Anda di halaman 1dari 18

Analisis Jurnal Cidera Kepala

Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong


Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien
Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Oleh kelompok 6

Nisrina Nadya Wahda 1814201210065


Noorjannah 1814201210066
Normala Santi 1814201210067
Normiati 1814201210068
Nurhayati 1814201210069
Nurul Anisa 1814201210070
Okta Viana Ulandari 1814201210071
Puput Andayani 1814201210072
Rafiqa Rahmaniar 1814201210073
Rahmah Fajerianti 1814201210074
Revina Nurul Sari 1814201210075
Reza Herdian Fadilla 1814201210076

2
Cidera Kepala
• Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi
otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas
otak.Cedera kapala merupakan cedera yang meliputi
trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak.

• Trauma atau cedera kepala juga di kenal sebagai cedera


otak adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma,
baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi karena robeknya substansia alba,
iskemia, dan pengaruh massa karena hemoragik, serta
edema serebral di sekitar jaringan otak. Jenis-jenis cedera
otak meliputi komosio, kontusio serebri, kontusio batang
otak, hematoma epidural, hematoma subdural, dan fraktur
tengkorak. 3
Klasifikasi Cidera Kepala

4
Lanj....

༝ Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai dari Glasgow


Coma Scale (GCS) nya, yaitu:
○ Ringan
■ GCS = 13 – 15
■ Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia
tetapi kurang dari 30 mnt
■ Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur
cerebral, hematoma.
○ Sedang
■ GCS = 9 – 12
■ Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30
menit tetapi kurang dari 24 jam.
■ Dapat mengalami fraktur tengkorak.
○ Berat
■ GCS = 3 – 8
■ Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih
dari 24 jam.
■ Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau
hematoma intrakranial.
5
Etiologi Cidera Kepala
༝ Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis
kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda
tajam.Benda tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu
lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, pukulan
benda tumpul, Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda
tajam (bacok) dan tembakan.

༝ Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah


kecelakaan sepeda motor. Hal ini disebabkan sebagian besar
(>85%) pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm
yang tidak memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh
helm sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah,
akhirnya terjadi benturan langsung kepala dengan tanah atau
helm dapat pecah dan melukai kepala.
6
Manisfestasi Klinis
༝ Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.


Cedera kepala ringan


Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.


Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama setelah
konkusio cedera otak akibat trauma ringan.



Cedera kepala sedang


Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebingungan atau hahkan koma.
Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, perubahan
TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit
kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.



Cedera kepala berat
Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya


penurunan kesehatan.
Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka, fraktur


tengkorak dan penurunan neurologik.


Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut. 7
Pemeriksaan penunjang

1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)


2. Angiografi cerebral
3. CT-Scan
4. Pemeriksaan darah dan urine.
5. Pemeriksaan MRI
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
7. Analisa Gas Darah
8
○ Stabilisasi kardio pulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (Airways-Brething-Circulation). Penatalaksanaan
༝ Penanganan medis pada kasus cedera kepala yaitu :
Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia, akan cenderung memper-hebat peninggian TIK dan
menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
○ Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan inkubasi pada kesempatan pertama.
○ Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan-gangguan di
bagian tubuh lainnya.
○ Pemeriksaan neurologos mencakup respon mata, motorik, verbal, pemeriksaan pupil,
refleks okulor sefalik dan reflel okuloves tubuler. Penilaian neurologis kurang bermanfaat
bila tekanan darah penderita rendah (syok).
○ Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti kejang dan natrium bikarbonat.
○ Tindakan pemeriksaan diagnostik seperti : scan tomografi, komputer otak, angiografi
serebral, dan lainnya.
༝ Penanganan non medis pada cedera kepala, yaitu:
○Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan
berat ringannya trauma.
○Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
○Pemberian analgetik.
○Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40% atau
gliserol.
○Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi anaerob
diberikan metronidazole.
○Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
༝ Prinsip penanganan awal pada pasien cedera kepala meliputi survei primer dan survei
sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara
lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan
dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala
9
Pencegahan

༝ Primer
༝ Sekunder
༝ Tersier

10
Komplikasi
1. Edema pulmonal
2. Kejang
3. Kebocoran cairan serebrospinalis
4. Hipoksia
5. Gangguan mobilitas
6. Hidrosefalus
7. Oedem otak
8. Dipnea
11
Analisis jurnal

12
13
༝ Desain
Penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan rancangan Time
Series. Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat
kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan
tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi
treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak
memerlukan kelompok kontrol.

Validity
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien cedera kepala ringan sampai sedang) yang mendapatkan
perawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang berjumlah 127 orang.
༝ Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling yaitu consecutive sampling. Jumlah
sampel untuk penelitian ini sebanyak 16 orang. Instrumen yang digunakan untuk intervensi penelitian
adalah untuk pengukuran nilai saturasi oksigen menggunakan alat pulse oxymetri. Sedangkan instrumen
pengumpulan data nilai saturasi oksigen berupa lembar observasi.
Data diambil dari hasil pemeriksaan saturasi oksigen menggunakan pulse oxymetri. Pada kelompok
intervensi sebelum dilakukan pemasangan oksigen menggunakan nasal prong atau nasal kanul dilakukan
pemeriksaan saturasi oksigen terlebih dahulu, kemudian dilakukan pemasangan oksigen menggunakan
nasal prong atau nasal kanul setelahnya dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen lagi. Untuk pengukuran
dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada 10 menit pertama, 10 menit kedua dan 10 menit berikutnya. Hal
ini dilakukan untuk melihat perubahan saturasi oksigen pasien cedera kepala selama 30 menit setelah
diberikan oksigen nasal prong. Pada pemeriksaan saturasi oksigen untuk melihat berapa persen jumlah
saturasi oksigen pasien. 14
Importance
༝ Pentingnya penelitian ini adalah peneliti membahas mengenai apakah ada pengaruh terapi
oksigenasi nasal prong terhadap perubahan saturasi oksigen pasien cedera kepala.
Pengelolaan cedera kepala yang baik harus dimulai dari tempat kejadian, selama
transportasi, di instalasi gawat darurat, hingga dilakukannya terapi definitif. Pengelolaan
yang benar dan tepat akan utama pengelolaan cedera kepala adalah mengoptimalkan
pemulihan dari cedera kepala primer dan mencegah cedera kepala sekunder. Proteksi otak
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan
sel-sel otak yang diakibatkan oleh keadaan iskemia. Oksigen merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk
༝ mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh, nasal prong adalah salah satu jenis
alat yang digunakan dalam pemberian oksigen. Peralatan ini lebih murah, memudahkan
aktivitas/mobilitas pasien, dan sistem ini praktis untuk pemakaian jangka lama.
༝ Penelitian menggunakan paired t test SaO2 sebelum dan sesudah 10 menit pertama, 10
menit pertama dan 10 menit kedua didapat nilai p- value = 0,000 < α 0,05. Hasil uji antara
10 menit kedua dan 10 ketiga didapat nilai p-value = 0,005 < α 0,05 serta uji repeated
ANOVA.

15
Applicability
༝ Hasil review penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam
manajemen terapi pada pasien cedera kepala. Sudah
banyak rumah sakit yang telah menerapkan terapi
oksigenasi nasal prong terhadap perubahan saturasi
oksigen pasien cedera kepala. Pada penelitian juga
menjelaskan bahwa dengan terapi oksigenasi nasal
prong dapat mengembalikan saturasi oksigen dari
kondisi hipoksia sedangberat ke hipoksia ringan-
sedang dan hipoksia ringan-sedang ke kondisi normal
secara bermakna.

16
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara hasil CT Scan
dengan nilai GCS pada pasien cedera kepala. Dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh
efek buruk cedera kepala karena melalui mekanisme langsung dan tidak langsung.
Pengaruh secara langsung terjadi beberapa saat setelah trauma terjadi sedangkan
trauma secara tidak langsung merupakan cedera otak sekunder yang bisa terjadi
beberapa jam setelah kejadian bahkan beberapa hari setelah penderita terpapar
trauma. Cedera otak sekunder terjadi karena perubahan aliran darah ke otak dan
juga terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena meningkatnya volume isi
kepala.Kedua mekanisme tersebut memperberat cedera otak yang sudah
ada.Cedera otak bisa menimbulkan dampak fisik, kognitif, emosi dan sosial.
Prognosis cedera otak bisa sangat bervariasi dari mulai sembuh total sampai cacat
menetap bahkan kematian.

17
Thanks!
Any questions?

18

Anda mungkin juga menyukai