Anda di halaman 1dari 20

Tetralogi of Fallot

kelompok 3

Diah Nur Islamiyah


Fuad Akbar Bansir
Rofiqoh Khalidazia
Wigya Anggraina Putri
Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan tipe
sianotik. Pada penyakit ini yang memegang peranan
penting adalah defek septum ventrikel dan stenosis
pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling
sedikit sama besar dengan lubang aorta.
Tetralogi Fallot adalah gabungan dari:
- Defek septum ventrikel (lubang diantara ventrikel kiri dan
kanan)
- Stenosis katup pulmoner (penyempitan pada katup
pulmonalis)
- Transposisi aorta
- Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan).

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat


beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan
sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin
lama makin berat.
etiologi
Faktor endogen Faktor eksogen

Berbagai jenis penyakit genetik Riwayat kehamilan ibu :


: kelainan kromosom sebelumnya ikut program KB
Anak yang lahir sebelumnya oral atau suntik,minum obat-
menderita penyakit jantung obatan tanpa resep dokter,
bawaan (thalidmide,dextroamphetamin
Adanya penyakit tertentu e.aminopterin,amethopterin,
dalam keluarga seperti jamu)
diabetes melitus, hipertensi, Ibu menderita penyakit infeksi :
penyakit jantung atau kelainan rubella
bawaan Pajanan terhadap sinar -X
patofisiologi
Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek
ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum
infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan
akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi
overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada
bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal.

Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama.Berat


ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis
infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau
interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini
menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau
bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul
beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang
ringan
Tanda dan gejala
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung
bayi.
2. Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata
3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal
5. Pertumbuhan dan perkembangan
6. Biasanya denyut pembuluh darah normal
7. Bising sistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut
dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri
tulang dada
Penatalaksanaan medis

1. Serangan sianosis
Pengobatan serangan sianosis yang
berguna adalah morfin, obat yang
spesifik untuk masalah ini, dan propanol komplikasi
2. Pemilihan waktu kateterisasi 1. Trombosis serebri
Jantung
2. Asbes otak
Bayi sianosis tidak bergejala yang
3. Endokarditis
tumbuh dan bertambah berat dilakukan
bakterialis
kateterisasi jantung secara efektif pada
awal masa bayi untuk memperjelas 4. Gagal jantung
anatomi koronaria kongestif
3. Pembedahan 5. Hipoksia
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-
obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan (terpapar) terhadap sinar X

b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting
(jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa
lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
c. Riwayat psikososial/ perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik

1) Akivitas dan istirahat


Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menyusui
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium d. ekokardiografi
b. Radiologis e. kateterisasi jantung
c. Elektrokardiogram ( EKG) f. gas darah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan
sekunder akibat kondisi yang melemah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelemahan dan
keletihan sekunder akibat kondisi yang melemah.
Tujuan : Pasien mampu berpola nafas kembali secara efektif setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama setiap 24 jam
dengan kriteria hasil :
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Ekspansi dada maksimal
Bunyi napas tambahan tidak ada
Napas pendek tidak ada
Intervensi :
a. Pantau adanya pucat dan sianosis
R/ memungkinkan untuk mencegah terjadinya sianosis lebih awal.
b. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik
relaksasi untuk meningkatkan pola pernapasan.
R/ memudahkan ekspansi paru.
c. Pertahankan O2 selalu adekuat dengan kanul atau masker.
R/ terpenuhinya kebutuhan O2 pada jaringan.
d. Kaji pernafasan setiap 2 sampai 4 jam (kedalaman, irama,
frekuensi, penggunaan otot pernafasan).
R/ mengetahui adanya ketidak efektifan jalan nafas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Pasien menunjukan peningkatan berat badan setelah
dilakukan perawatan selama setiap 24jam
dengan kriteria hasil :
peningkatan berat badan
nafsu makan bertambah (ASI/PASI)
dispneu (-)

Intervensi :
a. menjelaskan kepada orangtua mengenai tindakan yang akan
dilakukan
R/ agar adanya kerjasama antara perawat dengan orangtua pasien
dalam proses penyembuhan.
b. auskultasi bunyi usus
R/ penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, penurunan aktifitas, dan hipoksemia
c. kaji pemeriksaan laboratorium.
R/ mengevaluasi/ mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan
terapi nutrisi
d. pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur
R/ memberikan catatn lanjut penurunan/ peningkatan berat badan
yang akurat.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Pasien menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
dalam waktu 24 jam dengan kriteria hasil :
dispnea(-) kelemahan (-)
TD : 90/70 mmHg Nadi 120-140x/menit
RR: 35 x/mnt
Intervensi :
a. Jelaskan kepada keluarga tentang aktifitas maksimal anak
dengan gangguan kelainan jantung
R/ keluarga mengerti pentingnya pemenuhan kebutuhan
aktifitas
b. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen nasal
2liter/jam
R/ memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas
c. Observasi ada tidaknya sianosis pada jaringan hangat.
R/ menunjukkan hipoksemia siskemik.
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai