobaan ini menerima hipotesis nol
pada taraf kepercayaan 95 % yang artinya persilangan ini sesuai dengan
Hukum Mendel.
B. Peluang monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster)
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda.
Persilangan ini menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3 : 1 .
Memiliki fenotipe yang sama, tetapi genotipenya berbeda (heterozigot)
atau sama (homozigot).
Pada percobaan monohibrid Drosophila melanogaster ini, dapat
diketahui parental yang berada di dalam botol M 19 adalah Normal
dengan Sepia. Dapat diketahui jenis normal dan sepia karena lalat buah
tipe normal memiliki ciri-ciri badan coklat, mata merah, sayap normal.
Sedangkan pada lalat buah tipe sepia memiliki ciri-ciri badan coklat,
mata coklat, sayap normal. Kemudian menghitung jumlah F2 yaitu jenis
normal dan sepia yang terdapat pada botol.
Se
Individu dari jenis normal ¿ disilangkan dengan jenis sepia ( )
Se
+¿
menghasilkan keturunan F1 yang semuanya normal ( Se ¿ ). Kemudian
+¿ +¿
F1 normal ( Se ¿ ) disilangkan dengan sesamanya yaitu F1 normal ( Se ¿ )

menghasilkan F2 dengan perbandingan sifat normal : sepia = ++¿ ¿


¿¿ +
2 +¿ ¿ : Se = 3 : 1.
Se Se
Pada waktu gametosis pasangan-pasangan dari kromosom akan
saling bersegresi (memisahkan diri) pada masing-masing gamet. Maka
jumlah kromosom gamet adalah setengah dari kromosom induk. Pada
saat fertilisasi, masing-masing gamet tersebut berfusi membentuk
individu yang diploid (2n). Individu sepia bertanggung jawab pada mata
coklat, dan individu normal memiliki alel normal. Letak kedua alel
tersebut terletak pada lokus yang saling berhubungan. Maka apabila
induk normal mewariskan gamet yang normal kepada anaknya,
kemudian induk sepia juga mewariskan gamet sepia, maka akan
diperoleh rasio F2 dengan perbandingan normal : sepia = 3 : 1.
(Sisunandar, 2014:29)
Hasil F2 dari persilangan lalat ini adalah 156 normal dan 52 sepia.
Kemudian dilakukan analisis Chi-Kuadrat dan diperoleh derajat
kebebasannya 1. Hasil yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan
tabel yaitu 26,256 sehingga percobaan ini menolak hipotesis nol pada
taraf kepercayaan 95 % yang artinya persilangan ini tidak sesuai dengan
Hukum Mendel.
VII. Kesimpulan
1. Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda
2. Pada percobaan peluang monohibrid benik genetika dapat diketahui
perbandingan rasio fenotipe dan genotipe nya adalah Merah : putih =
AA + 2 Aa : aa = 3 : 1
3. Pada percobaan peluang monohibrid benik genetika dapat diketahui
bahwa menerima hipotesis nol pada taraf kepercayaan 95 % artinya,
persilangan tersebut sesuai dengan Hukum Mendel.
4. Pada percobaan peluang monohibrid benik genetika dapat dibuktikan
dan menerima hukum Mendel I
5. Pada percobaan peluang monohibrid lalat buah (Drosophila
melanogaster) dapat diketahui parental dalam botol M 19 adalah
Se
Normal ¿ dan Sepia )
Se
6. Pada percobaan peluang monohibrid lalat buah (Drosophila
melanogaster) dapat diketahui perbandingan rasio fenotipe dan
+¿ ¿ Se
genotipe nya adalah normal : sepia = ++¿
¿¿
¿+2
Se : Se = 3 : 1.
7. Pada percobaan peluang monohibrid lalat buah (Drosophila
melanogaster) dapat diketahui bahwa menolak hipotesis nol pada taraf
kepercayaan 95 % artinya, persilangan tersebut tidak sesuai dengan
Hukum Mendel.
VIII. Daftar Pustaka
Campbell, Niel A, dkk.2002.Biologi.Jakarta:Erlangga
Fransisca, C.2010.Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan
Mendel.Makalah 112092 Probabilitas dab Statistik – Sem 1 Tahun
2010/2011
Sisunandar.2014.Penuntun Praktikum Genetika.Purwokerto:Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Suryo.1990.Genetika Manusia.Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Widianti, Tuti dan Noor Aini H.2015.Petunjuk Praktikum
Genetika.Semarang:Jurusan Biologi FMIPA UNNES
IX. Lampiran
Mutan Lalat Buah (Drosophila melanogaster) dalam botol

Persilangan monohibrid benik genetika


Persilangan monohibrid (Drosophila melanogaster)

Anda mungkin juga menyukai