Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PENULISAN ILMIAH

KELAS K3 2019

PROPOSAL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA


PEKERJA DI WILAYAH PESISIR DAN KEPULAUAN 

DISUSUN OLEH:

NAMA : IRFAN WIRA HERMAWAN NABA

NIM : J1A119039

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, saya selaku penulis dapat menyelesaikan tugas proposal ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah K3 pada semester 3,dengan judul “Kesehatan dan keselamatan kerja Pada
Pekerja Di Wilayah Pesisir”.

Saya mengucapkan terimakasih semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan lproposal ini masih jauh dari sempurna baik dari
segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat saya perlukan, demi kesempurnaan proposal ini.

Baubau, 24 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3. Tujuan....................................................................................................................................4
1.4. Manfaat penelitian................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................5
2.1. Landasan Teori.......................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................8
METODE PENELITIAN....................................................................................................................8
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian......................................................................................................8
3.2. Populasi Dan Sampel..................................................................................................................8
3.3. Jenis Dan Sumber Data...............................................................................................................8
3.4. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................................8
3.5. Variabel Penelitian.....................................................................................................................9
3.6. Analisis Data..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap proses/aktifitas
pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya,
akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, kecelakaan/ potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau
setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di
pesisir harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pekerja.
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman
(unsafe working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab
awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana kita mengetahui cara kita mengetahui potensi bahaya pekerja yang
terdapat di daerah pesisir.

1.3. Tujuan
Agar kita mengetahui cara mengidentifikasi potensi bahaya pekerja yang
terdapat di daerah pesisir.

1.4. Manfaat penelitian


Diharapkan agar kita bisa mengetahui apa saja potensi bahaya pekerja yang
terdapat dia daerah pesisir.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh
dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial
yang membentuk kesatuan sosial (Kusnadi, 2009). Menurut Undang-undang
Perikanan nomor 45 Tahun 2009, Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sedangkan menururt Apridar, dkk (2011) Nelayan yang memiliki alat produksi
kelotok atau pukat beserta segala perangkatnya disebut juragan dan nelayan yang
tidak memiliki alat produksi digolongkan sebagai nelayan buruh (anak buah) sehingga
pekerjaannya diatur oleh juragan.

Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja
(OHSAS 18001, 2007). Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah
kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu
bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya
terdapat dimana mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya
akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur (Tranter, 1999).
Dalam terminologi keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan
menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang
dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property
perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti
tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable (mudah terbakar).
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosiv

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)


Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya
bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain:

a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non
pengion, suhu ekstrem dan pencahayaan.

b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau


bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas,
vapor.

c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture,


manual handling dan postur janggal.

d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup


yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan
fungi (jamur) yang bersifat patogen.

e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,


hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman

Secara yuridis, mengenai pengertian Nelayan berdasarkan pasal 1 angka 3


Undang-Undang No.7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan
Nelayan. Dan Peraturan Menteri Kelautan, Perikanan No 18/PERMEN-KP/2016
Tentang Jaminan Perlindungan Atas Risiko Kepada Nelayan, Pembudi Daya Ikan,
Dan Petambak Garam. Bahwa Nelayan adalah setiap orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan. Penangkapan Ikan yang dimaksud adalah kegiatan
untuk memperoleh Ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan
alat dan cara yang mengedepankan asas keberlanjutan dan kelestarian, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat.
Bahaya dapat diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk
muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai
kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya dapat terjadi dimana-
mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan
menimbulkan efek jia terjadi sebuah kontak atau eksposur (Tranter, 1999).
Penduduk Desa koreasa adalah 80% nelayan yang aktivitasnya sebagai
penangkap ikan, sangat berisiko terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK), penyebab kecelakaan pada nelayan penangkap ikan
dapat disebabkan oleh usia kapal/perahu, mesin, cuaca, ombak dan lain-lain.
Penyebab penyakit akibat kerja pada nelayan dapat disebabkan oleh air minum,
pakaian, kebisingan dan lain-lain. Untuk meningkatkan preduktivitas nelayan sangat
perlu diterapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yang terkait dalam Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan dalam Konvensi ILO No.
155 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Untuk lokasi dan waktu penelitian, saya melakukan penelitian di dusun koreasa, desa
tolandona, kecamatan matanayo kabupaten tengah. Dan waktu penelitiannya yaitu pada saat
siang hari setelah mereka melaut.

3.2. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah salah satu nelayan yang ada di desa tolandona
yang berjumlah 1 orang. Populasi penelitian tersebut terdiri dari nelayan 60 % dari jumlah
penduduk di desa tolandona.

2. Sampel

Sampel yang akan diambil adalah sebagian atau seluruh populasi nelayan yang
berada di Desa tolandona sebanyak 50 orang.

3.3. Jenis Dan Sumber Data

1. Sumber Data

Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari internet dan pustaka dari berbagai
sumber buku. Data primer diperoleh melaluiwawancara langsung kepada responden dengan
bantuan kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh nelayan yang berada di Desa tolandona
sebanyak 3 orang

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang akan dibagikan dan diisi
langsung oleh nelayan yang berada di Desa tolandona sebanyak 3 orang dan alat kantor berupa
kalkulator.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel yang saya teliti yaitu Tingkat pengetahuan nelayan di pengaruhi dari pengalaman
dan dapat menambah pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang bersifat informasi. Dengan
budaya yang dimiliki seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik bisa memenuhi
kebutuhannya dengan sikap dan kepercayaan yang dimiliki.
3.6. Analisis Data
Penelitian dilakukan pada 3 nelayan yang berada di Desa tolandona yang merupakan
nelayan tradsional. Dengan hasil sebagai berikut.

NO PENGETAHUAN F %
1 BAIK 1 3,3
2 CUKUP 2 96,7
3 KURANG 0 0
JUMLAH 3 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa ingkat pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja diperoleh sebagai besar berpengatahuan kurang yaitu 0 orang atau 0% dan yang pengetahuan
cukup 2 orang atau 96,7% sedang yang baik hanya 1 orang yaitu 3,3 %.

Tingkat pengetahuan nelayan di pengaruhi dari pengalaman dan dapat menambah


pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang bersifat informasi. Dengan budaya yang dimiliki
seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik bisa memenuhi kebutuhannya dengan sikap dan
kepercayaan yang dimiliki. Menurut Notoatmodjo (2005) merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran dan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar,
sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis. Pekerjaan dalam hal
ini berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet, dimana sinar ultraviolet merupakan faktor risiko
katarak. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrawan, dkk., (2013) menemukan pada kelompok
pekerja lapangan dengan tingkat kematangan katarak matur persentasenya lebih tinggi (60%)
dibanding dengan kelompok pekerja ruangan (40%) demikian juga untuk tingkat kematangan katarak
imatur.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Departemen
Pendidikan Nasional. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi 4). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Cahyadi, I. N & Budiono, I. (2011). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dematitis pada
Nelayan. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat (Vol. 6, No. 2).
http://journal.unnes.ac.id/nju/index .php/kemas/article/view/1766/ 1959. Diakses 19 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai