Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“Cegah Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS)”


Hari/Tanggal : Jumat, 15 Juni 2022
Waktu : 09.00WIB-selesai
Pokok Bahasan : Cegah Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS)
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS)
Pemateri 1 :
Moderator :
Tempat : UPT Puskesmas Panarung Palangkaraya

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Tujuan dari pemberdayaan masyarakat ini adalah untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai Informasi Edukasi Cegah Anemia pada Wanita Usia Subur
(WUS)

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang Cegah Anemia pada Wanita Usia Subur
(WUS), diharapkan WUS mengetahui:
a. Pengertian Anemia
b. Klasifikasi Anemia
c. Etiologi Anemia
d. Tanda Gejala Anemia
e. Pencegahan dan pengobatan Anemia
f. Evidance Based Midwifery pemberian Therapy dan Nutrisi

C. Materi Penyuluhan
1. Materi
Cegah Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS)

2. Sub pokok pembahasan


a. Pengertian Anemia
b. Klasifikasi Anemia
c. Etiologi Anemia
d. Tanda Gejala Anemia
e. Pencegahan dan pengobatan Anemia
f. Evidance Based Midwifery pemberian Therapy dan Nutrisi

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Dokumentasi

E. Media
Power Point
Video Edukasi

F. Proses Kegiatan Penyuluhan


RUNDOWN PENDIDIKAN KESEHATAN
PUKUL KEGIATAN PELAKSANA
09.00 – 09.15 WIB Pembukaan MC

09.15 – 09.30 WIB Pengantar Dosen/Bidan


09.30 – 10.00 WIB Penyajian Materi Penyuluhan Pemateri
10.00 – 10.10 WIB Games MC
10.10 – 10.30 WIB Evaluasi Pemateri
10.30 – 10.50 WIB Pemutaran video edukasi MC
10.50 – 11.00 WIB Sesi foto Bersama MC

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Membuat SAP
b. Kontrak waktu
c. Menyiapkan power point dan video edukasi
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
acara penyuluhan selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan
d. Peserta mampu menjawab pertanyaan sekilas tentang materi
penyuluhan
e. Peserta penyuluhan memahami tentang Cegah Anemia pada
Wanita Usia Subur (WUS)
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan peserta
mampu :
a. Pengertian Anemia
b. Klasifikasi Anemia
c. Penyebab defisiensi Anemia dan Dampak Anemia
d. Tanda Gejala Anemia
e. Pencegahan dan pengobatan Anemia
Materi Penyuluhan

A. Anemia
1. Pengertian
Anemia merupakan suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (Kemenkes, 2018). Anemia gizi adalah
keadaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari
nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.
(Rusdi, 2020)
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah (Fitriany & Saputri, 2018).

2. Klasifikasi Anemia
Remaja putri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah
menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.

3. Etiologi Anemia
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala
(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia
antara lain:
a. Asupan zat besi
Terbatasnya variasi asupan menyebabkan asupan gizi yang masuk ke
tubuh menjadi sedikit. Susunan makanan yang tidak tepat pada jumlah maupun
kualitas sering menjadi penyebab terjadinya gangguan defisiensi zat besi. Pola
makan yang tidak tepat biasa disebabkan oleh kurangnya ketersediaan pangan,
terbatasnya distribusi makanan, pola makan yang tidak tepat, faktor ekonomi
maupun kurangnya pengetahuan (Fitriany & Saputri, 2018).
Pada wanita, kehilangan zat besi umum terjadi melalui siklus menstruasi
bulanan. Selain menstruasi pada wanita, kehilangan zat besi basal yang terjadi
melalui saluran pencernaan, kulit maupun urin pun bisa terjadi. Perdarahan akibat
infeksi cacing juga dapat memicu terjadinya kehilangan zat besi pada tubuh.
b. Penyerapan zat besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan
tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kebutuhan meningkat
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia
antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian pada
laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat besi,
sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada
remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu
tahun setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan
tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang
terjadi saat menstruasi. Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan
mengalami anemia dibanding remaja putra.

4. Tanda Gejala
a. Anemia Ringan
Berdasarkan WHO, anemia ringan merupakan kondisi dimana kadar Hb
dalamdarah diantara Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI,
anemia ringan yaitu ketika kadar Hb diantara Hb 8 g/dl - <11 g/dl. Jumlah sel
darah yang rendah dapat menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke
setiap jaringan seluruh tubuh sehingga muncul tanda dan gejala serta dapat
memperburuk kondisi medis lainnya. Pada anemia ringan umumnya tidak
menimbulkan gejala karena anemia berlanjut terus-menerus secara perlahan
sehingga tubuh beradaptasi dan mengimbangi perubahan. Gejala akan muncul bila
anemia berlanjut menjadi lebih berat. Gejala anemia yang mungkin muncul :
1) Kelelahan
2) Penurunan energi
3) Kelemahan
4) Sesak nafas ringan
5) Palpitasi
6) Tampak pucat (Damayanti, 2017)

b. Anemia Berat
Menurut WHO anemia berat merupakan kondisi dimana kadar Hb dalam
darah dibawah <6 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI, anemia berat yaitu
ketika kadar Hb dibawah <5 g/dl. Beberapa tanda yang mungkin muncul pada
penderita anemia berat yaitu:
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau
busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena
kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
2) Denyut jantung cepat
3) Tekanan darah rendah
4) Frekuensi pernapasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah
7) Murmur jantung
8) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu (Damayanti, 2017)
5. Dampak Anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri dan
WUS, diantaranya:
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena
penyakit infeksi
b. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen
ke sel otot dan sel otak.
c. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja
Dampak anemia pada rematri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi ibu
hamil anemia yang dapat mengakibatkan :
a. Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), prematur,
BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya stunting dan
gangguan neurokognitif.
b. Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayinya.
c. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut
menderita anemia pada bayi dan usia dini.
d. Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi (Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan WUS,
2018)

6. Pencegahan dan Penanggulangan


Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan
memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan
pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola
makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama
sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang
cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber
pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun
penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang
kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas,
sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-
kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati
perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti
jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain, seperti
tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.
b. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat
gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan
membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah
difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng,
mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin mineral lain juga dapat
ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah tangga dengan
bubuk tabur gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder.
c. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi
kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi.
Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu
bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu
dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri dan WUS
merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi
asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah
anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. (Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan WUS,
2018)

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya TTD dikonsumsi bersama


dengan:
a. Buah-buahan sumber vitamin C (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji
dan lain-lain).
b. Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging.
Hindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan :
a. Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat
mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak
dapat diserap.
b. Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat
penyerapan zat besi. Susu hewani umumnya mengandung kalsium
dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menurunkan penyerapan zat
besi di mukosa usus.
c. Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung
sehingga penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat besi akan
semakin terhambat jika menggunakan obat maag yang mengandung
kalsium (Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada
Remaja Putri dan WUS, 2018)

Anda mungkin juga menyukai