Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lima belas abad silam dengan
sebuah awalan perintah untuk membaca (iqra' ) yang dalam konteks luas menjadi
seruan untuk membaca, mengkaji, menganalisis, dan meneliti fenomena diri dan
sekitar yang dalam aplikasi turunannya dikemudian hari telah melahirkan sebuah
masyarakat berpendidikan dan menghasilkan sebuah karakter peradaban Islami yang
kemudian menjadi titik tolak peradaban Barat yang kini menghegemoni arah sejarah
peradaban manusia masa kini.
PEMBAHASAN
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti mengandung maksud dan
tujuan tertentu di baliknya. Terutama dalam penciptaan kitab suci umat muslim, Al
Quran. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an ini telah banyak dijelaskan dalam ayat-ayat
yang dikandungnya.
"Kita akan menemukan beberapa ayat yang dapat memberikan gambaran kepada
kita akan tujuan dari diturunkannya Al Quran. Terkadang, ayat-ayat tersebut seolah
memberikan penjelasan beberapa tujuan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya," tulis buku Ulumul Quran oleh Muḥammad Bāqir Ḥakīm.
Selain itu, melalui kumpulan firman-firman Allah SWT yang dikandungnya, Al Quran
berisi tentang aturan-aturan yang berlaku bagi seluruh makhluk ciptaanNya baik di
langit maupun di bumi. Lantas, apa saja tujuan diturunkannya Al Quran yang telah
dijelaskan ayat-ayat di dalamnya?
Artinya: "Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu,
menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan
banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan Kitab yang menjelaskan.
Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke
jalan yang lurus."
َّ ي هَذَا ْالقُرْ آنُ ِل ُ ْنذ َركُ ْم به َو َم ْن بَلَ َغ ۚ أَئنَّكُ ْم لَتَ ْش َهدُونَ أَنَّ َم َع
ّللا َ ّللا ۖ شَهيد بَيْني َوبَ ْينَكُ ْم ۚ َوأُوح
َّ َي إل ُ َّ يء أَ ْكبَ ُر َش َها َدةً ۖ قُل ُّ َقُلْ أ
ْ ي َش
َ
َآل َهة أ ْخ َرى ۚ قُلْ َّل أ ْش َه ُد ۚ قُلْ إنَّ َما هُ َو إلَه َواحد َوإنَّني بَريء م َّما ت ُ ْشركُون ُ ً
َ َهَذَا ب
َصائ ُر للنَّاس َوهُدًى َو َرحْ َمة لقَ ْوم يُوقنُون
Artinya: "(Al-Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini."
علَّ ْمنَاهُ الش ْع َر َو َما يَ ْنبَغي لَهُ ۚ إ ْن ه َُو إ َّّل ذ ْكر َوقُرْ آن ُمبين
َ َو َما
Artinya: "Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair
itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab
yang jelas,"
6. Pemutus hukum
Al Quran juga diturunkan sebagai pemutus hukum dan pengangkat perselisihan
serta pembeda antara yang haq dan batil. Allah dalam surat An Nahl ayat 64
berfirman,
َاختَلَفُوا فيه ۙ َوهُدًى َو َرحْ َمةً لقَ ْوم يُؤْ منُون َ علَيْكَ ْالكت
ْ َاب إ َّّل لت ُ َبينَ لَ ُه ُم الَّذي َ َو َما أَ ْنزَ ْلنَا
Artinya: "Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu (Muhammad),
melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
Pada intinya, tujuan diturunkannya Al-Qur’an semata-mata bentuk kasih sayang
Allah SWT kepada makhluk ciptaanNya. Tentunya agar menjalani kehidupan sebaik
mungkin dan meraih kebahagiaan abadi di surga.
Sebagai pedoman hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu
petunjuk hidup yang benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai
pegangan yang kokoh dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama
diturunkannya Al-Qur’an tidak lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat
manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1. Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul
dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari
pembalasan.
Al Quran mulai diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadhan
tahun 610 dan disebarkan secara bertahap hingga 632 M. Bukti menunjukkan bahwa
Nabi Muhammad membacakan teks, sementara ahli-ahli Taurat menuliskan apa
yang mereka dengar. Beberapa sahabat Nabi mulai mengumpulkan semua "surah"
(bab) ke dalam satu jilid, yang kemudian disebarluaskan dalam cara itu. Upaya ini
menghasilkan sejumlah versi berbeda dari kitab suci dari "Sahabat Nabi", versi yang
hari ini sebagai “Kodeks Para Sahabat”. Tak lama setelah kematian Nabi
Muhammad, naskah tulisan tangan yang berbeda menjadi populer di berbagai
bagian negeri Muslim.
Turunnya Surat Al-Alaq ayat 1-5 menjadikan awal dari kenabian Muhammad. Waktu
turunnya Al Quran juga menjadi awal penyebaran agama Islam. Al Quran diturunkan
dalam dua cara, yaitu secara lengkap di malam Lailatulqadar dari Lauh Mahfudz ke
langit dunia, lalu diturunkan ke Nabi Muhammad secara bertahap. Sejarah turunnya
Al Quran dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah (sebelum hijrahnya Nabi
pada 17 Ramadan 610 M) dan Madinah (setelah hijrah).
Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah
(paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini,
terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.
Ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalat (hubungan
manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam), dan
hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad ini, terdapat 28 surat
yang diturunkan selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat Al-Qur’an yang terakhir
diturunkan adalah surat Al-Maidah ayat 5. Nabi Muhammad mewahyukan ayat ayat
Al-Qur’an selama 23 tahun. Sekitar 42 juru tulis menulis ayat-ayat tersebut pada
bahan yang berbeda, seperti kertas, kain, pecahan tulang dan kulit.
Pada zaman kuno, literasi adalah keterampilan yang hanya dimiliki sedikit orang dan
Nabi Muhammad sendiri tidak tahu cara membaca atau menulis. Pada
masa Khalifah Abu Bakar, ketika 70 orang yang penghafal Al Quran (qari), terbunuh
dalam Pertempuran Yamama, Umar bin al-Khattab menjadi prihatin dan memohon
kepada Abu Bakar untuk menyusun Al Quran menjadi sebuah buku. Abu Bakar
membentuk delegasi di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit, salah seorang ahli kitab
terkemuka. Kelompok itu terdiri dari 12 orang, diantaranya tokoh-tokoh terkenal
seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talha bin Ubaydullah, Abdullah bin
Masood, Ubayy bin Kab, Khalid bin Walid, Hudhaifah dan Saleem.
Dalam Al-Qur’an ada 6.236 ayat, 114 surah dan sekitar 323.000 surat. Saeed bin al-
Aas, yang terkenal dengan keindahan tulisan tangannya, menuliskannya di atas kulit
kijang. Tulisan yang digunakan adalah tulisan Arab pada masa itu, yang sudah tua
dan umum digunakan pada masa itu di Hijaz. Para sahabat sepakat bahwa tulisan
yang digunakan Nabi Ismail di Hijaz ini adalah tulisan kaum Muslim. Salinan Al
Quran dibacakan kepada para sahabat pada pertemuan umum. Tidak ada keberatan.
Maka, muncullah kitab yang disebut “mushaf” yang artinya ayat-ayat tertulis.
Sebanyak 33.000 sahabat sepakat bahwa setiap huruf Al Quran sudah benar.
Kemudian naskah ini dikirim kepada Umar bin al-Khattab. Setelah kematiannya, kitab
ini diteruskan ke Hazrat Hafsah, putri Umar dan istri Nabi Muhammad.
Utsman berkata bahwa dialek Quraisy harus lebih diutamakan, jika mereka berkonflik
dengan Zaid mengenai dialek, karena Nabi Muhammad berasal dari suku Quraisy. Al
Quran diturunkan dalam tujuh dialek bahasa Arab pada masa itu. Muslim pertama
yang melek huruf dapat dengan mudah membaca tulisan bahasa mereka sendiri.
Tetapi kondisinya agak berbeda pada saat itu, karena aksara Arab tidak memiliki
tanda diakritik untuk membedakan huruf atau simbol vokal.
Rombongan membawa naskah asli dari Hafsah. Dalam mushaf ini, surat-suratnya
tidak dipisahkan satu sama lain. Surat-surat diurutkan menurut urutan keturunannya
dalam naskah Ali dan menurut panjangnya dalam naskah Abdullah bin Masood.
Sekarang ayat-ayat itu ditulis dalam dialek Quraisy. Surat-surat itu disusun dalam
barisan, dipisahkan satu sama lain berdasarkan panjangnya. Urutan surat-surat itu
tidak didasarkan pada perintah yang diberikan malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad, tetapi berdasarkan kesepakatan para sahabat nabi.
Apa yang dimaksud paradigma? Apa pula yang dimaksud paradigma Qurani?
Mengapa Al-Quran dijadikan paradigma untuk menghadapi berbagai persoalan?
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para
dan digma. Para mengandung arti "di samping‟, "di sebelah‟ dan "keadaan
lingkungan‟. Digma berarti "sudut pandang‟, "teladan‟, "arketif" dan "ideal‟. Dapat
dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang
suatu realitas.
Bahwa umat Islam mundur karena mereka meninggalkan ajarannya, sedangkan non-
Islam maju justru karena mereka meningglkan ajarannya. Adapun ajaran dimaksud
adalah ajaran murni al-Islām sebagaimana yang tercantum dalam AlQuran dan sunah
bukan ajaran-ajaran yang bersumber dari budaya selain AlQuran dan sunah.
PENUTUPAN
A.Kesimpulan
Paradigma Qur’ani adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau
suatu permasalahan berdasarkan AL-Qur’an. Adanya kesadaran bagi seluruh umat
muslim adalah yang terpenting untuk menjaga dan mewujudkan paradigma Qur’ani
ini. Karena, tanpa kesadaran dari umat muslim ini, paradigma tak akan terwujud dan
mungkin bisa saja terjadi kekacauan bagi seluruh muslim karena memang hanya Al-
Qur’an pedoman bagi seluruh umat muslim.