Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR TAHLILY SURAT YA>SI>N AYAT 16-20

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Tafsir Tahlily

Oleh:

KHOLIFATUN NISA’ (E93219096)


RIZA RIZKIYAH (E93219117)

Dosen Pembimbing:

NAUFAL CHOLILY, M.Th.I

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Tafsir
Tahlily Surat Ya>si>n ayat 16-20” dengan baik tanpa ada halangan apapun sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang selalu kami harapkan syafaatnya kelak
di Hari Kiamat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada Bapak Naufal Cholily, M.Th.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir
Tahlily-1 dan juga teman-teman seperjuangan Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam upaya
membuka pengetahuan tentang Tafsir Tahlily Surat Ya>si>n ayat 16-20. Akhir kata,
penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Surabaya, 28 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Surat Ya>si>n Ayat 16-20 dan Terjemahannya........................................................ 3

B. Makna Mufrodat ................................................................................................... 4

C. Analisis Munasabah .............................................................................................. 4

D. Analisis Ayat ........................................................................................................ 6

1. Ayat 16 ............................................................................................................... 6

2. Ayat 17 ............................................................................................................... 7

3. Ayat 18 ............................................................................................................... 8

4. Ayat 19 ............................................................................................................. 10

5. Ayat 20 ............................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab yang mulia, di mana kitab tersebut merupakan
mujizat dalam agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Salah
satu tujuan dari padanya adalah untuk membawa manusia keluar dari kegelapan
menuju cahaya Allah atau kebenaran yang sesunguhnya.1
Dalam Alquran sendiri terdapat 144 Surah tentu perlu dipahami. Diantara
dari banyaknya surah tersebut Surat Ya>si>n merupakan surat yang paling familiar
dalam masyarakat Indonesia.. Yang mana surat tersebut termasuk kedalam surat
Makkiyah, dan menenmpati uratan yang ke-36 dalam al-Qur’an.
Surat Yasin sendiri memiliki banyak keistimewaan yang membuat surat ini
masyhut. Adapun kandungan yang terdapat dalam surah ini, mulai dari pokok-pokok
keimanan, peringatan kematian, tanda kekuasaan Allah, hari kiamat, dan kisah
perjuangan para syuhada. Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa surat ini
memiliki banyak pokok yang perlu dikaji dan dipahami.
Salah satu contoh kisah tauldan tetang perjuangan para syuhada yang ada
dalam Surat Ya>si>n ini dapat meningkatkan keimanan seseorang. Dalam surat ini
diperlihatkan bagaimana perjuangan para syuhada yang berusaha semaksimal
mungkin untuk dalam menyebarkan luaskan dan memperjuangkan agama Islam.
Selain itu, Dalam Surat ini juga menggambarkan bagaimana keadaan orang-orang
pada saat hari kiamat terjadi yang dapat membuat umat manusia lebih bermawas diri
dalam menjalani kehidupan di Dunia. Dengan demikian, dengan mempelajari dan
memahami Surat Yasin maka seseorang akan lebih taat dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.

1
Manna Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah, th) , 5.

1
Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas penafsiran Surah Yasin
yang akan berfokus pada ayat 16-20. Adapun penafsiran ini berfokus pada penafsiran
tahlili. Yang mana penafsiran tersebut dilakukan dengan memapaparkan kandungan
ayat-ayat Alquran dari berbagai segi dan sesuai dengan kecenderungan mufassir
dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Adapun dalam penafsirannya biasa disuguhkan beberapa segi seperti
kosakata ayat, munasabah, asbabul al-nuzul, makna global, hukum yang ditarik dan
lain sebagainya. Sehingga dapat dilihat bahwa pola metode penafsiran ini digunakan
untuk menjelaskan makna yang terkandung pada suatu ayat secara komprehensif dan
menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk Surat Ya>si>n ayat 16-20 ?
2. Bagaimana Munasabah antara ayat 16-20 Surat Ya>si>n?
3. Bagaimana analisis Surat Yasin ayat 16-20 berdasarkan pendapat para mufassir?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surat Ya>si>n Ayat 16-20 dan Terjemahannya

2
ٍ‫الرحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْه بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْم‬
َّ َ‫الذكْرَ وَخَشِي‬
ِّ َ‫اِنَّمَا تنْذِر مَنِ اتَّبَع‬
3
َ‫قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَم اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمرْسَلُوْن‬

Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah


utusan-utusan(-Nya) kepada kamu” (16)

4
‫وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمبِيْن‬
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas. (17)

5
‫قَالُوا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَئنْ لَّمْ تَنْتَهوْا لَنَرْجمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْ ٌم‬
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu.
Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu
dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami” (18)

6
َ‫قَا لُوا طَا ئِر كُ مْ مَ عَ كُ مْ ۚ أَ ئِ نْ ذُ كِّ رْت مْ ۚ بَ لْ أَ نْت مْ قَ وْ مٌ م سْ رِ فُو ن‬
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena
kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah
kaum yang melampaui batas” (19)

2
Alquran, 36:11.
3
Alquran, 36:16.
4
Alquran, 36:17.
5
Alquran, 36:18.
6
Alquran, 36:19.

3
4

7
َ‫وَجَۤاءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعوا الْمرْسَلِيْن‬
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia
berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu” (20)

B. Makna Mufrodat

ُ‫ْال ُمبِيْن‬ : Penjelas

‫عذَاب‬
َ : Azab, Siksaan

َ‫ُّمس ِْرفُ ْون‬ : Melampaui batas

‫ات َّ ِبعُوا‬ : Mengikuti

َ ‫ْال ُم ْر‬
َ‫سلُ ْون‬ : Orang-orang yang diutus
ُ‫الرحْ مٰ ن‬
َّ : Maha Pengasih

‫يَ ْعلَ ُم‬ : Mengetahui

C. Analisis Munasabah
Dari segi bahasa, Munasabah berarti muqārabah (pendekatan).8 Adapun
pengertiannya dari Munasabah sendiri, bermacam-macam pada setiap tokoh
mufassirnya. Namun hal tersebut tidak terlepas dari keterkaitan ayat atau surat yang
ada. Manna al-Qaththan menjelaskan jika Munasabah adalah segi-segi hubungan satu
kata dengan kata yang lain, atau satu ayat dengan ayat yang lain, maupun satu surat
dengan surat yang lain.9 Sedangkan al-Baghawi menyamakan Munasabah dengan
takwil.10
Para ulama menggunakan kata Munasabah untuk dua makna. Pertama,
hubungan antara ayat atau beberapa kumpulan ayat Al-Qur’an satu sama lain. Kedua,

7
Alquran, 36:20.
8
Imam az-Zakarsyi, al-Burhān fi 'Ulūm Al-Qur'ān (Mesir: Darut Turots, 1984), 35.
9
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Alqur’an, ter. Mudzakir AS (Jakarta: Litera
Antar Nusa, 1944), 137; Muhammad Chirzin, Permata Al-Qur’an (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2014), 41.
10
Al-Baghawi, Tafsir Ma’alimut Tanzil Juz 1 (Mesir: Maktabah Rijariyyah al-Kubra, tt), 95.
5

hubungan satu ayat dengan ayat lainnya. Misalnya dalam konsep 'âmm dan khâsh,
yang memunculkan pengkhususan terhadap ayat lain yang tidak bersyarat. Pada
kedua makna tersebut, terdapat ulama yang hanya membatasi bahwa Munasabah
hanya pada bagian pertama. Adapun pembahasan tersebut pertama kali muncul oleh
Abu Bakar Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Naisabury yang wafat pada tahun 324
H.11
Adapun munasabah Surah Yasin ayat 16-20 ini antara lain dapat dipahami
sebagai berikut: Ayat 16 merupakan rangkaian dari ayat 13 hingga 17 yang
membahas kisah sebuah negeri yang harus menjadi pelajaran bagi penduduk makkah.
Selain itu kisah tersebut juga dapat menjadi pelajarn bagi umat islam maka kini. Pada
ayat ini sendiri, terdapat pemilihan kata pemahaman sumpah yang diambil oleh para
rasul. Terkait pernyataan mereka pada ayat 15 yang menyebut para rasul berdusta. Di
ayat 15 sendiri terdapat kata ar-Rahman yang menggantikan kata Allah. Pemilihan
tersebut menurut Ibnu Asyur dilakukan karena penduduk negeri tersebut
mempercayai tuhan terbesar mereka adalah zeus. Namun sebenarnya ar-Rahman ini
merujuk pada Allah SWT. Dengan demikian rekaman ucapan yang dilakukan dari
perspektif orang kafir tersebut memiliki makna netral. Hal demikian juga yang dalam
analisis pemakalah menjadi dasar ayat selanjutnya yakni 16. Yang menyebut kata
“Rabb” untuk merujuk pada Allah SWT.
Selanjutnya pada ayat 17 disebutkan bahwa kewajiban para rasul tersebut
tidak lain hanyalah menyampaikan dengan jelas perintah Allah SWT. Hal demikian
juga terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 49.

ِ‫إِ نَّا أَ رْ سَ لْ نَا كَ بِا لْ حَ قِّ بَ شِ ريًا وَ نَ ذِي رًا ۚ وَ لَ ا ت سْ أَ لُ عَ نْ أَ صْ حَا بِ ا لْ جَ حِي م‬

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;


sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.

11
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), 209.
6

Pada ayat 18-19 menjelaskan bagaimana respon atau jawaban orang yang
ingkar ketika mereka mendapat seruan ayat Alquran. Kebanyakan orang yang
melakukan pengingkaran tehadapa seruan Rasul, melakukan ancaman dan siksaan
yang dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini juga dapat dilihat dari berbagai kisah
perjuangan para Rasul didalam Alquran yang mendapat tantangan demikian.
Pada Ayat 20 menjadi rangkaian cerita lanjutan pada ayat setelahnya yaitu
ayat 21-25. Pada ayat ini adanya penggunaan kata madinah yang sebelumnya
dilukiskan qaryah. Sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tempat peradaban. Hal
demikian dapat mengisyaratkan bahwa tempat tersebut sangat luas dan laki-laki yang
ada dalam ayat 20 berasal dari tempat yang jauh. Hal ini bersambung dengan ayat
setelahnya yang mana laki-laki tersebut menyeru kepada penduduk itu menerima
seruan para utusan.12 Dimana dalam kata yas’alukum dalam ayat selanjutnya
mengisyarakatkan tidak akan pernah meminta imbalan dari penduduk tersebut. Yang
mana pada masa itu disebutkan jika hal demikian berarti para utusan tersebut tidak
memiliki maksud yang buruk. Dengan demikian munasabah rangkain ayat 16-20
Surah Ya>si>n dapat diketahui dengan jelas pada setiap ayat yang terhubung.
D. Analisis Ayat
1. Ayat 16

َ‫قَا لُوا رَ بُّ نَا يَ عْ لَم إِ نَّا إِ لَ يْ كُ مْ لَم رْ سَ لُو ن‬


Mereka berkata: “Rabb kami lebih mengetahui bahwa
sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.13

Meskipun kalian mungkiri, namun Tuhan yang Maha Kuasa itu lebih tau
bahwa kami memang Dia yang mengutus.14

12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah jilid 11: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 524.
13
Alquran, 36:16.
14
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 8 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 5980.
7

Firman-Nya: ( ‫يَ عْ لَم‬ ‫)رَ بُّ نَا‬ dipahami oleh sementara ulama dalam arti

sumpah, karena kalimat itu mengandung penyaksian Tuhan atas ucapan mereka.
Dengan demikian, penggalan ayat ini bagaikan menyatakan: kami bersumpah
mempersaksikan Tuhan, bahwa kami adalah utusan-Nya.
Dalam Tafsir al-Mukhtasyar dijelaskan Para rasul itu menegaskan
perkataan mereka dan menjadikan Tuhan mereka sebagai saksi: “Tuhan kami
mengetahui bahwa kami merupakan para rasul bagi kalian; Dia yang telah
mengutus dan menguatkan kami, dan Dia adalah saksi dan hujjah bagi kami”15
Perkara ini kemudian diperkuat oleh firman Allah dalam al-Qur’an Surat
al-Ahqaf ayat 8, dimana dalam ayat tersebut dijelaskan jika seorang rasul membuat
suatu kedustaan atas nama Allah, maka kalian tidak akan mampu sedikitpun
melindunginya dari azab Allah. Dan cukuplah Allah sebagai saksi antara para rasul
dan hamba-hambanya, dan Allah dialah yang maha pengampun lagi penyayang.
Para rasul tidak mengajukan argumentasinya atau bukti indrawi yang
dapat meyakinkan merek tentang kerasulan mereka. Berbeda dengan para rasul
lain. Kali ini agaknya karena mereka bertujuan untuk menyetakan bahwa
sebenarnya kami tidak membutuhkan keimanan kalian, tidak juga upah atau
imbalan dari kalian. Yang penting bagi kamia ialah penyampaian tuntunan Allah
SWT., dan cukuplah Dia yang mengetahui bahwa kami adalah para rasul-rasul
yang telah melaksanakan tugas-Nya.16
2. Ayat 17

‫وَ مَا عَ لَ يْ نَا إِ لَّا ا لْ بَ لَا غُ ا لْم بِي‬


Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan dengan
jelas.17

15
Shalih bin Abdullah bin humaid, Tafsir al-Mukhtasyar, (Riyadh: Markaz Tafsir Lid
Diraasatil Qur’aniyyah, tt), 441.
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h, Vol. 11(Jakarta: Lentera Hati, 2002) 521.
17
Alquran, 36:17.
8

Mereka berkata: “kewajiban kami hanyalah menyampaikan kepada kalian


risalah yang menjadi tujuan diutusnya kami kepada kalian. Jika kalia taat, kalian
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhiriat. Dan jika kalian tidak
memperkenankannya, niscaya kalian akan mengetahui bahaya hal tersebut.18
Ayat 17 ini merupakan penjelasan lanjutan dari ayat 17. Dimana para rasul
mendapat bantahan ketika berdakwah tentang Islam, kemudian para rasul
berkata:“Sesungguhya tuhan kami mengetahui bahwa kami adalah utusan-
utusannya yang ditujukan kepada kalian”, dan kewajiban kami disini hanyalah
menyampaikan perintah dari Allah secara jelas dan tanpa adanya keraguan.
Hal ini sama seperti yang telah disampaikn oleh Nabi Muhammad SAW
kepada umatnya. Nabi Muhammad telah memberikan penjelasan yang sangat
gambling terkait Islam, hingga hal itu diibaratkan seperti “malamnya bagaikan
siangnya”

. ٌ‫عَنْهَا بَعْدِي إِلَّاهَالِك‬ ُ‫قَدْ تَرَكْتكُمْ عَلَى اْلبَيْضَاءِ لَْيلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغ‬
Aku telah tinggalkan untuk kalian (ajaran yang jelas) yang putih
(bersinar), malamnya bagaikan siangnya. Tidaklah ada yang
menyimpang sepeninggalku kecuali ia akan binasa (H.R Ibnu Majah,
Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dinyatakan bahwa sanadnya hasan oleh al-
Mundziri, dan dishahihkan al-Albany).
Dalam Tafsir al- Wajiz karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dijelaskan
bahwa para rasul berkata “Ketahuilah bahwa Allah tidak membebani kami agar
kalian mendapatkan petunjuk, akan tetapi Allah membebani kami supaya menyampaikan
dengan penyampaian yang jelas.19
3. Ayat 18

ٌ‫قَا لُوا إِ نَّا تَ طَ يَّ رْ نَا بِ كُ مْ ۚ لَ ئِ نْ لَ مْ تَ نْ تَه وا لَ نَ رْج مَ نَّ كُ مْ وَ لَ يَ مَ سَّ نَّ كُ مْ مِ نَّا عَ ذَا بٌ أَ لِي م‬

Ibn Katsi>r, Tafsir ibn Katsi>r. ter. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan Jilid 6 (Bogor:
18

Pustaka Imam Syafi’i, 2004), 637.


19
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajiz, (Damaskus: Dar al-Fikr, tt) 442.
9

Merka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang


karenamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, niscaya kami
akan merajammu dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih
dari kami.”20
Mereka menganggap tidak melihat kebaikan di wajah-wajah kalian bagi
kehidupan kami. Qatadah berkata: “Merka menjawab: ‘Kami tertimpa keburukan
hanya disebabkan oleh kalian.’” Mujahid berkata, merka menjawab: “Tidak ada
satu orang pun seperti kalian yang memasuki sebuah kampung kecuali dia akan
menghukum penduduknya.”21 Mereka menuduh, para rasul yang menjadi biang
keladi dari kekacauan mereka. Karena kebiasaan yang telah lama mereka terima
dari datuk nenek moyang mereka, sekarang telah diganggu.22 Kemudian mereka
mengancam apabila tidak berhenti dalam menyeru akan merajam para rasul. Ada
dua pendapat yang mengartikan merajam. Pertama, Qatadah berkata: “Yaitu
dengan batu.”. Kedua, Mujahid berkata: “Yaitu dengan celaan”. Dan
mendapatkan siksa yang pedih dari mereka. Yaitu siksaan yang dahsyat.23

Kata ( ‫ )تَ طَ يَّ رْ نَا‬terambil dari kata (‫ )طري‬yaitu "burung". Dan yang dimaksud

adalah nasib. Masyarakat Jahiliaah biasa melepaskan burung saat hendak


berpergian. Bila burung itu terbang dari arah kanan menuju arah kiri, maka
mereka percaya bahwa itu pertanda baik, dan bila dari arah kiri ke kanan, mereka
percaya bahwa itu pertanda buruk/sial. Dari sini kata yang digunakan al-Qur’an
ini bermakna nasib. Dalam konteks ayat ini adalah nasib buruk. Sementara ulama
berpendapat bahwa kesialan yang mereka maksud ialah bencana seperti wabah,
penyakit, paceklik, dan sebagainya.24

20
Alquran, 36:18.
21
Ibn Katsi>r, Tafsir ibn Katsi>r, Ter. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan..., 638.
22
Hamka, Tafsir al-Azhar...5980.
23
Ibn Katsi>r, Tafsir ibn Katsi>r, Ter. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan..., 638.
24
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h..., 522.
10

4. Ayat 19

َ‫قَا لُوا طَا ئِر كُ مْ مَ عَ كُ مْ ۚ أَ ئِ نْ ذُ كِّ رْت مْ ۚ بَ لْ أَ نْت مْ قَ وْ مٌ م سْ رِ فُو ن‬


Utusan-utusan itu berkata: “Kemalanganmu itu adalah karena
kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu
mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui
batas.25

Yang dimaksud kemalangan mereka ialah penyembahan terhadap berhala


itulah yang menjadikan mereka bernasib sial. Sebab fikiran mereka tertutup dari
kebenaran, dan menjadi gelap gulita karena jahil, Pada masa tersebut disebutkan
jika masyarakat menyandarkan kesialan pada sesuatu yang dinilai mereka tidak
baik ada atau tidak sejalan dengan pemikiran mereka.
Selain itu, ketika terdapat kebaikan atau sesuatu yang positif, mereka
akan mencari penyebab lain dan tidak merujuk pada kehadiran rasul. Hal
demikian dapat menjelaskan bahwa mereka terbawa pada akal pikir mereka yang
pada dasarnya tidak senang terhadap sesuatu. Serta terus mencoba mencari alasan
untuk terhindar dari apa yang tidak disenangi, bahkan bisa sampai mengancam
seseorang. Seperti yang dijelaskan pada ayat sebelumnya.
Kaum ingkar itu telah diberi peringatan, tetapi mereka membalasnya
dengan makian, hinaan, serta ancaraman kepada para rasul. Yang mana hal
tersebut mereka lakukan dengan tidak mempertimbagkan akal fikir mereka
dengan baik dan tenang. Oleh sebab itu perlakuan mereka terhadap para rasul itu
tidak lagi menurut kesopanan.26 Padahal sebenarnya apabila mereka dapat
menfikirkannya dengan baik, sesungguhnya kebenaran sudah ada dihadapan
mereka.

25
Alquran, 36:19.
26
Hamka, Tafsir al-Azhar..., 5981.
11

5. Ayat 20

َ‫وَ جَا ءَ مِ نْ أَ قْ صَى ا لْ مَ دِي نَ ةِ رَج لٌ يَ سْ عَ ىٰ قَا لَ يَا قَ وْ مِ ا تَّ بِع وا ا لْم رْ سَ لِ ي‬
Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki dengan
bergegas-gegas, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan
itu.27

Dalam ayat-ayat sebelumnya telah jelas bahwa dialog atau pertukaran


fikiran di antara ketiga Rasul itu dengan kaum yang mereka datangi telah
memuncak. Dalam keadaan yang demikianlah datang seseorang dari ujung jauh
negeri itu berjalan tergesa-gesa. Hal demikian dilakukan karena ia telah
memahami bahwa kaum tersebut sudah berniat buruk pada ketiga utusan itu.
Seseorang tersebut diduga oleh para ulama Bernama Habib an-Najjar. Ia
mengingatkan agar kaum negeri itu mempercayai ketiga rasul tersebut, sama
sepertinya. Namun pada akhirnya kaum tersebut tetap tidak mengakui, sehingga
ia sendirilah yang mengakui bahwa orang bertiga itu memang Rasul.28

Dalam ayat tersebut terdapat kata ‫ أَ قْ صَى‬yang berarti penghujung atau


tempat yang jauh dari kota. Dalam hal ini dapat dipahami jika sebenarnya iman
kepada Allah SWT telah tersebar dan sampai di pinggiran kota, sebelum
akhirnya masuk kedalam pusat kota. Yang mana lokasi pusat kota ini
kebanyakan merupakan tempat tinggal para penguasa dan pemuka agama.
Selain itu, penduduk di dekat pusat kota disebutkan sangat terpengaruh dan
takut terhadap pemuka agama. Hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat
yang berada dipinggiran kota. Adapun pendapat tersebut dikuatkan oleh
pendapat Ibnu ‘Asyrur yang menjelaskan demikian pula.

Selain itu adanya penyebutan ِ‫مِ نْ أَ قْ صَى ا لْ مَ دِي نَ ة‬ menjadi bukti dari

perhatian dan pujian terhadap masyarakat yang tinggal di pinggiran kota. Di

27
Alquran, 36:20.
28
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 8…, 5981.
12

mana bisa saja ditemukan kebaikan di pinggir kota yang tidak ditemukan di
pusat kota. Selain itu, orang-orang yang berada di pinggir kota biasanya tidak
terlalu memiliki kekayaan atau bahkan dianggap lemah duniawi. Oleh karenanya
banyak ditemukan orang-orang lemah duniawi sering kali beriman terlebih
dahulu, karena tidak ada bendungan yang berupa kesenangan dunia, seperti yang
terjadi di pusat kota.29

29
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah.., 525.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberap penjelasan pada bab pembahasan. Dapat diketahui jika salah
satu kelebihan penafsiran yang menggunakan metode tahlily ini ialah memperoleh
keluasan wawasan. Contohnya seperti pada menjelaskan mengenai sebab-sebab
turunnya ayat (asbab al nuzul), keselerasian antar ayat, dan juga makna perkata.
Metode ini juga banyak digunakan oleh mufassir atau para peneliti untuk
menjabarkan secara detail, makna penafsiranya disertai dengan keilmuan Alquran
yang lainnya.
Seperti yang diketahui bahwa tidak semua ayat memiliki asbabul nuzul.
Sehingga dalam makalah ini tidak disajikan analisis historis karena tidak
ditemukaannya asbabul nuzul dari ke 5 ayat yasin, yakni ayat 16-20. Adapun dalam
kedekatan ayat analisis asbabul nuzul yang ditemukan hanya pada ayat 12.
Adapun berikut penjelasan yang ada dalam makalah ini
1. Bentuk ayat 16-20
2. Analisi Munasabah ayat 16-20
Dalam analisis ini, banyak yang di jabarkan dengan alasan pemilihan kata
yang ada dalam suatu ayat.
3. Penafsiran Surah Ya>si>n ayat 16-20
Secara garis besar menjelaskan ketidakmauan golongan untuk
mempercayai risalah yang telah dibawa oleh utusan Allah. Di mana mereka
bahkan sampai mengancam para utusan tersebut dengan hal-hal yang dapat
mencelakai atau merusak reputasi para utusan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

al-Baghawi, Tafsir Ma’alimut Tanzil Juz 1. Mesir: Maktabah Rijariyyah al-Kubra, tt.

Chirzin, Muhammad. Permata Al-Qur’an. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2014.

al-Qaththan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Kairo: Maktabah Wahbah. tt.

az-Zakarsyi. al-Burhān fi 'Ulūm Al-Qur'ān. Mesir: Darut Turots. 1984.

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 8. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1983.

Katsi>r, Ibn. Tafsir ibn Katsi>r. ter. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan Jilid 6. Bogor: Pustaka
Imam Syafi’i, 2004.

Kemenag RI. Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: tp. 1971.

Shalih bin Abdullah bin humaid. Tafsir al-Mukhtasyar. Riyadh: Markaz Tafsir Lid
Diraasatil Qur’aniyyah. th.

Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir. Tanggerang: Lentera Hati. 2013.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah jilid 11: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati. 2002.

az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Wajiz. Damaskus: Dar al-Fikr. tt.

14

Anda mungkin juga menyukai