Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN HIV- AIDS

“Manajemen Kasus pada Pasien HIV AIDS dan Universal Precaution pada
Pasien HIV- AIDS”

Dosen Pembimbing:

Elvi Oktarina, Ns. M.Kep, Sp.KMB

Kelompok 1 :
1. Liza Mulyanti 1911316002
2. Yurika Defani 1911316004
3. Metri Yenti 1911316006
4. Dewi Anggraini 1911316010
5. Nella Kusuma Ariesti 1911316013
6. Frisca Yulia 1911316018
7. Hikmah Fujianda 1911316019
8. Mutia Aniza 1911316026
9. Fera Azwar 1911316027
10. Ziqni Ilma Al Wasi 1911316028
11. Tiya Putri Yuni 1911316031
12. Annisa Sholihat 1911316032
13. Satya Aji Rahayu 1911316033
14. Nanang Pramayudi 1911316035
15. Destia Rahmayanti 1911316037

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019

1
A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Mangga

2. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk

Tanggal Masuk : 17 Desember 2019

No. Medical Record : 00032160

Ruang Rawat : ruang melati

Diagnosa Medik : SIDA dengan TB paru+kandidiasis oral + MRSA

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Masuk :
Klien mask RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada tanggal 17desember
2019 pukul 12.30 wib dengan keluhan sesak nafas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 desember 2019 pukul 10.00 WIB Tn.A
mengatakan batuk sejak 2 bulan yang laludahak yang sedikit menurut pasien dan tidak
ada batuk berdarah. Nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu, nyeri menelan
sejak 2 minggu yang lalu badan terasa sangat lemah sejak 1 bulan ini.BB klien turun
dari 60 kg menjadi 40 kg. Pasien diare lebih dari 3x sejak 1 minggu yang lalu
konsistensi encer. Tekanan darah : 95/60 mmHg, HR: 112 x/menit, RR 28 x/menit,
suhu : 37,8 ºC
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengatakan tidak pernah menngalami penyakit ini sebelumnya. pernah
berhubungan sejenis pada waktu masih kuliah. Pasien mengatakan melakukan
hubungan sejenis sampai 6x dengan pasangan yang berbeda-beda.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien sudah bercerai dengan istrinya pada tahun 2015 dan tidak mempunyai anak.

2
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a Wajah : terlihat pucat
b Rambut : rontok, tidak ada lesi
c Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
d Mulut : Tampak candidiasis pada lidah, mukosa mulut kering.

2. Leher
Terdapat luka infeksi pada limfa dileher (limfadenitis), tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tirod, nyeri menelan semenjak 2 minggu
yang lalu

3. Dada
Paru-Paru
I : terdapat retraksi dinding dada, tidak ada lesi pada toraks,
Pa : fremitus kiri dan kanan sama
Pe : sonor
Aus : bunyi suara nafas ronchi

Jantung
I : iktus cordis tidak terlihat
Pa : iktus cordis teraba
Pe : batas jantung RIC II- RIC V
Aus : irama reguler

4. Abdomen
I : Tidak ada lesi, kulit tampak kering
Pa : Tidak ada massa dan nyeri tekan pada abdomen,
Pe : hipertimpani
Aus : Bising usus meningkat.

5. Ekstermitas
Edema pada ekstremitas bawah

6. Genetalia
Terdapat lesi pada daerah genetalia karena pasien memiliki riwayat pernah
berhubungan sejenis pada waktu masih kuliah 6x dengan pasangan yang berbeda

7. Kulit
Kulit terasa hangat, kering dan pucat, terdapas pus di jaringan, terdapat luka infeksi
pada limfa di leher leher. CRT > 2 detik

3
5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat : Pasien mengatakan saat sehat makan 3 kali sehari dengan porsi sepiring 1 kali
makan,
Sakit: Pasien mengatakan saat sakit pasien makan 3 kali sehari, jenis makanan :
makanan biasa dan hanya menghabiskan ½ porsi makanan dan kadang tidak
menghabiskan makanan karena nyeri menelan.
b. Minum
Sehat : Pasien mengatakan saat sehat minum lebih kurang 2000 cc dalam sehari,
jenis air : tehdan air putih
Sakit: Pasien mengatakan saat sakit minum 1500 cc dalam sehari, jenis air : air putih
dan susu.
c. Tidur
Sehat: Pasien mengatakan sebelum sakit ada tidur siang sekitar 1jam dan pada
malam hari tidur selama kurang lebih 7 jam dalam sehari.
Sakit: Pasien mengatakan saat sakit sering terbangun pada malam hari, kurang lebih
1 – 2 jam sedangkan pada siang hari pasien tidak bisa tidur karena sesak.
d. Mandi
Sehat: Pasien mengatakan saat sehat frekuensi mandi 2 kali sehari dan dilakukan
secara mandiri.
Sakit: Pasien mengatakan saat sakit pasien hanya mandi 1 kali sehari di bantu oleh
keluarga.
e. Eliminasi
Sehat: Pasien mengatakan saat sehat BAK 5 sampai 6 kali sehari, lancer berwarna
kuning jernih. BAB satu kali 2 hari konsistensi normal, berwarna coklat.
Sakit: Saat sakit pasien memakai pempers, BAK 5 kali. BAB 3 kali sehari
konsistensi encer.
f. Aktifitas pasien
Sehat: Mampu melakukan aktifitas secara mandiri, dan jarang melakukan olahraga.
Sakit: pasien mengatakan saat sakit semua aktifitas dibantu oleh keluarga.

4
6. Pemeriksaan Penunjang
Hb 8,6 g/dL 12-15 g/dl
Leukosit 12.860 /µL 5000-10.000
protein total 5,5 gr% 6,1 – 8,2 gr%
Albumin 2,8 gr% 3,8 -5,0 gr%
Globulin 4,1 gr% 2,3 -3,2 gr
Trombosit 222.000 150-400 rb
MCH 28 pg 27-31 pg
MCV 86 tL 80-95 tL
Basofil 0 % 0,0 -1,0 %
eosinofil 0% 1,0 – 3,0 %
N. batang 5% 2.0 – 6,0 %
N segmen 92 % 50 -70 %
limfosit 1% 20 -40 %
Monosit 3% 2–8%
eritrosit Anisositosis
normokrom
Tes malaria negatif negatif
Anti HIV reaktif
Anti HIV konfirmasi I reaktif
Anti HIV konfirmasi II reaktif
MTB detected Very low
MRSA Positif

B. Analisa Data

ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH

5
DS: Hiiperventilasi Pola Nafas Tidak Efektif
- Pasien mengeluh sesak
nafas meningkat 3 hari
SMRS
- Pasien mengatakan batuk
sejak 2 bulan yang lalu
dengan dahak sedikit

DO:
- RR: 28 x/menit

DS: Ketidakmampuan makan Ketidakseimbangan


- Pasien mengatakan nafsu nutrisi : kurang dari
makan menurun sejak 2 kebutuhan tubun
bulan yang lalu
- Pasien mengatakan nyeri
menelan sejak 2 minggu
yang lalu
- Pasien mengatakan badan
terasa lemah sejak 1 bulan
ini

DO:
- Pasien tampak lemah
- Tampak candidiasis pada
lidah
- BB pasien turun 20 kg, BB =
40 kg
- Hb: 8,6 gr/dl (12-15 gr/dl)
- TD: 95/60 mmHg
- HR: 112 x/menit
- Albumin: 2,8 gr% (3,8 gr% -
5,0 gr%)

DS : Kurang pengetahuan tentang Perfusi Perifer Tidak


- Pasien mengatakan penyakit Efektif
badanya terasa sangat
lemah

DO :
- CRT < 2 detik
- Warna Kulit Pucat
- TD : 90 / 60 mmhg

6
- Edema pada ektremitas
bawah
- Hb: 8,6 gr/dl (12-15 gr/dl)

DS: Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan


- Pasien mengatakan diare
lebih 3x sejak 1 minggu
yang lalu
- Bab encer

DO:
- TD: 95/60 mmHg
- HR: 112 x/menit
- S: 37,8 C
- Hb: 8,6 gr/dl (12-15 gr/dl)
- BB pasien turun 20 kg, BB =
40 kg
- Pasien tampak lemah
- Tampak mukosa mulut
kering

DS:
- Pasien mengatakan imunosupresi Resiko infeksi
nyeri menelan
semenjak 2 minggu
yang lalu

DO:
- Terdapat luka infeksi
pada limfa dileher
- Terdapat Pus (+)
- Leukosit: 12.860 /ml
(5000-10.000)

TD: 95/60 mmHg


HR: 112 x/menit
S: 37,8 C
Hb: 8,6 gr/dl (12-15 gr/dl)

C.Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


1. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawata 1. Posisikan pasien untuk
tidak efektif n selama 2x24 jam diharapkan polaper memaksimalkan ventilasi
b.d napasan efektif dengan kriteria hasil: 2. Lakukan fisiterapi dada jika perlu
Hiperventil 1.Frekuensi dan irama pernapasan dala 3. Keluarkan secret dengan batuk
asi m batas normal atau suction

7
2.Kedalaman inspirasi dalam batas nor 4. Monitor respirasi dan status O2
mal  5. Pertahankan jalan nafas yang
3.Volume tidal dalam kisaran normal paten
4.Tidak ada suara nafas tambahan  6. Observasi adanya tanda
5.Tidak ada akumulasi sputum hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
8. Monitor vital sign
2. Ketidaksei Setelah dilakukan tindakan keperawata Manajemen Nutrisi
mbangan n selama 2x24 jam diharapkan kebutu
Nutrisi : han nutrisi tubuh seimbang dengan kri 1. Tentukan status gizi pasien
Kurang dari teria hasil:  dan kemampuan pasien untuk
kebutuhan 1.Asupan makan secara tube feeding a memenuhi kebutuhaan nutrisi
tubuh b.d dekut  2. Atur diet yang diperlukan
ketidakma 2.Asupan cairan intravena adekuat 3. Berikan pilihan makanan
mpuan sambil menawarkan bimbingan
makan tehadap pilihan
4. Ciptakan lingkungan yang
nyaman sebelum pasien makan
5. Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan mulut
sebelum makan
6. Anjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorite pasien
selam berada dirumah sakit sesuai
dngan diet
7. Anjurkan pasien mengenal
modifikasi diet yang dianjurkan
8. Kolaborasi dalam pemberian
obat obat analgetik

Terapi Menelan
1. Tentukan kemapuan pasien untuk
memfokuskan perhatian pada saat
makan dan menelan
2. Bantu pasien untuk dudk tegak
3. Bantu pasien untuk memposisikan
kepala fleksi memnghadap ke depan
sebagai persiapan menelan
4. Instruksikan pasien untuk
membuka dan menutup mulut dalam
persiapan memanipulasi makanan
5. Bantu pasien untuk merapatkan
makanan kemulut bagian belakang
dan dibagian yang tidak sakit
6. Sediakan atau monitor konsistensi
makanan menurut temuan penelitan
mengenai menelan
7. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalma upaya

8
menyediakan rencana terapi pasien
secara berkelanjutan
3. Perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
perifer keperawatan selama 2x24 jam resiko
tidak efektif hipovolemia pasien 1. Tentukan status gizi pasien dan
b.d kurang teratasi dengankriteria hasil: kemampuan pasien untuk
pengetahua ·         Tekanan systole dan memenuhi kebutuhaan nutrisi
n tentang diastole dalam rentang yang 2. Atur diet yang diperlukan
penyakit diharapkan 3. Berikan pilihan makanan sambil
·         Tidak ada ortostatik menawarkan bimbingan tehadap
hipertensi pilihan
·         Tidak ada tanda tanda 4. Ciptakan lingkungan yang
peningkatan tekanan intrakranial nyaman sebelum pasien makan
(tidak lebih dari 15 mmHg) 5. Lakukan atau bantu pasien terkait
·         Berkomunikasi dengan dengan perawatan mulut sebelum
jelas dan sesuai dengan makan
kemampuan 6. Anjurkan keluarga untuk
·         Menunjukkan perhatian, membawa makanan favorite
konsentrasi dan orientasi. pasien selam berada dirumah
sakit sesuai dngan diet
7. Anjurkan pasien mengenal
modifikasi diet yang dianjurkan
8. Kolaborasi dalam pemberian obat
obat analgetik
9.
Manajemen cairan
1. Timbang badan bsetiap hari dan
Meni or status pasien
2.monitor status hidrasi
3. Monitor tanda2 vital
4. Berikan cairan dentan tepat
5. Kaji lokasi dan luas edema
6 jaga intake dan output klien,
lakulan penca tatan

Monitor ekstremitas bawah


1. Inspeksi perubahan pada kuku kaki
2. Ispeksi warna, suhu, hidrasi,
luka2 pada kulit
3. Monitor kekuatan otot dan
pergelangan kaki
4. Papasi nadi dorsalis pedis dan tibia
posterio

4. Kekuranga Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan


n volume keperawatan selama 2X24 Managemen cairan
cairan b.d jam kekurangan volume cairan pasien 1.  Timbang popok/pembalut jika di
kehilangan teratasi dengan kriteria hasil:
perlukan
cairan aktif

9
2. Pertahankan catatan intake dan
1. mempertahankan urin output
output yang akurat
sesuai dengan usia dan BB, Bj
urine normal 3.  Monitor status hidrasi
2. tekanan darah, nadi, suhu tubuh
(kelembaban membran mukosa,
dalam batas normal
3. tidak ada tanda dehidrasi, elastis nadi adekuat, tekanan darah
turgor kulit baik, membran
ortostatik), jika diperlukan
mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan 4. Monitor vital sign
4. orientasi terhadap waktu dan
5. Monitor masu kan makanan /
tempat baik
5. jumlah dan irama pernafasan cairan dan hitung intake kalori
dalam batas normal
harian
6. elektrolit, Hb, HMT, dalam batas
normal 6. Kolaborasikan pemberian cairan
7. pH urine dalam batas normal
IV
8. intake oral dan intravena adekuat
7. Monitor status nutrisi
8.    Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
9.  Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack (jus buah, buah
segar)
13.   Kolaborasi dengan dokter
14.  Atur kemungkinan tranfusi
15.   Persiapan untuk tranfusi

Managemen hipovelemia
1)  Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2) Pelihara IV line
3)  Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
4) Monitor tanda vital
5) Monitor respon pasien terhadap

10
penambahan cairan
6)  Monitor berat badan
7) Dorong pasien untuk menambah
intake oral
8) Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
9) Monitor adanya tanda gagal
ginjal

1) setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi


keperawatan selama 2x24 jam
resiko infeksi teratasi dengan 1. Pertahankan tehnik septik aseptic
kriteria hasil  2. Cuci tangan setiap sebelum dan
Risiko infeksi 2) klien bebas dari tanda dan gejala
d.d infeksi Sesudah tindakan keperawatan
imunosupresi 3) menunjukkan kemampuan untuk 3. Pertahankan lingkungan aseptik
mencegah timbulnya infeksi
4) jumlah leukosit dalam batas selama pemasangan alat
normal 4. Tingkatkan intake nutrisi
5) menunjukkan prilaku hidup sehat
6) status imun, gastrointestinal, 5. berikan terapi antibiotic bila perlu
genitourinaria dalam batas normal 6. intruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep

Universal Precaution pada HIV-AIDS

11
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar
penyakit infeksi. Adapun prinsip utama prosedur Kewaspadaan Universal dalam pelayanan
kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi beberapa kegiatan pokok seperti:

a. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong
pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun
biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat:
1. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, walaupun telah memakai sarung tangan.
2. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama. Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan
adalah mencegah agar tidak terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah
kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas.
Indikasi kebersihan tangan:
a) Sebelum kontak pasien; -
b) Sebelum tindakan aseptik; -
c) Setelah kontak darah dan cairan tubuh; -
d) Setelah kontak pasien; -
e) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
b. Alat Pelindung Diri (APD)
a) UMUM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut:
1. Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan
infeksius.
2. APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun
pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).
3. Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari

12
resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan
selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
4. Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari
resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan
selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
5. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
6. Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan
sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
b) JENIS-JENIS APD
1) Sarung tangan
Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin
2) Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari
cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara
yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari
petugas pada saat batuk atau bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi
hidung dan mulut serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung).
3) Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau
melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
c. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori risiko berpotensi infeksi untuk
menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan yang akan digunakan (seperti
sterilisasi peralatan medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu merawat pasien.
Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan penatalaksanaan peralatan bekas
pakai perawatan pasien yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning,
disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
d. Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya perbaikan
kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan,
dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada pasien, petugas dan

13
pengunjung.
e. Pengelolaan Limbah
Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai sarana pelayanan kesehatan
adalah tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, dapat menjadi tempat sumber
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan, juga menghasilkan limbah yang dapat menularkan penyakit. Untuk menghindari
risiko tersebut maka diperlukan pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan
f. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen terkontaminasi adalah
linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya, termasuk juga benda tajam.
Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati.
Kehatianhatian ini mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan
tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan standar dengan prinsip-prinsip yang tepat.
g. Perlindungan Kesehatan Petugas
Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga kesehatan
maupun tenaga nonkesehatan. Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk penatalaksanaan
akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien, yang berisikan antara lain siapa
yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang
dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan. Petugas harus selalu waspada dan hati-hati
dalam bekerja untuk mencegah terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat
tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang
jarum.
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik bekas pasien
atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat dan tepat serta efektif
untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi yang tidak diinginkan. Sebagian
besar insiden pajanan okupasional adalah infeksi melalui darah yang terjadi dalam fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes). HIV, hepatitis B dan hepatitis C adalah patogen melalui
darah yang berpotensi paling berbahaya, dan kemungkinan pajanan terhadap patogen ini
merupakan penyebab utama kecemasan bagi petugas kesehatan di seluruh dunia.
h. Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk Dan Bersin
Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisiairborne
dan droplet. Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyediakan sarana cuci tangan seperti
wastafel dengan air mengalir, tisu, sabun cair, tempat sampah infeksius dan masker
bedah.Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus

14
melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
b) Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
Edukasi/Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain dapat dilakukan melalui audio visual, leaflet, poster, banner, video
melalui TV di ruang tungguataulisan oleh petugas.

Ketika HIV/AIDS muncul pada tahun 1985, dibutuhkanlah suatu pedoman untuk
melindungi petugas pelayanan kesehatan dari terinfeksi. Oleh karena penularannya
termasuk Hepatitis C virus adalah melalui darah, maka disusunlah pedoman yang
disebut Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Sejak diberlakukan dan diterapkan di
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, strategi baru ini telah dapat melindungi petugas
pelayanan kesehatan (penularan dari pasien ke petugas) serta mencegah penularan dari pasien
ke pasien dan dari petugas ke pasien.

Individu yang terinfeksi HIV atau HCV tidak menunjukkan gejala penyakit atau terlihat
sebagai layaknya seseorang yang terinfeksi, maka Kewaspadaan Universal di modifikasi agar
dapat menjangkau seluruh orang (pasien, klien, pengunjung) yang datang ke fasilitas layanan
kesehatan baik yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.

Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima
pelayanan kesehatanserta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi. Bagi
pasien yang memerlukan isolasi, maka akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri
dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.

A. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan
secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk
mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan
laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.Tenaga kesehatan seperti petugas laboratorium,
rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh
sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan

15
Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi.
Kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkandi semua fasilitas pelayanan
kesehatan, sebagai berikut:

1. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih
dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan
dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat:
a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,
cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun
telah memakai sarung tangan.
b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang
bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:
- Sebelum kontak pasien;
- Sebelum tindakan aseptik;
- Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
- Setelah kontak pasien;
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


1) Sarung tangan

16
2) Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan

17
darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan
melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin.
Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test
(penekanan di bagian hidung).

3) Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan
atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi pasien dari paparan
pakaian petugas pada tindakan steril.

4) Goggle dan perisai wajah


Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
Indikasi pemakaian goggle yaitu pada penanganan linen terkontaminasi di laundry, di ruang
dekontaminasi CSSD.

5) Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan
benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi
optimal. Indikasi pemakaian sepatu pelindung pada pasien HIV yaitu pada penanganan linen,
pencucian peralatan di ruang gizi, ruang dekontaminasi CSSD.

6) Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril
atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas
dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien. Topi pelindung dipakai saat pembersihan
peralatan kesehatan yang telah kontak dengan pasien HIV.

3. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN


Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori risiko berpotensi
infeksi untuk menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan yang akan digunakan
(seperti sterilisasi peralatan medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu merawat
pasien.

18
4. PENGELOLAAN LIMBAH
Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai sarana
pelayanan kesehatan adalah tempat berkumpulnya orang sakit maupun
sehat, dapat menjadi tempat sumber penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan, juga menghasilkan limbah yang dapat menularkan
penyakit. Untuk menghindari risiko tersebut maka diperlukan
pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.
Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.
Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah dihasilkan dengan
memisahkan limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai

19
dengan jenisnya, antara lain:
 Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna
kuning.
 Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan,
organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah
yang terdiri dari serum, plasma, trombosit dan lain-lain),
diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien
infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan
infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh
lainnya.
 Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi
darah dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam.
 Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
 Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan
tajam, masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh:
jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam.
 Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok
limbah cair (spoelhoek).

5. PENEMPATAN PASIEN
a. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit
pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
c. Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang
jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat tidur
minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
d. Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan
jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne).
e. Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya seyogyanya
dipisahkan tersendiri.

20
f. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar
dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya
transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
g. Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu
ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.

6. KEBERSIHAN PERNAPASAN/ETIKA BATUK DAN BERSIN

Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis
transmisiairborne dan droplet. Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyediakan sarana cuci
tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu, sabun cair, tempat sampah infeksius dan
masker bedah.Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus
melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
b. Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
Edukasi/Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan fasilitas pelayanan kesehatan
lain dapat dilakukan melalui audio visual, leaflet, poster, banner, video melalui TV di
ruang tungguataulisan oleh petugas.

21
B. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

22
23
24
Daftar Pustaka

25
Herman, Heather, dkk. (2018) NANDA Internasional Nursing Diagnosis : Definition and
Clasification 2018-2020 eleven edition, Jakarta : EGC.

Moorhead,Sue, dkk.(2013) Nursing Outcomes Clasification (NOC), 5th Edition, Yogyakarta :


MocoMedia

Buluchek, Gloria, dkk (2013) Nursing Intervention Clasification (NIC), 6th Edition,
Yogyakarta : MocoMedia

26

Anda mungkin juga menyukai