PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah
Tangga Depkes RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronchial
menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Makalah ini akan membahas Asuhan Keperawatan dari PPOK (Penyakit Pernafasan
Obstruksi Kronik) beserta klasifikasi penyakit yang termasuk PPOK itu secara singkat dan padat
yang di ringkas berdasarkan referensi buku kesehatan yang membahas tentang PPOK secara
lengkap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ,maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu PPOK (Penyakit pernafasan Obstruksi Kronik)?
2. Bagaimana dengan klasifikasi dari PPOK?
3. Apa Saja Etiologi PPOK secara umum?
4. Bagaimana dengan patofisiologi dan WOC dari PPOK?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang PPOK?
6. Bagaimana dengan penatalaksanaan PPOK?
7. BagaimanaFormat Askep Teoritis PPOK?
8. Bagaimana contok kasus PPOK?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian PPOK.
2. Memahami klasifikasi dari PPOK.
3. Mengetahui dan memahami apa saja etiologi secara umumdari
PPOK.
4. Memahami patofisiologi dan WOC dari PPOK.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari PPOK.
6. Mengetahui penatalaksanaan PPOK.
7. Memahami format Askep teoritis PPOK.
8. Dapat mengaplikasi format askep PPOK ke dalam kasus.
2
BAB II
TINJAUN TEORI
A. Pengertian
(COPD) merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson: 2008). PPOK adalah penyakit paru
kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan
hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta
pencemaran udara didalam ruangan maupun diluar ruangan (Persatuan Dokter Paru Indonesia,
2011). PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup bronchitis kronis,
bronkiektasis, emfisima dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dyspnea saat beraktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smaltzer &
Bare, 2007).
Dengan demikian dapat disimpulkan penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu
penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara
pada saluran pernafasan yang menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialah
asma, bronchitis kronik, dan emphysema paru. (Price, Sylvia Anderson, 2008; GOLD, 2009;
3
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui, Menurut Muttaqin Arif (2008), penyebab dari PPOK
adalah:
4. Faktor keturunan.
Pengaruh dari masing – masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe perokok (Smaltzer & Bare, 2007):
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4
8. Penggunaan obat bantu pernafasan
1. Anatomi
Gambar 1
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
5
hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf
C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat
6
e. Bronkus
Gambar 2
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea
dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri
dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang
kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
Bronkus pulmonaris, trakea terbelah menjadi dua bronkus utama : bronkus ini bercabang
pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran besar yang mempertahankan
struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai diinding fibrosa berotot yang mengandung
bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang
7
tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkus
terminalis masuk kedalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan disini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya: lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang
pipih.
Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan didalam dindingnya dijumpai kantong-
kantong udara itu. kantong udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh
darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri pulmonaris membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventikel kanan
arteriol itu membelah belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah
merah membuat garis tungggal. Alirannnya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membrane yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
difusi, yang merupakan fungsi pernafasan. Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi sampai
menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris meninggalkan setiap
paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan keseluruh
Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronkialis membawa darah berisi oksigen
langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen
kedalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler
8
yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi
beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian
dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itu dihantarkan dari setiap paru-paru oleh
vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena cava superior. Maka dengan demikian paru-
f. Paru-paru
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernfasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada.
Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam media stinum. Paru-paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan sedikit muncul lebih tinggi daripada
clavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landau rongga thoraks, diatas
diafraghma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam
yang memutar tampuk paruparu, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan
yang menutup sebagian sisi depan jantung. Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau
lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap
lobus tersusun atas lobula. Jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti spons.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung- gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentukan luas permukaannya lebih kurang 90 m² pada lapisan inilah
terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media,
9
dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobus.
2. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah segmen pada lobus superior,
dan; 5 (lima) buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai segmen 10 segmen yaitu;
5 (lima) buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen [pada lobus medialis, dan 3
(tiga) buah segmen pada lobus interior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belh-
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikal yang berisi
pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat sebuah
bronkiolus. Di dalam lobules, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
Letak paru-paru
mendiastinum. Pada bagian tengah itu terdapat lampuk paru-paru atau hilus. Pada mendiastinum
depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi 2(dua):
1. Pleura viresal (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-
paru.
2. Pleura pariental yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
10
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan
juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernapas bergerak.
Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3 dan tebal ventrikel
kiri, Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih
kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain
pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dad aorta melalui arteri bronkialis.
Darah ini adalah darah "kaya oksigen" (oxyge-nated) dibandingkan dengan darah pulmonal yang
Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa
menyentuh saluran-saluran bronkial sampai ke alveoli halus. Alveoli itu membelah dan
membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung
udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan
sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri
(darah mengandung 02), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena
bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru
11
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara
1. Kapasitas total. Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dapat tergantung pada beberapa hal: Kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang,
2. Kapasitas vital. Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksima.l Dalam
keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter
Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru- paru 2.600 cm3 (2 1/2 liter)
4. Jumlah pernapasan. Dalam keadaan yang normal: Orang dewasa: 16 - 18 x/menit, Anak-anak
30 x/menit, Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu
dengan tiba-tiba yang kekuatannya luar biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang
berasal dari luar bahan-bahan kimia yang merangsang selaput lendir di jalan pernapasan. Bersin.
Pengeluaran napas dengan tiba-tiba dari terangsangnya selaput lendir hidung, dalam hal ini udara
2. Fisiologi
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondoksida. Pada pernafasan
melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada
12
waktu bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
behubungan erat dengan darah didalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran, yaitu
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan
dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Dan meninggalkan
paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh
oksigen.
membran alveoler kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,
dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di
paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
13
pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan
mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya,
komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan eksterna
dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air
dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan
Daya muat udara oleh paru-paru,besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml
sampai 5000 ml atau 4½ sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10-
nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air ), yaitu yang dihirup masuk dan diembuskan
keluar pada pernafasan biasa dengan tenang.Kapasitas vital,volume udara yang dapat dicapai
masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas paruparu.
Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang
perempuan ,3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang
E. Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal, perifer,
parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan
14
perubahan struktural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil
dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar
salurannafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai
beratsakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan seimbang.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas
mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam
penyakit paru.
kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi
sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8
protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding
alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya
limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal
terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan
makrofagdan neutrophil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi anion super
oksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik
akandiubah menjadi OH dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero
15
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk
kronissehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi
sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol
yangmenuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan
Gambar 3
Merokok dan berbagai partikel berbahaya seperti inhalasi dari biomass fuels
menyebabkan inflamasi pada paru, respons normal ini kelihatannya berubah pada pasien yang
berkembang menjadi PPOK. Respons inflamasi kronik dapat mencetuskan destruksi jaringan
(menyebabkan fibrosis jalan nafas kecil). Perubahan patologis ini menyebabkan air trapping dan
terbatasnya aliran udara progresif, mengakibatkan sesak nafas dan gejala khas PPOK lainnya.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK muncul sebagai modifikasi dari respons
16
inflamasi saluran nafas terhadap iritan kronik seperti merokok. Mekanisme untuk menjelaskan
inflamasi ini tidak sepenuhnya dimengerti tetapi mungkin terdapat keterlibatan genetik. Pasien
bisa mendapatkan PPOK tanpa adanya riwayat merokok, dasar dari respons inflamasi pasien ini
tidak diketahui. Stres oksidatif dan penumpukan proteinase pada paru selanjutnya akan
perubahan patologis pada PPOK. Inflamasi paru menetap setelah memberhentikan merokok
melalui mekanisme yang tidak diketahui, walaupun autoantigen dan mikroorganisme persisten
juga berperan. Perubahan yang khas pada PPOK dijumpai pada saluran nafas, parenkim paru,
dan pembuluh darah paru. Perubahan patologi tersebut meliputi: inflamasi kronik, dengan
peningkatan sejumlah sel inflamasi spesifik yang merupakan akibat dari trauma dan perbaikan
berulang. Secara umum, inflamasi dan perubahan struktur pada jalan nafas meningkat dengan
dihentikan.
17
18
F.
19
Pemeriksaan penunjang
a. Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FEV1/FVC) Obstruksi ditentukan oleh nilai FEV1
prediksi (%) dan atau FEV1/FVC (%). FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai
untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak
tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru berupa hiperinflasi atau
ruang retrosternal melebar. Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal
pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan
diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien.
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia kronis kadar hemiglobin
dapat meningkat
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography
20
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
1. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea. Ada
Spirometri : Normal
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum.Sesak napas derajat
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak napas derajat
Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 dan 4.Eksaserbasi lebih sering terjadi Spirometri
Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik. Disertai komplikasi kor pulmonale atau
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%.
21
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia pasien dengan
gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat simtomatik yang signifikan
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan meningkatkan elastic
2. Penatalaksanaan keperawatan
2000)
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga
fase kronik.
22
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
polusi udara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu
diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu
23
Asuhan keperawatan teoritis berdasarkan konsep pengkajian gordon
a. Data demografi
1) Identitas klien: nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, status
perkawinan dan diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
2) Pola nutrisi-metabolik
Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema), ketidakmampuan untuk makan
karena distress pernafasan, penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan
berat badan menunjukkan edema (bronchitis), turgor kulit buruk, edema dependen,
berkeringat.
3) Pola eliminasi
Data yang ditemukan yang ditemukan mencakup pola eliminasi urin dan
fekal, frekuensi, konsistensi, warna, bentuk dan jumlah.
24
4) Pola aktivitas-latihan
5) Pola tidur-istirahat
Gelisah, insomnia, Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
6) Pola kognitif-konseptual
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
8) Pola peran/hubungan
Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain, hubungan ketergantungan, kurang system
penndukun, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat.
9) Pola seksualitas
Penurunan libido.
25
11) Pola nilai dan kepercayaan
26
NOC: NIC :
Pola Nafas tidak efektif
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas :
Hiperventilasi keperawatan selama …..x24 jam 1. Posisikan pasien
Penurunan pasien menunjukkan keefektifan untuk memaksimalkan
energi/kelelahan pola nafas, dibuktikan dengan ventilasi
Perusakan/pelemaha kriteria hasil: 2. Auskultasi suara
n muskulo-skeletal nafas, catat adanya suara
Kelelahan otot Status pernafasan : ventilasi tambahan
pernafasan 6. Catat pergerakan
Hipoventilasi 1. frekuensi nafas normal dada,amati kesimetrisan,
sindrom 2. Irama pernafasan normal penggunaan otot tambahan,
3. Suara perkusi nafas sonor retraksi otot supraclavicular
Nyeri
2. 4. Tidak ada penggunaan otot dan intercostal
Kecemasan
nafas 7. Monitor suara
Disfungsi 5. Tidak ada suara nafas nafas, seperti dengkur
Neuromuskuler tambahan
Obesitas Monitor pola nafas :
6. Tidak ada retraksi dinding bradipena, takipenia,
Injuri tulang dada kussmaul, hiperventilasi,
belakang 7. Tidak ada suara nafas cheyne stokes, biot
tambahan 8. Monitor respirasi dan
Batasan Karakteristik: 8. Tidak ada dipsnea saat status O2
Dyspnea istirahatt 9. Monitor frekuensi nafas
Nafas pendek
Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara
per menit
Menggunakan otot
pernafasan tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
3. Tahap ekspirasi NOC:
NIC :
berlangsung sangat lama Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Asam Basa
Penurunan kapasitas vital keperawatan selama ….x 24jam
Respirasi: < 11 – 24 x /mnt Gangguan pertukaran pasien
1. Monitor TTV, AGD,
teratasi dengan kriteria hasil:
elektrolit dan ststus mental
Status pernafasan : Pertukaran
2. Observasi sianosis
Gangguan Pertukaran gas gas
khususnya membran
Berhubungan dengan : 1. PaO2 dalam batas normal
mukosa
2. PaCO2 dalam batas normal
ketidakseimbangan perfusi
3. pH arteri normal
ventilasi 3. Jelaskan pada pasien
4. Saturasi oksigen normal
perubahan membran dan keluarga tentang
27
kapiler-alveolar 5. Tidak ada dipnea saat persiapan tindakan dan
istirahat tujuan penggunaan alat
Batasan karakteristik: 6. Tidak ada perasaan kurang tambahan (O2, Suction,
sakit kepala ketika bangun istirahat Inhalasi)
Dyspnoe Auskultasi bunyi jantung,
Gangguan penglihatan jumlah, irama dan denyut
Penurunan CO2 jantung
3. Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
sianosis
warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
Hipoksemia NIC :
hiperkarbia NOC :
4. AGD abnormal Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen :
pH arteri abnormal keperawatan selama ….x 24jam
frekuensi dan kedalaman Intoleransi aktivitas pasien 1. Pertahankan kepatenan
nafas abnormal teratasi dengan kriteria hasil: jalan nafas
2. Monitor efektivitas terapi
Intoleransi Aktivitas Toleransi terhadap aktivitas oksigen
Berhubungan dengan : 3. Monitor aliran oksigen
Gaya hidup kurang gerak 1. Frekuensi nafas ketika 4. Monitor alat pemberian
Imobilisasi beraktivitas normal oksigen
Ketidakseimbangan antara 2. Kemudahan ketika bernafas 5. Amati tanda-tanda
suplai oksigen dan 3. Kemudahan dalam hipoventilasi
kebutuhan melakukan aktivitas sehari-hari 6. Monitor kecemasan klien
Tirah baring yang berkaitan dengan
kebutuhan mendapat terapi
Batasan karakteristik : oksigen
Dipsnea setelah aktivitas 7. Rubah penggunaan
Keletihan oksigen dari masker ke
Keidaknyamanana setelah kanula saat makan
aktivitas
28
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
29
I. DATA DEMOGRAFI
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Diagnosa medis : PPOK
II.POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Keluhan Utama / Kesehatan umum :
Pasien Tn. dirawat dirumah sakit dengan sesak nafas, dada yang tertekan dan kesulitan
bernafas, batuk yang disertai dengan sputum, warna putih, letih dan lemah setelah
melakukan aktivitas sehari-hari karena kesulitan bernafas, sesak nafas saat istirahat setelah
beraktivitas, kesulitan untuk tidur.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien sesak nafas, dada yang tertekan dan kesulitan bernafas, batuk yang disertai dengan
sputum, warna putih, letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari karena
kesulitan bernafas, sesak nafas saat istirahat setelah beraktivitas, kesulitan untuk tidur yang
dirasakan sampai sekarang.
Kebiasaan :
Tembakau Meroko :pasien mengatakan memiliki kebiasaaan merokok
Alkohol : pasien tidak pernah meminum alkohol
30
Masukan nutrisi sebelum sakit :
Jenis makanan/minuman : makanan padat
Makanan pantangan: : tidak ada
glukosa sewaktu 196 mg/dL
Kudapan sore: tidak ada
Saat sakit :
Jenis Makanan/Minuman ;
Kesulitan menelan (disfagia) : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital :
TD : 110/60 mmhg
RR : 28x/i
HR : 88x/i
Suhu ; 36.6oC
Kulit :
Warna : Normal
Suhu : 36,60C
Turgor : < 2 detik,
Edema : tidak ada edema
Lesi : tidak ada lesi
Memar : tidak ada
M Mulut
Mulut : tidak ada masalah
Lidah : tidak ada masalah
Wicara :kesulitan berbicara karena sesak nafas
3. Pola Eliminasi
Feces
Kebiasaan defekasi : 1 (satu) x/hr,
Masalah : tidak ada
Pemeriksaan fisik :
Abdomen :
Struktur : simetris
Distensi : tidak ada
Rectum
Lesi : tidak ada
Bising usus : 8x/i
31
Urine
Alat Bantu : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Ginjal : tidak ada masalah
Nyeri ketuk : negatif.
Keadaan urethra : Normal
natrium 139 mmol/L
kalium 3,8 mmol/L
klorida 97 mmol/L.
4. Pola Aktivitas-Latihan
Kemampuan perawatan diri : dibantu oleh orang lain dengan skor 2
meriksaan Fisik :
a. Pernafasan/Sirkulasi
Tanda vital :
Tek. Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 88 x/mt
Resp. : 28 x/mt
Batuk : disertai sputum berwarna putih
Bunyi nafas : mengi dan ronchi
Perkusi : bunyi pekak pada paru
Bentuk dada seperti tong
Penggunaan otot bantu nafas
Pemeriksaan rotgen kesan penyakit ppok
Pemeriksaan sputum BTA Negatif, leukosit positif, epitel positif
Kelainan : ada suara nafas tambahan
b. Muskuloskletal
tidak ada masalah
Tepasang infuse Ringer laktat 20 tpm pada tangan kiri
6. Pola kognitif-Konseptual
Pendengaran : tidak ada gangguan
Nyeri / ketidaknyamanan : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Mata :
Pupil : tidak ada masalah
Rexlex thd cahaya : tidak ada masalah
32
Kedua mata sebam
Mata bawah terlihat hitam
Status Mental : tidak ada masalah
Compos Mentis
8. Pola Peran/Hubungan
Status pekerjaan : tetap
Kepedulian keluarga mengenai perawatan : baik
9. Pola Seksualitas
Pemeriksaan Fisik :
Genetalia
Terpasang kateter
Kelainan : tidak ada kelainan
33
ASUHAN KEPERAWATAN
34
ventilasi tidak adekuat. bronkodilator :
Status pernafasan : ventilasi 3. Atur intake untuk
Data Subjektif: cairan mengoptimalkan
1. Pasien mengatakan 1. frekuensi nafas normal keseimbangan.
sesak napas dan dada 2. Irama pernafasan normal 4. Monitor respirasi dan
tertekan 3. Suara perkusi nafas sonor status O2
2. Pasien mengatakan 4. Tidak ada penggunaan otot 5. Pertahankan jalan nafas
sulit tidur karena sesak nafas yang paten
napas 5. Tidak ada suara nafas 6. Observasi adanya tanda
tambahan tanda hipoventilasi
Data Objektif: 6. Tidak ada retraksi dinding 7. Monitor adanya
1. Respiration 28 x/menit dada kecemasan pasien
2. Dipsnea 7. Tidak ada suara nafas terhadap oksigenasi
3. Penggunaan otot bantu tambahan 8. Monitor vital sign
pernapasan 8. Tidak ada dipsnea saat 10. Catat pergerakan
4. Bentuk dada seperti istirahat dada,amati kesimetrisan,
tong penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
11. Monitor suara
nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas :
12. bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
35
istirahat dan saat
beraktivitas
3. Pasien mengatakan
tidak dapat
beristirahat dengan
baik karena sesak
nafas
Data Objektif :
1. RR : 28x/i
2. Pasien tampak letih
dan lemah
3. Pasien dibantu oleh
keluarga saat beraktivitas
4. Pasien tampak
kesulitan berbicara
5. Pasien tampak sesak
nafas
6. Tampak penggunaan
otot bantu pernafasan
36
BAB IV
PENUTUP
37
DAFTAR PUSTAKA
Buluchek, Gloria, dkk (2013) Nursing Intervention Clasification (NIC), 6th Edition,
Yogyakarta : MocoMedia
Buluchek, Gloria, dkk (2013) Nursing outcomes Clasification (NOC), 6th Edition,
Yogyakarta : MocoMedia
Agusti, Avar, dkk (2017) Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease.
Spain : GOLD
Herman, Heather, dkk. (2018) NANDA Internasional Nursing Diagnosis : Definition and
Clasification 2018-2020 eleven edition, Jakarta : EGC.
Somantri, Irman (2007) Asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.
Smelzer, s & Bare (2002) Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
Vol 2 . Jakarta :EGC
Utama, Saktya, Yudha, Ardhi (2018) Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Sistem
Respirasi. Yogyakarta : deePublish.
38