PEMBIMBING
Hiryadi, Ns.,M.Kep, Sp. Kom
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8
A. Latar Belakang
Kejadian stroke mungkin didahului oleh serangan iskemik transien (TIA) yang serupa
dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit neurologik
yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung membaik dengan
kcepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi biasanya 24 jam. Istilah ini
merupakan istilah klinis dan tidak mengisyaratkan penyebab (Fagan & Hess, 2008).
Stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker.
Stroke masih merupakan penyebab utama dari kecacatan. Data menunjukkan, setiap
tahunnya stroke menyerang sekitar 15 juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat,
lebih kurang lima juta orang pernah mengalami stroke. Sementara di Inggris, terdapat 250
ribu orang hidup dengan kecacatan karena stroke. Di Asia, khususnya di Indonesia, setiap
tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke (Fagan & Hess, 2008).
Dari jumlah itu, sekitar 2,5 persen di antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya
mengalami cacat ringan maupun berat. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat
dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita
stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, terbanyak
karena stres, ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya
merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan (Roger et
al., 2011).
Sedangkan menurut Padila (2012), Stroke Non Hemoragik adalah cedera otak yang
berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di
arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.
I.2. Etiologi
Penyebab stroke non hemoragik disebabkan oleh faktor yaitu hipertensi, merokok,
peningkatan kolesterol, dan obesitas (Muttaqin, 2014).
I.2.1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran
darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan
kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
I.2.2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik
I.2.3. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.
I.2.4. Peningkatan Kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan aterosklerosis dan
terbentuknya thrombus sehingga aliran darah menjadi lambat untuk menuju ke
otak, kemudian hal itu dapat menyebabkan perfusi otak menurun.
I.2.5. Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki berat badan
berlebih dengan IMT lebih besar daripada 27,8 kg/m².
I.2.6. Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan kemudian berakibat pada
stroke.
I.3. Tanda dan gejala
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4
macam :
I.3.1. Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
I.3.1.1. Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
I.3.1.2. Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan motoriknya )
I.3.1.3. Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya )
I.3.2. Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
I.3.2.1. Hipoarasthesia dan Arasthesia.
I.3.2.2. Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah.
I.3.3. Dyspasia ( gangguan berbicara )
I.3.4. Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
I.3.4.1. Gangguan neurologis.
I.3.4.2. Gangguan psikologis.
I.3.4.3. Keadaan kebingungan.
I.3.4.4. Reaksi depresif.
I.4. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena sumbatan yang diakibatkan oleh bekuan di
dalam arteri besar pada sirkulasi sereberum, sumbatan atau obstruksi ini dapat
disebabkan oleh emboli maupun thrombus (Robbins, 2007). Thrombus terbentuk
akibat plak dari arteosklerosis sehingga sering kali terjadi penyumbatan pasokan
darah ke organ di tempat terjadinya thrombosis. Aterosklerosis merupakan insiator
utama thrombosis yang berikatan dengan kehilangan endotel dan aliran vascular
abnormal, selain itu akan menimbulkan obstruksi (Robbins, 2007). Potongan-
potongan thrombus terutama thrombus kecil yang biasanya disebut dengan emboli
akan lepas dan berjalan mengikuti aliran darah (Ganong, 2012).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga
terperangkap dalam pembuluh darah distal, sehingga hal itu menyebabkan aliran
darah menuju ke otak menjadi berkurang. Sel otak yang kekurangan oksigen dan
glukosa dapat menyebabkan asidosis, akibat asidosis natrium, klorida dan air masuk
ke dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel otak. Hal tersebut dapat
mengakibatkan edema setempat. Kalsium akan masuk dan memicu serangkaian
radikal bebas, kemudian terjadi kerusakan membrane sel dan tubuh mengalami
gangguan neuromuscular (Esther, 2010).
I.5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2014), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :
I.5.1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
I.5.2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan
adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
I.5.3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
I.5.4. MRI: MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
I.5.5. USG Doppler: Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
I.5.6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium:
1.5.1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
1.5.2. Pemeriksaan darah rutin.
1.5.3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
1.5.4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
1.6. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan :
1.6.1. Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
1.6.2. Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
1.6.3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
1.6.4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
1.7.2. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
1.7.3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
1.7.4. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
1.7.5. EKG dan pemantauan jantung.
1.7.6. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
1.7.7. Rehabilitasi neurologik.
1.8. Pathway
II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
II.1. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2014) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.
II.1.1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
2.1.2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
2.1.3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
2.1.9. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal, dan hemisfer.
2.1.9.1. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
1. Teras
2. Ruang tamu 1 6
8
3. Ruang tamu 2 2 4 5
4. Kamar 1
7
5. Kamar 2
6. Ruang makan
7. Tempat mencuci
8. Dapur
9. WC
// : pintu
/ : jendel
3.3 Karakteristik Tetangga dan Komunitas :
Rumah Tn. T sangat berdekatan dengan tetangganya, jarak nya tidak jauh kurang lebih
500 M dari rumahnya. Tn.T mengatakan sangat mengenal baik tetangga-tetangga
disamping rumahnya. Tn. T mengatakan bahwa ia dan keluarganya sering mengikuti
kegiatan-kegiatan komunitas disekitar rumahnya.
3.4 Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.T mengatakan sudah bertempat tinggal didaerah itu karang lebih sudah 22 tahun
lamanya dan sejak saat itu mereka tidak pernah berpindah-pindah tempat tinggal lagi.
3.5 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. T mengatakan ia dan keluarganya setiap minggu akan selalu berkumpul dirumah
bersama anak-anaknya yang sudah menikah juga. Tn. T mengatakan ia dan keluarga
sangat sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar terutama tetangga di samping
rumahnya.
IV. StrukturKeluarga
4.1 Struktur peran
4.1.1 Tn. T.
Peran formal : Petani.
Peran non formal : Sebagai kepala keluarga, dan suami.
4.1.2 Ny. S.
Peran formal : tidak ada
Peran non formal : Sebagai ibu rumah tangga dan istri.
4.1.3 Nn. R
Peran formal : berdagang
Peran non formal : sebagai anak ke tiga
4.1.4 Nn. Y
Peran formal : Mahasiswi
Peran non formal : sebagai anak ke 4
4.2 Nilai dan norma keluarga
Dalam keluarga Tn.T mempunyai suatu peraturan yang ditanamkan kepada anak-anaknya
yaitu tidak bertengkar dengan anggota keluarga dan dalam menyelesaikan masalah harus
dengan musyawarah. Konflik peran jarang terjadi baik kedua orang tua maupun anak-
anaknya
4.3 Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga Tn. T mengatakan biasa berkomunikasi dengan bahasa dayak atau banjar
dan jarang menggunakan bahasa indonesia, dapat berkomunikasi dengan baik tidak ada
hambatan dalam berkomunikasi.
4.4 Struktur kekuatan keluarga
Dalam mengontrol perilaku anak-anaknya saat ini adalah Tn.T dengan memberikan
nasehat bila anak-anaknya berperilaku kurang baik, yang berperan mengambil keputusan
dalam setiap masalah adalah Tn. T. Tn. T mengatakan istrinya tidak dapat lagi berperan
dalam mengambil keputusan karena istrinya tidak dapat memutuskan dan tidak dapat
berbicara lagi.
V. Fungsi Keluarga
5.1 Fungsi Efektif:
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga. Tn. T
dan Ny. S selalu mendidik anaknya baik apabila berada dirumah maupun di luar rumah.
5.2 Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan prilaku social yang baik. Keluarga juga
cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
5.3 Fungsi Reproduksi :
Keluarga Tn. T memiliki 4 orang anak yang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 perempuan.
Saat ini kedua anak laki-laki Tn. T sudah menikah semua dan sudah memilki anak. Ny.S
sudah lama mengalami menapouse.
5.4 Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. T selalu membagi penghasilan yang ia dapat kan untuk menabung dan
untuk makan sehari-hari. Tn. T mengatakan uang yang ia tabung untuk menjaga-jaga
bila penyakit yang istrinya derita kambuh kembali. Tn. T mengatakan uang yang ia
sisihkan untuk makan dan lain-lain itu sangat cukup untuk keluarganya.
5.5 Perawatan kesehatan
5.5.1 Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga menyatakan bahwa saat ini Ny. S menderita stroke, dan keluarga
tidak tahu tentang nutrisi dan diit pada penderita stroke, dan kurang
pengetahuan tentang aturan tindakan dan pencegahan stroke yang dapat
dilakukan nya dirumah.
5.5.2 Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
Keluarga Tn. T mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit biasanya
dibelikan obat di apotik terlebih dahulu, jika tidak ada perubahan kondisi dari
anggota keluarga baru meraka membawa anggota keluarganya ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat.
5.5.3 Kemampuan kelurga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn.T mengatakan mereka tidak tahu bagaimana cara merawat
penderita stroke, dan mereka hanya membantu memfasilitasi kebutuhan-
butuhan Ny. S saja. Tn. T mengatakan bahwa ia tidak pernah membantu
istrinya melakukan latihan-latihan ataupun gerakan-gerakan yang membantu
proses penyembuhan kelumpuhan istrinya. Tn. T mengatakan masih sangat
binggung apa yang harus mereka lakukan dalam membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
5.5.4 Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan
keluarga Tn.T sangat baik dalam pemeliharan lingkungan sekitar rumahnya,
misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah
yang benar dan pengelolaan air dengan baik. Terlihat dari lingkungan rumah
Tn. T yang bersih dan tampak rapi.
5.5.5 Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. T selalu segera membawa keluarganya fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat bila keluarganya tidak kunjung sembuh setelah
diberikan obat.
VI. Stres Dan Koping Keluarga
6.1 Stresor jangka pendek dan panjang :
Jangka pendek yang dirasakan oleh keluarga Tn. T adalah bila anak ketiga mereka yaitu
Nn. R sebentar lagi menikah, ditakutkan tidak ada yang merawat Ny. S dirumah
dikarenakan anak keempatnya setiap pagi kuliah dan Tn. T kekebun.
Jangka panjang adalah Keluarga Tn. T takut Ny. S sendirian saat dirumah ketika Nn. R
sudah menikah.
6.2 Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor :
Keluarga Tn. T memberikan dengan baik saat respon stressor yang ada dengan
berdiskusi dengan semua anaknya terutama tentang keadaan keluarga yang berhubungan
dengan keadaan istrinya Ny. S.
6.3 Strategi koping yg digunakan :
Dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya Tn. T memusyawarahkannya untuk
mengambil suatu keputusan
6.4 Strategi adaptasi disfungsional :
Keluarga Tn. T harus menata kembali sistem peran dirumahnya karena Ny. S sedang
sakit. Sehingga tidak ada yang mengurus dan mengelola sistem dirumah. Sebelumnya
semua diatur oleh istrinya kini ia harus ikut berperan serta dalam mengurus rumah
dengan dibantu oleh kedua putrinya.
6.5 Harapan Keluarga :
Keluarga Tn. T berharap Ny. S dapat sembuh seperti sebelumnya walaupun tidak bisa
sembuh sepenuhnya tapi dapat berjalan saja itu sudah cukup.
VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap individu anggota keluarga
Lakukan Pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga
Nama Kepala Mata Hidung Telinga Leher Dada Abdomen Ektremitas
Tn. T Rambut hitam Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
TD: keputih-putihan, konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
130/90 tidak teraba tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada normal, klien
mmHg benjolan, tidak sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. dapat
anda nyeri tekan., ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan menggerakan
N: 70x/ tidak terdapat menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien seluruh
menit ketombe alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitasnya.
penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali,
R: 20x/ ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi
menit tidak terdapat nyeri tekan abdomen
nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi
T: 37OC normal, suara timpani.
jantung normal
dan ictus
cordis tidak
teraba
Ny. S Rambut hitam Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
TD: keputih-putihan, konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
150/90 tidak teraba tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada mengalami
mmHg benjolan, tidak sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. kelumpuhan,
anda nyeri tekan., ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan klien dapat
N: 90x/ tidak terdapat menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien menggerakkan
menit ketombe alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitas
penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali, kirinya, namun
R: 22x/ ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi ekstrimitas
menit tidak terdapat nyeri tekan abdomen kanannya
nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi mengalami
T: 37, 5OC normal, suara timpani. kelumpuhan
jantung normal total. Klien
dan ictus tidak bisa duduk
cordis tidak apabila tidak
teraba dibantu. Klien
tidak bisa
berpindah ke
kursi roda
sendiri, perlu
bantuan dari
orang lain.
Nn. R Rambut hitam, Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
tidak teraba konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
TD: benjolan, tidak tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada normal, klien
110/70 anda nyeri tekan., sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. dapat
mmHg tidak terdapat ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan menggerakan
ketombe menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien seluruh
N: 75x/ alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitasnya.
menit penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali,
ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi
R: 18x/ tidak terdapat nyeri tekan abdomen
menit nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi
normal, suara timpani.
T: 36,5OC jantung normal
dan ictus
cordis tidak
teraba
Nn. Y Rambut hitam, Simetris, Tidak terdapat Simetris, ukuran Saat Simetris kika, Tidak terdapat Pergerakan
TD: tidak teraba konjungtiva nafas cuping telinga normal, dilakukan irama luka, hepar kanan kiri
90/60 benjolan, tidak tidak anemis, hidung, tidak tidak ada cairan penekanan pernafasan tidak ada normal, klien
mmHg anda nyeri tekan., sklera tidak ada tanda- telinga yang kelenjar normal, tidak pembesaran. dapat
tidak terdapat ikterik, tidak tanda infeksi, keluar,telinga tiroid tidak menggunakan Nyeri tekan menggerakan
N: 70x/ ketombe menggunakan tidak ada besih, tidak teraba, kaku otot-otot bantu tidak ada, lien seluruh
menit alat bantu sekret yang menggunakan kuduk tidak, nafas, suara tidak ada ekstrimitasnya.
penglihatan keluar, tidak alat bantu nyeri tekan nafas normal, spenomegali,
R: 20x/ ada nyeri tekan dengar tidak, dan tidak terdapat perkusi
menit tidak terdapat nyeri tekan abdomen
nyeri tekan. vokal fremitus berbunyi
T: 37OC normal, suara timpani.
jantung normal
dan ictus
cordis tidak
teraba
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. AnalisaData
DO:
a. Keluarga Tn. T tampak kebingungan
saat ditanya tentang penyebab dari
stoke.
a. Keluarga Tn. T tampak kebingungan
saat ditanya bagaimana cara merawat
keluarga yang menagalami
kelumpuhan akibat stroke.
b. Tanda-tanda vital;
TD: 150/90 mmHg
N: 90x/ menit
R: 22x/menit
T: 37,5Oc
2. DS: Ketidakmampuan Hambatan mobilitas fisik
a. Keluarga Tn.T mengatakan mereka keluarga mengenal pada Ny. S
tidak tahu bagaimana cara merawat masalah kesehatan
penderita stroke, dan mereka hanya
membantu memfasilitasi kebutuhan-
butuhan Ny. S saja.
b. Tn. T mengatakan bahwa ia tidak
pernah membantu istrinya melakukan
latihan-latihan ataupun gerakan-
gerakan yang membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
c. Tn. T mengatakan masih sangat
binggung apa yang harus mereka
lakukan dalam membantu proses
penyembuhan kelumpuhan istrinya.
DO :
b. Tn.T tampak kebingungan saat
ditanyakan tentang bagaimana cara
melakukan terapi/ latihan-latihan yang
dapat membantu proses penyembuhan
kelumpuhan yang dialami Ny. S
c. Keluarga Tn. T tampak kebingungan
saat ditanya bagaimana cara merawat
keluarga yang menagalami
kelumpuhan akibat stroke.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarganya yang sakit.
b. Hambatan mobilitas fisik pada Ny. S berhubungan denganKetidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
3. Skoring Prioritas Masalah:
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarganya yang sakit.
No Masalah keluarga skore Bobot/ Pembenaran
perhitungan
skore
1 Sifat masalah 1 3/3x1= 1 Masalah sudah terjadi perlu adanya
Skala : tidak/ kurang perubahan dalam tingkat pengetahuan
sehat keluarga karena pengetahuan sangat
berperan aktif dalam membatu proses
perawatan keluarga terhadap
keluarganya yang sakit
2 Kemungkinan masalah 2 2/2x2 Dengan memberikan pendidikan
untuk dapat diubah kesehatan kepada keluarga kemungkinan
Skala: mudah dapat berubah dengan mudah karena
keluarga sangat kooperatif dan antusias
nya tinggi untuk mendapatkan ilmu-ilmu
baru yang dapat mengembangakan
pengetahuan mereka dalam melakukan
perawatan pasien stroke
3 Potensi masalah untuk 2/3 2/3x1 Karena untuk meningkatkan
dicegah pengetahuan dan keterampilan dalam
Skala: cukup melakukan perawatan pada pasien stroke
itu perlu proses yang sedikit lama. Oleh
sebab itu kemungkinan masalah dapat
diubah adalah cukup.
4 Menonjolnya masalah 1 2/2x1 Kegagalan keluarga dalam merawat
Skala: pasien stroke akan menyebabkan stroke
Masalah berat harus berulang pada pasien. Selain itu ketidak
segera ditangani tahuan keluarga tentang perawatan
pasien stroke akan berdampak pada
keterlambatan pada proses penyembuhan
pasien stroke
Total 4 2/3
4. Prioritas DignosaKeperawatan
2. Setelah 1x 45 menit Respon verbal a. Keluarga dapat 2.1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
Keluarga mampu memutuskan tentang stroke
mengambil keputusan tindakan yang 2.2. Berikan reinforcement positif atas
mengenai tindakan yang tepan untuk pasien kemampuan menjelaskan kembali
tepan untuk diberikan stroke 2.3. Jelaskan pada keluarga tindakan
pada Ny. S dengan b. Keluarga dapat yang tepat untuk pasien stroke
stroke: menyebutkan 2.4. Jelaskan akibat lanjut apabila stroke
a. Menyebutkan akibat akibat lanjut tidak ditangani dengan benar.
lanjut apabila Stroke apabila stroke 2.5. Beri kesempatan keluarga untuk
tidak ditangani tidak ditangani bertanya
dengan benar. dengan benar 2.6. Tanyakan kembali pada keluarga
b. Menyebutkan
tentang materi yang sudah dijelaskan
tindakan yang tepat
dilakukan untuk
pasien stroke
O:
- Keluarga Tn.T tampak mendengarkan dengan
baik saat diberikan penjelasan
- Keluarga Tn.T hanya tidak telalu lancar saat
diminta menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan oleh perawat
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi selanjutnya
Dx 2 Senin, 5 Jam S:
Oktober 10.00 - Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak tahu
2020 Wib penyebab hamban mobilitas fisik yang
diakibatkan oleh stroke.
- Keluarga mengatakan mereka memahami apa
yang dijelaskan oleh perawat
O
- Keluarga dapat menjelasakan kembali penyebab
hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke.
- Keluarga tampak aktif bertanya tentang
perawatan pada pasien stroke dirumah dengan
hambatan mobilitas fisik
- Keluarga dapat menyebutkan pencegahan stroke
yang dijelaskan oleh perawat
A.
Masalah belum teratasi
P
Lanjut kan intervensi selanjutnya
HARI KE-2
Dx 1 Selasa, 06 Jam S
oktober 15.00 - Keluarga mengatakan bahwa stroke adalah
2020 WIB kelumpuhan yang disebabkan oleh terjadinya
penyumbatan pembuluh darah.
- Keluarga menjelaskan mereka tidak tahu
tindakan yang tepat diberikan pada pasien stroke
- Keluarga mengatakan mereka menerima saran
yang diberikan oleh perawat.
O
- Keluarga dapat menjawab pertanyaan dari
perawat.
- Keluarga tampak aktif bertanya
- Keluarga tampak mau menerima saran dan
informasi yang diberikan oleh perawat.
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjut intervensi selanjutnya
Dx 2 Selasa, 06 Jam S
oktober 15.00 - Keluarga mengatakan mereka tidak tahu apa itu
2020 WIB ROM.
- Keluarga mengatakan bahwa mereka ingin sekali
mencoba melakukan ROM pada Ny. S
- Keluarga mengatakan mereka sangat-sangat
menerima saran dan informasi yang diberikan
oleh perawat.
O
- Keluarga tampak bersemangat saat diberikan
penjelasan
- Keluarga tampak mau bekerjasama dengan
perawat
- Keluarga antusias saat di jelaskan tentang ROM
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjut intervensi selanjutnya
HARI KE-3
Dx 1 Rabu, 07 Jam S
Oktober 15.00 - Keluarga mengatakan mereka tidak tahu
2020 WIB bagaimana cara mencegah stroke berulang.
- Keluarga mengatakan mereka mulai mengerti
setelah dijelaskan oleh perawat
- Keluarga mengatakan mereka masih agak sedikit
bingung tentang penjelasan dari perawat
O
- Keluarga tampak kebingungan saat dijelaskan
tentang bagaimana cara pencegahan dari stroke
- Keluarga tampak antusias saat dijelaskan tentang
pencegahan stroke
- Keluarga tampak kebingungan saat dijelaskan
bagaimana cara perawatan pasien stroke dirumah
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjut intervensi selanjutya
Dx 3 Rabu, 07 Jam S
Oktober 15.00 - Keluarga mengatakan mereka tidak ktahu cara
2020 WIB mencegah stoke berulang
- Keluarga mengatakan mereka sangat ingin
mencoba bagaimana cara melakukan ROM.
O
- Keluarga tampak antusias saat di berikan latihan
ROM kepada Ny. S
- Keluarga mencoba melakukan gerakan
- Keluarga tampak masih belum begitu memahami
penjelan perawat tentang gerakan ROM
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjut intervensi selanjutnya.
BAB 4
ANALISIS JURNAL
1. Pendahuluan
Serangan otak atau stroke merupakan gangguan suplai darah otak secara mendadak
sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya pembuluh
darah otak (Chang, Daly & Elliot, 2009, hlm.286).Strokemerupakandefisit(gangguan)
fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak (Pinzon, et al., 2010, hlm.1). Jadi stroke merupakan penyakit saraf pada otak
akibat terjadinyagangguanperedarandarahotak.
2. Kasus
Diagnosa medis: Stroke non hemoragik
3. Rumusan Masalah
P Hemiparese merupakan masalah umum pada Klien stroke yang
(Problem/Klien) dapat menimbulkan disability.
I Latihan Rom
(Intervention)
C
Terapi Akupresur
(Comparing)
O Peningkatan kekuatan otot ekstremitas
(Outcome)
T Latihan Rom dilakukan pada ekstremitas
(Time) atas/lengansebanyak 2 kali sehari selama 15-30 menit
selama 7 hari
Memberikan akupresur 10 menit pada keenam titik
akupresur di regio skapula 1x sehari selama 7 hari.
Kekuatanotot
ekstremitas, diukur
dengan meminta
responden mengangkat
ekstremitas atasnya
yang mengalami
hemiparesis dan dinilai
dengan menggunakan
skala Medical Research
Council (MRC)yang
terdiri dari 6 tingkat,
mulai dari 0 (tidak ada
kontraksi) sampai 5
(kekuatan normal).
Rentang gerak
ekstremitas atas, diukur
dengan menggunakan
goniometer pada 5
gerakan dasar sendi
ekstremitas atas yaitu
rotasi eksterna bahu:
90º, fleksi bahu: 180º,
abduksi bahu: 180°,
ekstensi siku: 180º dan
supinasi lengan: 90º.
Hasil pengukuran
berupa rerata dari
kelima persentasi
gerakan maksimum
yang dilakukan pada
setiap rentang gerak.
6. Diskusi
6.1Perbandingan Pengaruh Latihan Rom terhadap kekuatan otot
Latihan ROM merupakan latihan rentang gerak yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu dari 3 potongan tubuh sagital (gerak fleksi, ekstensi, pada jari tangan dan siku
serta hiperekstensi pada pinggul, frontal (gerak abduksi adduksi pada lengan dan
tungkai, eversi dan inversi pada kaki ) dan transfersal (gerak pronasi, supinasi pada
tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut dan dorso fleksi dan plantar fleksi pada
kaki).
Kelemahan :
Latihan ROM harus dilakukan secara berulang dan rutin untuk mencegah atropi otot.
6.2 Perbandingan Terapi Akupresur Terhadap Kekuatan Otot Dan Rentang Gerak
Ekstremitas Atas Pada Klien Stroke
Akrupresur merupakan metode non-invasif berupa penekanan pada titik akupuntur
tanpa menggunakan jarum, biasanya hanya menggunakan jari atau benda tertentu yang
dapat memberikan efek penekanan sehingga lebih bisa diterima dan ditoleransi oleh
Klien dibandingkan akupuntur yang menggunakan jarum.
Hasil penelitian : menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kekuatan otot
dan rentang gerak ekstremitas atas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
(p= 0,000; α = 0,05).
Kelebihan :
Memperbaiki fungsi ekstremitas
Melancarkan pergerakan aliran qi (energy vital) di dalam tubuh
Meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas terutama pada Klien
stroke
Metode yang digunakan resikonya rendah
Kekurangan :
Dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada Klien akibat dari penekanan
Hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih/ profesional
7. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, Terapi Latihan ROM dan Terapi akupresur cukup efektif untuk
dilakukan dan bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak pada
ekstremitas, mencegah terjadinya atropi otot atau kelumpuhan dan meningkatkan pemulihan
terutama pada Klien stroke. Kedua terapi ini dapat dijadikan salah satu acuan perawat
dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat.