Oleh :
NIM : 215221314
Kelas : AKS 2H
Segala puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Pembagian Hadist : Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad” dengan tepat waktu.
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Qur`an. Terutama pada bab pembahasan Kuantitas Sanad.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna dan masih banyak kesalahan, baik itu dari segi bahasa maupun pengetikkannya.
Maka dari itu, saya sangat berharab mendapat kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk memperbaiki tulisan saya kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah Makalah.......................................................................................................4
C. Tujuan makalah.........................................................................................................................4
D. Manfaat Makalah.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan..................................................................................6
B. Pengertian Ilmu Hadits dan Pembagiannya................................................................................8
1) Ilmu hadist riwayah...............................................................................................................8
2) Ilmu hadits dirayah................................................................................................................9
C. Cabang-cabang Hadits Khusus Matan.....................................................................................10
1) `Ilmu Gharib Al-Hadits........................................................................................................10
2) `Ilmu Asbab Al-Wurud Al-Hadits.......................................................................................10
3) `Ilmu Tawarikh Al-Mutun...................................................................................................10
4) `Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh.............................................................................................10
5) `Ilmu Talfiq Al-Hadits.........................................................................................................11
6) `Ilmu tashif wa tahrif...........................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain Al-Qur`an, hadits juga merupakan salah satu hukum Islam yang
kedudukannya penting bagi umat manusia khususnya umat Islam. Meskipun
kedudukan hadits ada dibawah Al-Qur`an, hadits tetap memiliki perannya sendiri,
seperti misalnya dalam menjelaskan kandungan yang ada dalam ayat Al-Qur`an.
Karena kedudukan hadits adalah menjelaskan kandungan dari ayat yang ada
dalam Al-Qur`an, maka dalam menenentukan sebuah hadits memerlukan sebuah ilmu.
Ilmu ini biasa dikenal dengan ilmu hadits atau ulumul hadits. Ilmu hadits sendiri
selalu mengalami perkembangan yang signifikan dari masa ke masa.
Hadits memiliki macam-macam ilmu dan juga cabang yang berbeda beda.
Perbedaan cabang-cabang ilmu hadits disebabkan karena adanya pembagian khusus
topik pada hadits tersebut. Maka dari itu, jika kita ingin menggunakan sebuah hadits
dalam kegiatan apapun kita harus tau terlebih dahulu mengetahui topik apa yang akan
digunakan agar kita mudah menemukan hadits yang kita inginkan sesuai dengan
klasifikasinya.
Makalah kali ini akan membahas tentang sejarah pertumbuhan dan
perkembangan ilmu hadits dari awal periwayatan hingga saat ini, ilmu hadits dan
pembagiannya serta cabang-cabang ilmu hadits berdasarkan klasifikasi matan.
C. Tujuan makalah
a) Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan dari ilmu hadist
b) Mengetahui pengertian dari ilmu hadits dan pembagian ilmu hadits
c) Mengetahui banyaknya cabang hadist yang membahas tentang matan dan
mampu menjelaskan cabang-cabang hadist tersebut
D. Manfaat Makalah
Pembaca dapat mengetahui sejarah sebuah ilmu hadis berkembang dari masa
kenabian Rasulullah hingga masa sekarang. Selain itu, pembaca makalah ini dapat
mengetahui apa yang disebut sebagai ilmu hadits dan pembagian serta cabang hadis
1
khusus pembahasan matan serta dapat menambah pemahaman terkait alasan mengapa
hadis dibagi ke beberapa macam dan beberapa cabang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Meski Rasulullah sudah memberikan izin dalam penulisan hadita, para sahabat
masih belum memperhatikan hal tersebut secara khusus. Para sahabat masih fokus
pada hafalan dan juga mengamalkan hadits yang mereka dengar. Namun terkadang
para sahabat menulis hadita yang panjang-panjang agar mereka mudah dalam
menghafalkan, mempelajari, mengamalkannya sekaligus sebagai arsip mereka. Disisi
lain, karena pola dakwah rasul sudah mulai berubah. Rasulullah saw. sudah mulai
menggunakan media tulisan dan bukan lagi lisan. Hal ini dikarenakan kondisi
Rasulullah saw. yang sudah mulai lemah karena usia. Mulai dari berubahnya media
dakwah rasul itulah yang menyebabkan para sahabat sudah mulai pandai dalam tulis
menulis dan mampu membedakan antara sabda rasul dan juga wahyu dari Allah Swt.
Dari hal itu rasul berwasiat.
Meskipun masih sedikit, periwayatan hadits pada jaman rasul sudah mulai
berkembang. Periwayatan hadits yang sedikit tersebut terjadi dikarenakan para
sahabat masih sangat berhati-hati dalam periwayatan hadits. Alasan para sahabat
sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits adalah karena mereka ingin menjaga
keaslian dari hadits tersebut. Selain itu, para sahabat melakukan hal itu agar hadits-
hadits palsu yang dibuat untuk kepentingan tertentu tidak tersebar luas. Para sahabat
juga sangat berhati hati dalam menerima hadits karena terdapat banyak hadist yang
menyebabkan perselisihan antar sahabat. Agar tidak terjadi hal yang sama pada orang
orang setelah mereka, para sahabat tidak meriwayatkan hadits-hadits tersebut.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan periwayatan hadits semakin
banyak. Periwayatan hadits juga sudah mulai dilakukan oleh para tabi'in dan bukan
hanya dilakukan oleh para sahabat. Pada masa ini, periwayatan hadits tidak terlalu
sulit seperti pada masa para sahabat karena Al Qur'an sudah terkumpul pada satu
mushaf. Meskipun demikian, periwayatan yang dilakukan oleh para tabi'in juga
dilakukan secara hati-hati. Sebelum melakukan periwayatan, para tabi'in akan diberi
pembinaan oleh para sahabat dengan cara mempelajari, menghafal dan juga
mengamalkan hadits-hadits. Disamping itu, para tabi'in juga diajarkan bagimana cara
menulis suatu hadits atau catatan hadits yang mereka terima.
Pada abad II para sahabat dan tabi'in sudah berhasil membuat kitab hadits
yang berisi kumpulan fatwa para sahabat dan tabi'in serta hadits sahih. Karena dalam
kitab tersebut isi antara fatwa dan hadis masih bercampur maka pada abad ke III para
ulama mulai menyisihkan fatwa yang ada pada kitab hadits. Selain menyisihkan
fatwa-fatwa para ulama juga memisahkan hadits kedalam 3 golongan, yaitu hadits
4
shahih, hasan dan juga da'if. Untuk melakukan pemisahan golongan hadist, para
ulama melakukan penyelidikan terhadap para parawi untuk mengetahui kejujuran dan
hafalan masing-masing parawi. Karena pemisahan golongan inilah ilmu musthalah
hadits muncul dan membantu dalam penetapan kaidah ilmiah dalam mengsahihkan
hadits, mengkritik, mengkoreksi dan meriwayatkan. Selanjutnya, pada abad ke IV
para ulama semakin gencar mengembangkan hadits dengan cara mentahdhib hadits
dan memeriksa sanad pada kitab yang sudah ada. Dan untuk abad selanjutnya hingga
saat ini, peran ulama pada hadits adalah mengklarifikasi hadits-hadits sejenis dalam
suatu kitab serta memberi syarah dan meringkas kitab yang sudah ada agar mudah
dalam melakukan pencarian hadist.
5
Jika dilihat dari definisi ilmu hadits riwayah, hal yang menjadi objek
pokok pembahasan adalah sifat, perkataan dan juga perbuatan
Rasulullah saw. Selain itu, objek ilmu hadits riwayah juga meliputi
tentang cara menerima dan menyampaikan suatu hadits kepada orang
lain serta memindahkan atau mendewakan hadits tersebut. Tetapi
dalam ilmu ini tidak membahas tentang syaz (kejanggalan) ataupun 'ila
(kecacatan) matan hadits.
c. Tujuan ilmu hadits riwayah
Ilmu hadits riwayah memiliki tujuan untuk menghindari terjadinya
kemungkinan terhadap kesalahan mengkutip hadits dari sumber
pertama yaitu Rasulullah saw. Selain itu, tujuan lainnya adalah
mempelajari ilmu hadits riwayah dan dapat mengetahui keaslian suatu
lafadz-lafadz hadits.
6
Ilmu hadits dirayah memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut.
Mengetahui perumbuhan serta perkembangan hadits dari sejak
zaman Rasuluallah saw. hingga masa modern seperti saat ini.
Mengetahui totoh-tokoh yang sudah berusaha menjaga sera
melestarikan hadits-hadits Rasulullah saw.
Mengetahui kaidah atau kriteria yang digunakan oleh para
ulama untuk mengklasifikasikan hadits.
Dapat mengetahui apa saja istilah, nilai serta kaidah yang
dalam hadits sebagai pedoman penetapan hukum syara'.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hadits tidak
semata mata muncul sesuai perintah dari Allah Swt. seperti wahyu Al-Qur`an. Hadits
muncul karena keinginan para sahabat untuk menulis apa yang bicarakan oleh
Rasulullah saw. Pada awalnya Rasulullah saw. menentang periwayatan/penulisan
hadits karena bukan merupakan perintah dari Allah Swt. dan karena takut jika
penulisan hadits akan menyababkan hadits tersebut bercampur dengan wahyu Al–
Qur`an. Meskipun penulisan/periwayatan hadits mendapat pertentangan dari banyak
orang dan juga Rasulullah tetapi pada akhirnya Rasulullah mengijinkan periwayatan
hadits dengan syarat hanya para sahabat yang pandai menulis yang hanya boleh
meriwayatkan hadits agar tidak bercampur dengan wahyu Al Qur`an. Mulai saat
itulah periwayatan hadits semakin berkembang dari masa kemasa dengan tetap
memperhatikan kesalian dari hadits sebelumnya.
Periwayatan hadits tidak jauh dari peranan ilmu hadits, karena ilmu hadits
merupakan sebuah ilmu yang khusus membahas tentang hubungan hadits dengan
Rasulullah saw. Ilmu hadits dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ilmu hadits riwayah
yang membahas tentang sifat, perkataan dan juga perbuatan Rasulullah saw. yang
tertulis pada suatu lafazd dalam kitab hadits. Dan yang kedua yaitu ilmu hadits
diwayah yang membahas tentang sanad dan juga matan yang terdapatdalam hadits.
Dalam periwayatan hadits juga terdapat berbagai macam cabang ilmu hadits,
salah satu cabang ilmu hadits adalah matan. Dalam ilmu hadits yang khusus
membahas matan terdapat juga beberapa cabang ilmu diantaranya adalah `ilmu ghalib
al-hadits, `ilmu asbab al-wurud al-hadits, `ilmu tawarikh al-mutun, `ilmu nasikh wa
al-mansukh, `ilmu talfiq al-hadits, dan `ilmu tashif wa tahrif.
B. Saran
Meski sejarah hadits, ilmu hadits dan juga cabang-cabang hadits sudah
dijelaskan sedikit dalam makalah tetapi penulis memiliki saran bahwa hal-hal tersebut
perlu untuk dikaji lagi lebih lanjut. Para kaum muda terutama pelajar dan mahasiswa
juga dapat mengkaji lebih dalam lagi tentang ilmu hadits agar dapat lebih memahami
lagi alasan mengapa hadits itu ada dan apakah perlu melestarikan perkembangan
hadits.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, F. S. (2016). Studi Ilmu Hadis. Riau: Kreasi Edukasi.
Alfiah, Fitriadi, & Suja`i. (2016). Studi ilmu Hadis. Riau: Kreasi Edukasi.
DR. Nawir Yuslem, M. (1998). Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
Dr. Sulaemang L, M. (2017). Ulumul Hadits Edisi Kedua. Kendari: Cetakan Pertama.
Kaharuddin, & Sadat, A. (2019). Fungsi Dan Manfaat Cabang-Cabang Hadis Dalam
Perspektif Studi Hadis. Jurnal Ilmiah Mandala Education, Vol.5 No.1.
Prof. Dr. H. Idri, M. A., H. Arif Jamaluddin Malik, M. A., Drs. M. Nawawi, M. A., & Drs.
Syamsuddin, M. A. (2018). Studi Hadis. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
PROF. DR. TAJUL ARIFIN, M. (2014). Ulumul Hadits. Bandung: GUNUNG DJATI
PRESS.
Soetari, E. (1997). Ilmu Hadis edisi II. Bandung: Amal Bakti Pers.
Tahir, G. (2017). Kitab-kitab `Ulumul Al-Hadits. Jurnal Al Hikmah, Vol XIX No. 2.
10