Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Negara, Warga Negara, dan Hak Asasi Manusia

Oleh : Anisa Rizca Putri


NIM 142010101035

Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya
di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.
Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan bahwa hak asasi manusia yang
dipahami sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang
bersifat universal. Nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai
produk hukum nasional di berbagai negara untuk dapat melindungi dan menegakkan
nilai-nilai kemanusian. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan dalam intrumen
internasional, termasuk perjanjian internasional di bidang HAM. Hubungan negara
dengan warga negara sangat erat kaitannya. Permasalahan yang terjadi di dalam
negara bagi masyarakat mengenai hak dan kewajiban. Mengapa hal ini penting? Hal
ini sangatlah penting karena dalam kaitannya hak dan kewajiban yang dipegang dan
diberikan seutuhnya kepada masyarakat biasanya terjadi hal yang sangat tumpang
tindih, yaitu tidak teratur adanya.
Pengertian hak ialah sesuatu yang diminta masyarakat unutk dirinya karena
sudah menjalankan kewajibannya. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
dikerjakan masyarakat untuk menuntut hak yang menjadi tuntutannya. Dalam hal ini
terdapat hak asasi manusia yang memang sudah diberikan kepada manusia semenjak
berada di dalam kandungan. Pengertian hak asasi manusia terdapat dalam pasal 1
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999, yaitu Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sabagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dillindungi oleh negara, hukum dan Pemerintahan,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia,
namun terdapat juga kewajiban asasi. Kewajiban asasi ialah kewajiban dasar yang
harus dijalankan oleh seseorang dalam kaitannya dengan kepentingan dirinya sendiri,
alam semesta, masyarakat, bangsa, negara, maupun kedudukannya sebagai makhluk
Tuhan.
Hak dan kewajiban warga negara juga terdapat dalam UUD 1945. Hak asasi
bisa menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam UUD 1945 telah dijelaskan mengenai hak dan
kewajiban bagi warga negara Indonesia, diantaranya ialah warga negara; pekerjaan
dan penghidupan yang layak (Pasal 27, ayat 2); Berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 28); hak anak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi (Pasal 28B, ayat 2); dan lain-lain, serta kewajiban warga negara;
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27, ayat
1); tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis (Pasal 28J, ayat 1); dan lain-lain Hal yang dijelaskan

sebelumnya ialah mengenai hak dan kewajiban warga negara yang dicantumkan
dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Kewajiban negara, yaitu membiayai
pendidikan dasar (Pasal 31, ayat 4), memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal 31, ayat 4), kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum
(Pasal 30, ayat 4), dan lain-lain. Hak dan kewajiban negara yang didapatkan oleh
warga negara dalam pelaksanaannya ini mengalami pasang surut. Hal itu dapat terjadi
karena terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh negara maupun warga Negara.
Dalam menjalankan hak dan kewajiban baik itu bagi warga negara maupun negara
diperlukan pedoman dalam mengatur dan mengawasi pelaksanaannya.
Selain itu, dengan memahami isi UUD 1945 dan Pancasila adalah penting
untuk kedepannya demi melaksanakan hak dan kewajiban baik bagi warga negara dan
negara itu sendiri. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya
merupakan kewajiban dan hak warga terhadap negara. Dalam deretan pasal-pasal
beserta ayat-ayatnya UUD 1945 secara jelas mencantumkan hak serta kewajiban
negara atas rakyatnya yang secara jelas juga harus dipenuhi menurut trias politica
Monteqeiu. Melalui tangan Legeslatif suara rakyat tersampaikan, melalui tangan
eksekutif kewajiban negara, hak rakyat, dipenuhi, dan di tangan yudikatif aturanaturan pelaksanaan hak dan kewajiban di jelaskan. Negara sebagai sebuah entitas
dimana meliputi sebuah kawasan yang diakui (kedaulatan), mempunyai pemerintahan,
serta mempunyai rakyat. Rakyat kemudian memberikan sebagian hak-nya kepada
negara sebagi ganti negara akan melindunginya dari setiap mara bahaya. serta
berkewajiban untuk mengatur rakyatnya. Hak-hak rakyat tadi adalah kewajiban bagi
sebuah negara. Hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kerja serta hak-hak untuk
mendapatkan pelayanan umu seperti kesehatan, rumah,dan tentunya hak untuk
mendapatkan pendidikan. Semuanya itu harus mampu dipenuhi oleh negara, karena
itulah tanggung jawab negara., kalau hal itu tak bisa dipenuhi oleh sebuah negara
maka tidak bisa disebut sebuah negara.
Hubungan antara bangsa, Negara, Warga Negara, dan Hak Asasi Manusia
sangat erat kaitannya, maka dari itu apabila salah satu dari unsur Negara terpisah atau
di hilangkan maka akan terlihat kemerosotan dari Negara tersebut, seperti yang
tercantum dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)
memuat prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan parsial
sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat dari
manusia. Oleh sebab itu perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di bidang
sosial politik hanya dapat berjalan dengan baik apabila hak yang lain di bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta hak solidaritas juga juga dilindungi dan dipenuhi,
dan begitu pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai