Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH INSPEKSI K3

Disusun Oleh :

Novan Daza Trinanda 0119040015


Angga Wahyu Pradana 0119040016
Alifia Dini 0119040024
Dhiya Annisa Ulhaq 0119040017
Prasastha Dhohir S 0119040019

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


Jln. Teknik Kimia, Kampus ITS Sukolilo 60111
Telp.(031) 5947186 : Fax. (031) 5942887
Laman : www.ppns.ac.id
SURABAYA JAWA TIMUR
2019

1
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3. Tujuan Inspeksi.................................................................................................................4
1.4. Manfaat Inspeksi...............................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................5
2.1. Potensi Bahaya/Hazard.....................................................................................................5
2.2. Bahaya/Danger..................................................................................................................7
2.3. Accident/Incident..............................................................................................................9
2.4. Accident Prevention........................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
METODE INSPEKSI....................................................................................................................12
3.1. Metode Inspeksi Kepner Tregoe.....................................................................................13
BAB IV..........................................................................................................................................15
DATA DAN ANALISIS...............................................................................................................15
4.1. Data Inspeksi...................................................................................................................15
4.2. Identifikasi, Analisis, dan Pembahasan...........................................................................16
4.3. Tindakan Pencegahan.....................................................................................................16
BAB V.............................................................................................................................................17
PENUTUP........................................................................................................................................17
5.1. Kesimpulan......................................................................................................................17
5.2. Saran...............................................................................................................................17
Daftar Pustaka................................................................................................................................18
Lampiran........................................................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


K3 secara filosofis yaitu suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil
dan makmur. Sesuai dengan pengertian tersebut sudah sewajarnya K3 diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka K3 tidak hanya ditekankan pada lingkungan perusahaan
saja, tetapi lingkungan masyarakat seperti perguruan tinggi pun juga harus
mengedepankan pelaksanaan K3.
Salah satunya yaitu PPNS. PPNS merupakan sebuah lembaga pendidikan tinggi
vokasi yang berkecimbung di dunia perkapalan. Dimana PPNS memiliki banyak fasilitas
guna menunjang pendidikan mahasiswanya. Fasilitas yang dimaksud dapat berupa ruang
kelas, bengkel praktek, ruang komputer, dan parkiran.
Tetapi disamping itu, masih banyak fasilitas yang tidak memenuhi standar K3.
Dari segi bangunan, masih banyak ditemukan bagian-bagian yang rusak. Hal tersebut
dapat mengakibatkan accident ataupun incident bagi warga PPNS.
Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud memberikan gambaran tentang
inspeksi K3 yang dilaksanakan oleh kelompok 4 yang berlokasi di parkiran mahasiswa
PPNS, guna mengetahui potensi bahaya yang ada.

3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka, rumusan
maslaah yang dapat kami ambil yaitu :
1. Apa saja potensi bahaya yang dapat mengakibatkan accident atau incident?
2. Bagaimana penanggulangan akibat poteni bahaya tersebut?

1.3. Tujuan Inspeksi

1. Mengetahui potensi bahaya yang menimbulkan accident dan incident yang ada di
parkiran PPNS
2. Memberi penanggulangan terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan

1.4. Manfaat Inspeksi


1. Dapat digunakan sebagai penerapan ilmu K3
2. Dapat mengetahui secara langsung inspeksi K3

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Potensi Bahaya/Hazard


Setiap melakukan pekerjaan maka akan timbul yang namaya potensi bahaya.
Potensi bahaya ini akan selalu ada sehingga kita dipaksa untuk selalu berhati-hati
ketika melakukan seseuatu pekerjaan walaupun pekerjaan yang ringan sekalipun.
Bahaya ini akan bersifat merugikan baik untuk manusianya, benda kerjanya, alat
kerjanya atau lingkungan di sekitarnya.
Potensi bahaya atau juga disebut dengan istilah Hazard and Risk, dimana
hazard sendiri artinya adalah potensi sedangkan risk artinya adalah resiko atau
peluang. Sehingga hazard and risk dapat berarti bahwa sesuatu kondisi dimana
sesuatu hal (baik bahan, material, proses, metode atau kondisi kerja) memiliki potensi
bahaya yang dapat menyebabkan manusia atau orang cidera, kerusakan lingkungan,
properti kerja (bahan dan alat) atau gabungan dari ketiga aspek tersebut.
Potensi bahaya dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Potensi Bahaya Biologi
Potensi bahaya tipe ini adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor
makhluk hidup. Pada umumnya berkaitan erat dengan faktor kebersihan
tempat kerja, dimana apabila tempat kerja tidak bersih maka akan terdapat
banyak bakteri penyakit.
2. Potensi Bahaya Kimia
Potensi bahaya tipe ini adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat
dan karakteristik kimia. Bahan kimia yang tidak diperlakukan dengan
sesuai maka dapat menimbulkan cidera tubuh, sakit atau mungkin kematian
seseorang pekerja.

5
3. Potensi Bahaya Fisik
Potensi bahaya tipe ini adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh faktor
fisik seseorang ketika dia sedang bekerja. Misalnya ketika ketika seseorang
yang sedang bekerja sedang mengalami sakit maka akan bersiko timbulnya
bahaya.
4. Potensi Bahaya Ergonomi
Potensi bahaya tipe ini adalah potensi bahaya yang terjadi karena faktor
alat kerja dan manusianya tidak efisien. Setiap tempat kerja atau kegiatan
kerja yang dapat menimbulkan tekanan terhadap fisik maupun jiwa   atau
perlakukan yang kurang tepat terhadap bagian tubuh seseorang akan
berpotensi menimbulkan bahaya dalam bekerja. Oleh sebab itu, untuk
menghindarinya maka desain tempat kerja dan cara kerja agar senyaman
mungkin dengan tubuh.
5. Potensi Bahaya Psikologis
Potensi bahaya tipe ini adalah potensi bahaya yang dapat disebabkan
karena  adanya konflik di dalam lingkungan kerja. Contohnya, apabila
seorang pekerja sedang memiliki masalah di dalam keluarganya dan ketika
dia bekerja selalu memikirkan masalah tersebut, maka ketika dia bekerja
akan menjadi tidak fokus terhadap pekerjaannya sehingga akan
menimbulkan potensi bahaya.
6. Potensi Bahaya Prosedur Kerja
Setiap pekerjaan tentunya akan ada prosedur kerja yang telah ditentukan
untuk selalu dilaksanakan. Apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran
terhadap prosedur kerja maka besar kemungkinannya akan menimbulkan
potensi bahaya saat bekerja (Katiga, 2018).

6
2.2. Bahaya/Danger
Danger yaitu satu keadaan yang bisa menyebabkan peluang bahaya yang telah
mulai terlihat, hingga menimbulkan satu aksi. Tingkat bahaya (Danger) adalah ungkapan
dengan potensi bahaya dengan cara relatif, keadaan yang beresiko mungkin saja saja ada,
walau demikian bisa menjadi tak beresiko, karena sudah dikerjakan sebagian tindakan
pencegahan. Bahaya adalah segala bentuk kegiatan (task), pekerjaan (job), benda/alat
yang dipergunakan (tools), serta lingkungan sekitar tempat kerja (environtment) yang
dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, baik berupa incident maupun accident
pada pekerjanya.
Terdapat  jenis bahaya (hazard) sebagai konsep, yaitu:
1. Bahaya Mekanik (Biomechaical hazards)
Merupakan bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak, benda-benda
tajam, benda yang berukuran lebih besar dan berat yang dapat menimbulkan
risiko pada pekerja seperti tersayat, tertusuk, terjepit, terhimpit, terpotong,
tertabrak dan sebagainya.
2. Bahaya Fisik (Physical hazards)
Merupakan hazard yang berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar
dari kemampuan diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal
dari alat-alat kerja yang ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising
yang dapat berasal dari penggunaan alat bersuara tinggi (seperti speaker,
mesin las, bahkan suara knalpot yang sudah dimodifikasi juga termasuk dalam
bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja tersebut berpotensi terjadi tuli;
getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran tinggi seperti mesin
pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan
pada pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik,
radiasi ion dan non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.
3. Bahaya Kimia (Chemical hazards)
Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang berbentuk
padat, cair, maupun gas. Contohnya merkuri, alkohol dan turunannya, timbal,
dll. Potensi resiko gangguan yang dapat muncul pada kesehatan dan
keselamatan pekerja bervariasi sesuai dengan jenis bahan kimia yang terpajan

7
pada diri pekerja, seperti merkuri dapat berisiko rusaknya syaraf bahkan
hingga ke otak sehingga lama-kelamaan tubuh menjadi selalu bergetar tanpa
henti. Bahaya dan risiko dari semua bahan kimia ini dapat dilihat
penjelasannya di MSDS (material safety data sheet) yang selalu tercantum
disemua kemasan bahan kimia tsb. Risiko dari penggunaan bahan kimia ini
tidak hanya pada kesehatan saja tetapi juga kecelakaan seperti ledakan,
kebakaran, dll
4. Bahaya Biologi (Biological hazards)
Merupakan bahaya yang berasal dari hewan-hewan atau mikroorganisme tak
kasat mata yang berada disekitaran tempat kerja dan dapat masuk kedalam
tubuh tanpa kita ketahui sehingga banyak penanganannya dilakukan setelah
pekerja terinfeksi. Contoh: bisa ular, berbagai macam virus dan bakteri, dll
5. Bahaya Psikososial  (Psychosocial hazards)
Atau ada beberapa ahli menyebutnya sebagai bahaya dalam pengorganisasian
pekerjaan, merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan
lingkungan yang ada di tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun
dengan fasilitas yang ada dilingkungan kerja dimana krmudian dapat
membuat seseorang mengalami stress hingga efek-efek buruk lainnya dari
stress. Contohnya: aksi bullying, kata-kata kasar dari rekan kerja, tekanan dan
himpitan pekerjaan, deadline pekerjaan yang tidak masuk akal, persaingan
kerja tidak sehat, kerjaan yang monoton, jenjang karir tidak bagus, alat bantu
kerja yang tidak memadai, dll
6. Bahaya Ergonomi (Ergonomic Hazards)
Merupakan bahaya yang berasal dari adanya ketidaksesuaian desain kerja
dengan kapasitas tubuh pekerja sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di
tubuh, pegal-pegal, sakit pada otot, tulang dan sendi, dll. Contohnya, gerakan
repetitif (berulang-ulang) seperti membungkuk-berdiri-membungkuk, durasi
dan frekuensi bekerja melebihi batas, bekerja dengan postur tubuh yang
janggal seperti berputar di area pinggang, menunduk, pekerjaan yang
mebutuhkan menjangkau terlalu tinggi, mengangkat beban berat, statis duduk
dipan komputer dalam waktu lama, dll (Irlansyah, 2015).

8
2.3. Accident/Incident
A. Accident
Accident akan menyebabkan kerugian-kerugian.  Accident dapat terjadi pada apa
saja termasuk pada manusia. Kerugian yang berkaitan dengan terjadinya accident pada
manusia seperti: kematian, luka berat, patah tulang, atau cedera lainnya seringkali
menjadi pusat perhatian. Namun kerugian dapat juga menimpa apa saja selain manusia
seperti: kekayaan/ aset, kerusakan peralatan, kehilangan  waktu kerja, berkurangnya
kualitas kerja, hilangnya atau berkurangnya minat kerja, berkurangnya public image, atau
bahkan sampai pada suatu kebangkrutan sauatu perusahaan.
Sebagaimana kejadian suatu penyakit akibat kerja, accident merupakan hasil dari
serangkaian kejadian. Accident tidak terjadi karena hanya satu sebab, tetapi adalah
karena banyak sebab sebab yang tersusun kedalam suatu rangkaian kejadian. Sebab-
sebab suatu kecelakan dapat dibagi sebagai:
a. Penyebab langsung dimana ia sangat dekat hubungannya dengan kejadian
accident
b. Penyebab tidak langsung
c. Penyebab dasar.
Terdapat banyak sekali definisi tentang accident. Beberapa definisi baku adalah sebagai
berikut:
1. Accident adalah suatu kejadian yang tidak dapat diduga yang sering berakibat
pada cedera, kerugian lainnya.
2. Kejadian yang tidak direncanakan, kejadian yang diluar kendali yang dapat
mengakibatkan cedera pada manusiadan kerusakan/kerugian lainnya.
3. Kejadian yang tidak diharapkan, tidak direncanakan dalam suatu rangkaian
kejadian. Kerugiannya berupa gangguan fisik pada individu (cedera,
penyakit), kerusakan pada properti, kebangkrutan bisnis, atau kombinasi dari
semuanya itu.
4. Accident  adalah kejadian yang merupakan hasil dari serangkaian kejadian
yang tidak direncanakan/ tidak diinginkan/ tak terkendalikan/ tak terduga yang
dapat menimbulkan segala bentuk kerugian baik materi maupun non

9
materi baik yang menimpa diri manusia, benda benda fisik berupa kekayaan
atau aset, lingkungan hidup, masyarakat luas (Cecep Suwarno, 2016)

B. Incident
Accident dibedakan dengan incident. Perbedaan antara keduanya adalah ada atau
tidaknya loss (kerugian). Accident selalu disertai dengan timbulnya kerugian, sedangkan
incident tidak disertai dengan kerugian. Incident adalah mirip dengan accident, namun
bedanya adalah incident tidak disertai dengan kerugian. Yang termasuk kedalam kategori
incident adalah: nearmiss, dan kejadian-kejadian berbahaya (Cecep Suwarno, 2016).

2.4. Accident Prevention

Dalam arti sempit berarti usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
suatu kecelakaan. Dalam arti luas mencakup segala upaya untuk menghindari dan/atau
mengawasi terjadinya suatu kerugian, seperti menyediakan alat-alat pencegah atau
pemadam kebakaran, pemberian pelatihan dalam cara-cara penanggulangan atau
pemadam kebakaran, pengaturan tata letak barang-barang di dalam gudang, pemisahan
proses produksi yang berbahaya, dan pengaturan jarak antara bangunan sehingga
kebakaran yang menimpa suatu bangunan tidak mudah menjalar ke bangunan lainnya.

Pada mulanya accident prevention tersebut lebih ditekankan pada Engineering


Approach, yang mencakup usaha-usaha perbaikan atau pencegahan yang bersifat teknis
dan fisik, misalnya, tidak diperkenankan memakai baju berlengan panjang dan berambut
panjang bagi karyawan yang bertugas sebagai operator mesin-mesin untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.

Dalam perkembangan selanjutnya, di samping Engineering Approach, Human


Approach juga mendapat perhatian yang penting, misalnya penataan lingkungan kerja
sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dan kejemuan kerja, ventilasi dan cahaya yang
cukup, warna dinding, dan sebagainya, yang juga mempengaruhi kenyamanan kerja
secara psikologis (Bersama, 2011).

10
5 level of prevention ini adalah:
1. Eliminasi (penghilangan)
Langkah pencegahan kecelakaan kerja paling efektif dilakukan dengan mengeliminasi
benda yang berisiko menimbulkan bahaya tersebut. Ya tentu saja, dengan
menghilangkan sumber bahaya maka jelas risiko kecelakan menjadi nyaris tidak ada.
Oleh karena itu, langkah ini merupakan langkah paling efektif mengontrol bahaya
ditempat kerja. Contoh kegiatan yang dilakukan pada langkah ini misalnya, di suatu
area kerja terdapat hazard bising yang bersumber dari speaker di suatu ruang kerja,
setelah dikaji dan ditimbang sepertinya speaker ini tidak memiliki fungsi terlalu
signifikan dalam proses kerja disini, maka speaker ini dapat di eliminasi saja dari
ruang kerja dan tidak digunakan lagi. Maka sumber hazard sudah terkendali.
2. Substitusi (pergantian)
Namun apabila ternyata sumber hazard tersebut merupakan bahan /alat kerja utama
yang digunakan dalam pekerjaan dan tidak dapat dihilangkan begitu saja, maka ada
langkah pengendalian berikutnya yang dapat dilakukan, yaitu mengganti si sumber
bahaya dengan bahan/alat lain yang fungsinya sama atau mendekati tetapi less
risk. Seperti penggunaan atap dari asbes, yang sekarang penggunaannya sudah
dilarang karena risiko kesehatan penggunaan asbes sangat berbahaya, sehingga
banyak diganti dengan atap yang terbuat dari genteng tanah liat yang juga dapat
menyerap panas, genteng keramik, kaca, dsb.
3. Enginering Control (perancangan / modifikasi / pengendalian tekhnikal)
Langkah pencegahan ketiga ini adalah langkah yang paling sering dilakukan ditempat
kerja, karena kita dapat meminimalisir bahaya yang ditimbulkan alat kerja, namun
tidak perlu menghilangkan atau menggantikannya dengan alat kerja lain melainkan
hanya menambahkan beberapa alat lain sebagai penghalang agar sumber hazard tidak
memajan pekerja. Atau mudahnya, enginering control adalah pengendalian bahaya
dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.  Contoh
pemasangan peredam pada mesin yang menjadi sumber bising, menginstalasi sistem
ventilasi yang baik, memodifikasi alat kerja menjadi lebih mudah digunakan,
memasang teralis pembatas pada benda-benda bergerak, dsb.
4. Administrative Control (pengendalian administrasi / peringatan / warning system)

11
Pada langkah ini pengendalian lebih banyak dilakukan dengan memodifikasi cara
interaksi pekerja dengan lingkungan kerjanya dimana tujuannya agar si-pekerja dapat
lebih waspada, hati-hati, dan juga pihak pemberi kerja juga perlu membekali pekerja
dengan menambah pengetahuan pekerja tentang keselamatan dan kesehatan di bagian
tempat kerja masing-masing. Langkah yang dilakukan diantaranya dengan
memberikan petunjuk-petunjuk, tanda, label, spanduk ajakan keselamatan kerja,
memberikan SOP kerja, memberikan pekerja pelatihan rutin, mengatur jadwal dan
shift kerja, serta pengawasan dan evaluasi dari atas sangat mempengaruhi langkah
pengendalian ini berjalan dengan baik.
5. PPE (personal protective equipment / APD / alat pelindung diri)
APD merupakan langkah pencegahan paling terakhir, dimana artinya pencegahan
menggunakan APD ini adalah pencegahan yang paling kurang efektif dibanding 4
langkah sebelumnya. Namun apabila 4 langkah diatas memang tidak bisa dijalankan,
atau telah dilakukan namun belum mengontrol risiko keselamatan dan kesehatan kerja
secara sempurna, maka menambahkan prevention penggunaan APD akan jauh lebih
baik, namun jangan menjadikan APD satu-satunya jalan atau menjadi langkah utama
untuk mencegah risiko K3. Pengendalian bahaya dengan menggunakan APD tersebut
adalah pengendalian bahaya dengan cara memberikan alat perlindungan tambahan
pada diri pekerja yang digunakan saat bekerja dan juga saat berada di area kerja
(walaupun hanya untuk tujuan memantau bawahan).  Contoh APD misalnya
penggunaan earplug, masker, kacamata pelindung, sepatu safety, helm safety, vest,
glove, dsb (Katiga, 2018).

12
BAB III

METODE INSPEKSI

3.1. Metode Inspeksi Kepner Tregoe


Kepner tregoe merupakan suatu metode atau cara untuk memecahkan masalah
yang terjadi dan bagaimana cara untuk pengambilan keputusan. Salah satu jalan untuk
menghindari resiko yang terjadi yaitu dengan menerapkan pendekatan kepner tregoe
sampai memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.
Pendekatan Kepner Tregoe didasarkan pada premis bahwa tujuan akhir dari setiap
keputusan adalah untuk membuat pilihan terbaik. Ini adalah perbedaan yang penting.
Tujuannya bukanlah untuk membuat pilihan sempurna, atau pilihan yang tidak memiliki
cacat. Jadi pengambil keputusan harus menerima risiko. Dan sebuah fitur penting dari
Kepner Tregoe adalah untuk membantu mengevaluasi dan mengurangi resiko dari
keputusan yang telah dibuat. Pendekatan Kepner Tregoe memandu melalui proses
pengaturan tujuan, mengeksplorasi dan memprioritaskan alternatif, mengeksplorasi
kekuatan dan kelemahan dari alternatif atas, dan memilih final terbaik alternatif. Ini
kemudian menghasilkan cara-cara untuk mengendalikan potensi masalah yang akan
muncul sebagai konsekuensi dari sebuah keputusan.
Kepner Tregoe terdiri dari empat langkah dasar:
1. Situasi Appraisal
Mengidentifikasi masalah dan garis besar prioritas.
2. Analisis Masalah
Masalah yang tepat menggambarkan atau masalah dengan mengidentifikasi dan
mengevaluasi penyebab.
3. Analisis Keputusan
Mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif dengan melakukan analisis risiko untuk
masing-masing dan kemudian membuat keputusan akhir.

13
4. Potensi Analisis Masalah
Mengevaluasi keputusan akhir untuk risiko dan mengidentifikasi kontinjensi dan
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk meminimalkan risiko itu (Nikada, 2011).
Kelompok kami menggunakan metode inspeksi Kepner Tregoe dalam
menginspeksi parkiran motor mahasiswa PPNS. Dimana langkah-langkah yang kami
lakukan yaitu, pertama kami menganalisis/mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat
disana. Langkah kedua, kami mengevaluasi resiko/bahaya yang terjadi dari potensi
bahaya yang sudah dianalisis. Langkah ketiga, kami mengevaluasi keputusan akhir dari
resiko/bahaya, kemudian memberi tindakan pencegahan atau solusi daripada potensi
bahaya tersebut.

14
BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1. Data Inspeksi

Detail Potensi Incident/ Tindakan


No Bahaya
Lokasi Bahaya Accident Pengendalian
Parkiran Selokan yang
Selokan yang tidak Selokan diberi tutup
1 motor depan tidak sesuai Terjerembab
ditutup tralis trails/tanda hati-hati
jalan tengah standart
Menyebabkan
Pemasangan Banyak paving yang Memperbaiki
Sekitaran area pejalan kaki/
paving yang rusak sehingga jalan pemasangan paving
2 parkiran motor
tidak sesuai berlubang dan Menyingkirkan paving
motor terperosok/
standart paving berserakan yang rusak
terjatuh
Parkiran Ujung pegangan Ujung tajam yang
Terbentur Diberi bantalan/
3 motor arah akses naik/turun tidak dichamper/
dan terluka dichamper
menuju lt. 2 motor yang tajam diberi bantalan

Kelebihan besi Dipotong


Sisa besi
Parkiran penampang yang Diberi pencahayaan
4 penampang yang Tertabrak
motor lt. 2 mencuat diatas Dichamper/diberi
tidak dipotong
jalan bantalan

15
4.2. Identifikasi, Analisis, dan Pembahasan
1. Berlokasi di parkiran motor depan jalan tengah, terdapat potensi bahaya yaitu,
selokan yang tidak sesuai standart. Bahayanya adalah selokan yang tidak ditutup tralis
akan mengakibatkan incident/accident berupa terjerembab. Orang yang jalan jika
tidak hati-hati akan teejerembab kedalam selokan tersebut. Sama halnya dengan
motor yang jalan jika tidak hati-hati ban motor akan terjerembab kedalam selokan.
2. Berlokasi di sekitaran area parkiran motor, terdapat potensi bahaya yaitu, pemasangan
paving yang tidak sesuai standart. Bahayanya adalah banyak paving yang rusak
sehingga jalan berlubang dan paving berserakan sehingga mengakibatkan
incident/accident berupa terperosok dan terjatuh. Orang atau motor yang jalan dengan
tidak hati-hati akan terjatuh.
3. Berlokasi di parkiran motor arah menuju lantai 2, terdapat potensi bahaya yaitu, ujung
pegangan akses naik dan turun motor yang tajam. Bahayanya adalah ujung tajam
yang tidak dichamper/diberi bantal mengakibatkan incident/accident berupa terbentur
dan terluka. Jika hendak naik ke parkiran lantai 2 dengan mengendarai motor dan
tidak hati-hati, akan mengenai ujung pegangan yang tajam. Entah kaki atau tangan
yang terkena akan terluka.
4. Berlokasi di parkiran motor lantai 2, terdapat potensi bahaya yaitu, kelebihan besi
penampang yang mencuat diatas jalan. Bahayanya adalah sisa besi penampang yang
tidak dipotong mengakibatkan incident/accident berupa tertabrak atau terbentur. Jika
mengendarai motor dengan tidak hati-hati, kaki akan terbentur atau motor akan
tertabrak.

4.3. Tindakan Pencegahan


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Selokan diberi tutup tralis atau tanda hati-hati, sehingga orang/motor yang jalan tidak
terjatuh/terjerembab kedalam selokan
2. Memperbaiki pemasangan paving dan menyingkirkan paving yang berserakan,
sehingga orang/motor yang jalan tidak terperosok/tersenadung.
3. Diberi bantalan/dichamper, sehingga orang yang lewat tidak terbentur dan terluka

16
4. Dipotong, dichamper/diberi bantalan,dan diberi pencahyaan ketika malam, sehingga
orang/motor yang jalan tidak terbentur dan tertabrak.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil inspeksi kelompok kami di tempat parkiran dapat disimpulkan bahwa
masih banyak kita temui di aera parkiran hal-hal yang berpotensi mengundang bahaya,
setidaknya ada 4 hasil inspeksi yang kita cantumkan dalam makalah ini diantaranya
selokan yang tidak sesuai standart, pemasangan paving yang tidak sesuai standart. ujung
pegangan akses naik dan turun motor yang tajam, dan kelebihan besi penampang yang
mencuat diatas jalan. Hal-hal seperti jika dibiarkan tidak hanya bepotensi menimbulkan
bahaya namun juga dapat membuat bahaya dan menyebabkan incident. Sehingga perlu
dilakukan tindakan pencegahan diantaranya, Selokan diberi tutup tralis atau tanda hati-
hati, sehingga orang/motor yang jalan tidak terjatuh/terjerembab kedalam selokan,
Memperbaiki pemasangan paving dan menyingkirkan paving yang berserakan, sehingga
orang/motor yang jalan tidak terperosok/tersenadung, Diberi bantalan/dichamper,
sehingga orang yang lewat tidak terbentur dan terluka, Dipotong, dichamper/diberi
bantalan,dan diberi pencahyaan ketika malam, sehingga orang/motor yang jalan tidak
terbentur dan tertabrak. Tindakan-tindakan pencegahan ini perlu dilakukan agar area
parkiran mahasiswa aman dan safety.

5.2. Saran
Dari berbagai masalah diatas kami kelompok 4 sangat berharap agar pihak direksi
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya untuk memperbaiki permasalahan mulai dari
selokan yang tidak sesuai standart, pemasangan paving yang tidak sesuai standart. ujung
pegangan akses naik dan turun motor yang tajam, dan kelebihan besi penampang yang

17
mencuat diatas jalan. Selain itu juga diharapkan para mahasiswa dan mahasiswa untuk
lebih berhati-hati dan menjaga fasilitas yang terdapat di area parker.

Daftar Pustaka

Bersama, U. I. (2011, 8 23). Management Asuransi. Retrieved 10 22, 2019, from blogspot:
http://managementasuransi.blogspot.com/2011/08/pengertian-accident-prevention-
accident.html

Cecep Suwarno, S. (2016, 5 25). Pusdiklat K3. Retrieved 10 22, 2019, from com:
http://www.pusdiklatk3.com/2014/04/perbedaan-accident-incident-dan-near.html

Irlansyah. (2015, 11 29). Irlansyah1. Retrieved 10 22, 2019, from wordpress:


https://irlansyah1.wordpress.com/2015/11/29/danger-dalam-k3/

Katiga, A. (2018, 4 22). AnakKatiga. Retrieved 10 22, 2019, from blogspot:


https://anakkatiga.blogspot.com/2018/03/jenis-jenis-bahaya-hazard-dalam-k3.html

Nikada. (2011, 9 11). Our Solving. Retrieved 10 23, 2019, from Blogspot:
http://oursolving.blogspot.com/2011/09/2_1639.html

18
Lampiran
1. Data masing-masing

19
2. Data kelompok

20
3. Foto Inspeksi

21

Anda mungkin juga menyukai