Anda di halaman 1dari 2

Soal Bahtsul Masa’il Putri

1. Seorang mahasiswa dari salah satu kampus ternama di Indonesia menemukan sebuah
penemuan berupa keramik yang terbut dari campuran tulang hewan dan tanah liat, serta
perekat kramik yang terbuat dari kotoran sapi. Keramik dan perekat kramik yang
dihasilkan dari bahan-bahan tersebut terbukti lebih kuat dan tahan lama disbanding
keramik biasa. Proses pembuatannya melewati tiga cara, yaitu penghilangan bau,
sterilisasi (penghilangan kuman) dan pengeringan. Dengan kualitasnya yang super,
keramik dengan bahan tersebut kini banyak diminati masyarakat.
Pertanyaannya:
a. Najiskah keramik tersebut?
b. Bagaimana hukum menggunakan keramik berbahan tulang dan kotoran hewan?
c. Bagaimana hukum memperjualbelikan kramik tersebut?
2. Pak jumadil dan ibu juminten melaksanakan ibadah haji. Hari berganti hari, serangkaian
ibadah haji dilaksanakan dengan baik dan penuh khidmad. Hingga pada tanggal 10
Dzulhijjah tepatnya setelah pelaksanaan ibadah jumrah aqabah hari nahr ibu juminten
mengalami kelelahan dikarenakan usianya yang sudah renta sehingga beliau tidak bisa
melanjutkan rangkaian haji yang selanjutnya. Pada akhirnya pak jumadil sebagai
suaminya memutuskan untuk mewakili ibu juminten untuk melaksanakan ibadah haji
yang selanjutnya.
Pertanyaan:
a. Bolehkan rangkaian ibadah haji ibu juminten yang belum terlaksana diwakilkan oleh
suaminya? Serta bagaimana hukumya?
b. Jika boleh diwakilkan bagaimana tatacara melakukan ibadah haji untuk dirinya
sendiri dan mewakilkan orang lain sekaligus?
3. Setiap orang muslim dalam beribadah harus mengikuti salah satu dari empat madzhab,
yakni Hanafi, Maliki, Hanbali, dan Syafi’I. sebagaimana yang telah termaktub dalam
kitab I’anah juz 1 hal 25. Kebanyakan masyarakat umum atau bahkan para santri dan
guru, dalam menganut salah satu dari empat madzhab karena faktor keturunan,
lingkungan, atau bahkan karena berada di pesantren yang literature fiqhnya menggunakan
kitab-kitab salah satu dari empat madzhab tersebut.
Tidak sedikit dari mereka yang bermadzhab pada salah satunya misal bermadzhab syafi’I
namun dalam kondisi tertentu mengikuti atau menggunakan madzhab lain dengan alasan
madzhab tersebut lebih cocok atau lebih mudah diamalkan. Diantara contohnya yaitu,
seorang yang bermadzhab syafi’I dalam urusan zakat fitrah mengikuti madzhab hanafi
yang memperbolehkan zakat fitrah menggunakan uang. Atau seperti niat puasa pada
tanggal 1 romadhon mengikuti madzhab maliki yang meperbolehkan niat satu kali untuk
puasa satu bulan.
Pertanyaannya:
a. Bagaimana seseorang sudah dianggap bermadzhab pada salah satu imam?\
b. Bolehkah seseorang berganti-ganti madzhab dalam keadaan atau kondisi tertentu
untuk mempermudah diri sendiri dalam beribadah?
c. Adakah tatacara untuk seseorang dalam berganti-ganti madzahab ketika ingin
mempermudah ibadahnya?

Anda mungkin juga menyukai