Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SUMBER DATA PELAPORAN DAN PENYEBARAN DATA INFORMASI

SURVELANS DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh Kel 3:

1. Loisa Utra
2. Anselma Luturyali
3. Jagualine Latue
4. Adelita Masela
5. Yuliana N. Uwuratuw
6. Yustina Wuarlela
7. Jerwis Sambonu

POLTEKKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEBIDANAN

SAUMLAKI

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sumber data Pelaporan dan
Penyebaran Data Informasi Surveilans dalam Kesehatan Masyarakat”. Adapun
penyusunan makalah ini kami lakukan guna menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Kesehatan Masyarakat.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada para penulis yang karyanya kami gunakan sebagai bahan acuan dalam
pembuatan makalah. Kami menyadari bahwa selesainya makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan berbagai dukungan dalam
berbagai bentuk. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih banyak atas
dukungannya.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami terbuka untuk berbagai kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata, kami berharap agar makalah kami dapat bermanfaat bagi kita semua.

Saumlaki, 24 Februari 2024


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans menurut Kemenkes, WHO dan DCD


B. Sumber Data Surveilans menurut Kemenkes dan WHO
C. Waktu dan Format Pencatatan Data pasa Unit Sumber Data
D. Manfaat Sumber Data Surveilans dan Studi Surveilans Kesehatan
Masyarakat
E. Cara Memperoleh Sumber Data
F. Masalah dalam penyelenggaraan Sistem Data

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Surveilans Epidemiologi mempunyai peran yang sangat
penting sebagai intelijen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan
data dan informasi epidemiologi untuk manajemen kesehatan, mendukung
pengambilan keputusan dan penyusunan perencanaan monitoring dan
evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB).
Dalam konteks desentralisasi, daerah dituntut untuk dapat mandiri dan
mampu melaksanakan surveilans epidemiologi secara profesional.
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh
karena itu perlu dikembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang
lebih mengedepankan analisis atau kajianepidemiologi serta pemanfaatan
informasi epidemiologi.
Pengumpulan data adalah langkah pertama dari rangkaian kegiatan
surveilans yang paling penting untuk proses selanjutnya. Dalam
pengumpulan data surveilans bisa dilaksanakan melalui surveilans aktif
dan pasif. Pengumpulan data tersebut harus mengumpulkan data-data dari
bebagai sumber data yang ada. Sumber data dalam surveilans epidemologi
merupakan sumber data atau subyek dari mana data bisa diperoleh
kemudian digunakan untuk kegiatan surveilans epidemologi. Unit pusat
pelayanan kesehatan yang menjadi sumber data surveilans seperti
puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain kemudian mempunyai
tanggungjawab dalam menyediakan data yang diperlukan seperti data
penyakit menular dan tidak menular sesuai dengan kunjungan pasien yang
ada. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui apa saja sumber data
surveilans dan bagaiamana cara memperolehnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian surveilans?
2. Apa saja sumber data surveilans menurut kemenkes dan WHO?
3. Kapan waktu dan format pencatatan data pada unit sumber data?
4. Mengapa perlu ada sumber data surveilans dan studi surveilans
kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana cara memperoleh sumber data surveilans?
6. Apa masalah dalam penyelenggaraan sistem data?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian surveilans
2. Untuk mengetahui sumber data surveilans menurut kemenkes dan
WHO
3. Untuk mengetahui waktu dan format pencatatan data pada unit sumber
data
4. Untuk mengetahui manfaat sumber data surveilans dan studi surveilans
kesehatan masyarakat
5. Untuk mengetahui cara memperoleh sumber data surveilans
6. Untuk mengetahui masalah dalam penyelenggaraan sistem data
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans
1. Pengertian surveilans menurut PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014
Surveilans Kesehatan merupakan suatu kegiatan pengamatan yang
sistematis dan berkesinambungan terhadap data serta informasi tentang
kejadian penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien terhadap masalah kesehatan.
2. Pengertian surveilans menurut WHO
Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan interpretasi data yang sistematis dan berkesinambungan serta
mendistribusikan informasi kepada unit yang membutuhkannya untuk
dapat mrngambil tindakan.
3. Pengertian surveilans menurut CDC
Surveilans merupakan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data
yang terkait dengan kesehatan yang berkelanjutan dan sistematis yang
penting untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik
kesehatan masyarakat.

B. Sumber Data Surveilans menurut Kemenkes dan WHO


Sumber data dalam surveilans epidemologi merupakan sumber data/
subyek dari mana data dapat diperoleh yang digunakan untuk kegiatan
surveilans epidemologi.
1. Menurut Kemenkes
Penyelenggaraan surveilans kesehatan dilakukan melalui
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan diseminasi
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan
informasi yang objektif, terukur, dapat diperbandingkan antar waktu,
antar wilayah, dan antar kelompok masyarakat sebagai bahan
pengambilan keputusan.
Pedoman untuk pengambilan keputusan sumber data surveilans,
meliputi:
a. Besaran masalah
b. Faktor risiko
c. Endemisitas
d. Patogenesis, virulensi dan mutase
e. Status KLB/Wabah
f. Kualitas pelayanan
g. Kinerja program
h. Dampak program

Penyelenggaraan surveilans kesehatan harus mampu memberikan


gambaran epidemiologi yang tepat berdasarkan dimensi waktu, tempat
dan orang. Pengambilan keputusan dapat berbentuk kebijakan teknis,
penetapan keputusan, atau pengaturan.

Dalam proses pengambilan keputusan, dapat mempertimbangkan


situasi dan kondisi:

a. Sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;


b. Politik, keamanan, dan pertahanan;
c. Potensi dampak yang dapat terjadi.

Pelaksanaan surveilans kesehatan juga dapat diperkuat dengan uji


laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pengumpulan data
surveilans kesehatan dapat dilaukan dengan cara:

a. Aktif
Dilakukan dengan cara mendapatkan data secara langsung
dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya, melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi, surveilans
aktif puskesmas/rumah sakit, survei khusus, dan kegiatan lainnya.
b. Pasif
Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan cara
menerima data dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau
sumber data lainnya, dalam bentuk rekam medis, buku register
pasien, laporan data kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan
masyarakat dan bentuk lainnya.

Pengolahan data surveilans kesehatan dapat dilakukan dengan cara


perekaman data, validasi, pengkodean, alih bentuk (transform) dan
pengelompokan berdasarkan tempat, waktu, dan orang. Sedangkan
analisis data dilakukan dengan metode epidemiologi deskriptif
dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan
tujuan surveilans yang ditetapkan.

Surveilans kesehatan harus dilakukan pada seluruh populasi dan


wilayah yang ditentukan dengan mengikutsertakan semua unit
pengumpulan data. Unit pengumpulan data yang dimaksud yaitu
masyarakat, unit pelayanan kesehatan, kabupaten/kota dan provinsi.
Dalam kebutuhan/kondisi tertentu, surveilans kesehatan dapat tidak
dilakukan pada seluruh populasi dan wilayah atau dilakukan secara
sentinel. Surveilans kesehatan secara sentinel dilakukan terhadap
populasi, wilayah, dan kejadian tertentu.

Kebutuhan/kondisi tertentu antara lain meliputi:

a. Pertimbangan kebutuhan program;


b. Perkembangan epidemiologi;
c. Keterbatasan sumber daya;
d. Kondisi matra.

2. Sumber Data Surveilans (WHO)


1) Pencatatan kematian
2) Laporan penyakit (sumber terpenting)
3) Laporan KLB / Wabah
4) Pemeriksaan laboratorium
5) Penyelidikan peristiwa penyakit
6) Penyelidikan wabah
7) Survei penyakit
8) Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir
9) Penggunaan obat-obatan, sera dan vaksin
10) Keterangan tentang penduduk serta lingkungannya
11) RS, praktek umum, absen kerja, sekolah, SKRT.

Dalam buku Amiruddin 2013 dijelaskan mengenai sumber data


surveilans sebagai berikut:

1. Data Kematian
Statistik vital. Hal yang termasuk data statistik vital adalah
kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian. Pencatatan dapat
dilakukan di daerah tempat tinggal, termasuk yang terjadi setiap
hari dan minggu, tetapi tidak selalu diberi kode atau komputerisasi.
CDC nasional statistik kesehatan/National Center for Health
Statistic (NCHS) mengumpulkan sampel sertifikat kematian per
bulan dan mempublikasikan laporan berdasarkan data sampel 3
bulan kemudian. NCHS juga menyediakan data kematian nasional
yang lengkap dalam waktu 2 sampai 3 tahun. Data kematian CDC
dipublikasikan setiap minggu pada laporan mingguan angka
kesakitan dan kematian/ Morbidity and Mortality Weekly Report
(MMWR).
2. Data Petugas Kesehatan
Petugas pemeriksa penyebab kematian dan pemeriksa
kesehatan dapat menyediakan informasi kematian yang mendadak
atau tidak diduga-duga. Mereka melaporkan pada bagian atau
tingkat kabupaten, termasuk rincian penyebab dan kematian alami
yang tidak diberikan sertifikat kematian. Laporan-laporan ini
berharga untuk surveilans kecelakaan yang disengaja atau tidak
disengaja dan kematian yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Data Kesakitan
Laporan Penyebab wajib Lapor
Negara menetapkan bahwa kejadian-kejadian kesehatan
harus dilaporkan oleh petugas-petugas kesehatan yang ada di
daerah. Kondisi yang dilaporkan adalah penyakit-penyakit infeksi
yang akut, walaupun ada beberapa yang kronis dan penyakit-
penyakit bukan infeksi dilaporkan juga oleh beberapa daerah.
Dinas kesehatan provinsi secara rutin menggunakan data yang
dilaporkan untuk surveilans kesehatan masyarakat.
4. Data Laboratorium
Laporan laboratorium surveilans adalah untuk menyeleksi
penyakit-penyakit termasuk beberapa virus penyebab penyakit
yang disebabkan oleh patogen seperti Salmonella dan Shigello. Hal
ini dapat menjadi bagian sistem pelaporan penyakit yang wajib
lapor.
5. Data Rumah Sakit
Hampir semua rumah sakit mempunyai pencatatan melalui
komputer, terutama untuk tujuan keuangan. Laporan-laporan ini
dapat digunakan untuk tujuan surveilans dan beberapa daerah
menyusun data rumah sakit yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Pencatatan khusus ini termasuk data demografi, diagnosis,
prosedur operasi, lama tinggal, dan biaya terapi tanpa
menggunakan nama, alamat, dan informas lain yang akan
mengindentifikasi individu.
Beberapa sumber menyediakan data-data rumah sakit pada
tingkat nasional. Sebagai contoh Anda dapat mengambil data
tahunan rumah sakit untuk tingkat national secara acak. Sistem
surveilans nasional mengumpulkan data dari sampel-sampel rumah
sakit untuk variasi kejadian kesehatan yang spesifik. Sistem ini
termasuk untuk surveilans cacat kelahiran, infeksi nosokomial,
kecelakaan, dan obat yang dibutuhkan pada kunjungan di ruang
gawat darurat.
6. Data Perawatan Kesehatan Pasien yang Sudah Sembuh
Pada tingkat nasional, data pasien berasal dari National
Ambulatory Medical Care Survey yang telah dilaksanakan secara
periodik oleh NCHS dan dari National Drug and Theurapeutic
Index. Secara random, keduanya mengambil sampel dari data dasar
praktik diagnostik, spesialis, perawatan, dan data disposisi.
Akhirnya data pasien dapat diperoleh dari jaringan praktik dokter
keluarga yang dilaporkan secara selektif tentang masalah
kesehatan.
7. Topik khusus
Surveilans reaksi obat dan kejadian kesehatan lain yang
merugikan untuk mendeteksi masalah potensial yang terjadi adalah
tanggung jawab dari FOOD and Drug Administration (FDA).
Setiap tahun, lebih dari 10.000 laporan kejadian yang merugikan
diajukan oleh petugas- petugas kesehatan dan pabrik-pabrik
farmasi.
Pada tahun terakhir, sistem surveilans kecelakaan semakin
ditingkatkan, Sistem angka-angkanya berbeda dengan informasi
yang dikumpulkan oleh badan hukum pada jenis-jenis kecelakaan
yang berbeda. Pada tingkat nasional, The National Highway
Traffic Safety Administration mengumpulkan informasi
kecelakaan yang fatal di jalan raya.
Penyakit-penyakit akibat kerja adalah wilayah lain yang
merupakan perluasan surveilans dalam hal keracunan pekerjaan,
pneumoconioses, dan penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh sejumlah negara. Beberapa
negara dan CDC memperbaiki kembali sistem surveilans untuk
melihat tingkat tekanan darah pada anak-anak yang meningkat.
8. Survei Kesehatan dan Populasi
Semua sistem surveilans yang telah dijelaskan sebelumnya
adalah pengumpulan data terhadap beberapa jenis penyakit atau
gangguan kondisi kesehatan yang lain. Beberapa sistem mengambil
secara sampel tentang status kesehatan dari warga dalamkomunitas
Contoh NCHS secara periodik menyelenggarakan survei kesehatan
dan uji gizi secara nasional (National Health and Nutrition
Examination Survey/ NHANES), contoh Riskesdas di Indonesia.
Pada akhirnya, lebih dari 40 negara dengan Departemen
Kesehatannya berpartisipasi dalam sistem surveilans perilaku
kesehatan berisiko yang bekerja sama dengan CDC. Sistem
surveilans ini menggunakan interview dengan telepon untuk
mengumpulkan informasi tentang kebiasaan merokok, minum
alkohol, penggunaan seat belt, hipertensi, berat badan, dan faktor
lain yang berpengaruh terhadap kesehatan.

Sistem surveilans untuk indikator penyakit

Terdapat beberapa sistem surveilans yang mengumpulkan data


indikator-indikator penyakit atau penyakit potensial. Sistem ini terdiri
dari 4 kategori, yaitu populasi hewan, data lingkungan, obat/
penggunaan biologi, serta data siswa dan data petugas, Kategori hewan
dan sistem lingkungan dibuat sebagai sistem kewaspadaan dini
terhadap penyakit potensial, misalnya H5N1. Dua kategori lain
mengumpulkan data indikator penyakit yang lebih dapat diperoleh
daripada data masing-masing bagian penyakit. Masing-masing
kategori ini dapat digambarkan lebih detail.

1. Populasi Hewan
Pengawasan populasi hewan adalah bagian penting pada sistem
surveilans untuk penyakit-penyakit tertentu. Selain itu, sistem
surveilans hewan juga termasuk mendeteksi dan mengukur hal
sebagai berikut.
a) Kesakitan dan kematian hewan disebabkan oleh penyakit yang
dapat menyerang manusia (misalnya Rabies).
b) Kehadiran agen penyakit dari hewan liar dan hewan-hewan
penjaga rumah (misalnya survei hewan pengerat untuk pes,
ayam untuk encepalitis).
c) Perubahan ukuran dan distribusi hewan reservoir dan vektor
penyakit (misalnya pengawasan rusa dan kutu yang ada sebagai
agen yang menyebabkan penyakit Lyme).
2. Data Lingkungan
Dinas Kesehatan masyarakat melakukan surveilans
lingkungan secara rutin. Data lingkungan pada tingkat komunitas
yaitu untuk mendeteksi kontaminasi air, susu, dan persediaan
makanan. Dinas Kesehatan menggunakan surveilans lingkungan
untuk memperhatikan kondisi alam yang meningkatkan populasi
hewan yang dapat menjadi reservoir dan vektor penyakit. Sebagai
contoh, Dinas Kesehatan ini juga mengawasi tempat pembuangan
sampah dan tempat lain yang mempunyai potensi untuk tempat
perkembangbiakan nyamuk. Jenis- jenis surveilans lingkungan
yang lain menjadi penting pada tahun- tahun ini, seperti
pengawasan lingkungan terhadap radiasi.
3. Obat/Penggunaan Biologi
Departemen Kesehatan dan CDC adalah sumber data untuk
angka- angka biologi dan obat-obat (misalnya antitoksin keracunan
makanan, antitoksin difteri, antipneumocistis, dan pentamidine).
Berdasarkan permintaan untuk pengawasan biologi, Depkes dan
CDC mempunyai sistem surveilans yang efektif untuk penyakit.
Observasi ini mempunyai peranan penting untuk memahami
epidemi suatu penyakit, misalnya AIDS.
4. Data Siswa dan Pekerja
Dinas Kesehatan secara rutin menggunakan pencatatan
ketidakhadiran siswa di sekolah untuk menaksir seberapa besar
influenza menular seperti penyakit-penyakit menular lainnya
Pencatatan pekerja, tuntutan ganti rugi, dan data pekerja yang lain
makin bertambah dan dapat digunakan untuk surveilans penyakit-
penyakit akibat kerja dan kecelakaan yang mungkin terjadi.
Dalam penyelenggaraan sistem data, saat ini Indonesia sedang
menghadapi beberapa masalah seperti berikut ini.
a. Belum/kurang adanya koordinasi yang baik antarinstansi
pemerintah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang
pencatatan dan pelaporan, serta statistik kejadian-kejadian
epidemiologi. Hal ini menimbulkan tidak seragamnya model-
model register dan daftar laporan yang digunakan.
b. Kurangnya dan tidak jelasnya biaya untuk penyelenggaraan
sistem registrasi dan statistik vital.
c. Kurangnya tenaga yang terlatih.
d. Kurangnya "incentives" bagi petugas-petugas registrasi.
e. Kurangnya pengertian dan kurang rasa kebutuhan dari
masyarakat mengenai pendaftaran kelahiran dan kematian.

Registrasi keadaan kesehatan masyarakat yang melakukan


pencatatan tentang peristiwa epidemiologi, terutama tentang
peristiwa kesakitan, kematian, dan kelahiran sangat penting dalam
menganalisis sebab dan keadaan kesakitan dan kematian.

Hasil yang diperoleh dari suatu survei morbiditas dari suatu


daerah/negara dapat digunakan untuk hal-hal seperti:

a. Membantu perencanaan dan evaluasi program kesehatan;


b. Membantu merumuskan berbagai kebutuhan/fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan;
c. Memberikan keterangan tentang statistik kesehatan untuk
berbagai keperluan seperti produksi obat, rencana penyuluhan
kesehatan;
d. Memberikan keterangan kepada departemen lain dalam
menyusun Departemen Pertanian, Hankam; dan
e. Survei morbiditas dapat dilakukan melalui:
1) Wawancara masyarakat tentang keadaan kesehatan;
2) Pemeriksaan umum kepada masyarakat;
3) Survei data kesehatan pada pusat pelayanan kesehatan;
4) Survei kartu penderita di rumah sakit; dan
5) Laporan penyakit khusus, terutama penyakit yang wajib
dilaporkan

C. Format Laporan untuk Pengumpulan Data dari Semua UPK

Format laporan untuk pengumpulan data dari semua UPK, antara lain:
1. SP2TP
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah
tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan
puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok
yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas. Sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) dikirim ke dinas
kesehatan kabupaten atau kota setiap awal bulan. Dinas kesehatan
kabupaten atau kota mengolah kembali laporan puskesmas dan
mengirimkan umpan baliknya ke dinas kesehatan provinsi dan
departemen kesehatan pusat. Feed back terhadap laporan puskesmas
harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat
dijadikan evaluasi keberhasilan program.
Jenis dan periode laporan yaitu:
a) LB1 (laporan bulanan penyakit). Laporan Bulanan (LB1) adalah
laporan bulanan data penyakit yang berisi distribusi kasus penyakit
menurut kelompok umur serta kasus baru ataupun kasus lama.
b) LB2 (laporan kematian bulanan). Laporan bulanan pemakaian dan
lembar permintaan obat.
c) LB3 (laporan cakupan program triwulan). Laporan gizi, KIA,
imunisasi dan pemberantasan penyakit menular.
d) LB4 (laporan obat dan logistik triwulan). LB4 merupakan laporan
bulanan kegiatan puskesmas (Suryani, 2013).
2. SP2RS:
a) RL2a (laporan bulanan jenis penyakit rawat jalan)
b) RL2b (laporan bulanan jenis penyakit rawat inap)
c) RL2c (laporan bulanan PD31 yang dirawat)
3. W1: laporan wabah atau KLB
4. W2: laporan mingguan monitor penyakit KLB
5. SST: laporan bulanan dari surveilan sentinel penyakit tertentu
6. Laporan kegiatan sektor terkait

D. Manfaat dari Data Surveilans dan Studi Surveilans Kesehatan


Masyarakat
Data surveilans yang berasal dari unit sumber data ini berfungsi
sebagai sistem peringatan dini untuk wabah yang akan datang yang dapat
menjadi darurat kesehatan masyarakat, memungkinkan pemantauan dan
evaluasi dampak intervensi, membantu melacak kemajuan menuju tujuan
yang ditentukan, dan memantau dan mengklarifikasi epidemiologi masalah
kesehatan, memandu penetapan prioritas dan perencanaan serta evaluasi
kebijakan dan strategi kesehatan masyarakat.
Keadaan darurat kemanusiaan meningkatkan risiko penularan
penyakit menular dan kondisi kesehatan lainnya seperti malnutrisi parah.
Sistem surveilans penyakit yang efektif sangat penting untuk mendeteksi
wabah penyakit dengan cepat sebelum menyebar, merenggut nyawa, dan
menjadi sulit dikendalikan. Surveilans yang efektif dapat meningkatkan
deteksi wabah penyakit dalam keadaan darurat, seperti di negara-negara
konflik atau setelah bencana alam (WHO, 2022).
Studi surveilans dimaksudkan supaya setiap informasi yang
membutuhkan identifikasi permasalahan lebih teliti harus dilakukan
penyelidikan/penelitian agar informasi yang dihasilkan akan lebih baik,
obyektif, terukur, dan bisa dipertanggungjawabkan.

Penyelidikan kasus dan wabah


Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyebab
dari suatu kematian/penyakit. Penyelidikan ini bukan merupakan alternatif
terhadap sistem rutin dan sentinel, tetapi digunakan sebagai langkah
berikutnya di dalam penyelidikan epidemiologi. Secara umum, suatu
penyelidikan "kasus" merupakan suatu penyelidikan dari kasus tunggal
suatu penyakit atau kematian seperti suatu penyelidikan "wabah" yang
merupakan suatu penyelidikan dari banyak kasus. Meskipun begitu, di saat
kejadian dari penyakit tertentu sangat rendah, satu kasus dapat
dipertimbangkan sebagai suatu "wabah" misalnya polio.
Tujuan umum dari penyelidikan epidemiologi adalah untuk:
a. Memastikan diagnosis dan menentukan penyebab (utama/mengarah
dan dihubungkan).
b. Memastikan keberadaan dari suatu wabah (peningkatan jumlah dan
kasus/kematian yang diperkirakan).
c. Mengidentifikasi tindakan pengendalian yang paling tepat.
d. Mengidentifikasi di mana dan kepada slapa tindakan tersebut
dilaksanakan.
e. Mengidentifikasi mengapa suatu wabah terjadi.
f. Mengidentifikasi apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah wabah
itu di masa depan (Amirudin, 2013).

E. Cara Memperoleh Sumber Data


Informasi kesakitan dapat diperoleh dari berbagai tempat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan instansi
kesehatan lainnya. Namun, data dari rumah sakit belum dapat
mencerminkan seluruh keadaan kesakitan dalam masyarakat. Untuk
mendapatkan gambaran dasar tentang situasi kesehatan masyarakat, dapat
diperoleh dari Survei Kesehatan Nasional. Selain itu, ada pula Survei
Sosial Ekonomi (Susenas) dan Survei Antar-Sensus. Sumber data tingkat
nasional yang lebih sering dipakai adalah SKRT (Survei Kesehatan
Rumah Tangga) dan SKDI (Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia).
Kemudian sumber data tersebut saat ini dikembangkan menjadi Riset
Kesehatan Dasar atau Riskesdas (Amiruddin, 2013).

F. Masalah dalam Penyelenggaraan Sistem Data


Dalam penyelenggaraan sistem data, saat ini Indonesia sedang
menghadapi beberapa masalah seperti berikut ini.
a. Belum/kurang adanya koordinasi yang baik antarinstansi pemerintah
dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pencatatan dan
pelaporan, serta statistik kejadian-kejadian epidemiologi. Hal ini
menimbulkan tidak seragamnya model-model register dan daftar
laporan yang digunakan.
b. Kurangnya dan tidak jelasnya biaya untuk penyelenggaraan sistem
registrasi dan statistik vital.
c. Kurangnya tenaga yang terlatih.
d. Kurangnya "incentives" bagi petugas-petugas registrasi.
e. Kurangnya pengertian dan kurang rasa kebutuhan dari masyarakat
mengenai pendaftaran kelahiran dan kematian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surveilans Kesehatan merupakan suatu kegiatan pengamatan yang
sistematis dan berkesinambungan terhadap data serta informasi tentang
kejadian penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien terhadap masalah kesehatan.
Sumber data menurut Kemenkes Penyelenggaraan surveilans
kesehatan dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, dan diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk menghasilkan informasi yang objektif, terukur,
dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar kelompok
masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan. Sedangkan, sumber
data menurut WHO yaitu pencatatan kematian, laporan penyakit
(sumber terpenting), laporan KLB / Wabah, pemeriksaan laboratorium,
penyelidikan peristiwa penyakit, penyelidikan wabah, survei penyakit,
penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir, penggunaan obat-
obatan, sera dan vaksin, keterangan tentang penduduk serta
lingkungannya, dan RS, praktek umum, absen kerja, sekolah, SKRT.
Terdapat beberapa sistem surveilans yang mengumpulkan data
indikator-indikator penyakit atau penyakit potensial. Sistem ini terdiri
dari 4 kategori, yaitu populasi hewan, data lingkungan, obat/
penggunaan biologi, serta data siswa dan data petugas, Kategori hewan
dan sistem lingkungan dibuat sebagai sistem kewaspadaan dini
terhadap penyakit potensial, misalnya H5N1. Dua kategori lain
mengumpulkan data indikator penyakit yang lebih dapat diperoleh
daripada data masing-masing bagian penyakit.
Data surveilans yang berasal dari unit sumber data ini berfungsi
sebagai sistem peringatan dini untuk wabah yang akan datang yang
dapat menjadi darurat kesehatan masyarakat, memungkinkan
pemantauan dan evaluasi dampak intervensi, membantu melacak
kemajuan menuju tujuan yang ditentukan, dan memantau dan
mengklarifikasi epidemiologi masalah kesehatan, memandu penetapan
prioritas dan perencanaan serta evaluasi kebijakan dan strategi
kesehatan masyarakat.
Tujuan umum dari penyelidikan epidemiologi adalah untuk
memastikan diagnosis dan menentukan penyebab (utama/mengarah
dan dihubungkan), untuk memastikan keberadaan dari suatu wabah
(peningkatan jumlah dan kasus/kematian yang diperkirakan), untuk
mengidentifikasi tindakan pengendalian yang paling tepat, untuk
mengidentifikasi di mana dan kepada slapa tindakan tersebut
dilaksanakan, untuk mengidentifikasi mengapa suatu wabah terjadi,
serta untuk mengidentifikasi apakah yang dapat dilakukan untuk
mencegah wabah itu di masa depan.
Informasi kesakitan dapat diperoleh dari berbagai tempat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan instansi
kesehatan lainnya. Untuk mendapatkan gambaran dasar tentang situasi
kesehatan masyarakat, dapat diperoleh dari Survei KesehatanNasional.
Selain itu, ada pula Survei Sosial Ekonomi (Susenas) dan Survei
Antar-Sensus. Sumber data tingkat nasional yang lebih sering dipakai
adalah SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) dan SKDI (Survei
Kesehatan dan Demografi Indonesia).

B. Saran
Diharapakan dalam pelaporan dari setiap sumber data yang ada
bisa selalu ditingkatkan supaya data yang dikumpulkan atau dihasilkan
lebih akurat dan tepat waktu sehingga sistem surveilans yang berjalan
juga bisa lebih cepat dalam menanggulangi penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R. 2013. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor: IPB Press

World Health Organization. 2022. Surveillance In Emergencies. Available at:

https://www.who.int/emergencies/surveillance, diakses 25 Februari 2023.

Eliana, Sumiati S. (2016) “Kesehatan Masyarakat‟. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Kemenkes, 2014, Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan,

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/
PERMENKES_45_2014_Penyelengga raan_Surveilans_Kesehatan.pdf

Nelwan, J. E., (2020) “Surveilans Kesehatan Masyarakat: Suatu Pengantar‟ Insan


Cendekia Mandiri

Suryani, N. D. 2013. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas


(SP2TP) Di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Provinsi NTB.
KESMAS, (Online), Vol. 7, No. 1: 1-54,

(https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=sistem+pencatatan+dan+pelaporan+terpadu+pu
skesmas&btnG=#d=gs_qabs&t=1677326421695&u=%23p%3D2
GadPtZ3XzcJ, diakses 25 Februari 2023)

Anda mungkin juga menyukai