Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRESENTASI KASUS DAN ANALISIS JURNAL

STROKE NON HEMORAGIC

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Keluarga

PEMBIMBING
Hiryadi, Ns.,M.Kep, Sp. Kom

Zaqyyah H, Ns., M. Kep

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8

Yulinda Purwanti, S.Kep


Ria Nurliana Sari, S.Kep
Mira Novita Dewi, S.Kep
Muhammad Anshori, S.Kep
Esti Meilinda, S.Kep
Febby Ayuliani, S.Kep
Maulidawati, S.Kep
Revina Nurul Sari , S.Kep
Wahyu Julianto, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian stroke mungkin didahului oleh serangan iskemik transien (TIA) yang serupa
dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit neurologik
yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung membaik dengan
kcepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi biasanya 24 jam. Istilah ini
merupakan istilah klinis dan tidak mengisyaratkan penyebab (Fagan & Hess, 2008).

Stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker.
Stroke masih merupakan penyebab utama dari kecacatan. Data menunjukkan, setiap
tahunnya stroke menyerang sekitar 15 juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat,
lebih kurang lima juta orang pernah mengalami stroke. Sementara di Inggris, terdapat 250
ribu orang hidup dengan kecacatan karena stroke. Di Asia, khususnya di Indonesia, setiap
tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke (Fagan & Hess, 2008).

Dari jumlah itu, sekitar 2,5 persen di antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya
mengalami cacat ringan maupun berat. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat
dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita
stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, terbanyak
karena stres, ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya
merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan (Roger et
al., 2011).

Jumlah penderita stroke di Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara


terbanyak yang mengalami stroke di seluruh Asia (Yayasan Stroke Indonesia, 2012).
Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 dari 1000 populasi. Angka prevalensi ini
meningkat dengan meningkatnya usia. Data nasional Indonesia menunjukkan bahwa
stroke merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu 15,4%. Didapatkan sekitar 750.000
insiden stroke per tahun di Indonesia, dan 200.000 diantaranya merupakan stroke
berulang (KEMENKES RI, 2013). Di daerah Surakarta saja jumlah pasien penderita
stroke pada tahun 2015 bisa dibilang cukup tinggi, data yang diperoleh dari ruang ICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dalam dua bulan terakhir (Januari – Februari 2015)
tercatat ada 36 pasien stroke yang mengalami kondisi kritis. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 22 pasien atau 60% berujung kematian. Data tersebut di atas belum termasuk
pasien stroke dalam keadaan tidak kritis, hal ini memberikan gambaran masih tingginya
penderita stroke, terutama yang berujung pada kematian (Herlambang, 2009).
BAB 2
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragic


I.1. Definisi/Deskripsi Penyakit
Stroke non hemoragik merupakan keadaan sementara atau temporer dari disfungsi
neurologik yang dimanifestasikan oleh kehilangan fungsi motorik, sesorik atau visual
secara tiba-tiba. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik terjadi akibat obstruksi
atau bekuan (thrombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh
organ distal (Price & Wilson, 2006). Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Wijaya &
Putri, 2013).

Sedangkan menurut Padila (2012), Stroke Non Hemoragik adalah cedera otak yang
berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di
arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.
I.2. Etiologi
Penyebab stroke non hemoragik disebabkan oleh faktor yaitu hipertensi, merokok,
peningkatan kolesterol, dan obesitas (Muttaqin, 2014).
I.2.1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran
darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan
kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
I.2.2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik
I.2.3. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.
I.2.4. Peningkatan Kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan aterosklerosis dan
terbentuknya thrombus sehingga aliran darah menjadi lambat untuk menuju ke
otak, kemudian hal itu dapat menyebabkan perfusi otak menurun.
I.2.5. Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki berat badan
berlebih dengan IMT lebih besar daripada 27,8 kg/m².
I.2.6. Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan kemudian berakibat pada
stroke.
I.3. Tanda dan gejala
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4
macam :
I.3.1. Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
I.3.1.1. Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
I.3.1.2. Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan motoriknya )
I.3.1.3. Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya )
I.3.2. Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
I.3.2.1. Hipoarasthesia dan Arasthesia.
I.3.2.2. Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah.
I.3.3. Dyspasia ( gangguan berbicara )
I.3.4. Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
I.3.4.1. Gangguan neurologis.
I.3.4.2. Gangguan psikologis.
I.3.4.3. Keadaan kebingungan.
I.3.4.4. Reaksi depresif.
I.4. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena sumbatan yang diakibatkan oleh bekuan di
dalam arteri besar pada sirkulasi sereberum, sumbatan atau obstruksi ini dapat
disebabkan oleh emboli maupun thrombus (Robbins, 2007). Thrombus terbentuk
akibat plak dari arteosklerosis sehingga sering kali terjadi penyumbatan pasokan
darah ke organ di tempat terjadinya thrombosis. Aterosklerosis merupakan insiator
utama thrombosis yang berikatan dengan kehilangan endotel dan aliran vascular
abnormal, selain itu akan menimbulkan obstruksi (Robbins, 2007). Potongan-
potongan thrombus terutama thrombus kecil yang biasanya disebut dengan emboli
akan lepas dan berjalan mengikuti aliran darah (Ganong, 2012).

Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga
terperangkap dalam pembuluh darah distal, sehingga hal itu menyebabkan aliran
darah menuju ke otak menjadi berkurang. Sel otak yang kekurangan oksigen dan
glukosa dapat menyebabkan asidosis, akibat asidosis natrium, klorida dan air masuk
ke dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel otak. Hal tersebut dapat
mengakibatkan edema setempat. Kalsium akan masuk dan memicu serangkaian
radikal bebas, kemudian terjadi kerusakan membrane sel dan tubuh mengalami
gangguan neuromuscular (Esther, 2010).
I.5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2014), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :
I.5.1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
I.5.2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan
adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
I.5.3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
I.5.4. MRI: MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
I.5.5. USG Doppler: Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
I.5.6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium:
1.5.1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
1.5.2. Pemeriksaan darah rutin.
1.5.3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
1.5.4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
1.6. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan :
1.6.1. Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
1.6.2. Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
1.6.3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
1.6.4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
1.7.2. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
1.7.3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
1.7.4. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
1.7.5. EKG dan pemantauan jantung.
1.7.6. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
1.7.7. Rehabilitasi neurologik.
1.8. Pathway
II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
II.1. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2014) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.
II.1.1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
2.1.2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
2.1.3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan


perubahan di dalam intrakranial.Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif,
dan konia.
2.1.4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
dan kegemukan.Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien,
seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan
lainnya.Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
2.1.5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
2.1.6. Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
2.1.7. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah
dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
2.1.7.1. B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.

Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends, pengkajian


inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan
taktil premitus seimbang kanan dan kiri.Auskultasi tidak didapatkan
bunyi napas tambahan.
2.1.7.2. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
2.1.7.3. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori).Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus
dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
2.1.7.4. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
2.1.7.5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
2.1.7.6. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada
sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum
adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02
kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor
kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami
masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
2.1.8. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.Tingkat
keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling
sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
2.1.9. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal, dan hemisfer.
2.1.9.1. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.

2.1.9.2. Fungsi Intelektual


Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung
dan kalkulasi.Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage
yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak
begitu nyata.
2.1.9.3. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan
disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria
(kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat
ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir
rambutnya.
2.1.10. Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Muttaqin (2014) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial
I-XII.
2.1.10.1. Saraf I. Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2.1.10.2. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
2.1.10.3. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
pada Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan
gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
2.1.10.4. Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan
satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
2.1.10.5. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
2.1.10.6. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
2.1.10.7. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
2.1.10.8. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
2.1.10.9. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
2.1.11. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi ng berlawanan dari otak.
2.1.11.1. Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
2.1.11.2. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
2.1.11.3. Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
2.2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
2.2.1. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2.2.2. Batasan Karakterisitik :
 Kram abdomen
 Nyeri abdomen
 Gangguan sensasi rasa
 Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
 Kerapuhan kapiler
 Diare
 Kehilangan rambut berlebihan
 Enggan makan
 Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (RDA)
 Bising usus hiperaktif
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Tonus otot menurun
 Kesalahan informasi
 Kesalahan persepsi
 Membrane mukosa pucat
 Ketidakmampuan memakan makanan
 Cepat kenyang setelah makan
 Sariawan rongga mulut
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
 Penurunan berat badan denagn asupan makan adekuat
2.2.3. Faktor yang berhubungan : asupan diet kurang
Diagnosa 2 : Hambatan Mobiltas Fisik
2.2.1. Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstrimitas
secara mandiri dan terarah
2.2.2. Batasan karakteristik :
 Gangguan sikap berjalan
 Penurunan keterampilan motorik halus
 Penurunan keterampilan motorik kasan
 Penurunan rentang gerak
 Waktu reaksi memanjang
 Kesulitan membolak-balik posisi
 Ketidaknyamanan
 Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
 Dispnea setelah beraktivitas
 Tremor akibat bergerak
 Instabilitas postur
 Gerakan lambat
 Gerakan spastic
 Gerakan tidak terkoordinasi
2.2.3. Faktor yang berhubungan :
 Intoleran aktivitas
 Ansietas
 Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
 Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
 Penurunan kekuatan otot
 Penurunan kendali otot
 Penurunan massa otot
 Penurunan ketahanan tubuh
 Depresi
 Disuse
 Kurang dukungan lingkungan
 Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
 Kaku sendi
 Malnutrisi
 Nyeri
 Fisik tidak bugar
 Keengganan memulai pergerakkan
 Gaya hidup kurang gerak
Diagnosa 3 : Defisiensi pengetahuan
2.2.1. Definisi : ketiadaan atau defisien informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu atau kemahiran.
2.2.2. Batasan karakteristik :
 Ketidakakuratan mengikuti perintah
 Ketidakakuratan melakukan tes
 Perilaku tidak tepat
 Kurang pengetahuan
2.2.3. faktor yang berhubungan
 kurang informasi
 kurang minat untuk belajar
 kurang sumber pengetahuan
 keterangan yang salah dari orang lain
2.3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
2.3.1. NOC :
 Nutritional status : food and fluid intake
 Nutritional status : nutrient intake
 Weight control
Kriteria hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai denagn tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.3.2. NIC :
 Nutrition management
 Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi denagn ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
 Nutrition monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah berwarna mangenta, scarlet.
Diagnosa 2 : Hambatan mobiltas fisik
2.3.1. NOC :
 Joint movement : active
 Mobility level
 Self care : ADLs
 Transfer performance
Kriteria hasil :
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah.
 Memperagakan pengguanaan alat
 Bantu untuk mobilitas (walker)
2.3.2. NIC :
Exercise therapy : ambulation
 Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
 Konsultasikan dengan terapi fisik tenatng rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
 Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera.
 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
 Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
 Latih pasien pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan.
 Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan
 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
Diagnosa 3 : Kerusakan Integritas Kulit
2.3.1. NOC :
 Knowledge: disease process
 Knowledge: health behavior
Kriteria hasil :
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainnya.
2.3.2. NIC :
 Teaching: disease process
 Kaji tingkat pengetahuan klien yang berhubungan dengan
perkembangan penyakit, proses penyakitnya.
 Jelaskan patofisologi perjalanan penyakit, penyebab, komplikasi
penyakit, usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi penyakit, penatalaksanaan dan kondisi penyakit klien saat
ini.
 Diskusikan terapi pengobatan yang perlu dilakukan klien
 Informasikan pasien tentang efekk samping pengobatan dan upaya
yang dilakukan dalam mengurangi atau meminimalisir efek
sampingdari pengobatan tersebut.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. DataUmum
KepalaKeluarga (KK) : Tn. T
Alamat : Desa sei Tatas RT. 004
PekerjaanKK : Petani
PendidikanKK : SMP
TifeKeluarga :Nuclear family (Keluarga inti)
SukuBangsa : Dayak
Agama : Islam
KomposisiKeluarga :
Hub Status Imunisasi
No Nama JK dgn Umu DP Cam
BCG Polio Hep Ket
Klien r T pak
Taher L Kepala 62 th - - - - - Imunisasinya tidak tahu
1
keluarga
Sibur P Istri 59 th - - - - - Imunisasinya tidak tahu,
2 menderita stoke non
hemoragik
3 Alfrid L Anak 36 th √ √ √ √ √ Sudah menikah
4 Dafid L Anak 32 th √ √ √ √ √ Sudah menikah
3 Risa P Anak 28 th √ √ √ √ √ Belum menikah

4 Yuni P Anak 22 th √ √ √ √ √ Belum menikah


GENOGRAM

Aturan Pembuatan Genogram:


a. Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri
b. Umur anggota keluarga ditulis pada symbol laki-laki/perempuan
c. Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah symbol laki-laki/perempu
d. Penggunaan symbol dalam genogram

Keterangan : : Perempuan : Laki-laki


: Pasien : Meninggal Dunia
: Garis Hubungan : Tinggal Serumah

1.1. Status sosial ekonomi keluarga :


Tn. T bekerja sebagai seorang petani, penghasilan yang didapatkan perbulan itu tidak
menentu, biasanya Rp. 1.000.000- Rp1.500.000 perbulan. Penghasilan Tn. T dikelola
sendiri olehnya untuk memenuhi keperluan sehari-hari, biaya makan, biaya kuliah
anaknya dan lain-lain. Istri Tn.T tidak bisa lagi mengelola keuangan dirumah karena
sedang sakit stroke. Tn. T mengatakan penghasilannya tiap hari dapat memenuhi
kebutuhan ia dan keluarganya.
1.2. Aktivitas rekreasi keluarga :
Tn. T mengatakan setiap pagi sampai siang ia ke kebun dan sorenya sering berada
dirumah. Tn.T mengatakan anak-anak nya bergantian menjaga istrinya yang sedang
sakit. Tn. T mengatakan bahwa keluarganya jarang sekali berlibur biasanya untuk
menghabiskan waktu luang ia dan keluarganya dirumah saja untuk saling mengobrol
satu sama lain.
II. Riwayat dan perkembangan Keluarga SaatIni
2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Pada saat ini keluarga Tn. T sedang berada pada tahap perkembangan keluarga yaitu pada
tahap keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan pada keluarga Tn.
T yang dapat terpenuhi tugasnya adalah:
2.1.1 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.1.2 Mempertahankan keintiman pasangan.
2.1.3 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
2.1.4 Menata kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
2.2 Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tahap perkembangan keluarga Tn. T dengan Ny.S sudah terpenuhi semuanya.
2.3 Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. T mengatakan saat ini keluarganya dalam keadaan sehat semua kecuali istrinya yang
hanya terbaring ditempat tidur karena mengalami stroke. Tn. T mengatakan sudah sekitar
1 tahun ini istrinya tidak dapat bangun dari tempat tidur. Tn. T mengatakan aktivitas
istrinya setiap hari dibantu olehnya dan kedua putrinya. Tn. T mengatakan istrinya tidak
pernah melakukan terapi yang dapat membantu dalam proses penyembuhan kelumpuhan
istrinya. Tn. T mengatakan ia selalu rutin setiap bulannya mengambil obat di puskesmas
terdekat untuk istrinya.
2.4 Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Tn. T mengatakan pertama kali istrinya mengalami stroke ringan pada tahun 2010. Tn. T
mengatakan pada saat itu ia langsung membawa Ny. S kerumah sakit untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Akibat stroke pertamanya tersebut Ny. S mengalami gangguan
pita suara. Lalu pada tahun 2014 Ny. S mengalami stroke kembali tapi Ny. S masih dapat
melakukan aktivitas sehari-hari sendiri. Tn. T mengatakan pada tahun 2019 lalu Ny. S
kembali lagi mengalami stroke ke 3 kalinya dan menyebabkan istrinya tersebut tidak
dapat lagi melakukan aktivitas dan hanya dapat berbaring ditempat tidur saja. Tn.T
mengatakan bila istrinya ingin duduk ia dan putrinya harus memindahkan Ny.s ke kursi
Roda.
III. DataLingkungan
3.1 Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditempati Tn. T, Ny. S dan anak-anaknya adalah rumah sendiri dengan
rumah yang terbuat dari kayu, jenis atap sirap, dinding kayu, ada 2 kamar, 2 ruang tamu,
1 ruang makan, 1 dapur, dan 1 wc. Rumah Tn. T berada di pinggir jalan masuk desa sei
tatas. Lingkungan rumah Tn. T sangat bersih tidak terdapat sampah yang berserakan dan
suasana lingkungan sangatlah nyaman. Rumah Tn. T cukup jauh dari tempat fasilitas
kesehatan. Sumber air utama yang digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian adalah
sumur bor. sumber air utama untuk minum dan memasak adalah air ledeng dengan
sistem pengolahan air minum dimasak. Tempat penampungan air sementara diletakkan
di gentong yang tertutup. Tempat pembuangan sampah di keluarganya yang paling
sering dilakukan adalah dengan dibakar. Selain itu cara pembuangan limbah dengan
langsung mengalirkan kebelakang rumah/ parit.
3.2 Denah
Keterangan: 13 9

1. Teras
2. Ruang tamu 1 6
8
3. Ruang tamu 2 2 4 5

4. Kamar 1
7
5. Kamar 2
6. Ruang makan
7. Tempat mencuci
8. Dapur
9. WC
// : pintu
/ : jendel
3.3 Karakteristik Tetangga dan Komunitas :
Rumah Tn. T sangat berdekatan dengan tetangganya, jarak nya tidak jauh kurang lebih
500 M dari rumahnya. Tn.T mengatakan sangat mengenal baik tetangga-tetangga
disamping rumahnya. Tn. T mengatakan bahwa ia dan keluarganya sering mengikuti
kegiatan-kegiatan komunitas disekitar rumahnya.
3.4 Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.T mengatakan sudah bertempat tinggal didaerah itu karang lebih sudah 22 tahun
lamanya dan sejak saat itu mereka tidak pernah berpindah-pindah tempat tinggal lagi.
3.5 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. T mengatakan ia dan keluarganya setiap minggu akan selalu berkumpul dirumah
bersama anak-anaknya yang sudah menikah juga. Tn. T mengatakan ia dan keluarga
sangat sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar terutama tetangga di samping
rumahnya.

3.6 Sistem pendukung keluarga :


Dalam keluarga Tn. T. Apabila tedapat permasalahan selalu di musawarahkan dengan Ny. S. Dalam
mendukung kesehatan, keluarga memiliki fasilitas untuk menunjang kesehatan keluarga yaitu berupa
Jamkesmas, namun fasilitas kesehtan yang ada di rumah sangat kurang misalnya : tidak tersedianya PPPK
pribadi, tempat tidur yang kurang nyaman, sedangkan dukungan psikologi dan spiritual keluarga terpenuhi
dengan baik.

IV. StrukturKeluarga
4.1 Struktur peran
4.1.1 Tn. T.
Peran formal : Petani.
Peran non formal : Sebagai kepala keluarga, dan suami.
4.1.2 Ny. S.
Peran formal : tidak ada
Peran non formal : Sebagai ibu rumah tangga dan istri.
4.1.3 Nn. R
Peran formal : berdagang
Peran non formal : sebagai anak ke tiga
4.1.4 Nn. Y
Peran formal : Mahasiswi
Peran non formal : sebagai anak ke 4
4.2 Nilai dan norma keluarga
Dalam keluarga Tn.T mempunyai suatu peraturan yang ditanamkan kepada anak-anaknya
yaitu tidak bertengkar dengan anggota keluarga dan dalam menyelesaikan masalah harus
dengan musyawarah. Konflik peran jarang terjadi baik kedua orang tua maupun anak-
anaknya
4.3 Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga Tn. T mengatakan biasa berkomunikasi dengan bahasa dayak atau banjar
dan jarang menggunakan bahasa indonesia, dapat berkomunikasi dengan baik tidak ada
hambatan dalam berkomunikasi.
4.4 Struktur kekuatan keluarga
Dalam mengontrol perilaku anak-anaknya saat ini adalah Tn.T dengan memberikan
nasehat bila anak-anaknya berperilaku kurang baik, yang berperan mengambil keputusan
dalam setiap masalah adalah Tn. T. Tn. T mengatakan istrinya tidak dapat lagi berperan
dalam mengambil keputusan karena istrinya tidak dapat memutuskan dan tidak dapat
berbicara lagi.
V. Fungsi Keluarga
5.1 Fungsi Efektif:
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga. Tn. T
dan Ny. S selalu mendidik anaknya baik apabila berada dirumah maupun di luar rumah.
5.2 Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan prilaku social yang baik. Keluarga juga
cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
5.3 Fungsi Reproduksi :
Keluarga Tn. T memiliki 4 orang anak yang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 perempuan.
Saat ini kedua anak laki-laki Tn. T sudah menikah semua dan sudah memilki anak. Ny.S
sudah lama mengalami menapouse.
5.4 Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. T selalu membagi penghasilan yang ia dapat kan untuk menabung dan
untuk makan sehari-hari. Tn. T mengatakan uang yang ia tabung untuk menjaga-jaga
bila penyakit yang istrinya derita kambuh kembali. Tn. T mengatakan uang yang ia
sisihkan untuk makan dan lain-lain itu sangat cukup untuk keluarganya.
5.5 Perawatan kesehatan
5.5.1 Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga menyatakan bahwa saat ini Ny. S menderita stroke, dan keluarga
tidak tahu tentang nutrisi dan diit pada penderita stroke, dan kurang
pengetahuan tentang aturan tindakan dan pencegahan stroke yang dapat
dilakukan nya dirumah.
5.5.2 Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
Keluarga Tn. T mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit biasanya
dibelikan obat di apotik terlebih dahulu, jika tidak ada perubahan kondisi dari
anggota keluarga baru meraka membawa anggota keluarganya ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat.
5.5.3 Kemampuan kelurga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn.T mengatakan mereka tidak tahu bagaimana cara merawat
penderita stroke, dan mereka hanya membantu memfasilitasi kebutuhan-
butuhan Ny. S saja. Tn. T mengatakan bahwa ia tidak pernah membantu
istrinya melakukan latihan-latihan ataupun gerakan-gerakan yang membantu
proses penyembuhan kelumpuhan istrinya. Tn. T mengatakan masih sangat
binggung apa yang harus mereka lakukan dalam membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
5.5.4 Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan
keluarga Tn.T sangat baik dalam pemeliharan lingkungan sekitar rumahnya,
misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah
yang benar dan pengelolaan air dengan baik. Terlihat dari lingkungan rumah
Tn. T yang bersih dan tampak rapi.
5.5.5 Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. T selalu segera membawa keluarganya fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat bila keluarganya tidak kunjung sembuh setelah
diberikan obat.
VI. Stres Dan Koping Keluarga
6.1 Stresor jangka pendek dan panjang :
Jangka pendek yang dirasakan oleh keluarga Tn. T adalah bila anak ketiga mereka yaitu
Nn. R sebentar lagi menikah, ditakutkan tidak ada yang merawat Ny. S dirumah
dikarenakan anak keempatnya setiap pagi kuliah dan Tn. T kekebun.
Jangka panjang adalah Keluarga Tn. T takut Ny. S sendirian saat dirumah ketika Nn. R
sudah menikah.
6.2 Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor :
Keluarga Tn. T memberikan dengan baik saat respon stressor yang ada dengan
berdiskusi dengan semua anaknya terutama tentang keadaan keluarga yang berhubungan
dengan keadaan istrinya Ny. S.
6.3 Strategi koping yg digunakan :
Dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya Tn. T memusyawarahkannya untuk
mengambil suatu keputusan
6.4 Strategi adaptasi disfungsional :
Keluarga Tn. T harus menata kembali sistem peran dirumahnya karena Ny. S sedang
sakit. Sehingga tidak ada yang mengurus dan mengelola sistem dirumah. Sebelumnya
semua diatur oleh istrinya kini ia harus ikut berperan serta dalam mengurus rumah
dengan dibantu oleh kedua putrinya.
6.5 Harapan Keluarga :
Keluarga Tn. T berharap Ny. S dapat sembuh seperti sebelumnya walaupun tidak bisa
sembuh sepenuhnya tapi dapat berjalan saja itu sudah cukup.
VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap individu anggota keluarga
Lakukan Pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga
Nama Kepala Mata Hidung Telinga Leher Dada Abdomen Ektremitas
Tn. T Rambut hitam Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
TD: keputih-putihan, konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
130/90 tidak teraba tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada normal, klien
mmHg benjolan, tidak sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. dapat
anda nyeri tekan., ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan menggerakan
N: 70x/ tidak terdapat menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien seluruh
menit ketombe alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitasnya.
penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali,
R: 20x/ ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi
menit tidak terdapat nyeri tekan abdomen
nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi
T: 37OC normal, suara timpani.
jantung normal
dan ictus
cordis tidak
teraba
Ny. S Rambut hitam Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
TD: keputih-putihan, konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
150/90 tidak teraba tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada mengalami
mmHg benjolan, tidak sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. kelumpuhan,
anda nyeri tekan., ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan klien dapat
N: 90x/ tidak terdapat menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien menggerakkan
menit ketombe alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitas
penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali, kirinya, namun
R: 22x/ ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi ekstrimitas
menit tidak terdapat nyeri tekan abdomen kanannya
nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi mengalami
T: 37, 5OC normal, suara timpani. kelumpuhan
jantung normal total. Klien
dan ictus tidak bisa duduk
cordis tidak apabila tidak
teraba dibantu. Klien
tidak bisa
berpindah ke
kursi roda
sendiri, perlu
bantuan dari
orang lain.
Nn. R Rambut hitam, Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
tidak teraba konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
TD: benjolan, tidak tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada normal, klien
110/70 anda nyeri tekan., sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. dapat
mmHg tidak terdapat ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan menggerakan
ketombe menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien seluruh
N: 75x/ alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitasnya.
menit penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali,
ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi
R: 18x/ tidak terdapat nyeri tekan abdomen
menit nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi
normal, suara timpani.
T: 36,5OC jantung normal
dan ictus
cordis tidak
teraba
Nn. Y Rambut hitam, Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
TD: tidak teraba konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
90/60 benjolan, tidak tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada normal, klien
mmHg anda nyeri tekan., sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. dapat
tidak terdapat ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan menggerakan
N: 70x/ ketombe menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien seluruh
menit alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitasnya.
penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali,
R: 20x/ ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi
menit tidak terdapat nyeri tekan abdomen
nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi
T: 37OC normal, suara timpani.
jantung normal
dan ictus
cordis tidak
teraba
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. AnalisaData

No. Data Penyebab Masalah


1. DS: Ketidakmampuan Kurang pengetahuan
a. Keluarga Tn.T mengatakan mereka keluarga merawat
tidak tahu bagaimana cara merawat anggota
penderita stroke, dan mereka hanya keluarganya yang
membantu memfasilitasi kebutuhan- sakit
butuhan Ny. S saja.
b. Tn. T mengatakan bahwa ia tidak
pernah membantu istrinya melakukan
latihan-latihan ataupun gerakan-
gerakan yang membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
c. Tn. T mengatakan masih sangat
binggung apa yang harus mereka
lakukan dalam membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
d. Keluarga menyatakan bahwa saat ini
Ny. S menderita stroke, dan keluarga
tidak tahu tentang nutrisi dan diit pada
penderita stroke, dan kurang
pengetahuan tentang aturan tindakan
dan pencegahan stroke yang dapat
dilakukan nya dirumah.

DO:
a. Keluarga Tn. T tampak kebingungan
saat ditanya tentang penyebab dari
stoke.
a. Keluarga Tn. T tampak kebingungan
saat ditanya bagaimana cara merawat
keluarga yang menagalami
kelumpuhan akibat stroke.
b. Tanda-tanda vital;
TD: 150/90 mmHg
N: 90x/ menit
R: 22x/menit
T: 37,5Oc
2. DS: Ketidakmampuan Hambatan mobilitas fisik
a. Keluarga Tn.T mengatakan mereka keluarga mengenal pada Ny. S
tidak tahu bagaimana cara merawat masalah kesehatan
penderita stroke, dan mereka hanya
membantu memfasilitasi kebutuhan-
butuhan Ny. S saja.
b. Tn. T mengatakan bahwa ia tidak
pernah membantu istrinya melakukan
latihan-latihan ataupun gerakan-
gerakan yang membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
c. Tn. T mengatakan masih sangat
binggung apa yang harus mereka
lakukan dalam membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.

DO :
b. Tn.T tampak kebingungan saat
ditanyakan tentang bagaimana cara
melakukan terapi/ latihan-latihan yang
dapat membantu proses penyembuhan
kelumpuhan yang dialami Ny. S
c. Keluarga Tn. T tampak kebingungan
saat ditanya bagaimana cara merawat
keluarga yang menagalami
kelumpuhan akibat stroke.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarganya yang sakit.
b. Hambatan mobilitas fisik pada Ny. S berhubungan denganKetidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
3. Skoring Prioritas Masalah:
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarganya yang sakit.
No Masalah keluarga skore Bobot/ Pembenaran
perhitungan
skore
1 Sifat masalah 1 3/3x1= 1 Masalah sudah terjadi perlu adanya
Skala : tidak/ kurang perubahan dalam tingkat pengetahuan
sehat keluarga karena pengetahuan sangat
berperan aktif dalam membatu proses
perawatan keluarga terhadap
keluarganya yang sakit
2 Kemungkinan masalah 2 2/2x2 Dengan memberikan pendidikan
untuk dapat diubah kesehatan kepada keluarga kemungkinan
Skala: mudah dapat berubah dengan mudah karena
keluarga sangat kooperatif dan antusias
nya tinggi untuk mendapatkan ilmu-ilmu
baru yang dapat mengembangakan
pengetahuan mereka dalam melakukan
perawatan pasien stroke
3 Potensi masalah untuk 2/3 2/3x1 Karena untuk meningkatkan
dicegah pengetahuan dan keterampilan dalam
Skala: cukup melakukan perawatan pada pasien stroke
itu perlu proses yang sedikit lama. Oleh
sebab itu kemungkinan masalah dapat
diubah adalah cukup.
4 Menonjolnya masalah 1 2/2x1 Kegagalan keluarga dalam merawat
Skala: pasien stroke akan menyebabkan stroke
Masalah berat harus berulang pada pasien. Selain itu ketidak
segera ditangani tahuan keluarga tentang perawatan
pasien stroke akan berdampak pada
keterlambatan pada proses penyembuhan
pasien stroke
Total 4 2/3

b. Hambatan mobilitas fisik pada Ny. S berhubungann denganKetidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan
No Masalah keluarga skore Bobot/ Pembenaran
perhitungan
skore
1 Sifat masalah 1 3/3x1= 1 Ketidakmampuan keluarga mengenal
Skala : tidak/ kurang masalah kesehatan dapat mengakibatkan
sehat terjadi kelumpuhan total pada pasien
dengan stroke. Kesalahan dalam
melakukan intervensi atau tindakan
terhadap pasien stoke akan memperlambat
proses penyembuhan kelumpuhan yang
dialami.
2 Kemungkinan masalah 1 1/2x2 Karena disini perlu adanya proses yang
untuk dapat diubah sangat panjang untuk meningkatkan koping
Skala: sebagian keluarga pasien stroke terhadap intervensi-
intervensi yang dapat dilakukan keluarga
saat dirumah yang dapat membantu proses
penyembuhan kelumpuhan pada pasien
stroke
3 Potensi masalah untuk 2/3 2/3x1 Karena untuk meningkatkan pengetahuan
dicegah dan keterampilan dalam melakukan
Skala: cukup perawatan pada pasien stroke itu perlu
proses yang sedikit lama. Oleh sebab itu
kemungkinan masalah dapat diubah adalah
cukup.
4 Menonjolnya masalah 1 2/2x1 Masalah yang sedang dihadapi oleh
Skala: keluarga Tn.T sangatlah menonjol. Perlu
Masalah berat harus adanya intervensi-intervesi yang dapat
segera ditangani membantu kita dalam meningkatkan
kemampuan keluarga dalam merawat
pasien stroke yang mengalami
kelumpuhan. Karena proses penyembuhan
pada pasien stroke harus dibantu dengan
keterlibatan keluarga dalam tindakan-
tindakannya.
Total 3 2/3

4. Prioritas DignosaKeperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Skor


Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan
1. N 4 2/3
keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit.

Hambatan mobilitas fisik berhubungann


denganKetidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. 3 2/3
C. Rencana AsuhanKeperawatan
Tujuan Kriteria
Diagnosa
NO Tujuan Jangka Tujuan Jangka Pendek Intervensi
Keperawatan Kriteria Standar
panjang
1 Kurang Setalah 1.Setelah pertemun 1x 45 Respon verbal. a. Keluarga dapat 1.1 Kaji sejauh mana pengetahuan
pengetahuan dilakukan menit keluarga mampu menyebutkan keluarga tentang penyakit stroke .
berhubungan minimal 8 kali mengenal masalah pengertian stroke 1.2 Berikan penjelasan kepada keluarga
dengan kunjungan kesehatan tentang stroke: b. Keluarga dapat mengenai penyakit stroke.
Ketidakmampuan diharapkan a. Menyebutkan pengertian menyebutkan 1.3 Jelaskan cara penatalaksanaan
keluarga merawat keluarga stroke tanda gejalastroke pasien stroke saat dirumah
anggota mengerti dan b.Menyebutkan tanda c. Keluarga dapat 1.4 Berikan kesempatan keluarga untuk
keluarganya yang menegatahui gejala stroke menyebutkan bertanya mengenai hal yang kurang
sakit. cara merawat c. Menyebutkan penyebab penyebab stroke jelas
keluarganya dari stroke d. Keluarga dapat 1.5 Diskusikan dengan keluarga
yang sakit d.Menyebutkan menyebutkan alternative yang dapat dilakukan
penatalaksanaan pasien penatalaksanaan untuk mencegah serangan stroke
stroke dirumah pasien stroke berulang.
dirumah. 1.6 Tanyakan kembali pada keluarga
tentang materi yang sudah dijelaskan

2. Setelah 1x 45 menit Respon verbal a. Keluarga dapat 2.1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
Keluarga mampu memutuskan tentang stroke
mengambil keputusan tindakan yang 2.2. Berikan reinforcement positif atas
mengenai tindakan yang tepan untuk pasien kemampuan menjelaskan kembali
tepan untuk diberikan stroke 2.3. Jelaskan pada keluarga tindakan
pada Ny. S dengan b. Keluarga dapat yang tepat untuk pasien stroke
stroke: menyebutkan 2.4. Jelaskan akibat lanjut apabila stroke
a. Menyebutkan akibat akibat lanjut tidak ditangani dengan benar.
lanjut apabila Stroke apabila stroke 2.5. Beri kesempatan keluarga untuk
tidak ditangani tidak ditangani bertanya
dengan benar. dengan benar 2.6. Tanyakan kembali pada keluarga
b. Menyebutkan
tentang materi yang sudah dijelaskan
tindakan yang tepat
dilakukan untuk
pasien stroke

Respon verbal a. Keluarga mampu


menyebutkan cara
mencegah
kekambuhan
stroke
b. Keluarga mampu 3.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
melakukan cara mencegah kekambuhan stroke
tindakan 3.2. Jelasakan cara mencegah
perawatan mandiri kekambuhan stroke
pada pasien stroke 3.3. Bantu keluarga mengidentifikasi
c. Keluarga mampu makanan yang dianjurkan untuk
mengidentifikasi pasien stroke
makanan yang 3.4. Jelaskan pada keluarga makanan
3. Setelah pertemuan 2x45
dianjurkan atau yang tidak dianjurkan pada pasien
menit keluarga mampu
tidak dianjurkan. stroke
merawat anggota
3.5. Jelasakan bagaimana cara perawatan
keluarganya yang sakit:
pasien stroke dirumah
a. Menyebutkan cara
3.6. Berikan kesempatan pada keluarga
mencegah
untuk bertanya
kekambuhan stroke
Respon Verbal a. Keluarga dapat 3.7. Tanyakan kembali pada keluarga
b. Melakukan tindakan
menyebutkan tentang materi yang sudah dijelaskan
perawatan mandiri
lingkungan yang
pada pasien stroke
aman bagi pasien
c. Mengidentifikasi
stroke
makanan yang
b. Keluarga dapat
dianjurkan untuk
menyebutkan hal- 4.1. Jelaskan lingkungan yang aman bagi
pasien stroke
hal yang harus pasien stroke
diperhatikan pada 4.2. Jelaskan hal-hal yang harus
lingkungan pasien diperhatiakn pada lingkungan pasien
stroke. stroke.
4.3. Motivasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang telah diterima
4.4. Berikan reinforcement positif atas
jawaban yang benar.
4. Setelah pertemuan 1x45
Respon verbal a. Keluarga dapat
menit keluarga mampu
menyebutkan
memodifikasi
fasilitas
lingkungan bagi pasien
kesehatan yang
stroke.
dapat
a. Menyebutkan
dimanfaatkan
lingkungan yang
keluarga
aman bagi pasien
b. Keluarga dapat
stroke
menyebutkan
b. Menyebutkan hal-hal
waktu untuk
yang harus 5.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
pergi
diperhatikan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
kepelayanan
lingkungan pasien dapat mereka manfaatkan.
kesehatan.
stroke. 5.2. Jelaskan fasilitas pelayanan
c. Keluarga dapat
kesehatan yang ada dimasarakat,
memanfaatkan
5.3. Identivikasi bersama keluarga kapan
fasilitas
harus pergi kepelayanan kesehatan
kesehatan
5.4. Motivasi keluarga untuk membawa
5. Setelah pertemuan 1x45 Ny. S kepelayanan kesehatan
menit kaluarga mampu 5.5. Evaluasi apakah keluarga pergi
memanfaatkan untuk kepelayanan kesehatan
mencegah kekambuhan 5.6. Berikan pujian jika pergi
pasien stroke. kepelayanan kesehatan.
a. Menyebutkan
fasilitas pelayanan
kesehatan yang
dapat dimanfaatkan
oleh keluarga
b. Menyebutkan waktu
untuk pergi
kepelayanan
kesehatan
c. Memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
2 Hambatan Setalah 1. Setelah pertemun 1x 45 Respon verbal. a. Keluarga dapat 1.1. Kaji sejauh mana pengetahuan
dilakukan menit keluarga mampu menyebutkan keluarga tentang penyakit stroke .
mobilitas fisik
minimal 8 kali mengenal masalah pengertian stroke 1.2. Berikan penjelasan kepada keluarga
pada Ny. S kunjungan kesehatan tentang b. Keluarga dapat mengenai penyakit stroke.
diharapkan hambatan mobilitas fisik menyebutkan 1.3. Jelaskan penyebab hambatan
berhubungan
keluarga pada pasien stroke: tanda gejalastroke mobilitas fisik pada pasien stroke
dengan mengerti dan a. Menyebutkan pengertian c. Keluarga dapat 1.4. Jelaskan cara penatalaksanaan
mengetahui cara stroke menyebutkan pasien stroke saat dirumah dengan
Ketidakmampuan
melakukan b.Menyebutkan tanda penyebab hambatan mobilitas fisik.
keluarga mengenal intervensi- gejala stroke hambatan 1.5. Berikan kesempatan keluarga untuk
intervensi c. Menyebutkan penyebab mobilitas fisik bertanya mengenai hal yang kurang
masalah kesehatan
mandiri untuk hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke jelas
membantu pasien stroke. d. Keluarga dapat 1.6. Diskusikan dengan keluarga
proses d.Menyebutkan menyebutkan alternative yang dapat dilakukan
penyembuhan penatalaksanaan pasien penatalaksanaan untuk mencegah serangan stroke
kelumpuhan stroke dirumah dengan pasien stroke berulang.
Ny.s hambatan mobilitas fisik dirumah dengan 1.7. Tanyakan kembali pada keluarga
hambatan tentang materi yang sudah dijelaskan
mobilitas fisik.

Respon Verbal a. Keluarga mampu


menyebutkan 2.1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
2. Setelah 1x 45 menit tindakan mandiri tentang stroke
Keluarga mampu tang tepat 2.2. Berikan reinforcement positif atas
mengambil keputusan dilakukan untuk kemampuan menjelaskan kembali
mengenai tindakan yang mengatasi 2.3. Jelaskan pada keluarga tindakan
tepan untuk diberikan hambatan yang tepat untuk pasien stroke
pada Ny. S dengan mobilitas fisik dengan hambatan mobilitas fisik
hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke 2.4. Jelaskan akibat lanjut apabila
akibat stroke: b. Keluarga dapat hambatan mobilitas fisik tidak
a. Menyebutkan mengambil ditangani dengan benar.
tindakan mandiri keputusan 2.5. Jelaskan pada keluarga tentang
yang tepat dilakukan mengenai tindakan mandiri ROM ( Range of
untuk mengatasi tindakan yang motion)
hambatan mobilitas tepat diberikan 2.6. Beri kesempatan keluarga untuk
pada pasien stroke untuk keluarga bertanya
b. Mengambil yang sakit stroke 2.7. Tanyakan kembali pada keluarga
keputusan mengenai tentang materi yang sudah dijelaskan
tindakan yang tepat
diberikan untuk
keluarganya yang
sakit.

Respon Verbal dan a. Keluarga mampu


Respon psikomotor menyebutkan cara
mencegah
kekambuhan
stroke. 3.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
3. Setelah pertemuan 2x45 b. Keluarga mampu cara mencegah kekambuhan stroke
menit keluarga mampu melakukan 3.2. Jelasakan cara mencegah
merawat anggota tindakan kekambuhan stroke
keluarganya yang sakit: perawatan mandiri 3.3. Lakukan bersama keluarga car
a. Menyebutkan cara pada pasien stroke melakukan tidankan mandiri ROM
mencegah dengan hambatan (Range Of Motion).
kekambuhan stroke mobilitas fisik 3.4. Berikan kesempatan pada keluarga
b. Melakukan tindakan untuk bertanya
perawatan mandiri 3.8. Tanyakan kembali pada keluarga
pada pasien stroke Respon verbal a. Keluarga dapat tentang materi yang sudah dijelaskan
dengan hambatan menyebutkan
mobilitas fisik. lingkungan yang
aman bagi pasien
stroke dengan
hambatan
4. Setelah pertemuan 1x45 mobilitas fisik. 4.1. Jelaskan lingkungan yang aman bagi
menit keluarga mampu b. Keluarga dapat pasien stroke dengan hambatan
memodifikasi menyebutkan hal- mobilitas fisik.
lingkungan bagi pasien hal yang harus 4.2. Jelaskan hal-hal yang harus
stroke dengan hambatan diperhatikan pada diperhatiakn pada lingkungan pasien
mobilitas fisik. lingkungan pasien stroke dengan hambatan mobilitas
a. Menyebutkan fisik.
lingkungan yang stroke dengan 4.3. Motivasi keluarga untuk mengulangi
aman bagi pasien hambatan penjelasan yang telah diterima
stroke dengan mobilitas fisik. 4.4. Berikan reinforcement positif atas
hambatan mobilitas jawaban yang benar.
fisik.
b. Menyebutkan hal-hal
yang harus
diperhatikan pada
lingkungan pasien
stroke dengan Respon verbal a. Keluarga dapat
hambatan mobilitas menyebutkan
fisik. fasilitas
kesehatan yang
dapat
dimanfaatkan
keluarga
5. Setelah pertemuan 1x45 b. Keluarga dapat
menit kaluarga mampu menyebutkan
memanfaatkan untuk waktu untuk
mencegah kekambuhan pergi 5.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
pasien stroke. kepelayanan fasilitas pelayanan kesehatan yang
a. Menyebutkan kesehatan. dapat mereka manfaatkan.
fasilitas pelayanan c. Keluarga dapat 5.2. Jelaskan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memanfaatkan kesehatan yang ada dimasarakat,
dapat dimanfaatkan fasilitas 5.3. Identivikasi bersama keluarga kapan
oleh keluarga kesehatan harus pergi kepelayanan kesehatan
b. Menyebutkan waktu 5.4. Motivasi keluarga untuk membawa
untuk pergi Ny. S kepelayanan kesehatan
kepelayanan 5.5. Evaluasi apakah keluarga pergi
kesehatan kepelayanan kesehatan
c. Memanfaatkan Berikan pujian jika pergi
fasilitas kesehatan.
kepelayanan kesehatan.
D. Implementasi

Tanggal/ Diagnosa Implementasi


Waktu Keperawatan
HARI KE-1
Senin, 5 Dx 1 1. Mengkaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang penyakit
Oktober 2020 stroke .
Jam 1. Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit stroke.
10.00
Wib 2. Menjelaskan cara penatalaksanaan pasien stroke saat dirumah
3. Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya mengenai hal
yang kurang jelas
4. Mendiskusikan dengan keluarga alternative yang dapat dilakukan
untuk mencegah serangan stroke berulang.
5. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang semua penjelasan
yang diberikan

Senin, 5 Dx 2 1. Mengkaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang penyakit


Oktober 2020 stroke .
Jam 10.00 Wib

2. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit


stroke.
3. Menjelaskan penyebab hambatan mobilitas fisik pada pasien
stroke
4. Menjelaskan cara penatalaksanaan pasien stroke saat dirumah
dengan hambatan mobilitas fisik.
5. Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya mengenai hal
yang kurang jelas
6. Mendiskusikan dengan keluarga alternative yang dapat dilakukan
untuk mencegah serangan stroke berulang
7. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang semua penjelasan
yang diberikan
HARI KE – 2
Selasa, 6 Dx 1 1. Mengkaji ulang pengetahuan keluarga tentang stroke
Oktober 2020

Jam 15.00 WIB

2. Memberikan reinforcement positif atas kemampuan menjelaskan


kembali
3. Menjelaskan pada keluarga tindakan yang tepat untuk pasien
stroke
4. Menjelaskan akibat lanjut apabila stroke tidak ditangani dengan
benar.
5. memberi kesempatan keluarga untuk bertanya

6. menanyakan kembali pada keluarga tentang materi yang sudah


dijelaskan
Selasa, 6 Dx 2 1. Mengkaji ulang pengetahuan keluarga tentang stroke
Oktober 2020

Jam 15.00 WIB

2. Memberikan reinforcement positif atas kemampuan menjelaskan


kembali
3. Menjelaskan pada keluarga tindakan yang tepat untuk pasien
stroke dengan hambatan mobilitas fisik
4. Menjelaskan akibat lanjut apabila hambatan mobilitas fisik tidak
ditangani dengan benar.
5. Menjelaskan pada keluarga tentang tindakan mandiri ROM
(Range of motion)
6. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya

7. Menanyakan kembali pada keluarga tentang materi yang sudah


dijelaskan
HARI KE-3
Rabu, 07 Dx 1 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara mencegah
Oktober 2020 kekambuhan stroke

Jam 15.00 WIB

2. Menjelasakan cara mencegah kekambuhan stroke

3. Membantu keluarga mengidentifikasi makanan yang dianjurkan


untuk pasien stroke
4. Menjelaskan pada keluarga makanan yang tidak dianjurkan pada
pasien stroke
5. Menjelasakan bagaimana cara perawatan pasien stroke dirumah

6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya

7. Menanyakan kembali pada keluarga tentang materi yang sudah


dijelaskan

Rabu, 07 Dx 2 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara mencegah


Oktober 2020 kekambuhan stroke

Jam 15.00 WIB

2. Menjelasakan cara mencegah kekambuhan stroke

3. Melakukan bersama keluarga cara melakukan tindakan mandiri


ROM (Range Of Motion).
4. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya

5. Menanyakan kembali pada keluarga tentang materi yang sudah


dijelaskan

E. Evaluasi (Catatan PerkembanganKeluarga)


No. Tanggal Jam Evaluasi Paraf
Diagnosa
HARI KE-1
Dx 1 Senin, 5 Jam S:
Oktober 10.00 - Keluarga Tn.T mengatakan memahami
2020 Wib penjelasan perawat dengan baik
- Keluarga Tn. T mengatakan mengerti dan mulai
tahu apa itu stroke dan bagaimana penyebab dari
stroke.
- Keluarga Tn.T mengatakan ingin mencoba
alternative-alternatif yang sudah dibahas dengan
perawat tadi.

O:
- Keluarga Tn.T tampak mendengarkan dengan
baik saat diberikan penjelasan
- Keluarga Tn.T hanya tidak telalu lancar saat
diminta menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan oleh perawat

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi selanjutnya
Dx 2 Senin, 5 Jam S:
Oktober 10.00 - Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak tahu
2020 Wib penyebab hamban mobilitas fisik yang
diakibatkan oleh stroke.
- Keluarga mengatakan mereka memahami apa
yang dijelaskan oleh perawat
O
- Keluarga dapat menjelasakan kembali penyebab
hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke.
- Keluarga tampak aktif bertanya tentang
perawatan pada pasien stroke dirumah dengan
hambatan mobilitas fisik
- Keluarga dapat menyebutkan pencegahan stroke
yang dijelaskan oleh perawat

A.
Masalah belum teratasi

P
Lanjut kan intervensi selanjutnya

HARI KE-2

Dx 1 Selasa, 06 Jam S
oktober 15.00 - Keluarga mengatakan bahwa stroke adalah
2020 WIB kelumpuhan yang disebabkan oleh terjadinya
penyumbatan pembuluh darah.
- Keluarga menjelaskan mereka tidak tahu
tindakan yang tepat diberikan pada pasien stroke
- Keluarga mengatakan mereka menerima saran
yang diberikan oleh perawat.

O
- Keluarga dapat menjawab pertanyaan dari
perawat.
- Keluarga tampak aktif bertanya
- Keluarga tampak mau menerima saran dan
informasi yang diberikan oleh perawat.

A
Masalah belum teratasi

P
Lanjut intervensi selanjutnya
Dx 2 Selasa, 06 Jam S
oktober 15.00 - Keluarga mengatakan mereka tidak tahu apa itu
2020 WIB ROM.
- Keluarga mengatakan bahwa mereka ingin sekali
mencoba melakukan ROM pada Ny. S
- Keluarga mengatakan mereka sangat-sangat
menerima saran dan informasi yang diberikan
oleh perawat.

O
- Keluarga tampak bersemangat saat diberikan
penjelasan
- Keluarga tampak mau bekerjasama dengan
perawat
- Keluarga antusias saat di jelaskan tentang ROM

A
Masalah belum teratasi

P
Lanjut intervensi selanjutnya

HARI KE-3

Dx 1 Rabu, 07 Jam S
Oktober 15.00 - Keluarga mengatakan mereka tidak tahu
2020 WIB bagaimana cara mencegah stroke berulang.
- Keluarga mengatakan mereka mulai mengerti
setelah dijelaskan oleh perawat
- Keluarga mengatakan mereka masih agak sedikit
bingung tentang penjelasan dari perawat

O
- Keluarga tampak kebingungan saat dijelaskan
tentang bagaimana cara pencegahan dari stroke
- Keluarga tampak antusias saat dijelaskan tentang
pencegahan stroke
- Keluarga tampak kebingungan saat dijelaskan
bagaimana cara perawatan pasien stroke dirumah

A
Masalah belum teratasi

P
Lanjut intervensi selanjutya
Dx 3 Rabu, 07 Jam S
Oktober 15.00 - Keluarga mengatakan mereka tidak ktahu cara
2020 WIB mencegah stoke berulang
- Keluarga mengatakan mereka sangat ingin
mencoba bagaimana cara melakukan ROM.

O
- Keluarga tampak antusias saat di berikan latihan
ROM kepada Ny. S
- Keluarga mencoba melakukan gerakan
- Keluarga tampak masih belum begitu memahami
penjelan perawat tentang gerakan ROM
A
Masalah belum teratasi

P
Lanjut intervensi selanjutnya.
BAB 4
ANALISIS JURNAL
1. Pendahuluan
Serangan otak atau stroke merupakan gangguan suplai darah otak secara mendadak
sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya pembuluh
darah otak (Chang, Daly & Elliot, 2009, hlm.286).Strokemerupakandefisit(gangguan)
fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak (Pinzon, et al., 2010, hlm.1). Jadi stroke merupakan penyakit saraf pada otak
akibat terjadinyagangguanperedarandarahotak.

2. Kasus
Diagnosa medis: Stroke non hemoragik

3. Rumusan Masalah
P Hemiparese merupakan masalah umum pada Klien stroke yang
(Problem/Klien) dapat menimbulkan disability.
I Latihan Rom
(Intervention)
C
Terapi Akupresur
(Comparing)
O Peningkatan kekuatan otot ekstremitas
(Outcome)
T  Latihan Rom dilakukan pada ekstremitas
(Time) atas/lengansebanyak 2 kali sehari selama 15-30 menit
selama 7 hari
 Memberikan akupresur 10 menit pada keenam titik
akupresur di regio skapula 1x sehari selama 7 hari.

4. Metode/strategi penelusuran bukti


Jurnal Pertama
Judul : Pengaruh Latihan ROM Pasif Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Stroke Di Ruang RA4 RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2014 (Jurnal Ilmiah
PANNMED, Vol. 9, No. 3, 2015)
Jurnal Kedua
Judul : Akupresur Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot
dan Rentang Gerak Pada Klien Stroke (Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol. 17, No. 3, 2014)
5. Hasil Penelusuran
No Judul Jurnal Validity Importance Applicable
1. Pengaruh Penelitianmenggunakan Karakteristik responden Hasil penelitian ini
Latihan ROM metode eksperimental - Jenis kelamin bisa dijadikan dasar
dengan rancangan one dalam manajemen
Pasif Terhadap mayoritas laki-laki
group pretest dan terapi pada Klien
Kekuatan Otot Posttest dengan Teknik sebanyak 8 orang stroke. Sudah
Ekstremitas pengambilansampel (67%) banyak rumah sakit
accidental sampling. yang menerapkan
Pada Pasien - Usia mayoritas 45-
ROM sebagai terapi
Stroke Di Populasi pada 65 tahun sebanyak pada Klien stroke.
penelitian ini adalah Penelitian ini tidak
Ruang RA4 6 orang ( 50%)
seluruh pasien rawat memakan banyak
RSUP H. inap Stroke - Pekerjaan
biaya di karena kan
Adam Malik NonHemoragik di mayoritas intervensi dilakukan
Medan Tahun Ruang RA4 mulai wiraswasta tanpa menggunakan
bulan Oktober sampai
2014 Desember berjumlah 87 sebanyak 5 orang alat bantu
orang. (42 %)
- Suku mayoritas
Sampel dalam
suku batak
penelitian ini berjumlah
12 responden. sebanyak 5 orang
(41%)
Latihan ROM
- Lama perawatan
ekstremitas yang
diberikan sebanyak 2 mayoritas selama 2
kali/hari yang minggu sebanyak 8
pelaksanaannya
orang (66%)
disesuaikan standar
operasional prosedur
dari latihan ROM Hasil penelitian
selama 7 hari. sebelum dilakukan
RangeOf Motion
Kekuatan otot (ROM) pasif pada
ekstremitas, diukur pasien stroke non
menggunaan Manual hemoragik,kekuatan
Muscle Testing otot ekstremitas atas
menurut Lovelt, Naniel responden
dan Worthinghom menunjukkannilai
dengan pemberian skor kekuatan otot yang
sebagai berikut 0: kecil dengan nilai 1-2.
paralise total, derajat 1: Namun setelah
kontraksi otot hanya dilakukan latihan
diketahui dari palpasi, Range Of Motion
derajat 2: otot hanya (ROM) pasifpada
mampu menggerakan seluruh responden,
persendian tidak dapat terjadi peningkatan
melawan gravitasi, kekuatan otot
derajat 3: otot mampu ekstremitas atas yang
menggerakkan sendi, didominasi dengan nilai
mampu menahan kekuatanotot 3. (ρ =
gravitasi, tetapi tidak 0,068)
bisa menerima tahanan,
derajat 4: kemampuan
otot seperti derajat 3
tetapi mampu menahan
beban ringan, derajat 5:
kekuatan otot normal

2. Terapi Penelitian ini Karaktersitik responden Hasil penelitian


menggunakan metode : usia, jenis kelamin,
akupresur ini sangat bisa
quasi eksperimental tipe stroke, frekuensi
terhadap dengan pendekatan stroke dan admission digunakan
kekuatan otot control groups pretest- time (waktu yang dirumah sakit
post test design. dibutuhkan ke rumah
dan rentang sakit sejak sebagai terapi
gerak Teknik pengambilan mendapatkan serangan komplementer.
sampel menggunakan stroke).
ekstremitas consecutive sampling. Terapi ini hanya
atas pada Jumlah sampel pada bisa dilakukan
penelitian ini sebanyak Hasil penelitian
Klien stroke oleh tenaga
34 responden yang menunjukkan adanya
dibagi menjadi dua perbedaan yang professional
kelompok yaitu 17 bermakna pada karena dilakukan
responden kelompok kekuatan otot dan
intervensi dan17 rentang gerak dibeberapa titik
responden kelompok ekstremitas atas antara penekanan.
control kelompok intervensi
dan kelompok kontrol Walaupun terapi
Kliteria inklusi pada (p= 0,001 dan p= ini tidak
penelitian ini yaitu 0,000; α= 0,05).
terdiagnosis stroke baik
memerlukan biaya
hemoragik maupun karna tidak
non-hemoragik,
memerlukan alat
mengalami hemiparesis
dengan kekuatan otot 1- bantu untuk terapi
3 baik kiri maupun ini.
kanan, kesadaran
kompos mentis dan
bersedia mengikuti
penelitian. Kriteria
ekslusi pada penelitian
ini yaitu tanda-tanda
vital tidak stabil, Klien
dalam fase akut (kurang
dari 7 hari onset
serangan) dan
kontraindikasi
akupresur (kulit terluka,
bengkak, fraktur,
myalgia)

Kekuatanotot
ekstremitas, diukur
dengan meminta
responden mengangkat
ekstremitas atasnya
yang mengalami
hemiparesis dan dinilai
dengan menggunakan
skala Medical Research
Council (MRC)yang
terdiri dari 6 tingkat,
mulai dari 0 (tidak ada
kontraksi) sampai 5
(kekuatan normal).

Rentang gerak
ekstremitas atas, diukur
dengan menggunakan
goniometer pada 5
gerakan dasar sendi
ekstremitas atas yaitu
rotasi eksterna bahu:
90º, fleksi bahu: 180º,
abduksi bahu: 180°,
ekstensi siku: 180º dan
supinasi lengan: 90º.
Hasil pengukuran
berupa rerata dari
kelima persentasi
gerakan maksimum
yang dilakukan pada
setiap rentang gerak.

6. Diskusi
6.1Perbandingan Pengaruh Latihan Rom terhadap kekuatan otot
Latihan ROM merupakan latihan rentang gerak yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu dari 3 potongan tubuh sagital (gerak fleksi, ekstensi, pada jari tangan dan siku
serta hiperekstensi pada pinggul, frontal (gerak abduksi adduksi pada lengan dan
tungkai, eversi dan inversi pada kaki ) dan transfersal (gerak pronasi, supinasi pada
tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut dan dorso fleksi dan plantar fleksi pada
kaki).

Metode penelitian :menggunakan desain Experiment one group pretest danPosttest


dengan jumlah sampel 12 responden. Latihan ROM dilakukan selama 15-30 menit 2
kali sehari dan dilaksanakan selama 7 hari berturut–turut. Evaluasi dilakukan pada hari
petama sebelum dilakukan latihan Rom dan hari ketujuh setelah dilakukan latihan Rom.
Hasil penelitian : sebelum dilakukan Range Of Motion (ROM) pasif pada pasien stroke
non hemoragik,kekuatan otot ekstremitas atas responden menunjukkannilai kekuatan
otot yang kecil dengan nilai 1-2. Namun setelah dilakukan latihan Range Of Motion
(ROM) pasifpada seluruh responden, terjadi peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas
yang didominasi dengan nilai kekuatan otot 3. (ρ = 0,068)
Kelebihan :
 Meningkatkan kekuatan otot
 Mencegah terjadinya kekakuan sendi
 Membantu pemulihan kekuatan motorik terutama pada Klien stroke
 Merangsang sirkulasi darah
 Mudah diterapkan metodenya dan tidak beresiko.

Kelemahan :
Latihan ROM harus dilakukan secara berulang dan rutin untuk mencegah atropi otot.

6.2 Perbandingan Terapi Akupresur Terhadap Kekuatan Otot Dan Rentang Gerak
Ekstremitas Atas Pada Klien Stroke
Akrupresur merupakan metode non-invasif berupa penekanan pada titik akupuntur
tanpa menggunakan jarum, biasanya hanya menggunakan jari atau benda tertentu yang
dapat memberikan efek penekanan sehingga lebih bisa diterima dan ditoleransi oleh
Klien dibandingkan akupuntur yang menggunakan jarum.

Metode penelitian : menggunakan Quasi Eksperimental dengan pendekatan pre-post


test. Jumlah sampel 34 responden (n kontrol = 17 responden, n intervensi = 17
responden). Kelompok intervensi diberikan akupresur setiap hari selama 10 menit pada
ke 6 titik akupuntur di region skapula dalam waktu selama 7 hari. Kekuatan otot
ekstremitas dinilai dengan menggunakan Medical Research Council Scale.

Hasil penelitian : menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kekuatan otot
dan rentang gerak ekstremitas atas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
(p= 0,000; α = 0,05).

Kelebihan :
 Memperbaiki fungsi ekstremitas
 Melancarkan pergerakan aliran qi (energy vital) di dalam tubuh
 Meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas terutama pada Klien
stroke
 Metode yang digunakan resikonya rendah
Kekurangan :
 Dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada Klien akibat dari penekanan
 Hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih/ profesional

7. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, Terapi Latihan ROM dan Terapi akupresur cukup efektif untuk
dilakukan dan bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak pada
ekstremitas, mencegah terjadinya atropi otot atau kelumpuhan dan meningkatkan pemulihan
terutama pada Klien stroke. Kedua terapi ini dapat dijadikan salah satu acuan perawat
dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai