Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ULUMUL QUR`AN HADIST

MACAM MACAM ILMU HADIS DAN CABANG CABANGNYA PADA


POKOK PEMBAHASAN KHUSUS MATAN
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah : Ulumul Qur`an & Hadist

Dosen Pengampu : M. Zidny Nafi` Hasbi,S.E.,SIF., M. E

Oleh :

Nama : Dyah Ajeng Pangastuti

NIM : 215221314

Kelas : AKS 2H

PROGRAN STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Pembagian Hadist : Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad” dengan tepat waktu.
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Qur`an. Terutama pada bab pembahasan Kuantitas Sanad.

Terimakasih kepada Bapak. M. Zidny yang telah memberikan tugas membuat


makalah ini kepada saya. Dengan adanya tugas membuat makalah ini saya berharap dapat
meningkatkan kemampuan menulis saya dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain yang
membaca makalah tulisan saya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna dan masih banyak kesalahan, baik itu dari segi bahasa maupun pengetikkannya.
Maka dari itu, saya sangat berharab mendapat kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk memperbaiki tulisan saya kedepannya.

Klaten, 20 April 2022

Penulis

Dyah Ajeng Pangastuti

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah Makalah.......................................................................................................4
C. Tujuan makalah.........................................................................................................................4
D. Manfaat Makalah.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan..................................................................................6
B. Pengertian Ilmu Hadits dan Pembagiannya................................................................................8
1) Ilmu hadist riwayah...............................................................................................................8
2) Ilmu hadits dirayah................................................................................................................9
C. Cabang-cabang Hadits Khusus Matan.....................................................................................10
1) `Ilmu Gharib Al-Hadits........................................................................................................10
2) `Ilmu Asbab Al-Wurud Al-Hadits.......................................................................................10
3) `Ilmu Tawarikh Al-Mutun...................................................................................................10
4) `Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh.............................................................................................10
5) `Ilmu Talfiq Al-Hadits.........................................................................................................11
6) `Ilmu tashif wa tahrif...........................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selain Al-Qur`an, hadits juga merupakan salah satu hukum Islam yang
kedudukannya penting bagi umat manusia khususnya umat Islam. Meskipun
kedudukan hadits ada dibawah Al-Qur`an, hadits tetap memiliki perannya sendiri,
seperti misalnya dalam menjelaskan kandungan yang ada dalam ayat Al-Qur`an.
Karena kedudukan hadits adalah menjelaskan kandungan dari ayat yang ada
dalam Al-Qur`an, maka dalam menenentukan sebuah hadits memerlukan sebuah ilmu.
Ilmu ini biasa dikenal dengan ilmu hadits atau ulumul hadits. Ilmu hadits sendiri
selalu mengalami perkembangan yang signifikan dari masa ke masa.
Hadits memiliki macam-macam ilmu dan juga cabang yang berbeda beda.
Perbedaan cabang-cabang ilmu hadits disebabkan karena adanya pembagian khusus
topik pada hadits tersebut. Maka dari itu, jika kita ingin menggunakan sebuah hadits
dalam kegiatan apapun kita harus tau terlebih dahulu mengetahui topik apa yang akan
digunakan agar kita mudah menemukan hadits yang kita inginkan sesuai dengan
klasifikasinya.
Makalah kali ini akan membahas tentang sejarah pertumbuhan dan
perkembangan ilmu hadits dari awal periwayatan hingga saat ini, ilmu hadits dan
pembagiannya serta cabang-cabang ilmu hadits berdasarkan klasifikasi matan.

B. Rumusan Masalah Makalah


a) Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu hadist?
b) Apa yang dimaksud ilmu hadist dan seperti apa pembagiannya?
c) Apa saja cabang-cabang ilmu hadis berdasarkan klasifikasi matan?

C. Tujuan makalah
a) Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan dari ilmu hadist
b) Mengetahui pengertian dari ilmu hadits dan pembagian ilmu hadits
c) Mengetahui banyaknya cabang hadist yang membahas tentang matan dan
mampu menjelaskan cabang-cabang hadist tersebut

D. Manfaat Makalah
Pembaca dapat mengetahui sejarah sebuah ilmu hadis berkembang dari masa
kenabian Rasulullah hingga masa sekarang. Selain itu, pembaca makalah ini dapat
mengetahui apa yang disebut sebagai ilmu hadits dan pembagian serta cabang hadis

1
khusus pembahasan matan serta dapat menambah pemahaman terkait alasan mengapa
hadis dibagi ke beberapa macam dan beberapa cabang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan


Hadits merupakan penjelas dari potongan ayat yang ada dalam Al Qur`an.
Hadits sendiri sudah ada sejak jaman Rasulullah saw. dan diriwayatkan turun temurun
oleh para sahabat. Dalam sejarah islam, perkembangan ilmu hadits bersamaan dengan
periwayatan hadits. Periwayatan hadits sudah ada sejak masa kenabian Rasulullah
saw. meskipun dalam periwayatan tersebut belum sebanyak saat Rasulullah saw.
sudah wafat. Periwayatan hadits tidak banyak pada saat itu dikarenakan Rasullulah
saw. melarang para sahabat untuk meriwayatkannya. Para sahabat hanya
meriwayatkan/menulis hadits sebagai catatan pribadi ataupun memberikan pesan
kepada orang lain dalam bentuk surat menyurat dengan menyertakan hadits.
Alasan Rasulullah saw. melarang para sahabat untuk meriwayatkan hadits
adalah karena beliau khawatir jika dengan adanya periwayatan hadits dapat membuat
wahyu atau ayat-ayat yang ada dalam Al Qur`an tercampur dengan hadits, karena
biasanya para sahabat hanya menulis wahyu. Alasan lain Rasulullah saw. melarang
periwayatan hadis adalah karena para sahabat memiliki kemampuan menghafal dan
mengamalkan hadits dengan sangat baik. Maka dari itulah tanpa adanya periwayatan
sekalipun, hadits yang dihafalkan tersebut tidak akan mudah untuk musnah hanya
karena lupa atau lalai. Larangan periwayatan hadits terdapat pada hadits riwayat Abu
Sa'id Al-Khudzri yang memiki arti, Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kalian
menulis apapun yang keluar dariku selain Al Qur`an, maka hendaklah ia
menghapusnya. Riwayarkanlah dari saya. Barang siapa yang berbohong atas nama
saya maka tempatnya di neraka.”
Seiring berjalannya waktu, Rasulullah saw. mengizinkan para sahabat untuk
meriwayatkan/menuliskan hadits-hadits, separti riwayat dari Abdullah bin Amr bin
al-'Ash yang menjelaskan bahwa Rasulullah mengizinkan hadits untuk diriwayatan
oleh para sahabat yang memiliki kemampuan menulis hadits secara terpisah dengan
wahyu Al Qur'an atau dengan kata lain hadits tidak boleh terdapat dalam satu mushaf
dengan wahyu Al Qur'an. Maka dari itulah Rasul memberikan aturan bahwa penulisan
hadis tidak boleh dilakukan saat wahyu Al Qur'an turun. Meski begitu pelarangan
penulisan hadits masih tetap berlaku bagi umat islam secara umum.

3
Meski Rasulullah sudah memberikan izin dalam penulisan hadita, para sahabat
masih belum memperhatikan hal tersebut secara khusus. Para sahabat masih fokus
pada hafalan dan juga mengamalkan hadits yang mereka dengar. Namun terkadang
para sahabat menulis hadita yang panjang-panjang agar mereka mudah dalam
menghafalkan, mempelajari, mengamalkannya sekaligus sebagai arsip mereka. Disisi
lain, karena pola dakwah rasul sudah mulai berubah. Rasulullah saw. sudah mulai
menggunakan media tulisan dan bukan lagi lisan. Hal ini dikarenakan kondisi
Rasulullah saw. yang sudah mulai lemah karena usia. Mulai dari berubahnya media
dakwah rasul itulah yang menyebabkan para sahabat sudah mulai pandai dalam tulis
menulis dan mampu membedakan antara sabda rasul dan juga wahyu dari Allah Swt.
Dari hal itu rasul berwasiat.
Meskipun masih sedikit, periwayatan hadits pada jaman rasul sudah mulai
berkembang. Periwayatan hadits yang sedikit tersebut terjadi dikarenakan para
sahabat masih sangat berhati-hati dalam periwayatan hadits. Alasan para sahabat
sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits adalah karena mereka ingin menjaga
keaslian dari hadits tersebut. Selain itu, para sahabat melakukan hal itu agar hadits-
hadits palsu yang dibuat untuk kepentingan tertentu tidak tersebar luas. Para sahabat
juga sangat berhati hati dalam menerima hadits karena terdapat banyak hadist yang
menyebabkan perselisihan antar sahabat. Agar tidak terjadi hal yang sama pada orang
orang setelah mereka, para sahabat tidak meriwayatkan hadits-hadits tersebut.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan periwayatan hadits semakin
banyak. Periwayatan hadits juga sudah mulai dilakukan oleh para tabi'in dan bukan
hanya dilakukan oleh para sahabat. Pada masa ini, periwayatan hadits tidak terlalu
sulit seperti pada masa para sahabat karena Al Qur'an sudah terkumpul pada satu
mushaf. Meskipun demikian, periwayatan yang dilakukan oleh para tabi'in juga
dilakukan secara hati-hati. Sebelum melakukan periwayatan, para tabi'in akan diberi
pembinaan oleh para sahabat dengan cara mempelajari, menghafal dan juga
mengamalkan hadits-hadits. Disamping itu, para tabi'in juga diajarkan bagimana cara
menulis suatu hadits atau catatan hadits yang mereka terima.
Pada abad II para sahabat dan tabi'in sudah berhasil membuat kitab hadits
yang berisi kumpulan fatwa para sahabat dan tabi'in serta hadits sahih. Karena dalam
kitab tersebut isi antara fatwa dan hadis masih bercampur maka pada abad ke III para
ulama mulai menyisihkan fatwa yang ada pada kitab hadits. Selain menyisihkan
fatwa-fatwa para ulama juga memisahkan hadits kedalam 3 golongan, yaitu hadits

4
shahih, hasan dan juga da'if. Untuk melakukan pemisahan golongan hadist, para
ulama melakukan penyelidikan terhadap para parawi untuk mengetahui kejujuran dan
hafalan masing-masing parawi. Karena pemisahan golongan inilah ilmu musthalah
hadits muncul dan membantu dalam penetapan kaidah ilmiah dalam mengsahihkan
hadits, mengkritik, mengkoreksi dan meriwayatkan. Selanjutnya, pada abad ke IV
para ulama semakin gencar mengembangkan hadits dengan cara mentahdhib hadits
dan memeriksa sanad pada kitab yang sudah ada. Dan untuk abad selanjutnya hingga
saat ini, peran ulama pada hadits adalah mengklarifikasi hadits-hadits sejenis dalam
suatu kitab serta memberi syarah dan meringkas kitab yang sudah ada agar mudah
dalam melakukan pencarian hadist.

B. Pengertian Ilmu Hadits dan Pembagiannya


Ilmu hadits memiliki banyak penyebutan baik dikalangan ulama maupun
kaum awam, salah satunya yaitu ulumul hadits. Jika dilihat dari segi bahasa ulumul
hadits terdiri dari 2 kata, kata pertama yaitu 'ulum dan kata kedua yaitu al hadits.
Dalam bahasa arab 'ulum memiliki arti ilmu-ilmu dan merupakan kata jamak dari 'ilm
yang berarti ilmu. Sedangkan kata al-hadits memiliki arti suatu tindakan, perkataan
maupun sifat yang sudah melekat pada diri Rasulullah saw. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan secara bahasa bahwa ulumul hadits merupakan ilmu yang
mempelajari tentang suatu tindakan, perkataan maupun sifat yang ada dalam diri
Rasulullah saw. Secara istilah, ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
membahas tentang hubungan antara hadits dengan Rasulullah saw.
Secara garis besar para ulama mutaakhirin membagi ilmu hadits menjadi 2
macam, yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah

1) Ilmu hadist riwayah


a. Definisi Ilmu Hadits Riwayah
Secara bahasa kata riwayah pada memiliki makna periwayatan atau
cerita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu hadits riwayah adalah
suatu ilmu yang diceritakan atau diriwayatkan. Tetapi secara istilah
ilmu hadits riwayah dapat juga diartikan sebagai ilmu yang membahas
tentang sifat, perkataan dan perbuatan nabi yang tertulis pada suatu
lafad dalam kitab hadits. Menurut Muhammad Ajjaj Al Khatib ilmu
hadits riwayah memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari hadits-hadits yang berdasarkan pada nabi Muhammad
saw. baik perkataan, perbuatan, taqrir, tabi'at maupun tingkah laku.
Selain Muhammad Ajjaj Al Khatib, Ibnu Al Akhfani juga memiliki
pendapat bahwa ilmu riwayah adalah artinya ilmu pengetahuan yang
mencakup perkataan Muhammad saw. baik dalam periwayatan,
peliharaan ataupun pembukuan lafaznya.
b. Objek ilmu hadits riwayah

5
Jika dilihat dari definisi ilmu hadits riwayah, hal yang menjadi objek
pokok pembahasan adalah sifat, perkataan dan juga perbuatan
Rasulullah saw. Selain itu, objek ilmu hadits riwayah juga meliputi
tentang cara menerima dan menyampaikan suatu hadits kepada orang
lain serta memindahkan atau mendewakan hadits tersebut. Tetapi
dalam ilmu ini tidak membahas tentang syaz (kejanggalan) ataupun 'ila
(kecacatan) matan hadits.
c. Tujuan ilmu hadits riwayah
Ilmu hadits riwayah memiliki tujuan untuk menghindari terjadinya
kemungkinan terhadap kesalahan mengkutip hadits dari sumber
pertama yaitu Rasulullah saw. Selain itu, tujuan lainnya adalah
mempelajari ilmu hadits riwayah dan dapat mengetahui keaslian suatu
lafadz-lafadz hadits.

2) Ilmu hadits dirayah


a. Definisi ilmu hadits dirayah
Ilmu hadits dirayah memiliki beberapa definisi menurut oleh beberapa
tokoh,antara lain;
 Menurut Muhammad Mahfudin Al-Tarmizi
Ilmu hadits dirayah merupakan undang-undang (kaidah-kaidah)
untuk mengetahui keadaan, tentang sanad, matan, serta cara-
cara menerima dan meriwayatkan hadits.
 Menurut Pendapat Ibn Al-Akfani
Ilmu hadits dirayah merupakan ilmu pengetahuan untuk
hahekat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan
hukum-hukumnya serta untuk mengetahui keadaan para
periwayat hadits dan syarat-syarat mereka serta macam hadits
yang mereka riwayatkan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya.
 Menurut Muhammad 'Ajjaj Al-Khatib
Ilmu hadits dirayah adalah sekumpulan kaedah-kaedah dan
masalah-masalah yang dapat diketahui dengan adanya
keberadaan periwayat dan hadits-hadits yang diriwayatkan dari
segi dapat diterima atau ditolaknya suatu hadits tersebut.
b. Objek ilmu hadits dirayah
Dari berbagai macam definisi yang diungkapakan oleh para ulama
dapat disimpulkan bahwa objek pembahasan ilmu hadits dirayah
meliputi keadaan matan, sanad dan juga perawi hadits. Ilmu ini
mengkaji masalah yang berhubungan tentang sanad dengan cara
meneliti apakah sanad-sanad hadits dalam suatu kitab saling
berhubungan atau tidak. Selain itu ilmu ini juga mengkaji masalah
tentang matan dengan cara meneliti apakah ada kejanggalan atau tidak
dalam suatu hubungan antara nash-nash yang berkaitan.
c. Tujuan ilmu hadits dirayah

6
Ilmu hadits dirayah memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut.
 Mengetahui perumbuhan serta perkembangan hadits dari sejak
zaman Rasuluallah saw. hingga masa modern seperti saat ini.
 Mengetahui totoh-tokoh yang sudah berusaha menjaga sera
melestarikan hadits-hadits Rasulullah saw.
 Mengetahui kaidah atau kriteria yang digunakan oleh para
ulama untuk mengklasifikasikan hadits.
 Dapat mengetahui apa saja istilah, nilai serta kaidah yang
dalam hadits sebagai pedoman penetapan hukum syara'.

C. Cabang-cabang Hadits Khusus Matan


Secara bahasa matan berasal dari kata ma irtafa`a min al-ardi yang memiliki arti
suatu permukaan tanah yang tinggi. Ada beberapa cabang ilmu hadits yang khusus
membahas tantang matan, hadits tersebut antara lain adalah:

1) `Ilmu Gharib Al-Hadits


`Ilmu gharib al hadits adalah suatu cabang ilmu hadits yang berfungsi untuk
mengetahui dan juga menerangkan makna yang terkandung dalam lafazd-
lafazd hadits yang sulit untuk dipahami oleh kebanyakan orang karena
memiliki kata yang jarang digunakan dalam sebuah hadits. Kesulitan
pemahaman terhadap susunan kalimat dalam hadits ini terjadi ketika banyak
bangsa bukan Arab yang memeluk Islam dan tidak mengerti hadits yang
memiliki logat Quraisy. Maka dari itu, para ulama mencoba untuk
mensyarahkan kalimat yang berunsur gharib agar dapat dimengerti maknanya
dengan baik dan dapat dengan mudah mengamalkannya.

2) `Ilmu Asbab Al-Wurud Al-Hadits


Secara bahasa asbab al-wurud al-hadits memiliki makna sebab-sebab dari
adanya hadits. Secara istilah, ilmu asbab al-wurud al-hadits adalah ilmu yang
menjelaskan tentang sebab-sebab Rasulullah saw. menurunkan sabdanya serta
pada masa (saat) apa Rasulullah saw menurunkannya. Kedudukan asbab al-
wurud al-hadits sangatlah penting karena memiliki keterkaitan dengan
pembahasan nasikh dan mansukh hadits.

3) `Ilmu Tawarikh Al-Mutun


`Ilmu tawarikh al-mutun merupakan suatu cabang ilmu hadits yang membahas
tentang kapan waktu sebuah hadits diucapkan ataupun diperbuat oleh
Rasulullah saw. Ilmu ini sangatlah berguna untuk memahami suatu hadits dari
status ataupun untuk mengetahui apakah dalam suatu hadits terjadi nasikh
mansukh.

4) `Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh


`Ilmu nasikh wa al-mansukh merupakan salah satu dari cabang ilmu hadits
yang membahas makna hadits yang saling berlawanan atau bertolak belakang
segi hukumnya yang pada akhirnya saling menghapuskan. Karena itulah hadits
7
yang datang terlebih dahulu disebut mansukh dan yang datang setelahnya
disebut nasikh. Bagi seseorang yang ingin memperdalam ilmu syariat maka
mengetahui ilmu nasikh wa mansukh sangatlah penting. Karena seseorang
yang membahas ilmu syariat tidak akan dapat mengetahui hukum dalil-dalil
nash tanpa mengetahui terlebih dahulu dalil nash yang sudah dinashkan dan
dalil yang menashkannya.

5) `Ilmu Talfiq Al-Hadits


Menurut para Ulama Hadits, 'ilmu talfiq adalah suatu ilmu yang menjelaskan
tentang metode yang dilakukan untuk mengumpulkan hadits-hadits yang lahir
berlawanan. Mengumpulkan hadits dengan cara talfiq al-hadits dapat
dilakukan dengan mengtakhsis (mengkhususkan) makna yang ada dalam
hadits secara 'amm (umum) dan mentaqyid (menguatkan) hadits mutlaq. Ilmu
talfiq al-hadits juga sering disebut sebagai ilmu muhtaliful hadits.

6) `Ilmu tashif wa tahrif


Cabang ilmu ini merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang hadits yang
sudah diubah baik pada titik, syakal maupun betiknya. Ilmu ini juga memiliki
pengertian lain, yakni suatu ilmu yang mampu menjelaskan alasan perubahan
lafazd ataupun tanda baca dalam suatu hadits.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hadits tidak
semata mata muncul sesuai perintah dari Allah Swt. seperti wahyu Al-Qur`an. Hadits
muncul karena keinginan para sahabat untuk menulis apa yang bicarakan oleh
Rasulullah saw. Pada awalnya Rasulullah saw. menentang periwayatan/penulisan
hadits karena bukan merupakan perintah dari Allah Swt. dan karena takut jika
penulisan hadits akan menyababkan hadits tersebut bercampur dengan wahyu Al–
Qur`an. Meskipun penulisan/periwayatan hadits mendapat pertentangan dari banyak
orang dan juga Rasulullah tetapi pada akhirnya Rasulullah mengijinkan periwayatan
hadits dengan syarat hanya para sahabat yang pandai menulis yang hanya boleh
meriwayatkan hadits agar tidak bercampur dengan wahyu Al Qur`an. Mulai saat
itulah periwayatan hadits semakin berkembang dari masa kemasa dengan tetap
memperhatikan kesalian dari hadits sebelumnya.
Periwayatan hadits tidak jauh dari peranan ilmu hadits, karena ilmu hadits
merupakan sebuah ilmu yang khusus membahas tentang hubungan hadits dengan
Rasulullah saw. Ilmu hadits dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ilmu hadits riwayah
yang membahas tentang sifat, perkataan dan juga perbuatan Rasulullah saw. yang
tertulis pada suatu lafazd dalam kitab hadits. Dan yang kedua yaitu ilmu hadits
diwayah yang membahas tentang sanad dan juga matan yang terdapatdalam hadits.
Dalam periwayatan hadits juga terdapat berbagai macam cabang ilmu hadits,
salah satu cabang ilmu hadits adalah matan. Dalam ilmu hadits yang khusus
membahas matan terdapat juga beberapa cabang ilmu diantaranya adalah `ilmu ghalib
al-hadits, `ilmu asbab al-wurud al-hadits, `ilmu tawarikh al-mutun, `ilmu nasikh wa
al-mansukh, `ilmu talfiq al-hadits, dan `ilmu tashif wa tahrif.

B. Saran
Meski sejarah hadits, ilmu hadits dan juga cabang-cabang hadits sudah
dijelaskan sedikit dalam makalah tetapi penulis memiliki saran bahwa hal-hal tersebut
perlu untuk dikaji lagi lebih lanjut. Para kaum muda terutama pelajar dan mahasiswa
juga dapat mengkaji lebih dalam lagi tentang ilmu hadits agar dapat lebih memahami
lagi alasan mengapa hadits itu ada dan apakah perlu melestarikan perkembangan
hadits.

9
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, F. S. (2016). Studi Ilmu Hadis. Riau: Kreasi Edukasi.

Alfiah, Fitriadi, & Suja`i. (2016). Studi ilmu Hadis. Riau: Kreasi Edukasi.

Dr. H.Muhammad Yahya, M. A. (2016). Ulumul Hadis. Makassar: Syahadah.

DR. Nawir Yuslem, M. (1998). Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Dr. Sulaemang L, M. (2017). Ulumul Hadits Edisi Kedua. Kendari: Cetakan Pertama.

Idris, A. a.-F. (2001). al-Mawsu’ah al-Islamiyyah. Kairo: Majlis Al `Ala.

Kaharuddin, & Sadat, A. (2019). Fungsi Dan Manfaat Cabang-Cabang Hadis Dalam
Perspektif Studi Hadis. Jurnal Ilmiah Mandala Education, Vol.5 No.1.

Khusniati Rofiah, M. (2018). Studi Ilmu Hadis. Yogyakarta: IAIN PO Press.

Prof. Dr. H. Idri, M. A., H. Arif Jamaluddin Malik, M. A., Drs. M. Nawawi, M. A., & Drs.
Syamsuddin, M. A. (2018). Studi Hadis. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

PROF. DR. TAJUL ARIFIN, M. (2014). Ulumul Hadits. Bandung: GUNUNG DJATI
PRESS.

Rahman, D. F. (1974). Ikhtisar Musthalahul Hadits. Bandung: PT AL MA`ARUF.

Ranuwijaya, U. (1996). Ilmu Hadits. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Soetari, E. (1997). Ilmu Hadis edisi II. Bandung: Amal Bakti Pers.

Tahir, G. (2017). Kitab-kitab `Ulumul Al-Hadits. Jurnal Al Hikmah, Vol XIX No. 2.

10

Anda mungkin juga menyukai