Anda di halaman 1dari 22

CONGESTIF HEART FAILURE ( CHF )

A. Pengertian

Congestif Heart Failure atau gagal jantung kongestif adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. ( Kasron, 2012 ).

Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu

mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun

tekanan pengisian vena normal. ( Arif Muttaqin, 2009 ). Gagal jantung adalah

sindrom klinis ( sekumpulan tanda dan gejala ), ditandai dengan sesak nafas

dan fatigue ( saat istirahat atau saat aktivitas ) yang disebabkan oleh kelainan

struktur atau fungsi jantung. ( Aru W dkk, 2009 ). Congestif Heart Failure

( CHF ) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam

memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel tubuh akan nutrien dan

oksigen secara adekuat. ( Wajan Juni U, 2010 ). Jadi CHF adalah suatu

kondisi / ketidakmampuan jantung dalam memompakan darah secara adekuat

untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi, yang ditandai

dengan sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas ) yang

disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.

B. Proses Terjadinya Masalah ( Kasron 2012 )

1. Etiologi

a. Faktor Presipitasi

1) Kelainan otot jantung

1
2

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas otot jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup arteriosklerosis

koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif

2) Aterosklerosis koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat

penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel

jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

3) Hipertensi sitemik atau pulmonal (peningkatan afterload)

meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut

(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme

kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.

Hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi secara normal dan

akhirnya akan terjadi gagal jantung

b. Faktor Predisposisi

Penyakit yang dapat menimbulkan penurunan fungsi ventrikel seperti :

1) Penyakit Arteri Koroner

2) Hipertensi

3) Kardiomiopati

4) Penyakit jantung congenital


3

2. Patofisiologi

Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung

berkurang dan ventrikel tidak mampu memompa darah sebanyak yang

masuk sewaktu diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolik – akhir

ventrikel secara progresif bertambah. Seiring dengan peningkatan

progresif volume diastolik – akhir, sel – sel otot ventrikel mengalami

peregangan melebihi panjang optimumnya. Tegangan yang dihasilkan

menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Semakin terisi

berlebihan ventrikel, semakin sedikit darah yang dapat dipompa keluar

sehingga akumulasi darah dan peregangan serat otot bertambah.

Akibatnya volume sekuncup, curah jantung dan tekanan darah turun.

Respon- respon reflek tubuh yang mulai bekerja sebagai jawaban terhadap

penurunan tekanan darah akan secara bermakna memperburuk situasi.

( Elizabeth J Corwin, 2001 ). Mekanisme yang mendasari gagal jantung

meliputi menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah

yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan

penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang ke ginjal

akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiostensin dan

akhirnya terbentuk angiostensin II mengakibatkan terangsangnya sekresi

aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air. Perubahan tersebut

meningkatkan cairan ekstra-intra vaskuler sehingga terjadi

ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema.

Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial.


4

Proses ini menimbulkan masalah seperti nokturia dimana berkurangnya

vasokrontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga redistribusi cairan dan

absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat

menimbulkan asites, dimana asites dapat menimbulkan gejala – gejala

gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia.

Apabila suplai darah tidak lancar di paru – paru ( darah tidak

masuk kembali ke jantung ), menyebabkan penimbunan cairan di paru –

paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan

darah di paru – paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi

peningkatan CO2 yang akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini

akan memberikan gejala sesak nafas (dypsnea), ortopnea (sesak saat

berbaring).

Apabila terjadi pembesaran vena di hepar mengakibatkan

hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan. Suplai darah yang

kurang di daerah otot dan kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan

dingin serta timbul gejala lemah, letih, lesu. (Brunner dan Suddart, 2002)
5

PATHWAY

Hipertensi dan penyakit jantung iskemia

Katup mitral / defek katup aorta

Ventrikel kiri gagal memompa

Mekanisme kompensasi mengalami kegagalan

Peningkatan volume darah sisa ( preload )

Penurunan kapasitas isi ventrikel

Hipertrofi atrium kiri dan terjadi bendungan

darah ( tekanan atrium kiri tinggi )

Bendungan dan peningkatan tekanan pada vena pulmonalis

Kongestif paru : edema dan PWP meningkat

Bendungan dan peningkatan tekanan pada vena pulmonalis

Peningkatan beban sistolik pada ventrikel kanan

Ventrikel kanan gagal memompa


6

Cardiak output atrium kanan menurun dan tekanan akhir diastolik

meningkat ( bendungan dan peningkatan tekanan atrium kanan )

Bendungan vena sistemik dan peningkatan tekanan vena cava

Hambatan arus balik vena dan menimbulkan bendungan sistemik

Ventrikel kiri dan kanan gagal memompa

Congestif Heart Failure ( CHF ) atau gagal jantung

Gambar I. Pathway CHF Menurut Wajan juni udjianti 2010

3. Klasifikasi

Menurut New York Heart Assosiation ( NYHA ) membuat klasifikasi

fungsional Congestif Heart Failure ( CHF ) dalam 4 kelas, yaitu :

a. Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan

b. Kelas II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat

dari aktifitas sehari – hari tanpa keluhan

c. Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari – hari

tanpa keluhan

d. Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas

apapun dan harus tirah baring


7

4. Manifestasi Klinis

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.

Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan.

Kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi

jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada

kegagalan ventrikel mana yang terjadi.

a. Tanda dan gejala gagal jantung secara umum :

1) Dyspnea atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal

jantung yang paling umum. Dyspnea disebabkan oleh

peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vaskuler paru yang

mengurangi kelenturan paru.

2) Kelemahan fisik, manifestasi utama dari penurunan curah jantung

adalah kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktifitas.

3) Ortopnea (sesak saat berbaring).

4) Dyspnea Nokturnal Paroksismal (DNP) atau mendadak terbangun

karena sesak, dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial.

5) Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru,

terutama pada posisi berbaring.

b. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri

tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.


8

Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

1) Dypsnea

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu

pertukaran gas.

2) Batuk

3) Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat

jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya

pembuangan sisa hasil metabolisme juga terjadi karena

meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan

insomnia yang terjadi karena distres pernafasan dan batuk.

4) Kegelisahan dan kecemasan

Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan

bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan

baik.

5) Sianosis

c. Gagal jantung kanan

1) Edema ekstremitas bawah, biasanya edema pitting, penambahan

berat badan.

2) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen

terjadi akibat pembesaran vena di hepar.

3) Anoreksia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis

vena dalam rongga vena


9

4) Nokturia

5) Kelemahan (Kasron, 2012)

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Ekokardiografi

Dapat menunjukkan pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi

struktur katup, penurunan kontraktilitas ventrikel.

b. Rontgen dada

Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi

atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau

peningkatan tekanan pulmonal

c. Elektrokardiografi ( EKG )

d. Rontgen Dada

Foto sinar X dada posterior anterior dapat menunjukkan adanya

hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali

e. Tes Laboratorium Darah

1) Enzim hepar

Meningkat dalam gagal jantung/kongesti

2) Elektrolit

Kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan

fungsi ginjal

3) Analisa Gas Darah

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan

atau hipoksemia ringan dengan peningkatan PCO2


10

4) Albumin

Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein

6. Komplikasi

a. Syok kardiogenik

b. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena stasis

darah

c. Efusi dan tamponade perikardium

d. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat – obat digitalis

( Smeltzer dan Bare, 2002 )

7. Penatalaksanaan Medis

a. Penatalaksanaan berdasarkan kelas New York Health Assosiation

(NYHA) :

1) Kelas I

Non farmakologi, meliputi : diit rendah garam, batasi cairan,

menurunkan berat badan, menghindari alkohol dan rokok, aktifitas

fisik, manajemen stres.

2) Kelas II, III

Terapi pengobatan, meliputi : diuretik, vasodilator, Angiostensin

Converting Enzyme (ACE) inhibitor, digitalis, dopamineroik,

oksigen.

3) Kelas IV

Kombinasi diuretik, digitalis, Angiostensin Converting Enzyme

(ACE) inhibitor seumur hidup.


b. Penatalaksanaan Congestif Heart Failure ( CHF ) meliputi :

1) Non Farmakologis

a) Kronik

(1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan

menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau

pembatasan aktifitas

(2) Diit pembatasan natrium untuk menurunkan edema

(3) Menghentikan obat – obatan yang memperparah seperti

Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID) karena

efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air

dan natrium

(4) Pembatasan cairan ( kurang lebih 1000 – 1500 cc / hari )

(5) Olahraga secara teratur

b) Akut

(1) Oksigenasi ( ventilasi mekanik )

(2) Pembatasan cairan (kurang dari 1500 cc / hari)

2) Farmakologis

Tujuan : untuk mengurangi afterload dan preload

a) Diuretik

Tujuan : mengurangi afterload pada fungsi sistolik dan

mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolik.

b) Angiostensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor


Tujuan : membantu meningkatkan Cardiac Output Pulmonal

(COP) dan menurunkan kerja jantung. Obatnya adalah :

(1) Digoxin

Meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan

untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan

pengembangan ventrikel untuk relaksasi

(2) Hidralazin

Menurunkan afterload pada disfungsi sistolik

(3) Isobarbide dinitrat

Mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik,

hindari vasodilator pada disfungsi sistolik

(4) Calsium channel bloker

Untuk kegagalan diastolik, meningkatkan relaksasi dan

pengisian ventrikel

(5) Beta bloker

Sering dikontraindikasikan karena menekan respon

miokard. Digunakan pada disfungsi diastolik untuk

mengurangi denyut nadi, mencegah iskemi miokard,

menurunkan tekanan darah, hipertrofi ventrikel kiri.

( Udjianti, Wajan Juni. 2010 )

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan pada pasien gagal jantung menurut Marilynn E.

Doenges. 2000 adalah :


a. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan isi sekuncup

jantung

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya produksi Anti

Diuretic Hormon (ADH) dan retensi Natrium / air

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen / kebutuhan

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

baring lama, oedem, dan penurunan perfusi jaringan

e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan perubahan membran

kapiler / alveoli

f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

berhubungan dengan pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan

fungsi jantung / penyakit / gagal

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti vena saluran pencernaan dan

keletihan

h. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan dispnea noktural dan

ketidakmampuan melakukan posisi tidur seperti biasanya

D. Intervensi Keperawatan

Menurut Marilynn E. Doenges. 2000

a. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan isi sekuncup

jantung
Tujuan : Peningkatan frekuensi jantung

Curah jantung meningkat

Kriteria hasil : pasien menunjukkan tanda vital dalam batas normal,

disritmia terkontrol, bebas gejala jantung, terjadi penurunan dispnea, ikut

sertakan dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

Tabel 1. Intervensi Curah jantung menurun berhubungan dengan

perubahan isi sekuncup jantung

Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadi apical, kaji 1. Biasanya terjadi takikardi untuk
frekuensi irama jantung mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler
2. Catat bunyi jantung 2. S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa jantung
3. Palpasi nadi Perifer 3. Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi
4. Pantau tekanan darah 4. Pada gagal jantung kongestif dini,
sedang atau kronik, TD dapat
meningkat sehubungan dengan Septum
Ventriculler Right (SVR)
5. Kaji adanya kulit pucat dan 5. Pucat menunjukkan menurunnya
sianosis Perfusi Perifer Sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung dan anemia.
Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori
gagal jantung kronik
6. Pantau keluaran urine, catat 6. Ginjal berespon untuk menurunkan
penurunan dan kepekatan curah jantung dengan menahan cairan
konsentrasi urine dan natrium

7. Beri posisi nyaman pada tempat 7. Istirahat fisik dipertahankan untuk


tidur atau kursi memperbaiki efisiensi kontraksi jantung
den menurunnya kebutuhan oksigen

8. Berikan O2 tambahan dengan 8. Meningkatnya persediaan O2 untuk


kanul nasal / masker sesuai kebutuhan miokard untuk melawan efek
indikasi iskemik

9. Diuretic : Furosemid (Lasix), 9. Penurunan preload paling banyak


Asam Etakrinik (Enderic), digunakan dalam mengobati pasien
Bumetamid (Bumex) curah jantung
10. Captopril (Capoten), Usinopril 10. Untuk mengontrol gagal jantung
(Prinivil), Eralapri (Vasotec) dengan menghambat konversi
angiotesin dalam paru dan menurunkan
Intervensi Rasional
tekanan darah
11. Pantau EKG 11.Depresi segmen ST dan datarnya
gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen miokard

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya produksi ADH

dan retensi Natrium / air

Tujuan : Volume cairan pasien berkurang sampai dengan normal

Kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan

pengeluaran bunyi nafas bersih, tanda vital dalam batas normal, berat

badan normal dan tidak oedema, menyatakan tentang pembatasan cairan.

Tabel 2. Intervensi Kelebihan volume cairan berhubungan dengan

menurunnya laju filtrasi glomelorus (menurunnya curah

jantung) / meningkatnya produksi ADH dan retensi Natrium /

air

Intervensi Rasional
1. Pertahankan duduk / tirah baring 1. Meningkatkan filtrasi ginjal dan
dengan posisi semi fowler menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan dieresis
2. Pantau haluaran urine, catat 2. Haluaran urine mungkin sedikit
jumlah dan warna karena penurunan perfusi ginjal
3. Pantau masukan dan keluaran 3. Terapi diuretic menyebabkan
cairan tiap hari kehilangan cairan tiba-tiba dan
berlebihan
4. Timbang berat badan setiap hari 4. Catat perubahan ada / hilangnya
oedema sebagai respon terhadap
terapi
5. Auskultasi bunyi nafas, catat 5. Kelebihan volume cairan sering
penurunan dan atau bunyi menimbulkan kongesti paru
tambahan
6. Pantau tekanan darah dan CVP 6. Menunjukkan kelebihan volume
cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya gagal jantung
7. Ubah posisi sesering mungkin. 7. Pembentukan edema, sirkulasi
Intervensi Rasional
Tinggikan kaki bila duduk melambat, gangguan pemasukan
nutrisi dan immobilisasi
merupakan stresor yang
mempengaruhi intregritas
8. Kaji bising usus. Catat 8. Kongesti visceral dapat
keluahan anoreksia, mual, menggangu fungsi gaster/intestinal
distensi abdomen, kontipasi
9. Berikan makanan yang mudah 9. Penurunan motilitas gaster dapat
dicerna berefek merugikan pada digestif
dan absorbsi
10. Ukur lingkaran abdomen 10. Pada gagal jantung kanan, cairan
sesuai indikasi dapat berpindah ke dalam area
peritoneal, menyebabkan lingkar
abdomen (asites)
11. Palpasi hepatomegali. Catat 11. Perluasan gagal jantung
keluhan nyeri abdomen menimbulkan kongesti vena,
kuadran kanan atas/nyeri menyebabkan distensi, pembesaran
hati dan nyeri
12. Pemberian obat sesuai indikasi 12. Meningkatkan laju aliran urine dan
: Diuretik contoh : Furosemid dapat menghambat reabsorsi
(Lasix) natrium / klorid pada tubulus ginjal

13. Mempertahankan cairan / 13. Menurunkan air total tubuh /


pembatasan natrium sesuai reakumulasi cairan
indikasi
14. Menunjukkan perubahan indikatif
14. Pantau foto thorax peningkatan / perbaikan kongesti
paru

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen / kebutuhan

Tujuan : Pasien mampu melakukan aktivitas fisik

Kriteria hasil : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan memenuhi

kebutuhan perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi

aktivitas.
Tabel 3. Intervensi dan rasional diagnosa : intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen/kebutuhan

Intervensi Rasional
1. Catat respon kardio pulmonal 1. Penurunan / ketidakmampuan
terhadap aktivitas, catat takikardi, miokardium untuk meningkatkan
disritmia, dyspnea, pucat, volume sekuncup selama aktifitas
berkeringat dan tanda-tanda vital dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi jantung
2. Evaluasi peningkatan intoleransi 2. Dapat menunjukkan peningkatan
aktivitas dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas

3. Kaji penyebab kelemahan, contoh 3. Kelemahan merupakan efek samping


: pengobatan, nyeri beberapa obat
4. Berikan bantuan dalam aktivitas 4. Memenuhi kebutuhan perawatan diri
perawatan diri sesuai indikasi tanpa mempengaruhi stres

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

baring lama, oedem, dan penurunan perfusi jaringan

Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan pertukaran gas

Kriteria hasil : mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada

jaringan ditunjukkan oleh GDA / oksiometri dalam rentang normal dan

bebas gejala distress pernafasan.

Tabel 4. Intervensi Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan tirah baring lama, oedem, dan penurunan

perfusi jaringan

Intervensi Rasional
1. Ubah posisi saat ditempat tidur, 1. Memperbaiki sirkulasi /
bantu rentang gerak pasif / aktif menurunkan waktu satu area yang
menggangu aliran darah
2. Berikan perawatan kulit, 2. Terlalu kering atau lembab merusak
meminimalkan dengan kelembapan kulit dan mempercepat kerusakan
/ ekresi
Intervensi Rasional
3. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, 3. Kulit berisiko karena gangguan
adanya edema sirkulasi perifer, imobilitas fisik,
dan gangguan status nutrisi
4. Pijat area kemerahan atau yang 4. Meningkatkan aliran darah,
memutih meminimalkan hipoksia jaringan
5. Hindari obat intramuskuler 5. Edema interstitial dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorsi obat
dan predisposisi untuk kerusakan
kulit/terjadi infeksi

e. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan membran

kapiler / alveoli

Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intregritas kulit

Kriteria hasil : mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan

perilaku / tehnik mencegah kulit.

Tabel 5. Intervensi Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

perubahan membran kapiler / alveoli

Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien batuk efektif, 1. Membersihkan jalan nafas dan


nafas dalam memudahkan aliran O2
2. Pertahankan duduk di kursi, tirah 2. Menurunkan konsumsi oksigen /
baring dengan kepala tempat tidur kebutuhan dan meningkatkan ekpansi
lebih tinggi (semi fowler) paru maksimal
3. Pantau GDA oksimetri 3. Hipoksemia dapat menjadi berat
selama edema paru.
4. Berikan oksigen tambahan sesuai 4. Meningkatkan konsentrasi alveolar
indikasi yang dapat memperbaiki /
memudahkan hipoksemia jaringan
5. Berikan obat sesuai indikasi : 5. Menurunkan kongesti alveolar,
Diuretik, Furosemid (lasix) meningkatkan pertukaran gas

f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

berhubungan dengan pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan

fungsi jantung / penyakit / gagal


Tujuan : Pengetahuan pasien meningkat

Kriteria hasil :

1) Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkanepisod berulang

dan mencegah komplikasi

2) Menyatakan tanda / gejala yang memerlukan intervensi cepat

3) Mengidentifikasi stress pribadi / faktor resiko untuk menangani

4) Melakukan perubahan pola hidup / perilaku yang perlu

Tabel 6. Intervensi Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program

pengobatan berhubungan dengan pemahaman / kesalahan

persepsi tentang hubungan fungsi jantung / penyakit / gagal

Intervensi Rasional
1. Diskusikan pentingnya fungsi 1. Pengetahuan proses penyakit dan
jantung sehat harapan dapat memudahkan ketaatan
pada program pengobatan
2. Kuatkan rasional pengobatan 2. Pengubahan program pasca pulang
dibolehkan bila merasa baik dan bebas
dari atau merasa lebih sehat
3. Diskusikan pentingnya 3. Pembatasan diit natrium diatas 3gr/hari
pembatasan natrium akan menghasilkan efek diuretic
4. Diskusikan obat, tujuan, dan 4. Pemahaman teraupeutik dan
efek samping pentingnya upaya pelaporan efek
samping dapat mencegah terjadinya
komplikasi obat
5. Anjurkan makan diit pada pagi 5. Memberikan waktu yang adekuat
hari untuk fek obat sebelum tidur untuk
mencegah/membatasi menghentikan
tidur
6. Jelaskan dan diskusikan peran 6. Menambahkan pengetahuan dan
pasien dalam mengontrol faktor memungkinkan pasien untuk
resiko dan faktor pencetus membentuk keputusan berdasarkan
informasi
Intervensi Rasional
7. Bahas ulang tanda/gejala yang 7. Pemantauan sendiri meningkatkan
memerlukan tindakan medik tanggung jawab pasien dalam
cepat, contohnya peningkatan pemeliharaan kesehatan
berat badan, edema, nafas
pendek, peningkatan kelelahan,

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti vena saluran pencernaan dan

keletihan

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi untuk mempertahankan fungsi

tubuh

Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral, menjelaskan factor-faktor bila

diketahui, menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.

Tabel 7. Intervensi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti

vena saluran pencernaan dan keletihan

Intervensi Rasional
1. Indentifikasi faktor yang 1. Pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah penyebab masalah
2. Observasi kebersihan mulut, jika 2. Dapat menambah nafsu makan, pasien
mungkin anjurkan untuk tidak merasa pahit dan enak bila
menyikat gigi mengunyah
3. Berikan makan dalam porsi kecil 3. Tindakan ini dapat meningkatkan
dan sering atau makanan yang masukan meskipun nafsu makan
menarik untuk pasien mungkin lambat
4. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi 4. Memberikan konseling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diit

h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea noktural dan

ketidakmampuan melakukan posisi tidur yang biasanya

Tujuan : Pola tidur pasien terpenuhi


Kriteria hasil :

1) Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan

terhadap pikiran

2) Tampak / bisa istirahat yang cukup

Tabel 8. Intervensi Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea

noktural dan ketidakmampuan melakukan posisi tidur yang

biasanya

Intervensi Rasional
1. Anjurkan istirahat sejenak, 1. Aktivitas fisik dan mental
turunkan aktifitas mental fisik meningkatkan kelelahan yang dapat
pada sore hari meningkatkan kebingungan
2. Beri makan kecil sore hari 2. Meningkatkan relaksasi dengan
perasaan mengantuk
3. Berikan obat sesuai indikasi 3. Mungkin efektif dalam menangani
penyakitnya untuk meningktkan
kemampuan tidur
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
SINTA DEWI RAMA DIAN PUTRI 2520142612

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai