Anda di halaman 1dari 28

TAMPONADE JANTUNG

KELOMPOK 3
• AYU MAYANG PRANINGTYAS
• AFNI PANDYAGALENI
• ANDRAINA WULANDARI OKTAVIA • EDO FARDIANTOKO
• ANGGUN TRIA ISTIQOMAH • RISMA INDRA SETIYANI
• ARTIKA WULANDARI • SISCA PUSPITASARI

• WIWIT INDAH YANTI


Pengertian Tamponade
Jantung
 Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan
memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di pericardium
dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel.
(Mansjoer, dkk. 2001)
 Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang
cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah,
bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi,
trauma, atau ruptur jantung (Spodick, 2003)
Pengertian Tamponade
Jantung
 Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat)
yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan
hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat.
Anatomi Fisiologi Sistem
Jantung

Gambar 1. Penampang Jantung dan Pericardium


Etiologi

 Perikarditis
 Neoplasma
 Uremia
  Kanker paru end-stage
 Miokard infark akut
 Perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi 
Patofisiologi

Gambar 2. Tamponade Jantung


Patofisiologi

 Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan hambatan serius
aliran darah ke jantung (gangguan diastolik ventrikel) penyebab tersering adalah
neolasma dan uremi. (Panggabean 2006:364). Neoplasma menyebabkan terjadinya
pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang
tidak terkontrol, ynag menyebabkan pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat
mengakibatkan ruang pada kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar
jantung (epikardium). Uremia juga mengakibatkan temponade jantung(price, 2005 :945).
Dimana orang yang mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang
dapat menyebabkan inflamasi ( dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium). Selain itu,
temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat trauma tumpul / tembus. Jika trauma ini
mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di
ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi ciran tersebut
Manifestasi Klinis
 jejas trauma tajam dan tumpul di daerah
dada atau yang diperkirakan menembus
jantung
 Gelisah
 Pucat
 keringat dingin
 peninggian vena jugularis
 pekak jantung melebar
 suara jantung redup dan pulsus paradoksus
 Trias classic beck berupa distensis vena leher
 bunyi jantung melemah dan hipotensi didapat
pada sepertiga penderita dengan tamponade
(Mansjoer, dkk. 2000)
Pemeriksaan Penunjang

Rontgen  dada
Menunjukkan gambaran   “water  
bottle-shape   heart”,   kalsifikasi
perkardial.
 Kardiomegali bentuk bulat atau
segitiga, dengan gambaran paru
yang bersih
 Foto lateral kadang terlihat double
fat stripe 

Gambar 4. Foto Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol


Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi terjadinya
tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut :
 Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma
jantung.
 Profil renal dan CBC  uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan
dengan pericarditis
 Protrombin time (PT)   dan aPTT (activated partial thromboplastin
time)  menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya
drainase perikardial.
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi (EKG)
 Didapatkan  PEA  (Pulseless  Electric  Activity),
sebelumnya dikenal sebagai Electromechanical 
Dissociation,  merupakan dimana pada  EKG  didapatkan
irama sedangkan pada perabaan nadi tidak ditemukan
pulsasi. PEA  Amplitude gelombang P dan QRS berkurang
pada setiap gelombang berikutnya.
 PEA   dapat ditemukan pada tamponade jantung,  
tension pneumothorax, hipovolemia, atau ruptur
jantung.
 Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade
jantung :
 Sinus tachycardia
 Kompleks QRS Low-voltage
 Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio
2:1, terjadi karena pergerakan jantung pada ruang
pericardium. Electrical ditemukan juga pada pasien dengan Gambar 5. Hasil EKG
myocardial ischemia, acute pulmonary embolism, dan
tachyarrhythmias.
 PR segment depression
 EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika
melakukan aspirasi perikardium.
Pemeriksaan Penunjang
Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang
berguna, tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut
ini dapat diamati dengan echocardiografi 2-dimensi:
 Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan
di belakang atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu
pengumpulan cairan lokal posterior tanpa efusi anterior
yang signifikan dapat terjadi dan dapat membahayakan
cardiac output.
 Kolapsnya diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan
 kompresi end diastolic / kolapsnya atrium kanan
 Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau
tidak kolaps
 Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan
aliran
 Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di
katup mitral
Pemeriksaan Penunjang

Pulse Oksimetri
 Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang dicatat
pada pasien dengan paradoksus pulsus yaitu denyut nadi
yang menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan
menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk
timbul kembali pada saat ekspirasi.
Pemeriksaan Penunjang

USG FAST
 Untuk mendeteksi cairan di rongga
perikardium.
Penatalaksanaan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis.

Gambar 3.
Perikardiosintesis
Komplikasi
 Gagal jantung
 Syok kardiogenik
 Henti jantung
 Penimbunan cairan di paru-paru
(edema paru)
 Kematian
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
 Pengkajian Primer
 Data Subyektif 
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada, leher punggung atau perut.
 Perbaikan pada lesi jantung. 
 Dispnea
 Cemas
 Nyeri dada
 Lemah 
 Riwayat Kesehatan
 Penyakit jantung
 Penyakit infeksi dan neoplastik.
 Penyakit ginjal
Pengkajian
Data Obyektif
 Airway
 Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala. 
 Breathing
 Takipnea 
 Tanda kusmaul: peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas spontan
 Circulation
 Takikardi
 Peningkatan volume vena intravaskular.
 Pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik <100mmHg
 Pericardial friction rub
 Pekak jantung melebar
 Trias classic beck berupa: distensis vena leher, bunyi jantung melemah / redup dan hipotensi didapat pada sepertiga
penderita dengan tamponade.
 Tekanan nadi terbatas
 Kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis
 Disability
 Penurunan tingakat kesadaran
Pengkajian
Pengkajian Sekunder
 Exposure
 Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada.
 Five Intervensi
 Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
 EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS yang berkurang pada setiap
gelombang berikutnya
 Echocardiografi adanya efusi pleura
 Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan :
 Head to Toe
 Kepala dan wajah: pucat, bibir sianosis
 Leher: peninggian vena jugularis
 Dada: ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda kusmaul, takipnea, bunyi jantung melemah
/ redup dan pekak jantung melebar
 Abdomen dan pinggang: tidak ada tanda dan gejala
 Pelvis dan perineum: tidak ada tanda dan gejala
 Ekstrimitas: pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis
Diagnosa Keperawatan

 Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda
kusmaul
 Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan
distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari
tangan dan kaki sianosis, 
 Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal)
tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV
abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
Perencanaan
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
 Takipnea tidak ada 
 Tanda kusmaul tidak ada
 TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt). 
 
Intervensi
 Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan
Rasional: Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tanda-tanda vital
 Monitor isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernafasan
Rasional: Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu pernapasan mengindikasikan gangguan pola nafas
 Berikan posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi
Rasional: Mempermudah ekspansi paru
 Ajarkan klien nafas dalam
Rasional: Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan oksigen
 Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan jaringan
 Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan
Perencanaan

Dx 2 : Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan


distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan
dan kaki sianosis.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkan curah
jantung ke seluruh tubuh adekuat dengan kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
 Nadi perifer teraba kuat
 Suara jantung normal.
 Sianosis dan pucat tidak ada.
 Kulit teraba hangat
 EKG normal
 Distensi vena jugularis tidak ada.
Perencanaan
Intervensi
 Monitor TTV berkelanjutan

Rasional: TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung)


 Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung

Rasional: Perubahan suara, frekuensi dan irama jantung dapat mengindikasikan adanya penurunan curah jantung
 Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer

Rasional: Curah jantung yang kurang mempengaruhi kuat dan lemahnya nadi perifer
 Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat

Rasional: Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke perifer menurun


 Kaji adanya distensi vena jugularis

Rasional: Tamponade jantung menghambat aliran balik vena sehingga terjadi distensi pada vena jugularis
 Berikan oksigen sesuai indikasi

Rasional: Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia


 Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency.

Rasional: Mencegah terjadinya kekurangan cairan


 Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi.

Rasional: Pada tamponade jantung, terjadi abnormalitas irama jantung dan terdapat siluet pembesaran jantung
 Lakukan tindakan perikardiosintesis.

Rasional: Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang pericardium dapat keluar


Perencanaan
Dx 3 : Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan
nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
 Nadi teraba kuat
 TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
 Tingkat kesadaran composmentis
 Sianosis atau pucat tidak ada
 Nadi teraba lemah, terdapat sianosis, 
 Akral teraba hangat 

Intervensi :
 Awasi tanda-tanda vital secara intensif
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2
 Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis
Rasional: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
 Pantau GCS
Rasional: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran
 Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen
Implementasi

 Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien


Evaluasi

Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan


keperawatan melalui proses keperawatan pada klien dengan Malpresentasi
berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
 Pola nafas efektif
 Curah jantung ke seluruh tubuh adekuat
 Perfusi jaringan adekuat

Anda mungkin juga menyukai