Anda di halaman 1dari 148

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB: STUDI KASUS DI MTsN SUSUKAN


DAN MTs TERPADU AL-MUSTAQIM TIMPIK
KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2013

Oleh
MUHAMMAD SOLICHUN
NIM. M1.11.015

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan


untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014

i
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama : Muhammad Solichun


NIM : M1.11.015
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi :-
Tanggal Ujian : 8 Maret 2014
Judul Tesis : Problematika pembelajaran Bahasa Arab : Studi Kasus di
MTsN Susukan dan MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2013

Panitia Munaqosah tesis

1. Ketua penguji : Dr. H. Saadi, M.Ag _________________

2. Sekretaris : Dr. Asfa Widiyanto, M.A. _________________

3. Penguji I : Dr. H. Zakiyuddin Baidhowy, M.Ag ___________

4. Penguji II : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag _________________

5. Penguji III : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag _________________

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil

karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak

mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan

sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah

diajukan untuk gelar atau ijazah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.

Salatiga, Januari 2014

Yang membuat pernyataan

Materai
6000

Muhammad Solichun

iii
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas izin dan pertolongan-Nya, tesis yang
berjudul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab: Studi Kasus di MTsN
Susukan dan MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang Tahun 2013 dapat saya selesaikan dengan baik. Salawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW para keluarga
dan sahabatnya. Semoga rahmat yang Allah limpahkan kepada beliau akan
sampai kepada umatnya ila yaumi al-akhir.

Saya menyadari sepenuhnya begitu banyak kendala yang penulis alami


selama penyelesaian tesis ini, namun alhamdulillah, berkat pertolongan Allah
SWT dan optimisme saya yang diikuti kerja keras tanpa kenal lelah, akhirnya
tesis ini selesai. Untuk itu, s a ya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih atas bantuan semua pihak terutama kepada:


1. Kedua orang tua saya, Rukimin dan Jariyah, yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan moral spiritualnya.
2. Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga, para Pembantu
Ketua, dan seluruh staf STAIN Salatiga Makassar atas pelayanan maksimal
yang diberikan.
3. Dr. H. Sa'adi, M.Ag., sebagai Direktur Program Pascasarjana STAIN
Salatiga, Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. dan Asfa Widiyanto, M.A.,
Ph.D., masing-masing sebagai Asdir I dan II atas motivasi-motivasinya
hingga terselesaikannya penyusunan tesis ini.

iv
4. Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. dan Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., sebagai
Promotor I dan II atas saran-saran dan masukan serta bimbingannya dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Drs. H. Mudhofir, MM., selaku Kepala MTsN Susukan dan Alim Rois, S.Hi
selaku Kepala MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik, serta segenap civitas
akademika pada MTsN Susukan dan MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik
yang telah memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
6. Secara khusus saya persembahkan kepada istri tercinta. Lilis Setyaningsih,
S.Pd dan Putra putri kami Nadya Fuadati dan Muhammad Dawam
Hamdani yang telah membantu saya terutama dengan kesabaran dan
keuletan seorang istri yang selalu memanjatkan doa demi suksesnya
penyusunan tesis ini.
Akhirnya, saya berharap semoga hasil penelitian ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca, dan semoga pula segala partisipasinya
akan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin.

Salatiga, 22 Januari 2014

Penyusun,

Muhammad Solichun
NIM: M1.11.015

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iii

ABSTRAK iv

PRAKATA v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Signifikasi Penelitian 6

D. Kajian Pustaka 8

E. Metode Penelitian 10

F. Sistematika Penelitian 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bahasa Arab 13

B. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Arab 14

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab 20

D. Permasalahan Pembelajaran Bahasa Arab 26

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 70

vi
1. MTsN Susuka 70

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim 79

B. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab 84

1. MTsN Susukan 85

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim 89

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab 94

1. MTsN Susukan 95

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim 102

B. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

1. MTsN Susukan 118

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim 121

BAB V PENUTUP

A. Simpulan 124

B. Saran-saran 128

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

vii
LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara dengan Kepala Madrasah / Waka Kurikulum

Nama Responden :
NIP :
Ijazah Terakhir : .. Jurusan .
Pertanyaan :

1. Secara Umum Jaminan mutu apa yang ditawarkan kepada masyarakat,


sehingga Masyarakat tertarik untuk memasukkan putra-putri mereka ke
MTsN Susukan?
2. Apakah MTsN Susukan mempunyai ciri khas yang berbeda
dengan MTs lain?
3. Khusus untuk bahasa Arab, apakah ada program-program khusus diluar
kurikulum Pemerintah?
4. Apakah guru bahasa Arab sudah Kompeten di bidangnya/ sesuai
ijazahnya?
5. Berapa prosentase keberhasilan pembelajaran bahasa Arab di
MTsN Susukan?
6. Adakah prestasi yang di raih guru/siswa berkaitan dengan mapel
bahasa Arab?

viii
2. Wawancara dengan Guru bahasa Arab

Nama Responden :
NIP :
Ijazah Terakhir : .. Jurusan .
Pertanyaan :

1. Berapakah rata-rata KKM mata pelajaran bahasa Arab kelas 7-9?


a. 40,00 49,99
b. 50,00 59,99
c. 60,00 69,99
d. 70 00 79,99
2. Apakah anda berpendapat pembelajaran bahasa Arab di madrasah
anda berhasil?
a. Gagal
b. Kurang berhasil
c. Berhasil
d. Sangat berhasil
3. Faktor apa yang menyebabkan keberhasilan dalam pembelajaran
bahsa Arab?
a. Sintaks siswa tinggi
b. Sarana dan pra sarana yang memadai
c. Waktu pembelajaran yang cukup
d. Dukungan dari Madrasah dan masyarakat
4. Berapa prosentase keberhasilan pembelajaran bahasa Arab di
MTsN Susukan?
a. 90 100 %
b. 80 90 %
c. 70 80 %
d. 60 70 %
5. Faktor apa yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam
pembelajaran bahsa Arab?
a. SDM murid yang rendah
b. Kurangnya sarana dan pra sarana
c. Metode dan strategi yang kurang tepat
d. Kurikulum terlalu berat
6. Bagaimana Upaya untuk mengatasi problematika yang muncul dalam
pembelajaran bahasa Arab?

ix
3. Wawancara dengan Siswa

Nama Responden :
Kelas :
Alamat :
Asal SD/MI :
1. Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Arab?
a. Sangat suka
b. Suka
c. Kurang Suka
d. Tidak Suka
2. Apakah pelajaran bahasa Arab mudah?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Sulit
d. Sangat Sulit
3. Bagaimana suasana pembelajaran bahasa Arab dikelas?
a. Sangat menyenangkan
b. Menyenangkan
c. Biasa saja
d. Membosankan
4. Bagaimana cara guru mengajar bahasa Arab?
a. Sangat Jelas
b. Agak jelas
c. Sulit diterima
5. Apakah guru menggunakan alat/media dalam pembelajaran bahasa Arab?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang

x
Dokumen Foto
1. Wawancara dengan Kepala MTsN Susukan

2. Wawancara dengan Kepala MTs Terpadu Timpik

xi
Dokumen Foto
1. Wawancara dengan guru bahasa Arab MTsN Susukan

2. Wawancara dengan guru bahasa Arab MTs Terpadu Timpik

xii
Dokumen Foto
1. Wawancara dengan Siswa MTsN Susukan

2. Wawancara dengan siswa MTs Terpadu Timpik

xiii
PETA LOKASI

U
BIOGRAFI PENULIS

KE SALATIGA KE SRAGEN
Nama S : Muhammad Solichun

NIM : M1.11.015 KARANGGEDE

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 18 Juni 1974

Alamat : Dsn. Wates RT 05 RW 04 Ds.

Gentan
MTsN
Susukan
Kec. Susukan Kab. Semarang
S
M mikarangasem@gmail.com
G
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
SRUWEN
Konsentrasi :-

S
ORiwayat Pendidikan:
L
O 1. SD Negeri Gentan III (1980-1986)

2. MTsN Susukan SMA SUSUKAN


(1986-1989)
MIN TIMPIK

3. PGAN Salatiga (1989-1992)

4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

(2005-2009)
MTs Terpadu
Al-Mustaqim

xiv
BIOGRAFI PENULIS

Nama : Muhammad Solichun

Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : M1.11.015

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 18 Juni 1974

Alamat : Gentan 05/04, Susukan, Kab. Semarang

mikarangasem@gmail.com

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Konsentrasi :-

Biografi Pendidikan

1. SDN Gentan III Tahun 1980 1986

2. MTsN Susukan Tahun 1986 1989

3. PGAN Salatiga Tahun 1989 1992

4. IAIN Walisongo Semarang Tahun 1992 1997

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan pendidikan di

Indonesia, termasuk pendidikan pada madrasah yang ditandai dengan

dikeluarkannya berbagai peraturan perundangan sebagai landasan untuk

melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pendidikan. Hal ini menjadi salah

satu patokan ukuran keberhasilan pendidikan di masa yang akan datang.

Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat besar bagi

penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Dewasa ini

dituntut untuk tidak hanya menguasai ilmu-ilmu agama melainkan juga ilmu

pengetahuan dan teknologi serta penguasaan keterampilan yang berguna bagi

pengembangan masyarakat. Dengan begitu diperlukan upaya untuk memajukan

individu dan masyarakat melalui penguasaan berbagai macam ilmu.

Eksistensi Pendidikan Agama Islam pada satu sisi mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini ditandai dengan

lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Bahkan, dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tersebut pada Bab VI pasal 17 & 18,

disebutkan kedudukan madrasah sama dengan sekolah umum.1

Pendidikan Islam harus mampu menciptakan keunggulan kompetitif agar

1
UU. RI. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Pasal 17 dan Pasal 18 ayat 3.
2

dapat memenangkan persaingan di era globalisasi. Dalam era ini, perkembangan

teknologi dan komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu

hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru dunia. Oleh

karena itu, bahasa asing temasuk Bahasa Arab menjadi penting. Ibnu Taimiyah

mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bagian dari agama (Islam) untuk itu

mempelajarinya adalah wajib, maka mempelajari al-Quran dan sunah adalah

wajib dan tidak bisa memahaminya melainkan dengan (mempelajari) bahasa Arab

dan tidaklah sempurna kewajiban kecuali dengannya, maka hukumnya menjadi

wajib.2

Dengan demikian semakin jelas bahwa penguasaan bahasa asing


termasuk bahasa Arab, merupakan hal yang sangat mendesak. Oleh karena itu,
penguasaan bahasa Arab menjadi persyaratan penting bagi keberhasilan
peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat merespon secara
proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
mempelajari bahas Arab diperlukan kepandaian khusus karena dalam
mempelajari bahasa Arab akan mengalami berbagai problematika yang harus
dihadapi, baik dari segi linguistiknya (tata bunyi, kosa kata, tata kalimat,
dan tulisan) maupun non linguistik (sosiokultural/budaya).3
Pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang
diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina
kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik
reseptif maupun produktif. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif
terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami
sumber ajaran Islam yaitu al-Quran dan Hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab
2
Syamsudin Asyrofi, Analisis Teks book, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988, 42.
3
A. Akrom Malibary dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada PT IAIN, Jakarta:
Depag RI, 1991, 79.
3

yang berkenaan dengan Islam bagi peserta didik.


Problem utama yang menjadi penghalang di dalam mempelajari bahasa

ialah pengetahuan dan pengenalan siswa terhadap bahasa lain, terutama

bahasa Arab, yang akan menjadi problem tersendiri dalam mempelajarinya.

Oleh karena itu siswa dalam mempelajari bahasa Arab harus ada usaha dan

kesadaran dengan seluruh daya upaya untuk membentuk suatu kebiasaan baru.

Selain itu dalam pengajaran bahasa Arab bagi orang non Arab merupakan

lapangan yang sangat luas, karena di dalamnya masih banyak terdapat segi-

segi kekurangan dan kelemahan, baik teori maupun pada keilmiahannya,

kurikulum, metode pengajaran, masalah sarana pengajaran, ciri-ciri pendidik

yang diperlukan dan sebagainya, masih dapat dipandang sebagai medan

penelitian dan garapan yang harus ditindaklanjuti oleh mereka yang interest

terhadap bidang kajian pengajaran bahasa Arab khususnya pengajaran bahasa Arab

untuk orang non Arab.4

Bahasa Arab di madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi

dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan

secara integral. Adapun keempat keterampilan berbahasa di atas secara

berurutan adalah; keterampilan mendengar/menyimak, keterampilan bercakap,

keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Oleh karena itu,

pembelajarannya pun harus mengacu kepada pemberian bekal bagi peserta

didik, agar mereka dapat berkomunikasi secara aktif dan pasif.5

4
A. Janan Asyifuddin, Metode Pengajaran Bahasa Arab dan Pendekatan At-Taqabul
Lughowi, Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Februari, 1999, 71.
5
Muhammad Abdul Hamid, et. al. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan Metode
Strategi Materi dan Media. Cet. I; Malang: UIN-Malang Press, 2008, 64.
4

Meskipun bahasa Arab sudah masuk dalam mata pelajaran tersendiri


di sekolah-sekolah, tidak semudah membalikkan telapak tangan peserta didik
dapat menyerap, memahami, serta menguasai materi pembelajaran bahasa Arab
yang telah diajarkan. Banyak peserta didik yang merasa kesulitan dalam
menyerap dan memahami, apalagi menguasai materi bahasa Arab yang telah
diajarkan oleh gurunya. Bahkan banyak di antara mereka yang menganggap
bahasa Arab sebagai momok yang menakutkan karena terlalu dibebani dengan
sederet hafalan-hafalan teks berbahasa Arab. Jadi, yang dipermasalahkan
sekarang adalah bagaimana meningkatkan kualitas berbahasa Arab yang masih
dianggap oleh peserta didik adalah sebagai bahasa yang sulit atau bahkan
dipandangnya sebagai momok yang menakutkan. Hal inilah yang merupakan
tantangan yang segera harus diupayakan pemecahannya.

Problematika pembelajaran bahasa Arab yang dihadapi oleh anak-anak


non Arab (termasuk Indonesia) jauh berbeda dengan problematika anak-anak
Arab atau penutur asli sendiri (native speaker). Mereka tidak lagi belajar

menyimak ( atau listening) dan berbicara ( atau speaking), karena

dari kecil sudah dapat berbahasa Arab. Mereka mempelajari bahasa Arab hanya
untuk tujuan membaca dan menulis.

Sementara anak-anak yang bukan penutur asli (non Arab), seperti

anak Indonesia mempelajari bahasa Arab dengan tujuan untuk menguasi empat

keterampilan berbahasa tersebut, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan

menulis. Inilah yang menjadi problema dasar dalam pembelajaran bahasa

Arab di Indonesia, karena keterampilan bahasa Arab mereka masih kurang.

Oleh karena itu, problematika yang dihadapi anak Indonesia jauh lebih kompleks
5

maka tentu permasalahan-permasalahan lainnya pun kompleks juga.6

Problematika-problematika pembelajaran bahasa Arab yang

dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi problem dari aspek linguistik,

pedagogis, psikologis dan sosiologis.7 Bidang-bidang kajian linguistik meliputi

kajian tata bunyi (fonetik) morfologi, sintaksis dan kajian semantik, problema

pedagogis berkaitan erat dengan factor guru dan metodologi pembelajaran,

problema psikologis berkaitan dengan kondisi guru saat melaksanakan pembelajaran

dan siswa ketika menerima pelajaran dari guru, sedangkan problema sosiologis

berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal baik di dalam keluarga

maupun masyarakat yang berpengaruh besar terhadap emosi, penyesuaian sosial,

minat, sikap, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah dapat menimbulkan

beban psikologis pelajar dan kultur yang berbeda-beda. Keempat aspek ini

merupakan problematika dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Keberhasilan

dalam pembelajaran bahasa Arab tidak hanya ditentukan oleh faktor metode

dan materinya semata, tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan dan

penguasaan guru bahasa Arab itu sendiri dalam mengajarkannya. Di samping itu,

minat dan perhatian peserta didik untuk mempelajarinya serta tersedianya

sarana pembelajaran yang ikut menentukan.

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan yang menjadi

obyek penelitian tesis ini merupakan madrasah unggulan dan satu-satunya MTs

negeri di Kabupaten Semarang, serta memiliki sarana dan prasarana yang cukup

6
Chatibul Umam, Problemtika Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia (dalam majalah
Al-Turas, No.8) Jakarta : Fak. Adab IAIN Syarif Hidatullah, 1999, 58.
7
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran.
Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, 102.
6

memadai untuk pembelajaran bahasa Arab, sedangkan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al-Mustaqim Timpik merupakan lembaga swasta yang

menerapkan Boarding School membudayakan tradisi Ahlus Sunnah

Waljamaah (NU) di bawah kendali seorang kyai . Kedua madrasah tersebut

dalam realitasnya terdapat problematika dalam pembelajaran bahasa Arab

sebagaimana penulis telah paparkan di atas sehingga dapat menghambat proses

pembelajaran khususnya bidang studi bahasa Arab.

Alasan mendasar tersebut di atas, membangun asumsi penulis untuk

memformulasikannya dalam sebuah judul penelitian yaitu: Problematika

Pembelajaran Bahasa Arab ( Setudi Kasus Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu

Al-Mustaqim Timpik .

B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia yang berlangsung cukup lama

ternyata belum mampu mengantarkan para pelajar untuk mampu

berbahasa Arab secara aktif, bahkan cenderung kurang direspon dan

dianggap momok oleh peserta didik. Fenomena ini mengisyaratkan kurang

berhasilnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia apabila ditinjau dari

sisi fungsional bahasa sebagai alat komunikasi. Penyebab kurang

berhasilnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia antara lain orientasi

pembelajaran yang hanya berkutat pada penguasaan tata bahasa,

kurikulum yang kurang terarah, serta minimnya kreatifitas pendidik dalam

menerapkan metode pembelajaran bahasa yang bervariasi. Di samping


7

karena presepsi peserta didik tentang bahasa Arab yang menganggap lebih

sulit daripada bahasa-bahasa asing lainnya.

2. Pembatasan Masalah

Pada umumnya, yang menjadi problematika pembelajaran bahasa

Arab meliputi beberapa aspek, di antaranya: aspek linguistik,

pedagogis, sosiologis, dan psikologis. Namun dalam penelitian ini

penulis mengkonsentrasikan penelitian pada aspek linguistik dan

pedagogis dengan mengambil subyek penelitian peserta didik dan guru

bahasa Arab di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim

Timpik.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, yang

menjadi masalah pokok dalam tesis ini adalah bagaimana problematika

pembelajaran bahasa Arab pada Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim

Timpik Kabupaten Semarang. Adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al-Mustaqim Timpik?

b. Bagaimana problematika pembelajaran bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah


8

Terpadu Al-Mustaqim Timpik.

c. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab dalam

mengatasi problematika pembelajaran bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al-Mustaqim Timpik?

C. Signifikasi Penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al-Mustaqim Timpik.

b. Untuk mengungkapkan problematika pembelajaran bahasa Arab di

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah

Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim Timpik.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bahasa

Arab dalam mengatasi problematika pembelajaran bahasa Arab di

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah

Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim Timpik.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran yang signifikan di kalangan para pemikir dan intelektual

terutama yang bergelut dalam dunia pendidikan. Sehingga akan semakin

menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan


9

proses pembelajaran bahasa Arab. Selain itu, tulisan ini diharapkan

dapat menjadi rujukan untuk para peneliti dalam studi penelitian

yang sama.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak

terkait:

1) Bagi lembaga pendidikan yang diteliti, hasil penelitian ini

merupakan potret diri sebagai bahan refleksi untuk peningkatan

kualitas pembelajaran bahasa Arab.

2) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga

untuk memperluas cakrawala pemikiran dan memperluas wawasan.

3) Sebagai sumbangan pemikiran bagi para guru khususnya guru

bahasa Arab dalam mengoptimalkan metodologi pembelajaran

bahasa Arab yang efektif..

D. Kajian Pustaka

Setelah diadakan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa buku

dan penelitian yang mengupas pembelajaran bahasa Arab, di antaranya adalah:

Penelitian Amirudin, mahasiswa PPs UIN Alauddin tahun 2008 dengan


judul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab pada Pondok Pesantren Modern

al-Istiqamah Ngata Baru Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala.8


Peneliti menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Modern
al-Istiqamah Ngata Baru terjadi perpaduan dua kurikulum, yaitu: kurikulum
nasional (Kemenag) dan kurikulum pondok pesantren. Dalam pelaksanaanya

8
Amirudin, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab pada Pondok Pesantren Modern al-
Istiqamah Ngata Baru Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala, Tesis UIN Alauddin
tahun 2008.
10

guru mengalami permasalahan mengelolah kelas dan menerapkan pembelajaran


bahasa Arab. Meskipun begitu, prestasi siswa tidaklah terlalu buruk, akan
tetapi, berada pada kategori sedang.

Penelitian Kasmiati, mahasiswa PPs UIN Alauddin tahun 2008


dengan judul tesis Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di STAIN
Datokarama Palu (Telaah Terhadap Mahasiswa Lulusan Sekolah Umum).9
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa strategi pembelajaran diorientasikan
untuk mencapai 2 tujuan pokok, yaitu tujuan pembelajaran bahasa Arab yang
bersifat instrumental yakni agar mahasiswa mampu menggunakan bahasa Arab
sebagai alat untuk mempelajari berbagai macam ilmu. Tujuan yang lain
adalah integratif-komunikatif, yakni agar mahasiswa mampu menggunakan bahasa
Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari. Tujuan-tujuan di atas sulit dicapai
karena STAIN Datokarama Palu tidak menyediakan kurikulum atau silabus
khusus untuk diterapkan pada mahasiswa lulusan sekolah umum.
Penelitian Hajja Khaerun Nisa Nuur tahun 2010 yang berjudul

Problematika Pembelajaran Bahasa Arab pada Akademi Keperawatan

Muhammadiyah Makassar (Tinjauan Linguistik dan Non Linguistik),10 yang

membahas kesulitan-kesulitan yang dialami oleh dosen dan mahasiswa dalam

penguasaan bahasa Arab baik dari segi linguistik maupun non linguistik.

Penelitian Salma Intan, alumni PPS UIN Alauddin Makassar tahun 2003,

dalam tesisnya menulis tentang Problematika Pengajaran terhadap Siswa MAN I

9
Kasmiati, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di STAIN Datokarama Palu
(Telaah Terhadap Mahasiswa Lulusan Sekolah Umum), Tesis UIN Alauddin tahun 2008.
10
Hajja Khaerun Nisa Nuur, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab pada Akademi
Keperawatan Muhammadiyah Makassar (Tinjauan Linguistik dan Non Linguistik) Tesis UIN
Alauddin tahun 2010.
11

Makassar11 Tesis ini memaparkan bahwa suksesnya proses pembelajaran di

Madrasah sangat ditentukan oleh kapasitas guru bahasa Arab bersangkutan. Inti

penekanan dalam tesisnya; sebelum tampil di dalam kelas, hendaknya memahami

problema-problema pembelajaran bahasa Arab di kelas bersangkutan, memiliki

penguasaan terhadap beberapa metode dan mampu mengkombinasikan serta

mengembangkan pada setiap penyajian materi pembelajaran bahasa Arab, guru

harus mampu menjadi motivator yang menghidupkan bahasa Arab baik di dalam

maupun di luar kelas, dan yang tidak kurang pentingnya guru bahasa Arab

selayaknya meningkatkan kualitas keilmuannya.

Penelitian yang dipaparkan di atas semua membahas tentang problematika

pembelajaran bahasa Arab, namun objek penelitiannya di sekolah/madrasah

tingkat menengah atas dan perguruan tinggi dan hanya di lakukan di satu lembaga

pendidikan. Maka penelitian ini saya fokuskan di dua Madrasah Tsanawiyah yang

berbeda statusnya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang

pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al -Mustaqim

Timpik dengan fokus masalah yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al -Mustaqim Timpik. Adapun pendekatan yang

11
Salma Intan, Problematika Pengajaran terhadap Siswa MAN I Makassar, Tesis UIN
Alauddin tahun 2003.
12

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam

penelitian kualitatif manusia adalah sebagai sumber data utama dan

hasil penelitiannya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan

keadaan sebenarnya (alamiah). Hal ini sesuai dengan pendapat para

tokoh bidang penelitian, yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada.

Menurut Muhajir penelitian kualitatif setidak-tidaknya mengakui

empat kebenaran, yaitu: kebenaran empirik konseptual, empirik logik-

teoritik, empirik etik dan empirik transendental. Kemampuan dan

pemaknaan manusia atas indikasi empirik manusia menjadi mampu

mengenal keempat kebenaran tersebut.12 Sedangkan jenis dan ragam

kasus menurut Lingfood yang dikutip oleh Maidatul Jannah dalam

penelitiannya menyebutkan terdapat tiga macam studi kasus, yaitu studi

kasus tunggal, studi multikasus dan studi kasus perbandingan.13

Penelitian ini akan menggunakan studi multikasus yang

diperbandingkan yang dimaksudkan untuk mengetahui Problematika

Pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al -Mustaqim

Timpik.

12
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1988, 19.
13
Maidatul Jannah, Manajemen Kinerja Guru dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Guru: Studi Kasus Di MTsN 1 Malang, Malang: Tesis Pada Program Magister
MPI Universitas Islam Malang, 2004, 58.
13

Studi kasus sendiri merupakan bagian dari penelitian

kualitatif. Jadi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan menggunakan rancangan / desain studi kasus. Alasan

digunakannya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian ini

adalah karena peneliti melihat sifat dari masalah yang diteliti dapat

berkembang secara alamiah sesuai dengan kondisi dan situasi di

lapangan. Penelitian kualitatif-deskriptif dimaksudkan untuk

pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.14

Untuk itu, desain penelitian ini dikembangkan secara terbuka

dari berbagai perubahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi

lapangan. 15 Hal ini penting untuk dijelaskan, mengingat penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang didesain dalam kondisi dan

situasi alamiah (naturalistic) sehingga dapat ditemukan kebenaran

dalam bentuk yang semurni-murninya tanpa mengalami distorsi yang

disebabkan oleh instrumen dan desain penelitian.

Sasaran penelitian ini adalah perilaku atau tindakan-tindakan,

kebijakan-kebijakan yang dipergunakan dan diambil dalam

pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al -Mustaqim

Timpik.

14
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed), Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES,
1995, 4.
15
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan; Teori dan Aplikasi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 91.
14

2. Lokasi Penelitian

Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu

menentukan dengan sengaja karena peneliti telah mengetahu lokasi

penelitian. Dalam penelitian ini yang ditentukan sebagai lokasi

penelitian adalah di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan Kabupaten Semarang dan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al -Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang dengan alasan:

a. MTsN Susukan merupakan madrasah unggulan dan satu-satunya

MTs negeri di Kabupaten Semarang, sehingga mendapatkan support

penuh dari pemerintah khususnya Kementerian Agama Kabupaten

Semarang dan Kanwil Kemenag Jawa Tengah, dan MTs Terpadu

Al-Mustaqim Timpik merupakan lembaga swasta yang tetap

eksis karena menerapkan Boarding School dengan peminat yang

cukup tinggi.

b. MTsN Susukan memiliki sarana dan prasarana yang cukup

memadai untuk pembelajaran bahasa Arab, sedangkan MTs

Terpadu Al -Mustaqim Timpik memiliki keunggulan

s ystem Boarding School.

c. MTsN Susukan menerapkan budaya keagamaan sebagai

pembentukan karakter peserta didik yang sesuai dengan tujuan

lembaga dan MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik


15

membudayakan budaya keagamaan yang disandarkan pada tradisi

Ahlus Sunnah Waljamaah (NU).

d. MTsN Susukan menyediakan sarana yang cukup lengkap untuk

kegiatan ekstrakurikuler seperti peralatan musik untuk kegiatan

shalawatan yang berupa rebana, karawitan dan peralatan musik

modern.

e. MTsN Susukan terletak di daerah pedesaan yang masih tinggi

nilai keagamaannya serta menjalin kerjasama dengan beberapa

pesantren disekitarnya, sedangkan MTs Terpadu Al -Mustaqim

Timpik juga berada di daerah pedesaan yang merupakan lembaga

yayasan di bawah yayasan Al-Mustaqim di bawah kendali

seorang kyai.

f. Penulis sudah mengenal situasi dan kondisi daerah penelitian

karena lokasi tersebut letaknya masih satu kecamatan dengan

domisili maupun tempat tugas peneliti, sehingga memudahkan

peneliti untuk melakukan penelitian.

Peneliti terjun langsung ke lapangan terhitung mulai dari

peneliti melakukan konfirmasi dan observasi pertama kali pada

tanggal 1 April 2013, pada saat penyusunan proposal tesis. Setelah

terselenggaranya ujian proposal tesis pada tanggal 25 April 2013 maka

peneliti langsung meminta surat resmi kepada lembaga Pasca Sarjana

STAIN Salatiga untuk keperluan pelaksanaan penelitian di MTsN


16

Susukan dan MTs Terpadu Al -Mustaqim Timpik yang terhitung

mulai tanggal 28 Mei 2013.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai instrumen penentu

dari keseluhan sekenario penelitian.16 Akan tetapi instrumen non manusia

juga dipergunakan dalam penelitian ini. Pada dasarnya metode dan

instrumen penelitian saling berkaitan antara yang satu dengan yang

lainnya. Jika metode pengumpulan data menggunakan variasi metode

seperti wawancara, observasi dan lain-lain, maka instrumen penelitian

adalah pelengkapnya. Instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti

dalam mengumpulkan data. Kualitas instrument akan menentukan kualitas

data yang terkumpul.17 Variasi jenis instrumen non manusia adalah:

a. Pedoman wawancara, sebagai kerangka atau dasar dalam mengadakan

wawancara dengan aktor yang terlibat sebagai sumber data dalam

penelitian.

b. Pedoman pengamatan.

c. Alat-alat tulis, guna mencatat hasil wawancara serta sewaktu

menyaksikan suatu kejadian dalam penelitian.

d. Camera untuk menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan

sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya

sering dianalisis secara induktif.

16
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006, 163.
17
Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan; Teori Dan Aplikasi, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006, 168.
17

4. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah

subyek dari mana data-data diperoleh.18 Berdasarkan pengertian tersebut

dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah dari

mana peneliti akan mendapatkan dan menggali informasi berupa data-data

yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya secara

langsung. Dan yang menjadi sumber data primer adalah kepala

madrasah, waka kurikulum, bagian sarana dan prasarana, guru bidang

studi bahasa Arab.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah

ada dan mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti atau

sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data yang

diperlukan oleh data primer. Antara lain berupa dokumen-dokumen.

Kepala madrasah sebagai informan mempunyai peranan

yang penting karena kepala madrasah merupakan penanggung jawab

penuh lembaga dan juga menjadi icon lembaga. Ditangan kepala

madrasah-lah semua kebijakan yang berhubungan dengan madrasah

diusulkan, ditetapkan dan kemudian diterapkan, yang pelaksanaanya

dilakukan oleh seluruh warga madrasah. Dengan alasan tersebut,

maka kepala madrasah harus menjadi informan pertama dalam

18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002, 172.
18

penelitian ini sehubungan dengan kebijakan, khususnya

pembelajaran bahasa Arab.

Waka kurikulum sebagai informan kedua merupakan

sebuah jembatan antara kepala madrasah dan para dewan guru,

khususnya dalam hal ini guru bahasa Arab. Dikatakan demikian

karena setiap ide / pengembangan kegiatan kurikulum bahasa Arab,

langkah yang mendasar adalah adanya komunikasi aktif guru bahasa

Arab dengan waka kurikulum yang kemudian oleh waka kurikulum

disampaikankan kepada kepala madrasah. Untuk mengetahui hal

tersebut, maka peneliti juga menjadikan waka kurikulum sebagai

informan.

Guru bahasa Arab menjadi sumber utama dalam penelitian

ini. Sebagai sumber utama, peneliti banyak melakukan

wawancara dengan guru bahasa Arab untuk mendapatkan

informasi yang lebih luas dan komprehensif daripada wawancara

dengan kepala madrasah dan waka kurikulum. Wawancara yang

peneliti lakukan dengan guru bahasa Arab merupakan wawancara

pamungkas dalam mengumpulkan data-data sehubungan dengan

perencanaan pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran

bahasa Arab.

Hasil wawancara dengan kepala madrasah, waka kurikulum,

dan guru bahasa Arab diolah dan dikumpulkan dengan dokumen-

dokumen yang dimiliki oleh madrasah khususnya dokumen-


19

dokumen guru bahasa Arab yang berupa perangkat pembelajaran

dan semua hal yang mendukung serta hasil observasi yang

peneliti lakukan pada saat pelaksaan kegiatan belajar mengajar baik

di dalam maupun di luar kelas.

Di sini hubungan peneliti dengan informan kunci sangat

ditentukan oleh sejauh mana kemampuan dan keterampilan

komunikasi yang dibina peneliti sejak awal memasuki lokasi

penelitian. Sedangkan sumber data yang berhasil disaring dari

dokumentasi dipilih berdasarkan relevansi dengan fokus penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan

metode sebagai berikut:

a. Metode Observasi.

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan langsung melalui tas, kuesioner, rekaman gambar dan

rekaman suara.19 Observasi yang dilakukan adalah observasi secara

sistematis, yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

pedoman sebagai instrumen penelitian. Adapun data yang ingin

diperoleh peneliti adalah ;

1) Kondisi lingkungan madrasah.

2) Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki madrasah.

3) Kegiatan belajar mengajar.

19
Suharsimi Arikunto, op.cit., .200.
20

b. Metode Interview.

Metode interview merupakan mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada informan.20 Metode ini juga merupakan

wawancara langsung dengan responden sebagai pihak yang

memberikan keterangan. Di sini peneliti menggunakan metode

interview tak berstruktur (Unstructured Interview) dikarenakan peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara

sistematis tetapi hanya berupa garis besar atau pedoman umum saja. 21

Teknik wawancara terdiri dari tiga jenis yaitu: wawancara

terstruktur (Structured Interview), wawancara semi terstruktur

(Semistructured Interview), dan wawancara tidak terstruktur

(Unstructured Interview).22

Wawancara terstruktur (Structured Interview) adalah

wawancara yang dilakukan sesuai dengan pedoman penelitian,

apabila muncul kejadian di luar pedoman tersebut maka hal itu

tidak dihiraukan. Wawancara semi terstruktur (Semistructured

Interview) adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan

instrumen penelitian. Wawancara ini sudah termasuk dalam katagori

wawancara mendalam yang pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka

dibandingkan wawancara terstruktur. Wawancara mendalam yang

sebenarnya adalah jenis wawancara yang ketiga. Oleh karena itu,

20
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed), Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES,
1995, 192.
21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , Bandung: CV. Alfabeta, 2005, 74.
22
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
Yogjakarta: Gajah Mada University Pers, 2006), 73.
21

wawancara mendalam sering disebut juga dengan wawancara

tidak terstruktur (Unstructured Interview) yang menerapkan

metode interview secara lebih mendalam, luas, dan terbuka

dibandingkan wawancara terstruktur. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui pendapat, persepsi, dan pengalaman seseorang.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara

kedua dan ketiga. Hal ini penting untuk dijelaskan mengingat

penelitian ini berusaha mencari persepsi, pendapat, motivasi, dan

hal-hal yang khas lainnya yang bersifat alamiah.

c. Metode Dokumentasi.

Metode ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan interview.23 Peneliti menggunakan metode ini karena untuk

mencari data melalui dokumen tertulis mengenai hal-hal yang berupa

catatan harian, transkip buku, surat kabar, majalah, foto-foto dan lain-

lain.24 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1) Catatan Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim

Timpik

2) Struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim

Timpik.

23
Sugiyono, op.cit., 82.
24
Suharsimi Arikunto, op.cit., 135.
22

3) Data guru, siswa dan karyawan Catatan Latar Belakang Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah

Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim Timpik.

4) Data mengenai program-program di Madrasah Tsanawiyah

Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah

Terpadu Al -Mustaqim Timpik yang direncanakan dalam

rangka keberhasilan pembelajaran, khususnya pembelajaran

bahasa Arab.

6. Analisis Data.

Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview

dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif

kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha

menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas

dan sederhana tentang pengelolaankelas dalam rangka mengefektifkan

pembelajaran siswa, sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau

orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan

mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata

terhadap responden. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data.

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan

data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat


23

ditarik atau diverifikasi. Data yang diperoleh dari lapangan langsung

ditulis dengan rinci dan sistematis setiap selesai mengumpulkan data.

Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal

pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar mudah untuk

menyimpulkannya. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah

peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan

serta membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek

tertentu.25

b. Display data atau Penyajian Data.

Yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan

menggunakan teks yang bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa

matriks, grafik, networks dan chart.26 Dengan alasan supaya peneliti

dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data,27

serta untuk memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi

dan merencanakan kerja selanjutnya.28

c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi.

Yaitu merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu,

kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan

25
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Bandung: TARSITO, 1988,
129.
26
Ibid.
27
Ibid.
28
Sugiyono, op.cit., 95.
24

yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau

ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama

penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan

untuk diambil sebuah kesimpulan.29

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam penelitian, setiap hal temuan harus dicek keabsahannya agar hasil

penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat

dibuktikan keabsahannya. Untuk pengecekan keabsahan temuan ini teknik

yang dipakai oleh peneliti adalah trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu.30 Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti antara lain dengan :

a. Trianggulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan

dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil

perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang

diperoleh.

b. Trianggulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang

sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang

berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil

yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan

disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.

29
Nasution, op.cit., 130.
30
Lexy J Moleong, op.cit. 178.
25

c. Trianggulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran

suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik

dilihat dari dimensi waktu maupun sumber yang lain.

8. Tahap-tahap Penelitian.

Selama melakukan penelitian ini, peneliti melalui beberapa tahapan, antara

lain:

a. Tahap Persiapan, meliputi:

1) Pengajuan judul dan proposal penelitian kepada Direktur Program

Pasca.

2) Konsultasi proposal ke Dosen pembimbing.

3) Melakukan kegiatan kajian pustaka yang sesuai dengan judul

penelitian.

4) Menyusun metode penelitian.

5) Mengurus surat perizinan penelitian kepada dari fakultas untuk

diserahkan kepada Kepala Madrasah yang dijadikan obyek

penelitian.

6) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan yang akan diteliti.

7) Memilih dan memanfaatkan informan.

8) Menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan.

Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengolahan

data, pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri.


26

2) Mengadakan observasi langsung.

3) Melakukan wawancara kepada subyek penelitian.

4) Menggali data penunjang melalui dokumen-dokumen.

Dengan metode penelitian ini, diharapkan penulis benar-benar

mendapatkan data yang akurat dan sumber yang terpercaya, sehingga

problematika pembelajaran bahasa Arab yang ada dapat di carikan solusi

dan tindak lanjutnya.

F. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut ini:
Bab I, Pendahuluan yang secara umum memaparkan latar belakang
masalah, rumusan masalah, signifikasi penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian,dan sistematika penulisan.
Bab II, Tinjauan pustaka, yang di dalamnya akan diuraikan beberapa
variabel pembahasan tesis ini, yaitu: pengertian bahasa Arab, aspek-aspek
pembelajaran bahasa Arab, tujuan pembelajaran bahasa Arab dan masalah
atau problematika pembelajaran dalam bahasa Arab .
Bab III, Gambaran Umum Objek Penelitian, dalam bab ini akan dipaparkan

profil lokasi penelitian dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu

Al-Mustaqim Timpik .

Bab IV, Hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini akan dipaparkan
faktor-faktor yang menjadi problematika pembelajaran bahasa Arab di
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah
Terpadu Al-Mustaqim Timpik, dan sebagai inti dari pembahasan tesis ini
adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab dalam mengatasi
problematika pembelajaran bahasa Arab pada Madrasah Tsanawiyah Negeri
27

(MTsN) Susukan dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu Al-Mustaqim


Timpik.
Bab V, Penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan implikasi
penelitian.
28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bahasa Arab

Dalam Al-mujam al-wasith di sebutkan:



Artinya:

Bahasa adalah suara-suara yang diungkapkan oleh setiap masyarakat untuk

menyampaikan maksud-maksud mereka.1

Ada beberapa pendapat para pakar tentang pengertian Bahasa Arab, di

antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Ahmad al-Hasyimy,


Artinya:

Bahasa Arab adalah suara-suara yang mengandung sebagian dari huruf

hijaiyyah.2 Sedangkan menurut Syaikh Mustafa al-Gulayayni


Artinya:

Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan

1
Dr. Ibrahim Mustafa dkk, Al-mujam al-wasith, Istanboul: Al-Maktaba al-Islamiyah
Cetakan : ke 4 Tahun 2004, 831.
2
Ahmad Al-Hasyimi . al-Qawaid al-Asasiyyah li al-Lugat al-Arabiyyah. Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 7.
29

3
maksud/tujuan mereka.

Definisi lain menjelaskan bahwa bahasa Arab adalah bahasa al-Quran dan al-

Hadist, keduanya adalah dasar agama Islam serta bahasa kebudayaan Islam

seperti filsafat, ilmu kalam, ilmu hadis, tafsir dan lain sebagainya.4

Pengertian yang dikemukakan para pakar di atas, isi dan redaksinya

meskipun berbeda, namun penulis melihat bahwa maksud dan tujuannya sama,

yaitu sebagai alat yang terdiri dari huruf hijaiyyah yang digunakan

oleh orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara

lisan maupun tulisan.

B. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa apapun di dunia memiliki beberapa aspek bahasa yang satu dengan

yang lainnya tidak boleh dipisah-pisahkan ketika mempelajari bahasa dan

ketika mengajarkan bahasa termasuk bahasa Arab. Aspek-aspek itu meliputi

aspek tata bunyi, aspek kosakata, aspek tata kalimat, aspek semantik/arti dan

aspek sosio-kultural.

1. Aspek Fonologi

Fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang

mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi.5 Pada aspek ini,

pembelajaran meliputi; perbedaan bunyi antara satu fonem dengan fonem

3
Mustafa al-Gulayayni, Jami al-Durus al-Arabiyyah, Jus I. Cet. XXX; Beirut: al-
Maktabah al-Asriyyah, 1994, 28.
4
Busyairi Madjidi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Yogyakarta :Sumbangsih
Offset, 1994), 1.
5
Depdikbud , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1988:, 244.
30

yang lain, stress / tekanan bunyi dalam kata dan intonasi (tekanan bunyi

dalam kalimat).

Terkait dengan aspek bunyi, Yayan Nurbayan menjelaskan bahwa

metoda paling baik untuk menjelaskan perbedaan antara dua bunyi adalah

dengan Tsunaiyyatus Shughra. Yang dimaksud dengan Tsunaiyyatus

Shughra adalah dua kata yang berbeda dalam makna akan tetapi ada

kemiripan dalam pengucapannya. Perbedaanya hanya pada satu bunyi.

Contoh : , Bunyi yang berbeda bisa pada awal, tengah, atau

akhirnya.6 Misalnya guru memperlihatkan gambar dan tulisan secara

bersamaan. Contoh:

Gambar 1. Sumber data : Al-Arabiyyatu baina yadaika jilid I

Guru menampilkan gambar dan tulisan secara bersamaan. Gambar

yang ditampilkan memiliki tujuan untuk menarik minat belajar peserta

didik, sedangkan huruf yang ditampilkan merupakan huruf yang

harus dikuasai cara melafalkan dengan benar. Variasi kata yang

ditampilkan bertujuan untuk menghindari rasa jenuh dan bosan. Apabila

peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam melafalkan huruf ,

6
Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : Zein Al Bayan,
2008, 45.
31

maka guru dapat memilih teknik lain berikut :

a. Huruf yang akan diajarkan diletakkan di awal dan tengah kata,

contoh :

Gambar 2. Sumber data : Al-Arabiyyatu baina yadaika jilid I

b. Atau huruf diletakkan di akhir kata, contoh :

Gambar 3. Sumber data : Al-Arabiyyatu baina yadaika jilid I

Selain menampilkan gambar dan tulisan, guru juga dapat menampilkan

tulisan saja. Khususnya dalam melatih huruf-huruf yang berdekatan

makhrajnya. Misalnya saja antara huruf dan huruf

-
-
-
-
32

2. Aspek Mufradat

Kosakata atau mufradat sama dengan perbendaharaan kata. Ditinjau dari

segi bahasa, kata mufradat merupakan bentuk jamak dari kata

mufradah diartikan sebagai satuan atau unit bahasa yang tersusun secara

horizontal sesuai dengan sistem gramatika (nahwu) tertentu yang berfungsi

sebagai pembentuk kalimat. Kosakata juga merupakan salah satu unsur

bahasa yang sangat penting, karena berfungsi sebagai pembentuk

ungkapan, kalimat, dan wacana. Sedemikian pentingnya kosakata /

mufradat, sehingga ada yang berpendapat bahwa pembelajaran bahasa

Arab harus dimulai dengan mengenalkan dan membelajarkan kosakata/

mufradat itu baik dengan cara dihafal atau dengan cara yang lain. Namun

demikian, pembelajaran kosakata / mufaradat tidaklah identik dengan

belajar bahasa itu sendiri, karena kosakata / mufradat tidak akan

bermakna dan memberi pengertian kepada pendengar atau pembacanya

jika tidak dirangkai dalam sebuah kalimat yang benar dan

kontekstual menurut gramatika dan sistem semantik yang baku.7

Dengan karakter bahasa Arab yang pembentukan katanya beragam dan

fleksibel tersebut, problem pengajaran kosakata bahasa Arab akan terletak

pada keanekaragaman bentuk marfologis (wazan) dan makna yang

dikandungnya, serta akan terkait dengan konsep-konsep perubahan derivasi,

perubahan infleksi, kata kerja (afal / verb), mufrad (singular), mutsanna

7
Ahmad Fuad Effendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005. cet.
ke-3, 96.
33

(dual), jamak (plural), tanists (feminine), tazkir (masculine), serta makna

leksikal dan fungsional.8

Misalnya kata , maknanya tidak sekedar makan dan minum

semata melainkan dapat diartikan mengambil, meraih, menerima

dan sebagainya.

Perhatikan contoh dibawah ini :

-
()
- ( )
Mencermati ragam makna kata tersebut guru bahasa Arab perlu
melakukan; Pertama, dalam mengajarkan kosakata/mufradat tidak boleh

dipisahkan dengan kalimat sebab mengajarkan secara terpisah-pisah hanya

akan membingungkan peserta didik. Kedua, makna kosakata/mufradat

bisa dipahami secara benar hanya melalui konteks kalimatnya.

3. Aspek Tata Kalimat (Sintaksis)

Tata kalimat adalah pelajaran mengenai susunan kalimat. Dalam bahasa

arab, pengaturan antar kata dalam kalimat atau antar kalimat dalam klausa

atau wacana merupakan kajian ilmu Nahwu. Bahkan hubungan itu tidak

hanya menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga mempengaruhi baris

akhir masing-masinga kata yang kemudian disebut dengan Irab.9 Ilmu

nahwu adalah ilmu yang mengandung sejumlah kaidah yang digunakan

8
Aziz Fakhrurrozi & Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. Ke-2, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Tahun 2012, 7.
9
Sahkholid, Pengantar Linguistik ( AnalisisTteori-teori Llinguistik Umum dalam Bahasa
Arab), Medan : Nara Press, 2006, 124.
34

untuk mengetahui posisi kata bahasa Arab dalam kalimat, seperti irab, bina

dan mencakup hal-hal yang lain seperti (kesesuaian) dan


(letak penempatan kata).10

antara dan , dan antara dan


Misalnya

Contoh: antara dan


-
-
Contoh: antara dan :

-
-
-
4. Aspek Semantik / Arti

Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan atau .


Semantik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari teori makna.

Semantik/arti juga diartikan ilmu yang mengajarkan tentang seluk beluk

dan pergeseran arti kata-kata.11 Bahasa adalah simbol bunyi yang

mempunyai arti dan digunakan oleh sekelompok manusia untuk

mengungkapkan isi hatinya. Simbol-simbol bunyi yang tersusun secara

sistematis dalam kata atau kalimat tidak akan berfungsi sebagai massage

atau risalah apabila tidak memperhatikan semantik/arti. Terlebih arti suatu

kata atau kalimat bisa berubah sesuai waktu dan tempat. Misalnya kata

( pound) artinya akan berbeda kalau diungkapkan dalam kalimat-kalimat


10
Al-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-tarifat, Bairut: Dar al-Kutub al-
:ilmiyah, 1988, 240.
11
Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah dar al-Arabiyah, 1982, 11.
35

berikut:

-
-
5. Aspek Sosio-Kultural

Bahasa adalah sesuatu yang lahir dari masyarakat dan merupakan salah

satu aspek sosial. Bahasa adalah cerminan dari suatu bangsa pemakai

bahasa. Mempelajari suatu bahasa berarti mempelajari kultur bangsa

penutur bahasa itu. Faktor nonlinguistik yang dianggap sebagai sebab

timbulnya problem dalam pendidikan bahasa Arab antara lain: Perbedaan

sosio kultural bangsa Arab dengan sosio kultural pelajar (Indonesia), sarana

dan prasarana fisik, tempat dan waktu.12

Sosio-kultur bahasa Arab sama sekali tidak boleh terlepas dari

mengajarkan aspek kultur bangsa Arab itu. Seperti mengajarkan ungkapan

berikut:

- - -
Sebelum mengajarkan ungkapan tersebut seorang guru harus terlebih

dahulu mengetahui situasi dan kondisi bagaimana ungkapan tersebut

dipakai dan bagaimana menggunakannya. Oleh karena itu, bagi guru

bahasa Arab sangat penting untuk memberikan gambaran sekitar sosio-

kultural bangsa Arab yang ada hubungannya dengan praktek

penggunaan bahasa Arab. Hal ini akan mempercepat peserta didik untuk

12
Urip Masduki, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, dalam
Ikhlas Beramal (Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997, 53.
36

memahami pengertian ungkapan-ungkapan, istilah-istilah dan nama-nama

yang khas bagi bahasa Arab serta tidak ada padanannya dalam bahasa

Indonesia, di samping itu akan membantu peserta didik untuk menggunakan

secara tepat.

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya adalah kegiatan

pembelajaran itu suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran inilah yang

merupakan hasil belajar siswa setelah melakukan proses belajar di bawah

bimbingan guru dalam kondisi kondusif. Tujuan pembelajaran pada umumnya

di negara Indonesia yang disebut dengan tujuan pendidikan nasional

dijelaskan dalam UU. RI. Nomor 20 Tahun 2003, bahwa tujuan pendidikan

dan pengajaran nasional adalah:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13

Dari rumusan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan utama dari

pendidikan dan pengajaran adalah meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sejak lahir diberikan kemampuan dasar,

13
UU. RI. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, BAB II Pasal 3
37

dan melalui jalur pendidikan diharapkan kemampuan dasar tersebut lebih

ditingkatkan lagi.

Senada dengan rumusan di atas, Kementerian Agama menjelaskan

bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah: (1) untuk dapat

memahami al-Quran dan hadist sebagai sumberhokum ajaran islam; (2) untuk

dpat memahami buku-buku agama dan kebudayaan islamyang ditulis dalam

bahasa Arab; (3) untuk dapat berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab; (4)

untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (supplementary);

(5)untuk membina ahli bahasa arab, yakni benar-benar profesional.14

Sementara itu, Mahmud Yunus dalam bukunya Metode Khusus

Bahasa Arab mengatakan bahwa tujuan mempelajari bahasa Arab adalah

supaya paham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam salat, mengerti

membaca al-Quran agar dapat mengambil petunjuk dan pelajaran dari

padanya, kemudian dapat mempelajari ilmu-ilmu agama Islam dari sumber

aslinya yang berbahasa Arab, serta dapat berbicara bahasa Arab untuk

berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan kaum muslimin di luar

negri. Bahasa Arab adalah bahasa masa sekarang yang telah menjadi bahasa

ilmiah.15

Berdasarkan corak di atas, dapat dipahami bahwa tujuan yang hendak

dicapai dalam mempelajari bahasa Arab baik peserta didik maupun umat

Islam adalah: Agar peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan

14
Departemen agama, Kurikulum IAIN/STAIN tahun 1999 yang disempurnakan, .
Jakarta: ditbinperta, Tahun 1997, 117
15
Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Hidyakarya, 1981, 77
38

bahasa Arab yang memungkinkan mereka mampu memahami al-Quran dan

hadis Rasulullah saw. Serta kitab-kitab lainnya yang berbahasa Arab. Pada

dasarnya pembelajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yakni

tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan

khusus). Tujuan khusus merupakan penjabaaran dari tujuan umum, karena

tujuan umum sulit dicapai tanpa dijabarkan secara spesifik.

1. Tujuan Umum Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki fungsi istimewa dari bahasa-

bahasa lainnya, sebab bahasa Arab sempurna dan fasih karena mempunyai

aturan-aturan tertentu yang dapat dipegangi, saling berkaitan antara satu

dengan yang lain, lafaz-lafaz yang ada di dalam hurufnya, bentuknya

maupun keadaannya. Bahasa Arab juga memiliki nilai sastra yang bermutu

tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalaminya. Disamping itu,

bahasa Arab sebagai bahasa al-Quran mengkomunikasikan kalam Allah

yang mengandung uslub bahasa yang sangat mengagumkan manusia.

Manusia tidak akan mampu menandinginya. Hal ini merupakan suatu

ketetapan yang tidak perlu diragukan dan dibantah.

Dengan demikian bahasa Arab bukan saja sebagai alat

komunikasi manusia dengan sesamanya saja, tetapi juga sebagai alat untuk

mempersatukan keluarga besar umat Islam di seluruh dunia dan juga

sebagai alat komunikasi manusia beriman dengan Allah SWT. yang terwujud

dalam salat dan doa-doa.

Dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa


39

al-Quran itu diturunkan dengan berbahasa Arab, antara lain:

- Q.S. Al-Syuara/26: 192-195.

Artinya :

Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta


alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-
orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.
- Q.S. Al-Zukhruf/43 : 3.


Artinya :

Sesungguhnya kami menjadikan al-Quran dalam bahasa Arab supaya


kamu memahami(nya).
Di samping itu, hadis Rasulullah SAW yang terkumpul dalam
kitab-kitab hadis semuanya berbahasa Arab. Untuk memahami dan
mengamalkan sunnah Rasulullah SAW. tersebut mesti mempelajari bahasa
Arab. Oleh sebab itu, Abdul Alim Ibrahim berkata bahwa :

Artinya :
Bahasa Arab adalah bahasa orang Arab dan juga merupakan bahasa orang
Islam.16 Begitu pula Azhar Arsyad mengemukakan bahwa:

Tidak berlebihan kalau dikatakan, karena al-Quran dan Hadits berbahasa


Arab, maka umat Islam sangat berperan dalam memberikan penghargaan

16
AbdulAlim Ibrahim, al-Muwajjah al-Fanny li Mudarrisi al-Lugah al-Arabiyah, Cet.
VI; Dr al-Marif, 1968, 21
40

sosial yang sama terhadap bahasa Arab, bahkan sepatutnya lebih dari
penghargaan yang diberikan kepada bahasa internasional lainnya. Kalau di
Jakarta, ada surat kabar berbahasa Inggris, mestinya surat kabar berbahasa
Arab yang diterbitkan oleh orang Indonesia layak terwujud17
Selain itu, mempelajari bahasa Arab juga sangat penting bagi
kaum muslimin karena semua yang diucapkan dalam salat dengan berbahasa
Arab. Untuk melaksanakan salat dengan khusyuk perlu dipahami
maksud yang dibaca. Tanpa memahami maksud dari apa yang dibaca,
dapat memusatkan perhatian menghadap Allah SWT. Oleh karena itu,
setiap umat Islam harus menguasai bahasa Arab sekurang-kurangnya
mengerti apa yang dibaca dalam shalat agar perhatian dapat terpusat.

Demikian pula halnya orang yang menguasai bahasa Arab, mudah


baginya untuk mempelajari semua cabang-cabang ilmu agama, sehingga
memudahkan dia dalam memahami ajaran-ajaran agama untuk
selanjutnya ditransfer ke benak masyarakat awam dan peserta didik yang
diajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran

bahasa Arab adalah :

a. Agar peserta didik dapat memahami al-Quran dan hadis, di mana

keduanya merupakan sumber pokok ajaran agama Islam yang harus

diamalkan.

b. Agar peserta didik dapat memahami buku-buku agama dan kebudayaan

Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.

c. Agar peserta didik dapat memahami bacaan-bacaan shalat dan doa-

doa yang berbahasa Arab, sehingga lebih khusyu dalam beribadah

17
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran.
Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, 15
41

kepada Allah SWT.

d. Agar dapat menghasilkan ahli bahasa Arab yang profesional.

2. Tujuan Khusus Pembelajaran Bahasa Arab

Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab masih bersifat umum dan

masih mengembang. Oleh karena itu perlu dijabarkan kembali secara

khusus agar tujuan umum pembelajaran bahasa Arab dapat tercapai.

Dalam Pedoman Khusus Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah (MTs)

disebutkan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab adalah:

Siswa mampu menguasai secara aktif dan fasih perbendaharaan kata


bahasa Arab Fushah sejumlah 700 kata dan ungkapan dalam berbagai
bentuk kata dan pola kalimat yang diprogramkan meliputi tema tentang
kegiatan sehari-hari, baik aqidah dan ibadah dan akhlak.18

Hal ini dapat kita bandingkan dengan tujuan pengajaran di

perguruan tinggi IAIN yang dirumuskan sebgai berikut: Agar mahasiswa

mampu mengutarakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.

Dari kedua rumusan tujuan pengajaran di atas, dapat dipahami

bahwa peserta didik diharapkan memiliki kemahiran menyimak,

bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Untuk itu, pelajaran bahasa

Arab mempunyai beberapa cabang sebagai berikut: mutalaah (bacaan),

muhadasah (percakapan), insya (mengarang), qawaid (nahu dan saraf),

dan mahfuzat (menghafal).

Dengan mempelajari cabang-cabang bahasa Arab tersebut,

diharapkan tujuan khusus pembelajaran bahasa Arab dapat tercapai,

18
Departemen Agama RI. Pedoman Khusus Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah. Cet.
III; Jakarta:Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1994, 21
42

yaitu peserta didik mampu menyimak, berbicara, membaca dan menulis

dalam bahasa Arab, serta pada akhirnya tujuan pembelajaran bahasa Arab

secara umum lebih mudah tercapai.

D. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Arab, seperti bahasa

asing lainnya, meliputi dua hal: permasalahn kebahasaan dan non

kebahasaan. Permasalahan non kebahasaan ada yang bersifat sosiologis,

psikologis, dan metodologis. Adapun permasalahan kebahasaan berkaitan

dengan unsur-unsur bahasa: tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, makna, dan

tulisan.19

a. Permasalahan Non Kebahasaan

Di antara persoalan nonkebahasaan yang sangat penting dan perlu


diungkapkan adalah yang bersifat politis, psikologis, dan metodologis.20
Kesemuanya akan dibahas berikut ini:
a. Posisi Marjinal Bahasa Arab
Dalam dokumen Politik Bahasa Nasional (PBN) tahun 1975 (masa
Orde Baru), bahasa Arab sama sekali tidak disebut. Dalam
rumusan mengenai bahasa asing, tertulis. Di dalam hubungannya
dengan bahasa Indonesia, bahasa-bahasa seperti Inggris, Prancis,
Jerman, Belanda, dan bahasa lainnya kecuali bahasa Indonesia dan
bahasa daerah serta bahasa Melayu berkedudukan sebagai bahasa
asing. Kedudukan ini didasarkan atas kenyataan bahwa bahasa

19
Nazri Syakur, Revolusi Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: BiPA,
2010, 57
20
Ibid, 58-62
43

asing tertentu itu diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan pada


tingkat tertentu. kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa asing
dapat disimpulkan secara implisit dari frasa dan bahasa lainnya.
Rumusan tersebut disetujui atau tidak, telah mendudukkan bahasa
Arab dalam posisi marginal atau terpinggirkan. Imbasnya sangat
luas, (khususnya dilingkungan Kemdikud). Antara lain, diabaikannya
bahasa Arab dalam pembukaan program studi di perguruan tinggi,
penyusunan kurikulum sekolah, pengadaan sarana penunjang
pengajaran, program pengembangan sumber daya manusia, dan
sebagainya.
Tidak disebutnya bahasa Arab dalam rumusan PBN tersebut
jelas merupakan pengingkaran terhadap kenyataan bahwa bahasa Arab
adalah bahasa asing yang paling banyak dipelajari di Tanah Air
dibandingkan dengan bahasa-bahasa asing lainnya, kecuali bahasa
inggris. Ditinjau dari fungsinya, bahasa asing adalah sebagai: (1) Alat
penghubung antar bangsa; (2) Alat pembantu pengembangan bahasa
Indonesia; dan (3) Alat pemanfaatan iptek untuk pembangunan
nasional.
Fungsi bahasa Arab seperti dipaparkan sebelumnya sudah
cukup menjadi alasan untuk tidak memarjinalkannya dalam politik
bahasa nasional. Kenyataan seperti itu tampaknya telah mulai disadari
sejak bergulirnya masa reformasi. Karena itu, di antara rumusan hasil
seminar Politik Bahasa Nasional pada tahun 1999 adalah bahwa
bahasa Arab telah didudukkan sebagai bahasa asing kedua setelah
bahasa Inggris. Bahasa Arab, di samping berkedudukan sebagai
bahasa asing, juga dinyatakan sebagai bahasa agama dan budaya
Islam. Sastra Arab juga dinyatakan sebagai salah satu sumber
44

ilham dan sumber pemahaman terhadap karya sastra Indonesia.


Pembelajaran bahasa Arab juga dinyatakan secara eksplisit sebagai
mata pelajaran wajib di sekolah yang berdasarkan Islam, sebagai
mata pelajaran pilihan disekolah yang tidak berasaskan Islam, dan
dapat diberikan sebagai mata kuliah pada jenjang pendidikan tinggi.
b. Rendahnya Motivasi dan Minat kepada bahasa Arab

Motivasi adalah motif yang telah aktif. Motif (tujuan) belajar

bahasa Arab beraneka ragam. Mahmud Yunus menyebutkan empat

tujuan belajar bahasa Arab, yaitu :

1) Supaya paham dan mengerti dengan mendalam apa yang dibaca

dalam sembahyang

2) Supaya mengerti membaca al-Quran sehingga dapat mengambil


petunjuk dan pengajaran darinya
3) Supaya dapat belajar ilmu agama Islam dari buku-buku yang
dikarang dalam bahasa Arab dan
4) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab untuk
berhubungan dengan kaum muslimin karena bahasa Arab adalah
bahasa umat Islam diseluruh dunia.21
Dari motif-motif atau tujuan belajar bahasa Arab di atas
dapat disimpulkan adanya dua kategori tujuan, yaitu : (1)
mempelajari bahasa Arab sebagai alat dan (2) mempelajarinya
sebagai tujuan.
Dalam hal mempelajari bahasa Arab sebagai alat (untuk
mampu membaca al-Quran, memahaminya dan agar mampu
berhubungan dengan dunia Arab dan sebagainya), bahasa Arab

21
Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Hidyakarya, 1981, 78
45

memiliki daya tarik melebihi bahasa asing lain kecuali bahasa Inggris.
Besarnya minat orang tua memasukkan anaknya ke TPQ, pondok
pesantren, madrasah-madrasah dan sebagainya cukup menjadi bukti
tentang hal tersebut.
Adapun mempelajari bahasa Arab sebagai tujuan
profesionalitas tidak begitu menarik. Bahkan, cenderung kurang
diminati. Namun persoalan tersebut tidak hanya menimpa bahasa
Arab, tetapi juga seluruh bahasa asing. Hal itu tampak (walaupun
belum diketahui detailnya) pada sedikitnya peminat jurusan bahasa di
SMU, Madrasah Aliyah, dan relatif rendahnya minat memasuki
program studi bahasa/sastra Arab diperguruan tinggi. Rendahnya
minat belajar bahasa asing tidak hanya terjadi di Indonesia,
tetapi juga di Amerika, dan mungkin di seluruh dunia. Di Amerika
misalnya kurang dari 18% dari keseluruhan siswa kelas 7-12 public
school yang belajar bahasa kedua dan kurang 2% yang mencapai
tahun ketiga.
Rendahnya minat dan motivasi belajar bahasa Arab biasa
disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain adalah rendahnya
penghargaan kepada bahasa Arab yang menurut Effendy disebabkan
oleh banyak hal, baik yang objektif maupun subjektif, misalnya :

1) Pengaruh bawah sadar sebagian orang Indonesia (termasuk

yang muslim) yang merasa rendah diri dengan segala sesuatu

yang berbau Islam dan Arab serta mengagungkan segala

sesuatu yang berasal dari barat

2) Sikap islamophobia, yaitu perasaan cemas dan tidak suka

terhadap kemajuan Islam dan umat Islam, termasuk bahasa

Arab karena bahasa Arab dipandang identik dengan Islam


46

3) Terbatasnya pengetahuan dan wawasan karena kurangnya

informasi yang disampaikan kepada khalayak mengenai

kedudukan dan fungsi bahasa Arab dan

4) Kemanfaatan bahasa Arab dari tinjauan praktis pragmatis

memang rendah dibandingkan dengan bahasa asing lain

terutama bahasa Inggris.22

Kalau memang demikian adanya, antusiasme belajar bahasa Arab

sebagai alat perlu kiranya ditingkatkan. Hal ini bisa dicapai melalui

dua cara, langsung dan tidak langsung.

1) Cara langsung adalah dengan memanfaatkan jasa para ulama

untuk menjelaskan arti penting bahasa Arab dalam upaya

mempelajari agama Islam, bekerja di negara Arab dan

sebagainya.

2) Cara tidak langsung, artinya ikut serta bersama para dai dan

ulama menyemarakkan dakwah, mencarikan peluang kerja di

negara Arab, atau memanfaatkan pejabat dan pengusaha untuk

menarik investasi dari negara-negara Arab. Semakin semarak

bahasa Arab dipelajari sebagai alat, maka semakin semarak pula

bahasa Arab dipelajari sebagai tujuan dan tidak sebaliknya.

c. Permasalahan Metodologis

1) Rendahnya Keahlian Guru Bahasa Arab

Keahlian (profesionalisme) adalah kualitas dan tindak-tanduk yang

22
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat, 2005, 91
47

me-rupakan ciri suatu profesi atau orang yang berkeahlian. Adapun

profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan

keahlian (keterampilan) tertentu. Guru yang berkeahlian adalah

guru yang memiliki kualifikasi pendidikan keguruan yang

sesuai dengan bidangnya dan menunjukkan kualitas dan tindak-

tanduk yang sesuai dengan tuntutan keahliannya tersebut. Guru

bahasa Arab yang professional harus memiliki kualifikasi sebagai

berikut:

a) Berlatar belakang pendidikan keguruan bahasa Arab


b) Memiliki pengetahuan ya ng memadai tentang bahasa Arab
dan mahir berbahasa Arab
c) Memiliki pengetahuan tentang proses belajar mengajar bahasa
Arab dan mampu menerapkannya dalam pembelajaran
d) Memiliki semangat dan kesadaran untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan profesinya sesuai dengan
perkembangan zaman.

Berdasarkan hasil penelitian terbatas dan pengamatan yang


dilakukan Effendy tahun 1991 secara langsung di lapangan,
ditemukan banyak guru bahasa Arab di jenjang pendidikan
dasar dan menengah tidak memenuhi persyaratan profesi. Data
yang ditemukan menunjukkan bahwa para guru bahasa Arab di
SMU se-Jawa Timur 33,4% berpendidikan SLTA / Pesantren.
Adapun dari 66,6% yang berpendidikan tinggi hanya 22,2% yang
berkualifikasi sarjana pendidikan bahasa Arab. Keadaan serupa
mungkin terjadi didaerah lain (dan besar kemungkinan
48

dilingkungan madrasah keadaannya lebih parah lagi).23

Padahal ada ungkapan dalam bahasa Arab, Iza


wussida-al-amru ila gairi ahlihi fa intaziri-s-saah (Apabila
suatu pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah saat kehancurannya). Akibatnya, pembelajaran bahasa
Arab dibanyak sekolah / madrasah dilaksanakan ala kadarnya.
Atau mungkin dengan semangat yang cukup tinggi, tetapi
dengan cara yang tidak tepat sehingga hasilnya jauh dari
memuaskan. Sementara itu, upaya-upaya peningkatan mutu dan
keahlian guru, melalui program-program in service training oleh
pemerintah kurang memadai. Karena bahasa Arab tidak termasuk
bidang studi yang diprioritaskan. Adapun pihak guru sebagai satu-
satunya organisasi profesi pembelajar bahasa Arab belum berbuat
banyak.
2) Kurang Tepatnya Pendekatan
Kalau kita telusuri perkembangan pembelajaran bahasa
Arab terutama berkaitan dengan metode dan pendekatan yang
digunakan, mulai dari pengaruh barat di dalam dunia Islam
umumnya dan dunia Arab khususnya, haruslah diakui bahwa
tidak mudah memperoleh referensi mengenai perkembangan
metode pembelajaran bahasa Arab yang bersifat spesifik (khas
bahasa Arab).
Tak bisa dipungkiri, referensi tentang bagaimana bahasa

Arab dapat tersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat non-

Arab kurang memadai. Namun, melalui analisis sejarah dapat

diketahui bahwa adanya interaksi yang intens antara bahasa Arab

23
Ahmad Fuad Efendy, Peta Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia dalam Jurnal
Bahasa dan Seni, 29 Oktober 2001, 23
49

dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani Kuno,

melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab, kemudian dari Arab

ke Latin, memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar

mengajar antara kedua bahasa tersebut. Walhasil dapat diduga,

adanya cara belajar mengajar yang kurang lebih sama dengan

cara belajar mengajar bahasa latin yang berlaku saat itu, yaitu

Grammar Ttranslation Method.

Metode tersebut adalah metode pengajaran bahasa asing

yang dianggap paling tua sehingga tidak diketahui sejarah

muncul dan perkembangannya. Metode ini diperkirakan

muncul sejak orang merasa perlu untuk mempelajari bahasa

asing. Menurut Effendi, metode ini sudah tampak dipakai sejak

kebangkitan Eropa pada abad ke-15, walaupun penamaannya

sebagai Grammar Ttranslation Method baru muncul pada abad

ke-19.24 Menurut Al-Ashili yang dikutip Radliah, metode ini

muncul tanpa landasan teoritis, baik secara linguistis, psikologis,

maupun edukatif.25 Pendapat tersebut tampaknya kurang

beralasan, sebab setiap metode pembelajaran termasuk metode

grammatika-terjemah, disadari ataupun tidak, akan selalu

dibangun berdasarkan bagaimana siswa belajar (psikologi

belajar). Dalam kaitannya dengan linguistik, metode

grammatika-terjemah jelas dibangun berdasarkan pandangan

linguistik tradisional.

24
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengakaran Bahasa Arab Malang: Misykat, 2004,
31
25
Abd al-Azz bin Ibrhm al-Ashili, dalam Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi dan
Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), 2
50

Namun demikian, ketika masa kejayaan Islam semakin

redup pada akhir abad ke-18, sementara Eropa justru mengalami

renasains, mata angin pembelajaran bahasa Arab pun mulai

berganti arah. Kemajuan yang terjadi di Eropa menggiring dunia

Arab dan Islam untuk berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan

yang pada awalnya berasal dari kemajuan peradaban mereka

sendiri. Di sinilah teori dialektika sejarah Hegel terjadi.

Peradaban barat maju karena kemajuan peradaban Islam masa

lalu. Masa kebangkitan Islam dan Arab pun kemudian

dipengaruhi oleh kemajuan peradaban barat.

Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun

1798 M, mata dunia Arab dan Islam yang mulai redup itu

kembali terbuka lagi untuk melihat dan meneladani berbagai

kemajuan Eropa. Sejak saat itu pula, Mesir banyak menimba ilmu

serta mengadakan hubungan diplomatik kebudayaan dengan

Eropa, khususnya Prancis. Dalam pembelajaran bahasa, metode-

metode yang berkembang di Eropa pun diadopsi dan digunakan

secara luas di Mesir, mulai dari metode gramatika terjemah

sampai dengan metode langsung.

Pengajaran bahasa Arab semakin berkembang dan


mendapatkan momentumnya ketika terjadi invansi para misionaris
Kristen dari Amerika ke negeri Arab bagian utara (Syam). Karena
dalam penyebaran misi awalnya mereka menggunakan bahasa
Arab sebagai bahasa resmi, maka metodologi pengajaran bahasa
Arab juga berkembang. Sehingga lahirlah beberapa buku yang
berkaitan dengan ilmu bahasa Arab. Termasuk kamus-kamus
51

berbahasa Arab. Al-Munjid adalah salah satu bukti sejarah di


mana seorang Nasrani seperti Louis Maluf terlibat secara
langsung dalam pengembangan bahasa Arab. Dari paparan ini
dapat dipahami bahwa perkembangan metodologi pengajaran
bahasa-bahasa latin di Eropa dan bahasa Inggris di Eropa dan
Amerika banyak berjasa dalam memajukan per-kembangan
metodologi pengajaran bahasa Arab.26

Bagaimana dengan di Indonesia? Telah disebutkan bahwa


metodologi pembelajaran bahasa Arab di Indonesia selaras
dengan perkembangan tujuan atau motif pembelajaran bahasa
Arab itu sendiri. Ketika Islam baru saja berkembangan di mana
motif belajar bahasa Arab adalah untuk beribadah, maka
metode yang berkembang adalah metode abjad untuk
pembelajaran membaca. Kemudian motif bertambah dengan
kepentingan untuk memahami ajaran Islam yang kemudian diikuti
dengan perkembangan metode gramatika terjemah.
Bersamaan dengan semakin pentingnya peranan bahasa

Arab dalam hubungan internasional, maka metode

pembelajarannya pun berkembang dengan menggunakan direct-

method. Pemerintah ikut membantu pengembangan pembelajaran

bahasa Arab melalui madrasah dan perguruan tinggi Islam

yang berada dibawah naungan Kementerian Agama. Lalu

inovasi dalam metodologi pembelajaran bahasa mau tak mau terus

dipikirkan karena tidak hanya menyangkut pembelajaran bahasa

Arab, melainkan juga bahasa asing lainnya. Hal itu tercermin pada

26
http://fajristainjusi.blogspot.com/2009/12/perkembangan-pengajaran-bahasa-arab.html,
di unduh pada tanggal 1 Juli 2013.
52

penggunaan aural-oral untuk tingkat dasar dan menengah yang

berlanjut sampai dengan kurikulum 1984.

Sementara itu di lingkungan Depdiknas, penggunaan

pendekatan komunikatif untuk pengajaran bahasa telah

dikembangkan. Pada kurikulum SMU tahun 1994, GBPP

bahasa Arab pun dikembangkan berdasarkan pendekatan

komunikatif, yang kemudian diikuti oleh GBPP bahasa Arab

Madrasah Aliyah tahun 1996. Penggunaan pendekatan

komunikatif memang memiliki kelebihan terkait kelenturan dan

cakupannya, tetapi ia masih kurang memadai untuk

pembelajaran bahasa asing umumnya dan pembelajaran bahasa

Arab khususnya. Hal itu dapat dilacak melalui produknya di

mana siswa-siswa kelas komunikatif memang lancar berbicara,

tapi ucapan-ucapan mereka sering sekali tidak akurat, tidak

cermat atau menyalahi tata bahasa menurut pandangan penutur

asli.

Ketidakakuratan dan ketidakcermatan tersebut jelas

menunjukkan tidak dikuasainya salah satu dari empat kompetensi

komunikatif terpenting, yaitu kompetensi gramatikal atau

kompetensi kebahasaan. Selanjutnya, ketidakakuratan mereka

dalam berbicara cenderung menunjukkan ketidakakuratan

mereka dalam menulis, karena keduanya merupakan

keterampilan mengungkapkan (ekspresif). Di samping itu,

kompetensi gramatikal yang tidak dikuasai juga akan menghambat

dalam menerima (mendengar dan membaca). Sebab, menurut


53

hasil suatu penelitian, siswa bahasa kedua atau bahasa asing

selalu menggunakan strategi gramatikal dalam menerima,

khususnya mendengar, sementara penutur asli selalu menggunakan

strategi semantik.

Sampai di sini tampak bahwa keberpegangan pendekatan


komunikatif pada prinsip Fluency Accuracy yang
terejawantahkan pada proses pembelajaran telah menyalahi
komitmen sendiri untuk mengembangkan kompetensi-
kompetensi yang diperlukan. Termasuk yang terpenting adalah
kompetensi gramatikal. Pendekatan komunikatif juga telah
mendorong siswa-siswa mengabaikan sifat pemantauan
keluaran oleh pengetahuan gramatikal. Padahal pantauan itu bila
dilakukan setelah terjadinya ujaran sangat penting dalam usaha
melalui masa idiosingkretik secara cepat untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa mereka sendiri.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penggunaan

pendekatan komunikatif seperti yang berkembang sekarang

untuk pembelajaran bahasa asing yang kurang memadai dan

sangat tidak tepat untuk pembelajaran bahasa Arab. Hal itu

terjadi karena belajar bahasa Arab tidak sejalan dengan motif

utama dan paling utama, yaitu mengenal dan memahami al-

Quran, hadis dan ilmu keislaman. Karena al-Quran, hadis dan

ilmu-ilmu keislaman yang umumnya ditulis pada abad pertengahan

menggunakan bahasa Arab klasik yang cukup berbeda dengan

bahasa Arab kontemporer, terutama dari segi kosakata dan


54

gaya bahasanya. Maka untuk membaca sumber-sumber

pengetahuan yang berkaitan dengan keislaman tadi harus

digunakan strategi sintaktik. Oleh sebab itu, pendekatan

komunikatif seperti yang berkembang sekarang ini harus dibenahi

agar sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab.

Namun barangkali kekeliruan tersebut masih berada

di dalam dataran kebijakan. Artinya, pembelajaran bahasa Arab

sendiri pada praktiknya tidak pernah menerapkan pendekatan

komunikatif secara murni. D. Hidayat dalam bagian

pendahuluan buku pelajaran bahasa Arab yang dikarangnya

untuk siswa Madrasah Tsanawiyah berkata :

setiap dars dalam buku ini disusun utuk mencapai satu


kompetensi dasar tertentu yang meliputi empat materi pokok,
yaitu : al-hiwar (dialog pendek), al-tarkib (bentuk kata/struktur
kalimat), al-qiraah dan al-kitabah (menulis huruf Arab/imla
insya muwajjah). Keempat komponen ini disajikan secara
integrative (nazariyyat al-wahdah) Materi pelajaran tersebut
disusun terutama atas dasar pendekatan komunikatif (madkhal
ittisali) dan metode eklektik.27
Kemudian dikatakan pula bahwa mulai dars ketujuh kelas

satu MTs disajikan materi qawaid teoretis (tentang fungsi kata)

sebagai pengayaan. Berbeda dengan yang diperuntukkan bagi

Madrasah Tsanawiyah yang menjadikan dialog sebagai acuan

pembelajaran, bahan ajar bahasa Arab untuk Madrasah Aliyah

yang menjadi acuan adalah bacaan (qiraah), sementara struktur

diganti dengan kaidah gramatikal. Contoh pengorganisasian bahan

ajarnya akan dikemukakan ketika berbicara tentang model

27
Hidayat, Pelajaran Bahasa Arab I. Semarang: PT Karya Toha Putra, 2004, 102
55

pembelajaran.

3) Ketidaktegasan dalam Sumber Seleksi Materi

Dari keterangan sebelumnya diketahui bahwa bahasa Arab

fusha dalam perkembangannya mengalami pergolakan-pergolakan,

terutama sekali dari pergumulannya dengan bahasa Arab

ammiyyah sampai munculnya bahasa Arab Tengah yang

kemudian dinamakan bahasa Arab Modern. Kemunculannya ini

dapat meredam pergolakan kebahasaan dikalangan bangsa Arab

sendiri. Tetapi pergolakan tetap berlaku di kalangan muslimin

dengan motif belajar bahasa Arab yang telah disebutkan di

depan, yang mengharuskan mereka menguasai dua bahasa Arab,

klasik dan modern.28

Dihadapkan pada kenyataan itu, para ahli pembelajaran


bahasa Arab tidak tegas memilih. Sejauh yang penulis ketahui
dari kurikulum bahasa Arab di SLTP/SLTA bahkan di Perguruan
Tinggi, tidak ada yang secara tegas mengatakan bahwa al-Quran,
Hadis dan buku-buku keislaman abad pertengahan termasuk
sumber seleksi kosakata, ketika berbicara tentang kosakata,
dalam kurikulum bahasa Arab untuk MTs disebutkan bahwa
kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah sekitar
700 kata dan ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi
frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di
lingkungan sekolah dan rumah yang berhubungan dengan akidah,
ibadah dan akhlak.
Kalau diteliti dua frasa dalam peryataan tersebut

28
Nazri Syakur, op.cit., 67
56

(yang) tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-


hari dan frasa akidah, ibadah dan akhlak, maka jelas yang
dimaksudkan adalah bahwa yang akan dikenalkan berkaitan
dengan bahasa Arab klasik hanyalah kosakata dan idiom yang
memang sering didengar dalam kehidupan keberagamaan sehari-
hari. Sudah barang tentu, hal tersebut jauh dari cukup untuk modal
membaca rujukan-rujukan keislaman.

Pilihan-pilihan sulit terjadi antara beban banyak yang


harus dikuasai dan alokasi waktu yang tersedia. Terlebih lagi
karena posisi madrasah disatu sisi yang diselaraskan dengan
sekolah umum dan disisi lain atribut kemadrasahannya yang
harus mementingkan ilmu keagamaan, termasuk bahasa Arab.
Radliyah mengutip dari Wajiz Anwar yang melukiskan keadaan
tersebut sebagai berikut :

Walhasil, tujuan pengajaran bahasa Arab memiliki dua arah :


bahasa Arab sebagai tujuan (menguasai kemahiran berbahasa) dan
bahasa Arab sebagai alat untuk menguasai pengetahuan lain
dengan menggunakan wahana bahasa Arab. Disamping itu,
jenis bahasa yang dipelajari meliputi dua bahasa: klasik dan
modern. Penggabungan ini disatu sisi memiliki kelebihan, karena
dapat memberdayakan kompetensi peserta didik secara
komprehensif. Namun disisi lain, melahirkan ketidakmenentuan
karena keterbatasan sel-sel otak peserta didik untuk
mengakomodasi keduanya secara bersamaan. Tuntutan materi
yang serba meliputi dan metodologi yang tentu saja bervariasi
untuk sebagian kalangan dipandang melahirkan kegamangan
antara keinginan untuk mempertahankan yang lama dan
menggunakan yang baru.29
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan adanya

tiga sikap alternatif terhadap sumber seleksi materi

pembelajaran bahasa Arab, yaitu : (1) meniadakan sama sekali

29
Radliyah, dkk., Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab.
Cirebon: Star, 2005, 66
57

bahasa Arab klasik dan memfokuskan diri sepenuhnya pada

bahasa Arab modern. Hal ini tidak menimbulkan banyak

persoalan dalam proses pembelajaran, hanya saja menyalahi

tujuan; (2) memfokuskan diri pada bahasa Arab modern dengan

sedikit pengenalan terhadap bahasa Arab klasik, seperti yang

berlaku sekarang, dan (3) memfokuskan diri sepenuhnya pada

kedua-duanya. Hal ini menurut para ahli tidak mungkin.

4) Ketidakterpaduan Kurikulum

Perlu diingat bahwa bahasa Arab sebenarnya telah diajarkan

oleh lembaga pendidikan Islam, pada umumnya sejak usia

taman kanak-kanak walaupun masih sederhana. Tujuan

utamanya adalah untuk membaca al-Quran. Adapula yang

sudah mengenalkan kosakata Arab. Pembelajaran bahasa Arab

secara resmi dimulai sejak anak berada di Madrasah Tsanawiyah

atau sederajat di lembaga pendidikan Islam. Bahasa Arab

diposisikan sebagai mata pelajaran wajib. Di Sekolah Menengah

Atas di lembaga pendidikan umum, pelajaran bahasa Arab masuk

dalam bahasa pilihan. Sekali lagi, bahasa Arab diajarkan sejak

SLTP sampai perguruan tinggi.

Dalam kenyataannya antara kurikulum SLTP/SLTA

dengan kurikulum bahasa Arab di perguruan tinggi tidak terpadu

jika dilihat dari penjenjangan yang baik. Mata pelajaran bahasa

Arab (dengan memakai all in one system secara murni)

yang diajarkan selama enam tahun dengan minimal dua jam


58

pelajaran seminggu (setara dengan paling kurang 20 sks dalam

enam tahun) diulang lagi pembelajarannya di perguruan tinggi

dengan bobot delapan sks (bandingkan dengan pelajaran

qiraah yang hanya berbobot delapan sks). Kalau saja tidak ada

pengulangan seperti itu atau dengan kata lain adanya keterpaduan

kurikulum bahasa Arab, maka keadaannya akan lain. Lembaga

pendidikan akan dapat berbuat lebih banyak dengan adanya waktu

yang tersedia.30

2. Permasalahan Kebahasaan (Linguistik)

Linguistik dalam bahasa Arab disebut adalah ilmu kebahasaan


yang meliputi bidang tata bunyi, fonetik, morfologi, sintaksis, dan

semantik.31 Keempat aspek ini memiliki problema tertentu dalam pengajaran

bahasa Arab. Ilmu al-lughah adalah ilmu yang mengkaji bahasa untuk

bahasa, baik secara sinkronis, diakronis, maupun komparatif.32


a. Aspek Fonologi (Tata Bunyi / )
Bunyi adalah unsur bahasa, bahasa terdiri dari beberapa bunyi,

bunyi huruf-huruf Arab banyak berbeda dengan huruf latin. Dalam

bahasa Arab, problema yang dihadapi oleh para pengajar bahasa Arab

termasuk dalam bidang fonetik adalah :

1) Bagaimana cara memperdengarkan bunyi-bunyi huruf Arab kepada

anak didik dan bagaimana meniru dan mengulanginya.

2) Bagaimana mereka berlatih membedakan bunyi yang hampir sama.

30
Nazri Syakur, Revolusi Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: BiPA,
2010, 68-69
31
Kamal Muhammad Bisyr, Dirasat Fi ilm al-Lughah, Kairo: Dar al-Maarif, 1969, 9-14
32
Abduttawab Ramdhan, Fushul fi fiqh Al Arabiyah. Kairo: Maktabah Al-kahnji, 1994, 7
59

Oleh sebab itu, seorang pengajar harus memahami masalah

tersebut di atas dan melakukannya dengan penuh kecermatan dan

ketelitian. Terkait dengan bunyi-bunyi huruf dan latihan pengucapan

ada 4 macam yaitu makhraj, sifat huruf, panjang pendek dan syiddah.

Keempat hal ini dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut :

a) Makhraj

Bunyi huruf Arab keluar dari 15 tempat dan makhraj-makhraj-nya itu

keluarlah 28 huruf (minus alif). Adapun ke 15 makhraj itu adalah

sebagai berikut :

Pertama, huruf-huruf rongga mulut

(1) Rongga dengan tenggorokan untuk tiga huruf mad - -


(2) Pangkal tenggorokan untuk makhraj -
(3) Tengah tenggorokan untuk huruf -
(4) Ujung tenggorokan untuk -
Kedua, makhraj lidah yang rincian sembilan makhraj sebagai berikut :

(1) Pangkal lidah dengan langit-langit tengah untuk bunyi -


(2) Tengah lidah dengan langit-langit tengah untuk bunyi - -

(3) Pinggir lidah dengan gusi untuk bunyi
(4) Ujung lidah dan langit-langit berhadapan

(5) Belakang ujung lidah untuk bunyi

(6) Belakang ujung lidah ditekan pada langit atas untuk bunyi
(7) Ujung lidah pangkal gigi depan sebelah atas dengan

menekan langit-langit - -
60

(8) Ujung lidah bagian atas dan gigi untuk bunyi - -


(9) Ujung lidah dan tepi dalam gigi atas dengan bunyi desis untuk

huruf - -
Ketiga, makhraj bibir dua, yaitu :

(1) Bibir bawah bagian dalam dengan ujung gigi serta atas untuk

bunyi

(2) Antara dua bibir untuk bunyi - -


b) Sifat-sifat huruf Arab

Sifat bunyi huruf Arab semuanya berjumlah 13, yaitu :

(1) Jahar, konsisten bunyi huruf kepada makhrajnya tidak disertai

nafas, ada 19 huruf, selain 7 huruf yang bersifat hams.

(2) Hams, adanya bunyi desis, hurufnya adalah:

-
(3) Syiddah, terputusnya huruf ketika mati, jumlah hurufnya ada

8, yaitu: -- -----

(4) Rakhawah, suara terus ada ketika huruf mati. Hurufnya 13

yaitu selain yang bersifat syiddah dan tawassut}.

(5) Tawassut, yaitu antara syiddah dan rakhawah, hurufnya ada 5

yaitu terhimpun dalam kalimat -


(6) Itbaq, tertahannya bunyi antara dan langit-langit. Hurufnya ada

4, yaitu: - - - -
(7) Infitah, artinya terbuka, selain huruf itbaq itu.

(8) Istilau bunyi diatas langit-langit. Hurufnya yaitu itbaq

ditambah --
61

(9) Inkhifad, bunyi dibawah langit, hurufnya selain 7 istilau.

(10) Zallaqah, bunyi yang enteng, hurufnya ada 6 (enam), yaitu:

-
(11) Sumt, Iwan zallaqah, hurufnya 29 6 = 23 huruf.

(12) Sufir, hampir seperti siul/burung seperti huruf - -


(13) Lin, artinya lunak, yaitu sifat tiga huruf mad, yaitu - -


c) Panjang pendek (mad qasar)

Dalam bahasa Arab ada bunyi mad (vocal panjang), yaitu :

(1) Untuk bunyi u ditandai atau seperti atau


(2) Untuk bunyi a ditandai atau seperti atau

(3) Untuk bunyi i ditandai atau seperti atau

Adapun qasar, lawan mad, yaitu bunyi biasa/pendek, seperti pada

,
d) Syiddah dan Tanwin

Salah satu kekhususan bahasa Arab dalam bunyi adalah adanya

syiddah (konsonan rangkap) yang ditandai dengan, seperti pada kata

, , juga adanya tanwin (vocal rangkap) yang berwujud ,


seperti .

b. Aspek Morfologi

Dalam problema morfologi penulis hanya membahas tiga hal yaitu

isyitiqaq ( ) pola kata ( ) dan bentuk tunggal ( ) dan


( )
1) Isytiqaq ()
62

Secara terminologi, ditemukan sejumlah definisi dari para ahli. Di

antaranya: menurut Yaqb, al-isytiqaq adalah:

.
Artinya: Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai
perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna.33

Menurut Syhn


Artinya: Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi
perubahan pada bentuk dan makna.34
Problema yang muncul dalam isytiqaq adalah bagaimana

membentuk suatu kata dari kata lain dengan syarat adanya

penyesuaian antara keduanya dalam lafaz, makna dan urutan huruf

serta menjadi perubahan bentuk struktur kata. Seperti kata


maknanya yang menulis dan lebih jauh berarti sekretaris.

Kata itu diambil dari kata ( masdar) yang maknanya tulisan.


Kata adalah isim fail diambil dari kata , pendapat ini

dianut oleh ulama Bashrah.

2) Tasrif / Pola Kata

Tasrif menurut istilah disebut isytiqaq sagir, namun tasrif lebih

rumit masalahnya. Jika ditimbangkan dengan macam-macam fiil

baik dilihat dari banyak huruf maupun jenisnya. Para pengajar

33
Imil Badi Yaqb, Fiqh al-Lughah Wa Khashishuh, Beirt: Dral-Tsaqfah al-
Islmiyah, T.Th., 186
34
Taufq Muhammad Syhn, Awmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-:Arabiyah, Kairo:
Maktabah Wahbah, 1980 M/1400 H, Cet. I, 80
63

bahasa Arab harus menjelaskan kepada siswa bahwa proses tasrif

ini merupakan factor kemudahan dalam struktur kata, karena tasrif

itu sifatnya analogis dan dalam bahasa Arab lebih banyak kata

yang bersifat analogi/ dari pada sebagaimana dalam

majalah pendidikan Perancis ditulis yang diterjemahkan oleh

Moh. Mansyur mudah benar belajar dasar-dasar bahasa Arab,

gramatikanya seperti tampak sulit ternyata bersifat analogis dan

pastikan dengan syakal yang mengagumkan. Untuk menghindari

problema tasrif, maka para siswa harus menghafal pola (wazan)

karena wazan tersebut seperti rumus dalam matematika. Adapun

tasrif tersebut adalah :

.
- -
- - -
- - - - -

Dalam mempelajari wazan-wazan tersebut di atas, maka harus

memfokuskan perhatian pada aiin fiil, baik madi dan mudari-nya.

3) Bentuk Kata Benda ( )


Dalam bahasa Arab dikenal dengan tiga bentuk kata benda dilihat

dari segi jumlahnya yaitu bentuk tunggal, musanna dan jama.

Membentuk atau kata benda yang menunjuk dua tidak ada


64

masalah, karena berasal dari bentuk tunggal dengan menambah dua

huruf pada akhir kata yaitu huruf alif dannun ketika

hukumnya rafa atau ya dan nun ketika hukumnya nasab

dan jar seperti kata menjadi / sedangkan

bentuk jama terbagi tiga macam, yaitu :

a) Jama taksir ( )yaitu jama yang tidak beraturan,


struktur huruf yang ada pada bentuk tunggalnya mengalami

perubahan setelah beralih bentuk menjadi bentuk jama.

Contohnya menjadi
b) Jama muzakkar salim () yaitu jama yang

beraturan, menunjukkan jamak jenis laki-laki. Dikatakan dengan

beraturan karena urutan huruf-huruf yang terdapat pada

bentuk mufrad tetap tidak berubah dalam bentuk jama-nya.

Hanya menambah pada huruf akhir yaitu wawu dan

nun atau ya dan nun. Contoh pada kata

menjadi \
c) Jama muannas salim () yaitu jama yang

beraturan menunjukkan kepada jamak jenis perempuan jama

sama halnya dengan jama muzakkar yang urutan hurufnya

sama dengan yang terdapat pada bentuk mufradnya hanya

ada penambahnya huruf alif dan ta. Contoh pada kata

menjadi penambahan huruf alif dan ta

panjang, setelah dibuang ta marbutah.

Dari tiga bentuk jama tersebut di atas, maka yang perlu


65

diperhatikan secara serius adalah bentuk jama taksir karena

mengalami perubahan/terpecah dari bentuk mufrad-nya seperti kata

dibawah ini : - , ,
c. Aspek Sintaksis

Aspek sintaksis membahas masalah irab dan bina serta makna

kalimat. Suatu kata misalnya pada suatu konteks irab-nya marfu

karena berfungsi sebagai fail dan kata itu pula pada konteks irab-nya

mansub karena kata tersebut berfungsi sebagai objek, demikian pula

kata tersebut berfungsi sebagai majrur sebagaimana contoh berikut

ini :

: , :

Dari contoh kalimat tersebut di atas, maka problema utama

yang harus dipahami dalam masalah sintaksis adalah :

1) Jabatan / fungsi isim ( )


2) Tanda-tanda irab ()

Harakat, baris atau syakal merupakan problem yang harus

diperhatikan terutama :

1) Harakat kasrah untuk irab nasab dalam jama muannas| salim,

contohnya : yang pada dasarnya kasrah itu berlaku


untuk alamat irab jar.

2) Harakat fathah berlaku untuk alamat irab jama taksir,

contohnya
3) Ada alamat irab selain harakat, yaitu :
66

a) Waw untuk tanda irab dalam keadaan rafa yang terdapat

dalam jama muzakkar salim. Contohnya dan


berlaku pula pada asmaul khamsah. Contohnya

b) Alif untuk tanda rafa dalam isim musanna. Contohnya

dan juga untuk tanda nasb dalam asmaul

khamsah, contohnya
c) Ya tanda nasab dalam jama muzakkar salim, contohnya.
dan berlaku pula bentuk contohnya

Selain problema irab dan jabatan isim di atas, ada problema yang

sangat penting untuk dipahami yaitu, problema mabni (). Kata

mabni yaitu lafal-lafal, apabila isim, fiil atau huruf yang keadaan

akhirnya tidak mengalami perubahan-perubahan sekalipun berbeda

fungsi bagi kata benda dan dimasuki oleh satu huruf yang

mempengaruhinya pada kata kerja, sebagaimana contoh di bawah ini:

-
-
-
Problema yang harus diperhatikan pada contoh-contoh tersebut diatas

adalah kata dalam contoh pertama berfungsi sebagai fail dan

pada contoh kedua berfungsi sebagai maful bihi dan pada contoh

ketiga berfungsi sebagai isim majrur karena didahului huruf jar. Kata

dalam ketiga fungsi tersebut, tidak berubah sebab keadaan

akhirnya, sekalipun berbeda-beda fungsinya dalam kalimat, karena ia


67

termasuk kelompok jenis isim-isim yang mabni.

Isim-isim yang termasuk hukumnya mabni adalah :

(1) Isim-isim mausul ( )


(2) Isim isyarah ()

(3) Isim damir ( )


(4) Isim al-istifham ()

(5) Semua huruf ()

(6) Fiil madi ( )


(7) Isim fiil ()

(8) Sebagian zaraf ()

Isim-isim mabni tersebut di atas, mempunyai fungsi dalam suatu

kalimat, hanya mempunyai satu hukum yaitu hukum mabni yang

alamatnya statis (tidak boleh berubah harkatnya). Apabila berubah

harakatnya, maka disebut murab adalah isim yang berubah

harakatnya lawan dari mabni.

d. Aspek Semantik ( )
Semantik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tata

makna kata, pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata,

juga berarti bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna

atau struktur makna.

Berhubungan dengan pengertian di atas, maka sistem kosa kata, secara

global problema semantik meliputi :

1) Macam-macam makna kosa kata

2) Cara memilih kosa kata


68

3) Asas-asas mengajar kosa kata.

Unsur kosa kata adalah unsur yang paling asasi, karena bahasa hanya

terdiri dari kosa kata, sebagaimana ungkapan


, sebelum mempelajari kosa kata terlebih dahulu memahami
term dan kosa kata. Sebab pengertian berbeda dengan

, kata yang berarti yaitu kata yang lepas hanya


merupakan kumpulan bunyi-bunyi huruf yang tidak mempunyai

makna. Sedangkan mufradat berarti kata yang telah digunakan

dalam membentuk suatu kalimat, sehingga mempunyai arti makna,

makna ( )tertentu contoh : kata ini hanya berbunyi

maktab, secara ekstrim ia tidak berarti apa-apa secara toleran bisa

mempunyai banyak makna di antaranya meja tulis, kantor biro,

sekolah, agen dan masih banyak lagi makna lain, tetapi jika ditanya

apa arti dalam kalimat ? Dalam kalimat ini berarti

meja tulis.

Adapun cara memilih makna kosa kata dalam mengajar, mufradat

yang diajarkan harus dipilih, maksudnya memilih mufradat harus berdasar

kepada :

a) Mufradat tersebut mempunyai frekuensi yang tinggi

b) Sesuai usia dan jangkauan murid

c) Mufradat tersebut sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi.

Dari uraian panjang di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa aspek

dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya aspek fonologi, mufrodat, sintaksis,

semantik dan sosio-kultural. Sedangkan problematika atau permasalahan yang


69

dihadapi oleh guru bahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu permasalahan

kebahasaan yang meliputi; fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik, dan

permasalahan non kebahasaan yang meliputi, posisi bahasa Arab yang

termarjinalkan, rendahnya motivasi dan minat kepada bahasa Arab, dan

permasalahan metodologis.
70

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian.

1. MTsN Susukan.

a. Profil MTsN Susukan.

1) Identitas Madrasah

a) Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Negeri

b) No. Statistik Madrasah : 212332203028

c) Alamat :

(1) Jalan :-

(2) Nomor Telepon : (0298) 615013

(3) Nomor Fax : (0298) 615347

(4) Desa : Susukan

(5) Kecamatan : Susukan

(6) Kabupaten : Semarang

(7) Kode Pos : 50777

(8) Email : mtsnsusukan@jateng.depag.go.id

d) Status Madrasah : Negeri

e) Didirikan (swasta) : Tahun 1965

f) Diresmikan (Dinegerikan) : 1980 , No 27/1980, Tgl 31

Mei 1980

g) Waktu Belajar : Pagi


71

h) Jumlah Jam Pelajaran/ minggu :

(1) Kelas 7 : 47 Jam

(2) Kelas 8 : 47 Jam

(3) Kelas 9 : 47 Jam

i) Kepala Madrasah :

(1) Nama : Drs. H. Mudlofir, MM.

(2) NIP : 196404241997031002

(3) Alamat Rumah : Pabelan RT. 5 RW. I Kec.

Pabelan Kab. Semarang

(4) Nomor Telephon :(0298)312038/08122813821

j) Kepala Urusan Tata Usaha :

(1) Nama : Jumadi

(2) NIP : 196201041986031006

(3) Alamat Rumah : Tlawongan Sidorejo, Kec.

Susukan Kab. Semarang

(4) Nomor Telephon : (0298) 3420073

2) Sejarah Berdiri dan Nama Madrasah

Pendirian Madrasah ini diprakarsai oleh Bapak Kyai H.

Syamsudin, Bapak Kyai H. Dzhakiri, dan Bapak Kyai H. Muh

Ja'farin Ahmad dan atas persetujuan beberapa tokoh masyarakat,

bekerja sama dengan MWC NU Kecamatan Susuka sepakat untuk

mendirikan lembaga pendidikan resmi dengan nama Madrasah

Tsanawiyah Nahdlatul Ulama' tepatnya pada tahun 1965. Dan


72

berubah-ubah nama sesuai perkembangan masyarakat dan suhu

politik saat itu. Dari MTs NU menjadi MTs Al- Islam dan

dinegerikan pada tahun 1980 dengan SK. Menteri Agama nomor :

27/1980 tanggal 21 Mei 1980 dengan nama Madrasah

Tsanawiyah Negeri Susukan Kabupaten Semarang (Relokasi dari

MTs Negeri Grabag 02 Magelang secara resmi) terhitung mulai

tanggal 1 September 1981.1

3) Kepala Madrasah

a) Kepala Madrasah yang pertama Drs. H. Qowa'id terhitung

mulai dari masih swasta sampai dengan 12 April 1996.

b) Kepala Madrasah kedua Drs. Sujitno dari 12 April 1996

sampai dengan 5 April 1999.

c) Kepala Madrasah ketiga Drs. Sarbani dari 5 April 1999 sampai

dengan 3 Juni 2002.

d) Kepala Madrasah keempat Drs. H. Istichsan dari 3 Juni 2002

sampai dengan 22 Maret 2007.

e) Kepala Madrasah kelima Drs. H. Mudlofir, MM. dari 22 Maret

2007 sampai dengan sekarang.

b. Visi dan Misi

Visi dan misi yang ditetapkan dan dijadikan pegangan oleh

MTsN Susukan adalah :

Visi : Terbentuknya madrasah pilihan masyarakat yang unggul dalam

1
Dokumen buku milik Kepala MTsN Susukan
73

prestasi yang dilandasi keimanan dan ketakwaan.

Misi :

1) Melaksanakan proses pembelajaran dengan memprioritaskan aspek

pengajaran, pengamalan, dan pengalaman.

2) Menciptakan suasana pendidikan keagamaan yang kondusif.

c. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi MTsN Susukan dapat dilihat pada gambar

berikut:

KOMITE SEKOLAH KEPALA SEKOLAH

Drs. Suroso, M.Pd Drs. H. Mudlofir, MM.

KOORD. TU

Jumadi

WK. BIDANG WK. BIDANG WK. BID.SAR. WK. BIDANG


KESISWAAN KURIKULUM PRASARANA HUMAS
Slamet Buchori, M. Amin
S.Pd. Mustofa, M.Pd. Nurkholis, S.Pd. Drs. Azizudin

KOORDINATOR BK
GURU-GURU
Muhammad
M. Musoffa Amin
Wildan,S.Psi Drs. Jaya Syahran

SISWA-SISWI
Mustofa, M.Pd.

Gambar 4. Struktur Organisasi MTsN Susukan


74

d. Data Guru.

Guru di MTsN Susukan diklasifikasikan menurut Kualifikasi

Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah serta Jumlah guru

dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan

(keahlian), berikut datanya:

Tabel 1. Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin, dan jumlah guru

Jumlah dan Status Guru


No Tingkat Pendidikan GT/PNS GTT/Guru Bantu
Jumlah
L P L P
1. S3/S2 2 - - - 2
2. S1 12 23 4 5 44
3. D3/Sarmud - - 1 - 1
4. D1 - - - - -
5. SMA/ sederajat - - - - -
Jumlah 14 23 5 5 47
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan

Tabel 2. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang
pendidikan (keahlian)

MATA PELAJARAN
NO NAMA KD KLS KLS KLS JTM KET
VII VIII IX
Drs. H. Mudlofir,
1 1 BK B.Arab Kamad
MM 14
2 Drs. Azizudin 2 B.Ingg 17 WK. Humas
Heny Budi Lestari,
3 3 PKn IPS PKn Bdg SDM
S.Pd. 26
4 Burhanudin, S. Ag. 4 AA AA 30
5 Sri Wahyuni, S.Pd. 5 B.Ind B.Ind 32 Wl Kls 9A
6 Jumiati, S.Pd. 6 MAT MAT 32 Bdg. Pngjrn
7 Sulastri, S.Pd. 7 IPA. A IPA Wl Kls 9E
37
8 Drs. Masykur 8 Mat. 20 Ka Perpus
Bdg.
9 Dra. Siti Wasilah 9 IPS AA
24 Humas,7F
10 Aliq Diroyah, S. 10 IPS 28 Wl Kls 9B
75

Pd.
Fachrudin Ro'is, S.
11 11 B.Ingg B.Ingg Wl Kls 9F
Ag 30
Slamet Bukhori, S. WK
12 12 PJOK PJOK
Pd. 16 Kesiswa
M. Amin Mustofa,
13 13 IPA IPA. A WK Kurik
M. Pd. 32
Umi Fajriyah, S.
14 14 QH QH Wl Kls 7B
Ag. 30
15 Nur Hidayah, S. Pd. 15 Mat. Mat. 25 Bend KMT
Noor Farida Y., S.
16 16 SKI Fiqih Fiqih Wl Kls 8B
Ag. 34
Mau'idzotul H., S.
17 17 IPS IPS Wl Kls 9G
Pd. 28
18 Sukrini, S. Pd. 18 Mat. Mat. Mat. 32 Wl Kls 7E
Adillah Niswaty, S.
19 19 SKI SKI Wl Kls 8C
Ag. 34
20 Nur Kholis, S. Pd. 20 B.Ind 17 Waka Sarpra
Isti Kadaryah, S.
21 21 Mat. Mat. Wl Kls 7C
Pd. 27
22 Umiyatun, S. Pd. 22 B.Ind Wl Kls 8E
30
Endang
23 23 B.Ind B.Ind Wl Kls 9H
Sulistyawati, S.S. 27
Kor. BP,
24 Drs. Irwan 24 PKn
24 Ket.
Lab.
BP
Ketrampilan
25 Dra. Nurul Hidayati 25 PKn PKn 26 Wl Kls 8A
IPS
Murodi Sabikin, Ka. Lab.
26 26 Seni Seni Seni
S.Ag. 32 Seni
AA
Bdg Kegma,
27 Muto'in, S. Ag. 27 B.Arab B.Arab
30 Wl9D
Ungln
Ungln Ungln
Agm
Agm 7B Agm 8B
9B
28 Sri Haryati, S.Pd. 28 Wl Kls 8F
0
29 Arina Lutfiyah, SE 29 IPS IPS 24
30 Dra. Haniatun 30 Fiqih AA 28 Wl Kls 7D
BP
31 Sutrisna, S. Pd. 31 B.Jawa B.Jawa 28
Anima Ubbadah,
32 32 B.Ingg Wl Kls 8D
S.Pd. 27
Agus Santosa S. Pd.
33 33 B.Ingg B.Ingg Wl Kls 7i
I. 32
PJOK PJOK
76

Fita Anelia
34 34 B.Ingg Wl Kls 7A
Hidayah, S.Pd.I. 30
Aan Muanah,
35 35 BAR
S.Pd.I. 24
Hanik Lutfiyah,
36 36 B.Ind B.Ind Wl Kls 7F
S.Pd. 30
Koor
37 Bahauddin, BA 37 B.Arab B.Arab
27 Unggln
Ungln
Ungln Ungln
Agm
Agm 7B Agm 8B
9B
Miladiyawati, S.
38 38 KTK KTK KTK Wl Kls 8H
Ag. 34
QH QH
39 Masno, S. Si. 39 IPA . A IPA 37 Ka. Lab. Ipa
A. Hasan Mafatih,
40 40 BTA BTA B.Arab Bdg Peniln
SH.I. 30
Ungln
Ungln Ungln
Agm
Agm 7B Agm 8B
9B
Asni Rikhaniyah,
41 41 SKI QH
S.Pd. I 24
42 Sugiyanto, S.Kom. 42 TIK TIK TIK 34 Ka.Lab.Kom
Rifatul Wifkiyah,
43 43 Fiqih Fiqih Wl Kls 8I
S.Ag. 26
BP
Hidayah
44 44 B.Ingg B.Ingg Wl Kls 8G
Rahmawati, S.Pd. 33
Atina Husniyati, Wl Kls 7G
45 45 B.Ingg B.Ingg B.Ingg
S.Pd.I 31 ,Ka.Lab.Bhs
M. Musoffa
46 46 BP BP
Wildan,S.Psi 24
47 Lies Farida, S.Pd. 47 BP BP 24
48 Nurul Muttaqim 48 PJOK PJOK 24
Zayyinul
49 49 IPA IPA
Istiqomah, S. Pd. 30
Umi Khuslum, S.
50 50 B.Jawa B.Jawa
Pd. 24
Ungln
Miftahussurur, S. Ungln
51 51 Agm
Pd. I (7B),7A Agm 8B
9B 24
BP BP Piket
Jumlah 1383
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan
77

e. Data Siswa.

Setiap siswa yang mendaftarkan di MTsN Susukan pada tiap tahunnya

sangatlah beragam dan demikian pula yang lulus tes masuk.

Adapun data siswa MTsN Susukan beberapa tahun terakhir

adalah:

Tabel 3. Data Siswa 4 (empat ) Tahun Terakhir

Jumlah
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX (Kls. VII+ VIII
+ IX)
Th. Jml Jum. Jml Jum. Jml Jum. Jml Jum.
Pelajaran Siswa Rombe Siswa Rombe Siswa Rombe Siswa Rombel
l l l
2010/2011 242 8 254 7 237 8 733 23
2011/2012 276 8 228 7 238 7 742 22
2012/2013 276 8 223 7 238 7 737 22
2013/2014 324 9 295 9 264 8 883 26
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan

f. Data sarana dan prasarana.

MTsN Susukan mempunyai sarana dan prasarana yang lebih lengkap

dari pada MTs / SMP yang lain baik negeri maupun swasta.

Adapun sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi: Ruang kelas

(belajar) yang terdiri dari 26 kelas, ruang paraktek, ruang kantor,

ruang penunjang, dan lapangan olahraga dan upacara.

Tabel 4. Ruang Belajar (Praktek)

Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan


(buah) (pxl)
1. Perpustakaan 1 8 x 14 Baik
78

2. Lab. Biologi 1 8 x 12 Baik


3. Lab. Kimia 1 8 x 12 Baik
4. Lab. Fisika 1 8 x 12 Baik
5. Multimedia 1 8 x 12 Baik
6. Lab. Komputer 2 8 x 12 Baik
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan

Tabel 5. Data Ruang Kantor

Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan


(buah) (pxl)
1.Kepala Sekolah 1 8 x 12 Baik
2. Guru 1 8 x 20 Baik
3. Tata Usaha 1 8x9 Baik
4. Tamu 1
5. FotoCopy 1 Baik
6. R.Perpus 1 8 x 14 Baik
7. MCK KS. 2 2x2 Baik
8. R. Kelas Bawah 14 8x9 Baik
9. R. Kelas Atas 18 8x9 Baik
10. R. TU 1 8x9 Baik
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan

Tabel 6. Data Ruang Penunjang

Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan


(buah) (pxl)
1. Gudang 4 2x3 Baik
2. Dapur 1 2x3 Baik
4. KM/WC Guru 2 4x4 Baik
5. KM/WC Siswa 20 2 x 1,8 Baik
6. BK 1 8x9 Baik
7. UKS 1 8x5 Baik
79

8. OSIS 1 8x4 Baik


9.Ibadah/masjid 1 20 x 20 Baik
10. Koperasi 1 8x6 Baik
11. Hall/lobi 2 5x8 Baik
12. Kantin 1 10 x 12 Baik
13. Bangsal 1 15 x 15 Baik
Kendaraan/Parkir
14. Pos Jaga 1 2 x 25 Baik
15. R. Serba Guna 1 20 x 25 Baik
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan

Tabel 7. Lapangan Olahraga dan Upacara

Lapangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan


(buah) (pxl)
1. Lapangan Olahraga
a. Basket 1 5,5 x 10 Baik Baik
b. Tennis 1 5,5 x 10 Baik
c. Bola Volley 1 7,5 x 10
2. Lapangan Upacara 1 8 x 12 Baik
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTsN Susukan

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Susukan.

a. Profil MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Susukan.

MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Susukan merupakan salah satu

MTs swasta dari dua MTs Swasta yang ada di Kecamatan Susukan

yang lokasinya berada di pinggiran desa Timpik yang berjarak

sekitar tiga kilometer dari pusat Kecamatan Susukan. MTs Terpadu

Al-Mustaqim Timpik Susukan merupakan salah satu lembaga yang

berada dibawah pengelolaan Yayasan Al-Mustaqim yang berdiri sejak


80

than 2006, dan sekarang yayasan tersebut di pimpin oleh ust. Zuhdi

Amin, MM yang tidak lain adalah salah satu putra dari pendiri

Yayasan Al-Mustaqim yaitu K.H. Hasyim.

MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Susukan ini didirikan

tahun 2009 sebagai wadah pendidikan karena kebutuhan masyarakat

Timpik, khususnya masyarakat sekitar yayasan, karena pada waktu

itu lembaga tingkat SLTP sangat terbatas existensinya.

Dalam perjalanannya, existensi MTs Terpadu Al-Mustaqim

Timpik Susukan selalu mendapat support dari pihak internal

sekolah, yayasan maupun stakeholders. Berbagai pembenahan

dilakukan demi peningkatan mutu sekolah dan pelayanan 80ublic.

b. Visi dan Misi MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Susukan.

Visi

Mewujudkan generasi berprestasi dan berbudi luhur.

Misi

1) Melaksanakan pembelajaran yang bermutu

2) Melaksakan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa

3) berkembang secara optimal sesuai dengan potensi.Menumbuhkan

semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga

madrasah.

4) Mengoptimalkan dan membiasakan kegiatan beribadah.

5) Menanamkan budi pekerti luhur dengan landasan keislaman


81

c. Struktur Organisasi MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Susukan

KOMITE SEKOLAH KEPALA SEKOLAH

K.H. HASYIM ALIM ROIS, S.HI

KABAG TU

FAIZAH

WK. BIDANG WK. BIDANG WK. BID.SAR.


KESISWAAN KURIKULUM PRASARANA
Nayin Prabowo, Tatik Kristianingsih,
S.Pd.I S.Pd. Agus Wahid, S.Pd.I

Muhammad Amin
GURU-GURU Drs. Jaya Syahran

Gambar 5. Sumber : Dokumen Kabag. TU MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik


Mustofa, M.Pd.

d. Data guru.

Pembagian tugas guru di MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik

Susukan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 8. Data Ketenagaan Dan Pembagian Tugas Mengajar Guru

No Nama, NIP Jabatan Mengajar Bidang Mengajar Jumlah Jam


Studi Kelas Mengajar
(1) (2) (3) (4) (5)
82

1 ALIM ROIS, S.HI FIQIH 7-9


-
Kepala Madrasah
2 KHUSNI MUBAROK, QURAN HADIS
S,Pd.I AQIDAH AKHL. 7
3 - SHOLIHUN, S.Pd.I AQIDAH AKHL
M. 8-9
-
4 TITIK IPA
KRISTIYANINGSIH, KSN
S.Pd
5 -M. AGUS WAKHID, S.Pd B. INGGRIS 8-9
Waka
- Kurikulum, Wali TIK
Kelas IXB
Waka Sarpras
6 NAYIN, S.Pd B. JAWA
- PJOK
Waka Kesiswaan, Wali
7 Kelas
FAIZAHVIIIB TATA BUSANA
-
Kepala Tata Usaha
8 SRI WINARSIH, S.Pd MATEMATIKA
-
Wali Kelas VII
9 SINDHUNG PRABOWO, B. INDONESIA
S.Pd.I B. INGGRIS 7
-
10 Wali Kelas IXA
ERI SUPRIYATIN, A.Ma PKn
- IPS 9
Wali kelas VIIIA
11 GIYANTI, S.Pd IPS 7-8
-
BP
12 ISMAIL, S.Pd.I B. ARAB
SKI 9
13 ENI WIJAYANTI, S.Pd SKI 7-8
-
Tata Usaha
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik

e. Data Siswa

Siswa-siswi yang belajar di MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik

Susukan tiap-tiap kelas dan umurnya bervariasi mulai dari kelas 1, 2,


83

dan 3, baik jurusan IPA dan IPS. Untuk lebih jelasnya perhatikan

tabel di bawah ini :

Tabel 9. Data Siswa Menurut Kelas

Jumlah
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX (Kls. VII+ VIII
+ IX)
Th. Jml Jum. Jml Jum. Jml Jum. Jml Jum.
Pelajaran Siswa Romb Siswa Rombe Siswa Rombe Siswa Rombel
el l l
2010/2011 23 1 13 1 36 2
2011/2012 32 1 23 1 13 1 68 3
2012/2013 55 2 34 1 23 1 112 4
2013/2014 55 2 55 2 34 1 144 5
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik

f. Data Sarana dan Prasarana

Data sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs Terpadu Al-

Mustaqim Timpik Susukan meliputi kategori buku dan alat

pendidikan menurut mata pelajaran dan perlengkapan kegiatan

belajar mengajar di sekolah.

Tabel 10. Ruang Kantor, Belajar (Praktek) dan Perpustakaan

Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan


(buah) (pxl)
1. Ruang Kelas VII 2 7x8 Baik
2. Ruang Kelas VIII 2 7x8 Baik
3. Ruang Kelas IX 1 7x8 Baik
4. Ruang Kantor 1 7x8 Baik
5. Perpustakaan 1 7x8 Baik
6. Lab. Komputer 2 7x8 Baik
7. Ruang Ketrampilan 1 7x8 Baik
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik
84

Tabel 11. Data Ruang Penunjang

Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan

1. Gudang (buah)
1 (pxl)
2x3 Baik
2. Dapur 1 2x3 Baik
4. KM/WC Guru 1 2x2 Baik
5. KM/WC Siswa 1 2 x 1,5 Baik
6. Ibadah/masjid 1 12 x 12 Baik
7. Koperasi 1 4x6 Baik
8. Lapangan Upacara 1 10 x 15 Baik
Sumber : Dokumen Kabag. TU MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik

B. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah

standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran

pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun

pada sistem kredit semester.

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.2

2
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
85

Setelah peneliti mengadakan studi dokumentasi, observasi dan wawancara

dengan kepala madrasah, waka kurikulum, guru bahasa Arab dan siswa, maka

pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab dapat saya paparkan sebagai berikut :

1. MTsN Susukan

Sejak tahun 2009 MTsN Susukan membuka kelas khusus yang

disebut dengan kelas unggulan, dimana pihak madrasah pada

gelombang I menjaring siswa saat PPDB dengan memberikan

regulasi yang ketat, diantaranya pendaftar adalah alumni SD/MI

yang mempunyai peringkat 1 10 dalam ujian. Sehingga bisa

dikatakan siswa SD/MI yang berprestasi hampir semuanya masuk MTsN

Susukan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi 1 sampai dengan 30 bisa

masuk kelas unggulan, dan yang lainnya masuk kelas reguler. Masuk tahun

ajaran baru 2010/2011 kelas unggulan dibagi dua, yaitu unggulan A dengan

konsentrasi MIPA, dan unggulan B dengan konsentrasi mapel agama.

Berkenaan dengan implementasi kurikulum, beberapa mata pelajaran

diantaranya bahasa Arab, MTsN Susukan melaksanakan pembelajaran

melalui dua kegiatan, yaitu kegiatan intra kurikuler dan kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler pelaksanaannya pada jam-jam pagi

sampai siang, sedangkan ektrakurikuler dilaksanakan pada sore hari.

Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sebelumnya guru

bahasa Arab menyiapkan perangkat pembelajaran yang dibuat setiap awal

tahun ajaran baru/ kenaikan kelas. Seperti yang diungkap oleh bapak

Muthoin pada waktu selesai mengajar di kelas IX diwawancara oleh peneliti,


86

ia mengatakan: Untuk melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu saya

menyiapkan segala sesuatunya, yang meliputi kalender pendidikan, silabus,

rincian pekan efektif, program tahunan, program semester, dan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya anda bisa melihatnya di

perangkat pembelajaran saya3 Ibu Aan Muanah, S.Pd.I selaku guru bahasa

Arab juga menyatakan:Untuk perangkat pembelajaran ya sudah jelas saya

buat sebagai acuan, lebih jelasnya anda lihat di panduan/ perangkat

pembelaaran yang saya buat ini tapi yang paling penting keberadaannya

bagi saya adalah RPP, karena merupakan gambaran apa yang akan saya

lakukan/ langkah-langkah kegiatan pembelajaran di kelas4. Dari hasil

wawancara tersebut dapat dipahami bahwasannya guru bahasa Arab di

MTsN Susukan sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar sudah

menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: kalender pendidikan,

silabus, rincian pekan efektif, program tahunan, program semester, dan

rencana pelaksanaan pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dijadikan

acuan oleh guru bahasa Arab dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Guru bahasa Arab di MTsN Susukan dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar, membagi kegiatan pembelajaran menjadi tiga bagian yang

meliputi: pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Data ini diperkuat

dengan hasil studi dokumentasi yang peneliti lakukan terhadap perangkat

pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah

3
Wawancara dengan Bapak Muthoin guru bahasa Arab pada tanggal 9 Januari 2014
4
Wawancara dengan Ibu Aan Muanah guru bahasa Arab pada tanggal 9 Januari 2014
87

dibuat oleh guru bahasa Arab MTsN Susukan. 5

Adapun pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di MTsN Susukan

adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pendahuluan dari pelaksanaan pembelajaran, guru bahasa Arab

membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya guru

bahasa Arab menyampaikan pesan moral yang sifatnya mengarah pada

aspek afektif dan psikomotor. Setelah itu guru bahasa Arab memotivasi

siswa agar suasana kegiatan belajar mengajar lebih bersemangat,

dilanjutkan dengan guru bahasa Arab menyampaikan KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) / tujuan pembelajaran sesuai dengan topik

pembelajaran, mengatur kelompok kerja siswa sambil mengabsen siswa

dan menyiapkan media pembelajaran bersama-sama dengan siswa.

Kemudian guru bahasa Arab melakukan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan kepada siswa sehubungan dengan materi-

materi yang sebelumnya untuk menguatkan kembali ingatan peserta

didik terhadap materi-materi sebelumnya dan mengkorelasikan

materi-materi yang sebelumnya dengan materi akan dibahas pada saat

itu.

Langkah akhir dari kegiatan pendahuluan, guru bahasa Arab

menyampaikan indikator-indikator/cakupan materi yang akan dibahas saat

itu, dengan setandar kompetensi Memahami wacana lisan melalui

5
Wawancara dengan Bapak Hasan Mafatih guru bahasa Arab pada tanggal 9 Januari
2014.
88

kegiatan mendengarkan (berbentuk gagasan atau dialog sederhana)

tentang / berwisata, dan kompetensi dasar Menemukan

informasi dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana tentang penciptaan

langit dan bumi.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi

kegiatan awal, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1) Kegiatan Awal diisi dengan membaca secara bersama-sama

dibimbing oleh guru secara bergantian, setelah itu guru menunjuk

secara acak siswa membaca materi qiroah.

2) Eksplorasi dilakukan dengan cara siswa beradu cepat memasangkan

kalimat acak tentang , dan Siswa membaca berbagai

sumber tentang

3) Elaborasi dilakukan dengan guru meminta siswa untuk saling menilai

hasil pemasangan berdasarkan apa yang telah dibaca tentang

secara tertulis dan kemudian dikumpulkan sebagai hasil evaluasi.

4) Konfirmasi dilakukan dengan guru bertanya kepada peserta didik,

apakah peserta didik merasa ada kesulitan/ ada hal-hal yang masih

kurang difahami atau bahkan tidak faham sehubungan dengan

materi yang dibahas, jika peserta didik masih kurang faham atau

bahkan tidak faham sehubungan dengan materi yang dibahas maka

guru menjelaskannya hingga peserta didik memahami

permasalahannya. Akhirnya guru memberikan penguatan tentang


89

kesimpulan

c. Kegiatan Penutup

Sebagai kegiatan penutup guru bersama siswa membuat rangkuman

pembelajaran dalam bentuk lisan dan bentuk laporan tertulis sebagai

hasil nyata dari diskusi. Setelah itu guru meneruskan dengan

menginformasikan kepada peserta didik materi pertemuan yang akan

datang agar siswa bisa mempersiapkan diri untuk pertemuan yang akan

datang. Dan terakhir guru menyampaikan penghargaan atas partisipasi

aktif seluruh peserta didik dalam kegiatan diskusi dengan mengucapkan

terima kasih, yang juga sebagai teladan bagi peserta didik agar selalu

mengucapkan rasa terimakasih ketika mendapatkan perhatian dan atau

bantuan dari orang lain.6

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim

Untuk melaksanakan pembelajaran, guru d i MTs Terpadu Al-Mustaqim

termasuk juga guru bahasa Arab dibekali dengan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari Absensi siswa, daft ar nilai, Kal ender

Pendidikan (Kaldik), dan Program Hari an yang di susun oleh

Tim Kurikulum . Hal tersebut dijelaskan oleh guru bahasa Arab bapak

Ismail, S.PdI: Untuk melaksanakan pembelajaran, semua guru termasuk

saya berbekal dengan buku ini, yang berisi antara lain, Absen, Daftar nilai,

kalender pendidikan, dan Program Harian..7Sedangkan silabus dan RPP

disusun sendiri oleh guru mata pelajaran. Dari hasil wawancara tersebut
6
Observasi Pembelajaran bahasa Arab di kelas IXF yang dilakukan oleh bapak Muthoin
tanggal 11 Januari 2014
7
Wawancara dengan Bapak Ismail guru bahasa Arab pada tanggal 9 Januari 2014
90

dapat dipahami bahwasannya guru bahasa Arab di MTs Terpadu Al-

Mustaqim sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar sudah

menyiapkan perangkat pembelajaran. Sebagaimana yang dilaksanakan di

madrasah-madrasah yang lain Guru bahasa Arab di MTs Terpadu Al-

Mustaqim dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, menerapkan

beberapa teori dan metode pembelajaran. Diantaranya adalah: Metode

Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran

terutama untuk kegiatan awal, Kerja kelompok: kegiatan ini digunakan untuk

mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran, Diskusi

: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkenaan dengan

materi kegiatan pembelajaran, Pameran dan Shopping : pajangan hasil

diskusi/kerja kelompok dan saling mengomentari pajangan.

Data ini diperoleh dari wawancara dan studi dokumentasi yang

peneliti lakukan terhadap perangkat pembelajaran yang berupa rencana

pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru bahasa Arab MTs

Terpadu Al-Mustaqim. 8

Adapun rangkaian pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di MTs Terpadu

Al-Mustaqim sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pembelajaran di MTs Terpadu Al-Mustaqim termasuk mata pelajaran

bahasa Arab dimulai jam 07.40 menit, karena Jam ke-0 digunakan

untuk pembacaan asmaul husna dan pendalaman tahfidz Juz Amma.

8
Observasi dokumen Waka Kurikulum MTs Terpadu Timpik tanggal 6 Januari 2014
91

Kecuali hari Kamis yang digunakan untuk salat dhuha dan membaca

tahlil yang dipimpin oleh Waka Kesiswaan bapak Nayin, SPd.

Guru bahasa Arab masuk kelas tepat jam 07.40 dan

mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, doa bersama.

Selanjutnya guru mengabsen siswa dilanjutkan menyampaikan beberapa

nasehat dan memberi motivasi siswa agar lebih giat belajar dan

bersemangat untuk belajar belajar, dilanjutkan dengan guru

menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran hari itu. Materi yang

diajarka adalah Mendengarkan/Istima dengan setandar kompetensi

Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan (berbentuk

gagasan atau dialog sederhana) tentang / berwisata, dan

kompetensi dasar Menemukan informasi dari berbagai bentuk wacana

lisan sederhana tentang penciptaan langit dan bumi

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi

kegiatan awal, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1) Kegiatan Awal diisi dengan membaca secara bersama-sama

dibimbing oleh guru secara bergantian, setelah itu guru menunjuk

secara acak siswa membaca materi qiroah.

2) Eksplorasi dilakukan dengan cara siswa siswa berkelompok

mengartikan mufrodat/arti kata tentang , dengan bekal

kamus yang dimiliki beberapa siswa siswa.

3) Elaborasi dilakukan dengan guru meminta siswa untuk saling


92

mencocokkan hasil penerjemahan mufrodat berdasarkan apa yang telah

ditulis tentang , dilanjutkan dengan menyebutkan kosa kata

baru beserta artinya.

4) Konfirmasi dilakukan dengan guru bertanya kepada peserta didik,

apakah peserta didik merasa ada kesulitan/ ada kosa kata yang belum

bisa diterjemahkan sehubungan dengan materi yang dibahas, jika

peserta didik masih belum bisa maka guru membantu menerjemahkan

hingga peserta didik menerjemahkan semua kalimat dan jumlah dalam

qiroah. Akhirnya secara bersama-sama dan individu peserta didik

dapat menerjemahkan materi

c. Kegiatan Penutup

Sebagai kegiatan penutup guru bersama siswa membuat rangkuman dan

kesimpulan pembelajaran dalam bentuk laporan tertulis sebagai hasil

nyata dari diskusi. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa

agar terus belajar dan mengulang-ulang materi pada hari itu, dan akhirnya

pembelajaran ditutup dengan bacaan hamdalah dan ucapan salam.9

Demikian gambaran pelaksanan pembelajaran bahasa Arab yang

dilaksanakan di MTsN Susukan dan MTs Terpadu Tmpik Kecamatan Susukan.

Melihat pembelajaran bahasa Arab mulai perencanaan sampai pelaksanaan yang

dilakukan oleh bapak Muthoin, dan bapak Ismail peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran di MTsN Susukan sudah mengarah kepada model pembelajaran

PAIKEM, sebagaimana diungkapkan Saminanto bahwa untuk meyusun RPP

9
Observasi Pembelajaran bahasa Arab di kelas IXF MTs Terpadu Timpik yang dilakukan
oleh bapak Ismail tanggal 10 Januari 2014
93

yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan diantaranya :

1) memahami kriteria siswa

2) mengenal siswa secara perorangan

3) memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.

4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif serta mampu

memecahkan masalah

5) Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan


10
8) Mengembangkan aktifitas fisik dan mental

Sedangkan pembelajaran di MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik masih banyak

kekurangan untuk menuju pembelajaran dengan model PAIKEM.

10
Saminanto, Mengembangkan RPP PAIKEM, EEK dan Berkarakter, Semarang: RaSAIL
Media Group, 2012, 58
94

BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menyajikan hasil penelitian yang masing-masing dilakukan di

MTsN Susukan dan MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan,

yang penyajiannya meliputi 2 hal yaitu: problematika pembelajaran bahasa

Arab, dan upaya mengatasi problematika pembelajaran bahasa Arab .

Problematika pembelajaran bahasa Arab berisi tentang temuan-temuan

kasus berdasarkan dari paparan data hasil penelitian di MTsN Susukan dan MTs

Terpadu Al-Mustaqim. Upaya mengatasi problematika berisi tentang usaha guru

dan madrasah baik yang masih berupa program maupun sudah dilaksanakan untuk

memperbaiki pembelajaran dan hasil belajar bahasa Arab di MTsN Susukan dan

MTs Terpadu Al-Mustaqim.

A. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran di kategorikan berhasil apabila semua siswa dapat menerima dan


memahami materi yang disajikan oleh guru. Materi pelajaran dapat diterima oleh
siswa apabila penyajiannya mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran yang ada,
sehingga siswa dapat tuntas dalam menerima pelajaran, dibuktikan dengan hasil
evalusi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, standarisasi atau taraf keberhasilan dalam
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Istimewa (maksimal), apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat
95

dikuasai siswa.
2. Baik sekali (optimal), apabila sebagian besar 76 % - 99 % bahan pelajaran
dikuasai siswa.
3. Baik (minimal), apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 % - 75 %
yang dikuasai siswa.
4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % yang dapat
dikuasai oleh siswa.1
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis laksanakan, ada
beberapa problematika dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya:
1. MTsN Susukan

a. Problem Linguistik

1) Masih kesulitan dalam menterjemahkan sebuah bacaan/qiroah

Salah satu materi pembelajaran bahasa Arab yang sangat sulit

dirasakan oleh siswa adalah materi tarjamah, dengan alasan susunan

subjek dan predikat antara bahasa arab dengan terjemahnya sering

dibalik/tidak urut. Sebagai contoh,


yang artinya

murid-murid pergi (bukan pergi muid-murid).2

2) Siswa kesulitan dalam menulis Arab dengan dikte

Siswa mengakui kesulitan dalam menulis dengan dikte diantaranya

mereka sering salah dalam hal menyambung huruf, antara kalimah

yang didahului al marifat dan tidak, juga sulit membedakan huruf

yang mirip makhrajnya.

1
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, 121
2
Wawancara dengan Nelin Dias Pratiwi siswi kelas VIII MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
96

Disamping itu dalam membacakan dikte, suara guru kurang

lantang, terlalu cepat dan kondisi siswa yang belum semua siap.3

b. Problem Non-Linguistik

1) Siswa

Secara umum Pembelajaran bahasa Arab di MTsN Susukan dari

faktor siswa tidak mengalami problematika yang berarti. Bapak

Muto'in, S.Ag menjelaskan: Secara umum Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) bahasa Arab yang sudah berjalan selama ini

sangat kondusif, apalagi di kelas ungulan, hampir tidak ada problem,

dengan KKM 80, semua siswa bisa tuntas baik ulangan harian sampai

UAS4

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu siswa kelas 8B

unggulan Religi yang bernama Nelin Dias Pratiwi, yang mengatakan

bahwa dia sangat senang belajar bahasa Arab, karena materi yang

diajarkan sangat mudah difahami. Pada semester I tahun pelajaran

2013/2014 dengan KKM yang dipatok 80 dari madrasah dia meraih

nilai raport 89.5

Problematika pembelajaran bahasa Arab yang penulis

temukan di MTsN Susukan kebanyakan terdapat di kelas regular.

Diantaranya adalah:

3
Wawancara dengan Muhammad Iqbal siswa kelas IX MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
4
Wawancara dengan bapak Muthoin guru bahasa Arab MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
5
Wawancara dengan Nelin Dias Pratiwi siswi kelas VIII MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
97

a) Latar belakang pendidikan siswa yang heterogen

Bapak Muto'in, S.Ag menjelaskan bahwa sebagian besar siswa

MTsn Susukan berasal dari masyarakat biasa, hanya sebagian

kecil yang tinggal di pesantren, sehingga mereka yang tinggal di

masyarakat/rumah orang tua khususnya yang alumni Sekolah

Dasar banyak yang sama sekali belum pernah mengenal bahasa

Arab.6

b) Kurangnya Motivasi siswa MTsN Susukan

Belajar atau menguasai bahasa ibu adalah sesuatu yang sangat

vital dalam kehidupan manusia. Sebab, tergantung kepada

keterampilan berbahasa itulah keperluan hidupnya dapat

terpenuhi dan keinginannya dapat diraih. Begitu juga keadaan

dirinya seperti sakit, sedang marah, atau senang, dapat diketahui

orang lain. Jadi, semua itu tidak akan bisa diketahui orang lain

tanpa diungkapkan dalam bahasa yang tepat.

Dengan demikian motivasi yang mendorong peserta didik

untuk mempelajari bahasa orang-orang yang ada di sekitarnya

merupakan motivasi intrinsik yang menjadikan belajar bahasa ibu

merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan

menjadi suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

mencapai tujuan akhir. Sementara kalau kita amati motivasi yang

ada pada peserta didik yang belajar Bahasa Arab, motivasinya

6
Wawancara dengan bapak Muthoin guru bahasa Arab MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
98

adalah bersifat ekstrinsik, sebab keinginan yang ingin dicapai

dengan bahasa itu bersifat sementara bahkan hanya ilusi.

Peneliti berasumsi bahwa siswa kurang termotivasi untuk

belajar bahasa Arab, karena dari wawancara yang penulis lakukan

dapat disimpulkan bahwa, kebanyakan siswa di MTsN Susukan

kelas regular beranggapan, bahwa bahasa Arab adalah pelajaran

yang sulit, sehingga motivasi belajar bahasa Arab sangat kurang.

Salah satu siswa kelas 9F dari kelas regular yang bernama

Muhammad Iqbal menuturkan bahwa bahasa Arab itu sulit,

bahkan lebih sulit dari bahasa Inggris.7

2) Waktu pembelajaran yang sangat kurang

Bahasa adalah keterampilan, dan penguasaan keterampilan sangat

tergantung kepada ketersediaan waktu untuk berlatih. Waktu yang

tersedia bagi peserta didik untuk belajar bahasa Arab masih sangat

kurang. Ia hanya tersedia waktu belajar di Madrasah dalam jumlah

jam yang sangat tidak memadai, sementara untuk belajar bahasa

pertama seluruh waktunya selama 24 jam digunakan untuk belajar

bahasa baik langsung maupun tidak langsung.

Sementara itu kurikulum bahasa Arab yang diterbitkan oleh

Kementerian Agama mengalokasikan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit)

per minggu untuk tingkat MTs. Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab

di MTsN Susukan sudah di tambah 1jam pelajaran ( 1 x 40 menit ),


7
Wawancara dengan Muhammad Iqbal siswa kelas IX MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
99

namun guru bahasa Arab masih merasakan kurang untuk mengajarkan

bahasa Arab sesuai kurikulum.

3) Guru:

a) Kurang / jarang menggunakan alat/media pembelajaran

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat

bantu mengajar yang turut mempengaruhi kondisi pemahaman

pembelajar tentang materi yang diajarkan. Hamalik (1986)

mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh pada

psikologis terhadap pembelajar.

Levie & Lentz dalam Arsyad Azhar (2004) mengemukakan

empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu :

1) Fungsi atensi

Merupakan inti media visual, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran.

Media gambar khususnya overhead projektor dapat

menenangkan dan mengarahkan perhatian pembelajar kepada

pelajaran yang mereka terima, meskipun pada awalnya materi

pelajaran itu tidak disenangi sehingga mereka tidak

memperhatikan.

2) Fungsi afektif
100

Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

pembelajar ketika belajar. Lambang atau gambar visual dapat

menggugah emosi dan sikap pembelajar. Dalam

memperhatikan isi pelajaran yang diberikan.

3) Fungsi kognitif

Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam

gambar.

4) Fungsi kompensatoris

Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media

visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu pembelajar yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dan mengingatnya kembali.

Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomodasikan pembelajar yang lemah dan lambat

menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan

teks atau disajikan secara verbal.

Di MTsN Susukan semua kelas sudah di lengkapi

dengan LCD Proyektor, akan tetapi menurut penuturan siswa

baik yang regular maupun unggulan, guru sangat jarang


101

menggunaka fasilitas tersebut.8

b) Guru sangat sedikit menggunakan pengantar bahasa Arab saat

KBM

Sebagaimana uraian terdahulu kemampuan guru dalam

bermuhadasah masih kurang, maka dalam pembelajaranpun guru

bahsa Arab jarang sekali menggunakan pengantar bahasa Arab

dalam pembelajaran. Muthoin mengatakan disamping guru

terbatas muhadasahnya, juga secara umum siswa belum mampu

untuk menangkap bahasa pengantar bahasa Arab.

c) Guru Bahasa Arab di MTsN Susukan hampir 80% tidak

menguasai muhadasah baik waktu mengajar maupun di luar

kelas.9

4) Kurangnya perhatian dari orang tua siswa dalam kegiatan belajar

siswa di rumah, khususnya bahasa Arab.

Problematika yang hampir terjadi di semua madrasah adalah tidak

adanya dukungan dalam belajar bahasa Arab, karena rata-rata warga

di Kecamatan Susukan dan sekitarnya asing dengan bahasa arab,

juga tidak dijumpai lembaga bimbingan/privat maple bahasa Arab,

sehingga apabila menemui kesulitan memahami materi dan

mengerjakan tugas siswa tidak bisa minta bimbingan/bantuan.

5) Tidak adanya sarana latihan anak berbahasa/muhadasah di

8
Wawancara dengan Muhammad Iqbal dan Nelin Dias Pratiwi siswa MTsN Susukan
pada tanggal 11 Januari 2014
9
Wawancara dengan bapak Muthoin guru bahasa Arab MTsN Susukan pada tanggal 11
Januari 2014
102

lingkungan masyarakat.

Anak di dalam lingkungannya bisa membiasakan pola-pola bahasa

baru melalui bermain bahasa, dan bentuk pembiasaan dalam berbagai

situasi, itulah yang membantu peserta didik untuk belajar bahasa,

meskipun kadang dampak baik atau kurang baik. anak bisa bermain

bahasa ibunya saat ia sendiri atau ketika ada orang lain.

Di samping itu situasi dan kondisi yang dilalui peserta didik

ketika belajar bahasa ibunya sangat alami dan riil dan tidak ada

rekayasa sama sekali. Situasi dan kondisi semacam ini sangat berbeda

ketika anak belajar bahasa Arab, situasi dan kondisinya tidak alami

dan direkayasa.10

Realita yang ada di MTsN Susukan dijelaskan oleh Muthoin bahwa

hampir seluruh wilayah dimana siswa tinggal, tidak ada satupun

lingkungan atau dusun yang menggunakan percakapan bahasa arab,

tidak terkecuali di pesantren, karena beberapa pesantren yang di

tempati siswa hanya mengajarkan mufrodat dan ilmu alat, untuk

muhadasahnya belum diterapkan.11

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik

a. Problem Linguistik

1) Kurang mengenali bentuk atau tulisan huruf Arab

Dari beberapa siswa di kelas VIII masih ada beberapa siswa yang

belum lancar membaca huruf Arab, bahkan ada yang sama sekali
10
http://www.stainsalatiga.ac.id, diunduh pada tanggal 22 Nopember 2013, 0:14:05.
11
Wawancara dengan bapak Hasan Mafatih guru bahasa Arab MTsN Susukan pada
tanggal 11 Januari 2014
103

tidak mengenali huruf arab sambung (tidak bisa baca)

2) Kesulitan dalam merangkai atau menyambung huruf Arab

Pengamatan saat kerja kelompok menunjukkan hasil tulisan siswa masih

belum benar, baik bentuk huruf maupun cara menyambung huruf.

3) Siswa kesulitan dalam imla atau menulis Arab dengan dikte

Pada saat guru menyuruh siswa untuk menulis Arab dengan dikte,

beberapa siswa masih harus dibantu dengan penulisan huruf abjad.

Sebagai contoh ketika guru mengucapkan kalimat masih

membantu dengan tulisan huruf yazhabu.12

b. Problem Non Linguistik

1)Faktor Siswa

a) Latar belakang pendidikan siswa yang heterogen

Kepala Madrasah menjelaskan bahwa siswa di MTs Terpadu Al-

Mustaqim Timpik yang berasal dari SD sekitar 55% dan MI 45%,

sehingga banyak diantara mereka yang belum bisa membaca huruf

Arab/hijaiyah, sehingga sulit bagi mereka untuk bisa menerima

pelajaran bahasa Arab.

b) Kurangnya Minat dan Motivasi siswa MTs Terpadu Al-Mustaqim

Dari wawancara dengan dua siswa kelas VIII dan kelas IX, saat

peneliti bertanya, Apakah pelajaran bahasa Arab Mudah? Kedua

siswa tersebut dengan cepat menjawab Sulit, bahkan mereka

berkata bahasa Arab mata pelajaran yang paling sulit. Selain itu

12
Observasi pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs Terpadu Timpik yang
dilakukan oleh bapak Ismail tanggal 11 Januari 2014
104

selama pembelajaran bahasa Arab berlangsung sangat kelihatan

siswa kurang merespon dalam menerima penjelasan dari guru, dan

saat diberikan tugas kelompok tidak semua siswa terlibat dalam

mengerjakan tugas, juga mereka butuh waktu yang lama untuk

menyelesaikan soal dari materi yang baru saja disampaikan.

2) Faktor Guru

Tugas guru sebagai pendidik sebagaimana disebutkan dalam UU No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI Pasal 39 ayat

2 adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 13 Hal

ini berarti bahwa selain mengajar, guru juga mempunyai tugas

melaksanakan pembimbingan maupun pelatihan bahkan perlu

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka

seorang guru bahasa Arab harus mempunyai sejumlah kompetensi

atau menguasai sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

terkait dengan bidang tugasnya yaitu pembelajaran Bahasa Arab.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat mencakup

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik adalah berkaitan dengan kemampuan

13
UU. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pasal 39 ayat 2
105

mengelola pembelajaran yang di dalamnya terdapat penguasaan

karakteristik peserta didik, penguasaan teori dan prinsip-p rinsip

pembelajaran Bahasa Arab, mengembangkan kurikulum Bahasa

Arab, memanfaatkan teknologi pe mbelajaran Bahasa Arab,

komunikasi efekfif terhadap peserta didik, dan menyelenggarakan

pembelajaran Bahasa Arab secara efektif dan efisien. Kompetensi

kepribadian adalah kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak

mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan komunikasi antar

sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua dan masyarakat.

Sedangkan, kompetensi profesional adalah kemampuan dalam

penguasaan materi pembelajaran Bahasa Arab, menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar, dan mengembangkan materi

bahasa Arab yang diajarkannya.

a) Kualifikasi ijazah belum sesuai

Guru bahasa Arab yang profesional akan terlihat dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah/madrasah

tempat ia bekerja. Menurut Sardiman (2005:63), bahwa seorang

guru dikatakan telah mempunyai kemampuan profesional jika

pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap

tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja,

serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha

memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya


106

sesuai dengan tuntutan jaman yang dilandasi oleh kesadaran yang

tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi

penerus yang akan hidup pada jamannya dimasa yang akan

datang.14

Dalam konteks proses pembelajaran di kelas, guru Bahasa Arab

yang mempunyai kemampuan profesional berarti yang

bersangkutan dapat melaksanakan proses pembelajaran secara

efektif. Menurut Davis dan Thomas, bahwa guru yang efektif

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Pertama, mempunyai pengetahuan yang terkait dengan

iklim belajar di kelas yang mencakup : 1) keterampilan

interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati,

penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan, 2) menjalin

hubungan yang baik dengan peserta didik, 3) mampu menerima,

mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas, 4)

menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, 5)

mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan

kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik, 6) mampu

melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan

kegiatan pembelajaran, 7) mampu mendengarkan peserta didik

dan menghargai haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, 8)

mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.

14
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja, 2005)
107

Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi

manajemen pembelajaran, yang mencakup : 1) mempunyai

kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik

yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan

perhatian, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar

dalam proses pembelajaran; 2) mampu bertanya atau

memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang

berbeda untuk semua peserta didik.

Ketiga, mempunyai kemampuan yang terkait dengan

pemberian umpan balik dan penguatan yang terdiri atas : 1)

mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon

peserta didik; 2) mampu memberikan respon yang bersifat

membantu terhadap peserta didik yang lamban dalam belajar; 3)

mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik

yang kurang memuaskan; 4) mampu memberikan bantuan

profesional kepada peserta didik jika diperlukan.

Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait dengan

peningkatan diri yang mencakup : 1) mampu menerapkan

kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; 2) mampu

memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-

metode pembelajaran; 3) mampu memanfaatkan perencanaan guru

secara berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan


108

metode pembelajaran yang relevan.15

Guru bahasa Arab yang ada di MTs Terpadu Al-Mustaqim

hanya satu yaitu bapak Ismail lulusan Tarbiyah Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI).

b) Persiapan guru bahasa Arab sebelum memulai pembelajaran

Persiapan pengajaran merupakan suatu hal yang sangat penting,

karena sepintar apapun kemampuan guru bila tidak ada persiapan

sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan, maka akan

berakibat pada tidak efektifnya waktu dalam kegiatan belajar

mengajar, pemilihan metode yang tidak tepat, tidak adanya

kejelasan sasaran tujuan yang akan dicapai dalam setiap

kegiatanpembelajarantersebut. Tujuan pembelajaran bahasa Arab

tidak lepas dari tujuan kompetensi dasar dan indikator

pencapaian. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan ternyata

guru bahasa Arab tidak menentukan tujuan-tujuan tersebut di

dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Mereka tidak membuat

RPP sebelum mengajar bahasa Arab

c) Kurang menguasai metode pembelajaran

Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu menentukan

metode yang tepat, sehingga dapat memungkinkan tercapainya

tujuan belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor,

Jadi, yang terpenting dalam mengajar bukan upaya guru

15
Ibid
109

menyampaikan materi pembelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat

mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan tujuan. Untuk

mencapai tujuan tersebut, idealnya seorang guru dituntut memiliki

wawasan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara

professional.

Salah satu aspek pengkajian yang membutuhkan perhatian

mendalam,agar tujuan pembelajaran yang dicapai bukan hanya

terpusat dalam tataran kognitif, perlu dikembangkan metode

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(Paikem). Di sinilah peran penting guru untuk ikut mengenalkan

sekaligus sebagai pelaku pengupayaan pengenalan pembelajaran

melalui pengajaran yang mudah diterima oleh peserta didik.

Pembelajaran aktif, inovatif kreatif, efektif dan

menyenangkan yang disingkat dengan Paikem, merupakan salah

satu metode pembelajaran yang bisa diterapkan oleh para guru,

baik ditingkat sekolah dasar maupun menengah. Kegiatan

Pembelajaran akan mencapai hasil maksimal apabila dilakukan

dengan cara mengembangkan kemampuanberfikir kritis, kreatif

serta kemampuan untuk dapat memecahkan masalah dan

memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang

menarik dan menyenangkan.16

16
Asra Sumiati, Metode Pembelajaran (Bandung, Wacana Prima, 2008), cet.ke2. h. 91
110

Dalam observasi saat pembelajaran guru hanya menerapkan

metode ceramah dan penugasan kelompok, tidak ada variasi dalam

metode. Juga saat wawancara guru bahasa Arab menyatakan

metode itu yang biasa diterapkan.

d) Kurangnya hubungan timbal balik antara guru dan siswa

Pembelajaran aktif dan efektif adalah suatu suasana belajar

mengajar yang yang didalamnya terdapat interaksi antara peserta

didik dengan pendidik sehingga kegiatan belajar mengajar tidak

menjenuhkan dan terasa hidup dan dapat mencapai tujuan

pembelajaran dengan maksimal.

Pembelajaran yang seperti ini tidak dapat terwujud jika

pendidik tidak dapat berinteraksi dengan baik dengan baik, karena

faktor utama yang dapat menciptakan pembelajaran aktif dan

kondusif adalah kemampuan berkomunikasi. seorang pendidik

harus mengerti bagaimana cara mengajarkan cara berkomunikasi

yang baik kepada peserta didiknya, agar peserta didik mampu

berkomunikasi dengan baik sehingga ketika proses belajar

mengajar berlangsung peserta didik akan termotivasi untuk

mengungkapkam pendapatnya serta berani bertanya ketika pesrta

didik mengalami kesulitan. Hal inilah yang menjadikan

pembelajaran aktif dan efektif. Sebagaimana di ungkapkan oleh

Masithoh dan Laksmi Dewi bahwa mutu hasil belajar akan

meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan


111

balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk

interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih

mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.17

Sedangkan kondisi yang ada di kelas IXF saat guru

mencoba memberi kesempatan siswa untuk bertanya tidak ada

satupun siswa yang bertanya, meskipun sebagian mereka belum

faham.

e) Pengelolaan kelas yang kurang kondusif

Saat pembelajaran berlangsung terkesan guru tidak menguasai

kondisi kelas, hal ini disebabkan penataan ruang yang

konvensional dan monoton menyebabkan siswa kurang

semangat, sehingga tidak semua siswa terkonsentrasi pada

pembelajaran. Contohnya ada siswa yang tidak memperhatikan

saat guru berbicara, dan ada beberapa anak yang berbicara

sesama teman.

f) Kurang mampunya guru menggunakan Bahasa Arab waktu

mengajar.

Di antara dampak belajar bahasa Arab bukan pada lingkungan

bahasanya adalah kurangnya contoh-contoh atau model-model

kebahasaan yang bisa ditiru oleh peserta didik secara terus

menerus. Karena kita tahu bahwa salah satu faktor keberhasilan

belajar Bahasa Arab itu adalah banyaknya contoh-contoh bahasa

17
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat 2009).
112

yang baik yang dapat diperoleh mereka setiap saat sehingga ia bisa

meniru.

Selama hampir 1 x 40 menit pembelajaran guru hampir tidak

pernah menggunkan bahasa Arab sebagai pengantar dan tidak

pernah mengajak anak untuk muhadasah. Sebagai contoh untuk

konfirmasi ke anak guru menggunakan bahasa Indonesa Sudah

faham?, harusnya dilatih untuk menggunakan bahasa

fahimtum? Dan sebagainya.

g) Guru kurang jelas dalam menyampaikan Materi pelajaran

Tugas guru sebagai pengajar adalah bagaimana caranya agar siswa

belajar. Untuk itu, beberapa hal yang harus dilakukan guru agar

siswa belajar sebagaimana disebutkan oleh E Mulyasa (2007),

adalah sebagai berikut.

1) Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan

sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu

yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama

memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

2) Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara

jelas dan sederhana dengan menggunakan latihan dan

pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.

3) Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian

demi bagian, sebagaimana orang mengatakan: Cuts the

learning into chewable bites .


113

4) Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas

ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti,

hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain nampak

jelas dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan

keseluruhan yang lebih besar.

5) Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan

tajam agar apa yang telah dipelajari menjadi lebih jelas.

6) Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta

didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat

merespon setiap pertanyaan peserta didik.

7) Mendengarkan: memahami peserta didik dan berusaha

menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan

nampak jelas baik bagi guru maupun bagi siswa.

8) Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan

kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran

dan pembentukkan kompetensi dasar.

9) Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang

dipelajari dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah

dalam kombinasi yang bervariasi.

10) Menyediakan media untuk mengkaji materi standar:

memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media

pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan

materi standar.
114

11) Menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan

dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan

materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

12) Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran lebih

bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.

Kurang fahamnya siswa terbukti saat diadakan posttest, sebagian

besar anak kurang tepat dalam menjawab pertanyaan. 18

3) Lingkungan

Lingkungan tempat belajar bahasa ibu sangat mendukung sekali,

karena ia belajar bahasa di lingkungan bahasa itu digunakan dan

berada di tengah-tengah orang-orang yang menggunakannya. Dalam

hal ini tidak diperoleh oleh peserta didik yang sedang belajar bahasa

Arab di madrasah, sebab biasanya bahasa Arab diajarkan bukan di

lingkungan tempat bahasa itu dipakai dalam percakapan sehari-hari.

Disini lingkungan di kelompokkan menjadi tiga macam:

a) Keluarga

Pada umumnya lingkungan keluarga di Indonesia beragama Islam,

namun demikian dalam kehidupan rumah tangga tidak menggunakan

bahasa Arab. Walaupun mereka menggunakan bahasa Arab dalam

kegiatan ritual dan ibadah. Mayoritas mereka belum bisa

memahami apa yang mereka ucapkan.

18
Observasi Pembelajaran bahasa Arab di kelas IXF MTs Terpadu Timpik yang
dilakukan oleh bapak Ismail tanggal 10 Januari 2014
115

Dari hasil wawancara dengan Waka Kesiswaan MTs

Terpadu Al-Mustaqim bapak Nayin, SPd menjelaskan bahwa rata-

rata anak tinggal di pedesaan yang orangtuanya bisa dikatakan

buta dengan bahasa Arab, sehingga tidak ada dukungan sama

sekali dari faktor keluarga.19

b) Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa-siswa

bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat umum

sehingga kemampuan kosa-kata dan bahasa anak akan bertambah.

Lingkungan dapat mendukung kegiatan belajar mengajar bahasa

Arab tetapi tidak jarang lingkungan itu justru menyulitkan siswa

dalam belajar bahasa Arab.

Peneliti berhasil mewancarai 2 siswa di kelas yang berbeda

yaitu Anikmatul maghfiroh siswa kelas IX, dan Fitriyanto siswa

kelas VIII, ketika ditanya tentang keberadaan lembaga pendidikan

agama sejenis TPQ/Madin mereka menjawab tidak ada, dulu

pernah ada tetapi tidak berlangsung lama dan hanya mengajarkan

baca al-Quran, sehingga tidak pernah kenal dengan bahasa Arab

sebelum masuk MTs.20

19
Wawancara dengan bapak Nayin, Waka Kurikulum MTs Terpadu Timpik pada tanggal
9 Januari 2014
20
Wawancara dengan Anikmatul Maghfiroh dan Fitriyanto siswa kelas VIII dan IX MTs
Terpadu Timpik pada tanggal 9 Januari 2014
116

c) Sekolah

Berbeda dengan lingkungan keluarga (asrama) dan

masyarakat, lingkungan sekolah merupakan lingkungan

pendidikan yang terarah, teratur dan terencana. Lingkungan

ini meliputi semua aspek yang terkait dalam proses belajar

mengajar. Sekolah yang mewajibkan para siswanya untuk

menggunkan bahasa Arab setiap harinya dapat dipastikan

akan membantu kemajuan siswa-siswanya dalam menguasai

bahasa Arab baik secara aktif maupun pasif. Namun

demikian berdasarkan observasi dan wawancara dengan

berbagai pihak yang peneliti lakukan di MTs Terpadu Timpik

tidak menjumpai hal yang demikian. Hal ini dikarenakan

beberapa faktor diantanya adalah walaupun sekolah berciri

khaskan Islam, namun belum mewajibkan siswanya berbahasa

Arab setiap harinya sebagai bahasa resmi di lingkungan

tersebut. Dan seandainya ada yang menggunakan bahasa Arab

sebagai alat komunikasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan

guru, hal ini sifatnya hanya suka rela. Guru dan karyawan

madrasah ini juga berasal dari latar belakang pendidikan yang

berbeda sehingga jika peraturan berbahasa diwajibkan akan

menyulitkan mereka dalam berinteraksi dengan siswa maupun

guru dan karyawan lain. Ini dibuktikan dengan hasil wawancara

yang peneliti lakukan dengan semua unsur madrasah, yang semua


117

menyatakan bahwa di lingkungan sekolah seperti kantor,

perpustakaan dan masjid tidak dijumpai percakapan berbahasa

Arab atau tulisan-tulisan yang berbahasa Arab.

4) Sarana dan pra sarana kurang memadai

Fasilitas yang dimiliki sekolah untuk menunjang pembelajaran

masih terbatas antara lain CD, TV dan buku bahasa Arab. Buku

berbahasa Arab yang dimiliki perpustakaan sebenarnya cukup

banyak namun tidak sering digunakan, begitu juga dengan kaset

bahasa Arab yang belum pernah digunakan dalam pembelajaran.

Sedangkan laboratorium bahasa madrasah belum mempunyai. Padahal

ini penting, karena dengan laboratorium bahasa siswa dapat belajar

mendengarkan dan berbicara serta kemahiran lain berbahsa dengan

konsentrasi dan anak akan terfokus pada pembelajaran

5) Buku teks

Buku memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran sebagai

sumber materi pembelajaran yang tidak hanya dapat digunakan di

sekolah. Buku memudahkan siswa untuk memahami serta mengulang

kembali materi sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Keunggulan

tersebut akan didapat secara ideal jika buku yang digunakan adalah

buku yang berkualitas

Buku teks yang di gunakan untuk pembelajaran bahasa Arab di

MTs Terpadu hanya dimiliki oleh guru dan hanya satu macam/ satu
118

penerbit buku, sebagian kecil ada diperpustakaan, tetapi tidak

dipinjamkan saat pembelajaran, siswa hanya berpegang pada LKS.21

Secara umum problematika pembelajaran bahasa Arab yang ada di

kedua MTs hampir sama, tetapi problematika yang terjadi di MTs Terpadu

lebih banyak dan lebih mendasar. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara

lain:

1. MTsN Susukan berstatus negeri, sehingga guru, sarana dan prasarana

semua di drop oleh pemerintah, sedangkan MTs Terpadu semua

kebutuhan di cukupi sendiri oleh fihak madrasah dan yayasan.

2. MTsN Susukan sudah lama berdiri, yaitu tahun 1965, sedangkan MTs

Terpadu baru di dirikan tahun 2009.

B. Upaya-upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

1. MTsN Susukan

a. Problem Linguistik

1) Guru bahasa Arab selalu memberikan tugas di luar kelas utuk

menghafal mufrodat dan menterjemah suatu kalimat

2) Hampir setiap pembelajaran bahasa Arab minimal 2 kalimat/kata

guru melatih anak menulis Arab dengan dikte/imla.

b. Problem Non-Linguistik

1) Siswa

a) Guru bahasa Arab di MTsN Susukan mengidentfikasi dan

21
Observasi pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs Terpadu Timpik yang
dilakukan oleh bapak Ismail tanggal 11 Januari 2014
119

mengklasifikasi kemampuan siswa dalam mengenal bahasa

Arab dengan klasifikasi baik, sedang dan kurang, sehingga

dalam penanganan dalam pembelajaran jam tambahan berbeda

sesuai tingkat kemampuan mereka.

b) Selalu memberi motivasi kepada siswa sebelum dan sesudah

pelajaran, untuk selalu berlatih, tidak putus asa, dan ilmu yang

akan diperoleh akan sangat berharga sebagai bekal hidup di

masyarakat dan bekal ibadah kepada Allah SWT.22

2) Berkaitan dengan problem kurangnya waktu, Kepala Madrasah

menjelaskan, pada awal kepemimpinannya kurikulum dari

pemerintah dilaksanakan apa adanya, termasuk alokasi bahasa

Arab yang 2 jam pelajaran per minggu, tahun kedua beliau merasa

harus ada peningkatan, banyak jam pelajaran yang ditambah

termasuk bahasa Arab di tambah 1 jam pelajaran, yang masuk

kegiatan intra madrasah, sehingga jam pelajaran bahsa Arab

menjadi 3 jam per minggu.

Memasuki tahun ke-3 kepemimpinannya jam bahasa Arab

ditambah lagi 2 jam pelajaran (2 x 40 menit), yang pelaksanaanya

masuk kegiatan ekstra kurikuler, yang dimulai jam 15.00.23

3) Guru

a) Guru bahasa Arab sudah berusaha untuk membuat bahan ajar

dalam bentuk teks, dan sudah berencana membuat bahan ajar

22
Wawancara dengan bapak Muthoin dan Hasan Mafatih, pada tanggal 11 Januari 2014
23
Wawancara dengan Bp. Mudhofir, Kepala MTsN Susukan pada tanggal 9 Januari 2014
120

yang berbasis power point untuk memanfaatkan sarana yang

ada.

b) Problem Guru menggunakan pengantar bahasa Arab saat

KBM, sampai saat ini sudah diupayakan, di mulai dengan

kalimat pendek dan sering digunakan. Contohnya, masmuka

(siapa namamu), kaifa haluka (apa kabar), fahimtum (kamu

sudah faham) dan sebagainya.

c) Dalam hal tidak menguasai muhadasah belum ada upaya yang

dilakukan, dengan alasan tidak untuk kurikulum setingkat MTs

belum mengutamakan muhadasah, tapi sebagian besar

mempelajari Qawaid dan tarjamah.

4) Untuk mengatasi kurangnya perhatian orang tua siswa setiap

kesempatan mengundang wali murid, selalu dipesankan agar lebih

memperhatikan kemajuan belajar anak, bila tidak mampu agar

mencarikan pembimbing di wilayahnya maupun guru privat,

khususnya mata pelajaran kelompok MIPA dan bahasa asing.24

5) Mengatasi masalah lingkungan bahasa, MTsN Susukan sudah

memprogramkan untuk membuat asrama berbasis pesantren, guna

mendukung keberhasilan pendidikan akhlak dan pengamalan

agama termasuk pendalaman bahasa Arab melalui pengajaran kitab

kuning.25

24
Wawancara dengan guru bahasa Arab pada tanggal 11 Januari 2014
25
Wawancara dengan Bp. Mudhofir, Kepala MTsN Susukan pada tanggal 9 Januari 2014
121

2. MTs Terpadu Al-Mustaqim

a. Problem linguistik

Mengatasi siswa yang kurang mengenali bentuk atau tulisan huruf

Arab, kesulitan dalam merangkai atau menyambung huruf Arab, dan

kesulitan dalam imla atau menulis Arab dengan dikte, usaha yang

dilakukan guru dalam mengatasi problem tersebut adalah

memberikan pelajaran tambahan khusus keagamaan dan bahasa Arab

di sore hari sekitar 60 - 90 menit, walaupun belum semua siswa mau

mengikutinya.26

b. Problem Non Linguistik

1) Siswa

a) Siswa yang memiliki dasar pengetahuan baca dan tulis huruf

Arab sangat menyulitkan guru, sehingga pihak madrasah

berupaya mengklasifikasi siswa menjadi kelas A yang dasar

baca tulisnya sudah baik, dan kelas B yang bekal baca tulis

Arabnya kurang.

Disamping itu untuk meningkatkan kemampuan bahasa

Arab siswa, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada

siswa, termasuk didalamnya tugas hafalan mufrodat yang

harus di hafalkan siswa sebagai bagian dari nilai tugas.

b) Guru menumbuhkan motivasi siswa dengan cara guru selalu

membesarkan hati siswa agar tidak menganggap belajar

26
Wawancara dengan Bp. Alim Rois, Kepala MTs Terpadu pada tanggal 9 Januari 2014
122

bahasa Arab sebagai beban, juga menjelaskan bahwa belajar

bahasa Arab itu penting bagi mereka pada era globalisasi

sekarang ini, baik untuk kebutuhan hubungan dengan sesama,

maupun untuk kebutuhan ibadah, contohnya solat, berdoa

dsb.

2) Guru

a) Problem kualifikasi ijazah yang berpengaruh kepada

kompetensi belum mendapat perhatian dari fihak madrasah,

dengan alasan selama ini pembelajaran masih bisa dilaksanakan

dan juga kondisi keuangan madrasah.

b) Permasalahan kesiapan siswa menerima pelajaran, metode

pembelajaran, dan penguasaan/pengelolaan kelas kurang

mendapat perhatian dari guru.

c) Problem hubungan timbal balik dalam pembelajaran guru

berupaya memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

dan memberi pertanyaan tentang materi pelajaran, baik

ditengah-tengah pembelajaran maupun sesudah materi selesai

diajarkan.

d) Persoalan ketidakfahaman siswa menerima pelajaran bahasa

Arab, guru berupaya memberi penjelasan secara mendalam

dan mengulang-ulang materi sampai betul-betul faham

kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar bahasa


123

Arab.27

3) Persoalan lingkungan keluarga dan masyarakat belum ada

tindakan yang diupayakan, sedangkan di lingkungan sekolah,

MTs Terpadu sudah berusaha untuk mengasramakan siswa dan

sudah berjalan satu tahun (2012), namun saat ini program asrama

terkendala dengan kekosongan pengasuh/pembimbing.

4) Persoalan pengadaan buku teks untuk mata pelajaran bahasa

Arab masih terbatas pada buku pegangan guru, sementara untuk

pegangan siswa dan perpustakaan belum terlaksana, karena dana

yang terbatas.

Demikian beberapa upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dan guru

MTsN Susukan dan MTs Terpadu dalam mengatasi problematika pembelajaran

bahasa Arab, meskipun beberapa upaya diatas masih bersifat program atau

rencana, tetapi peneliti yakin kalau upaya-upaya diatas dapat direalisasikan maka

pembelajaran bahasa Arab di kedua MTs tersebut akan berhasil.

27
Wawancara dengan guru bahasa Arab pada tanggal 9 Januari 2014
124

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah peneliti mengadakan penelitian di MTsN Susukan dan MTs

Terpadu Al-Mustaqim Timpik, berdasarkan hasil uraian dan analisa data

yang peneliti peroleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi,

maka dapat disederhanakan dengan beberapa kesimpulan diantaranya

sebagai berikut:

1. Pelakanaan Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab di MTsN Susukan sebagian besar sudah

mengarah kepada model pembelajaran PAIKEM, dengan metode mengajar

yang bervariasi, dan hasilnya sebagian besar siswa dapat melampaui nilai

KKM, sedangkan di MTs Terpadu Al-Mustaqim pembelajaran masin

terkesan konvensional dan hasilnya pun belum sesuai harapan.

2. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab.

Problematika pembelajaran bahasa Arab yang peneliti temukan di MTsN

Susukan, berkaitan dengan problem linguistik yaitu: siswa masih kesulitan

dalam menterjemahkan sebuah bacaan/qiroah dan menulis Arab dengan

dikte. Sedangkan dari faktor non-inguistik yaitu: pertama faktor siswa

yang meliputi: latar belakang pendidikan siswa yang heterogen dan

kurangnya motivasi siswa MTsN Susukan, kedua waktu pembelajaran yang

sangat kurang, ketiga factor guru yang meliputi : kurang /jarang


125

menggunakan alat/media pembelajaran, sangat sedikit menggunakan

pengantar bahasa Arab saat KBM, hampir 80% guru bahasa Arab di MTsN

tidak menguasai muhadasah, keempat faktor kurangnya perhatian dari

orang tua siswa dalam kegiatan belajar siswa di rumah, khususnya

bahasa Arab, dan kelima tidak adanya sarana latihan anak

berbahasa/muhadasah di lingkungan masyarakat. Berbeda dengan MTs

Terpadu Al-Mustaqim Timpik, dari segi linguistik ada 3 problem, yaitu:

siswa kurang mengenali bentuk atau tulisan huruf Arab, kesulitan dalam

merangkai atau menyambung huruf Arab, dan kesulitan dalam imla atau

menulis Arab dengan dikte. Sementara itu dari problem non linguistik juga

ada 5 hal, yaitu: pertama faktor Siswa yang meliputi latar belakang

pendidikan siswa yang heterogen, kurangnya motivasi siswa MTs Terpadu

Al-Mustaqim, dan kurangnya minat siswa mempelajari bahasa Arab,

kedua faktor guru yang meliputi: kualifikasi ijazah belum sesuai, kurang

menguasai metode pembelajaran, kurangnya hubungan timbal balik antara

guru dan siswa, kurang menguasai pengelolaan kelas, kurang mampu

menggunakan bahasa Arab waktu mengajar, dan kurang jelas dalam

menyampaikan materi pelajaran, yang ketiga faktor lingkungan yang

meliputi keluarga, masyarakat, dan sekolah, keempat faktor sarana dan pra

sarana kurang memadai, dan terakhir buku teks yang terbatas.

3. Upaya-upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi problematika pembelajaran

bahasa Arab di MTsN Susukan Aadalah sebagai berikut: Untuk problem


126

linguistik guru bahasa Arab selalu memberikan tugas di luar kelas utuk

menghafal mufrodat dan menterjemah suatu kalimat Hampir setiap

pembelajaran bahasa Arab minimal 2 kalimat/kata guru melatih anak

menulis Arab dengan dikte/imla.Sedangkan dari segi Non-Linguistik ada

lima macam: 1). Unsur siswa diantaranya, Guru bahasa Arab di MTsN

Susukan mengidentifikasi dan mengklasifikasi kemampuan siswa dalam

mengenal bahasa Arab dengan klasifikasi baik, sedang dan kurang,

sehingga dalam penanganan dalam pembelajaran jam tambahan berbeda

sesuai tingkat kemampuan mereka, dan selalu memberi motivasi kepada

siswa sebelum dan sesudah pelajaran, untuk selalu berlatih, tidak putus asa,

dan ilmu yang akan diperoleh akan sangat berharga sebagai bekal hidup di

masyarakat dan bekal ibadah kepada Allah SWT. 2). Berkaitan dengan

problem kurangnya waktu, madrasah berupaya menambah jam pelajaran

bahasa Arab di tambah 1 jam pelajaran, sehingga jam pelajaran bahasa

Arab menjadi 3 jam per minggu, dan ditambah lagi 2 jam pelajaran (ekstra

kurikuler), yang dimulai jam 15.00 16.30. 3). Faktor Guru diantaranya:

guru bahasa Arab membuat bahan ajar dalam bentuk teks, dan bahan ajar

yang berbasis power point, menggunakan pengantar bahasa Arab saat

KBM di mulai dengan kalimat pendek dan sering digunakan, dan masalah

tidak penguasaan muhadasah belum ada upaya yang dilakukan, 4). Untuk

mengatasi kurangnya perhatian orang tua siswa setiap kesempatan

mengundang wali murid, selalu dipesankan agar lebih memperhatikan

kemajuan belajar anak, bila tidak mampu agar mencarikan pembimbing di


127

wilayahnya maupun guru privat, khususnya mata pelajaran kelompok

MIPA dan bahasa asing. 5). Mengatasi masalah lingkungan bahasa, MTsN

Susukan sudah memprogramkan untuk membuat asrama berbasis

pesantren, guna mendukung keberhasilan pendidikan akhlak dan

pengamalan agama termasuk pendalaman bahasa Arab melalui pengajaran

kitab kuning.

Sedangkan di MTs Terpadu Al-Mustaqim upaya yang dilakukan

antara lain : Problem linguistik, memberikan pelajaran tambahan khusus

keagamaan dan bahasa Arab di sore hari sekitar 60 - 90 menit, meski hanya

berjalan satu tahun. Dari faktor Non Linguistik ada lima unsur, yaitu: 1)

Siswa berupaya mengklasifikasi siswa menjadi kelas A yang dasar baca

tulisnya sudah baik, dan kelas B yang bekal baca tulis Arabnya kurang.

Disamping itu guru juga selalu memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada

siswa, termasuk didalamnya tugas hafalan mufrodat, guru selalu

membesarkan hati siswa agar tidak menganggap belajar bahasa Arab

sebagai beban, juga menjelaskan bahwa belajar bahasa Arab itu penting

bagi mereka pada era globalisasi sekarang ini. 2) Dari faktor guru untuk

problem kualifikasi ijazah, kesiapan siswa menerima pelajaran, metode

pembelajaran, dan penguasaan/pengelolaan kelas belum mendapat

perhatian dari fihak madrasah, problem hubungan timbal balik dalam

pembelajaran guru berupaya memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya dan memberi pertanyaan tentang materi pelajaran, baik

ditengah-tengah pembelajaran maupun sesudah materi selesai diajarkan,


128

sedangkan persoalan ketidakfahaman siswa menerima pelajaran bahasa

Arab, guru berupaya memberi penjelasan secara mendalam dan

mengulang-ulang materi sampai betul-betul faham kepada siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Arab. 3) Persoalan lingkungan

keluarga dan masyarakat belum ada tindakan yang diupayakan,

sedangkan di lingkungan sekolah, MTs Terpadu sudah berusaha untuk

mengasramakan siswa dan sudah berjalan satu tahun (2012), namun saat

ini program asrama terkendala dengan kekosongan pengasuh

/pembimbing. 4) Persoalan pengadaan buku teks untuk mata pelajaran

bahasa Arab masih terbatas pada buku pegangan guru, sementara untuk

pegangan siswa dan perpustakaan belum diupayakan, karena dana yang

terbatas.

B. Saran

1. Bagi Kepala Madrasah, hendaknya menyediakan media pembelajaran

secara lengkap baik berupa media sederhana maupun media yang

sudah berbasis komputer karena untuk menunjang pencapaian prestasi

belajar siswa dan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan

termasuk laboratorium bahasa agar siswa dapat belajar ahasa khusunya

bahasa Arab dengan optimal, mengkondisikan lingkungan bahasa yang

berupa asrama siswa, mendorong guru bahasa Arab untuk lebih

profesional dibidangnya, menjalin hubungan dengan berbagai pihak

untuk pengadaan buku teks.


129

2. Bagi Guru hendaknya lebih intensif untuk belajar bermuhadasah,

berani mencoba untuk menerapkan metode-metode yang berprinsip

PAIKEM, mengajarkan bahasa Arab mulai dasar untuk tingkat

pemula, seperti mengenalkan terlebih dahulu huruf hijaiyah,

mengenalkan huruf-huruf connector dan non connector, agar siswa

mengerti huruf mana yang bisa disambung dan yang tidak bisa dan

juga mengenalkan cara menulis huruf Arab jika berada di awal, di

tengah dan di akhir kata, membiasakan diri untuk membuat RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ketika setiap kali guru hendak

mengajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal dan

dalam proses pembelajaran hendaknya lebih memperhatikan keadaan

kesiapan dan konsentrasi siswa, agar lebih terfokus pada m at e ri

waktu kegiatan belajar sedang berlangsung.

3. Bagi Siswa, supaya lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran bahasa

Arab dan tekun dalam belajar bahasa Arab dan lebih banyak berlatih

membaca dan menulis huruf/kalimat Arab untuk dapat meningkatkan

kemahiran dalam berbahasa Arab.

C. Kata Penutup

Alhamdulillahirrobbil alaamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT,

berkat rahmat dan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

walaupun dengan banyak hambatan, rintangan, dan cobaan namun semua dapat

terlewati berkat doa dari orang-orang terdekat, juga kesungguhan saya untuk

menyelesaikannya.
130

Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak

sekali kekurangan dan kesalahan, hal ini karena keterbatasan ilmu dan

pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,

saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan

karya ilmiah selanjutnya.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi saya khususnya, dan pembaca pada

umumnya dan serta lembaga pendidikan yang terkait. Amin ya Robbal Alamiin.
124

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Muhammad. et. al. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan


Metode Strategi Materi dan Media. Cet. I; Malang: UIN-Malang Press,
2008.

Al-Ashili, Abd al-Azz bin Ibrhm. dalam Radliyah Zaenuddin dkk.,


Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,
Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005.

Al-Jurjani, al-Syarif Ali bin Muhammad. Kitab al-Tarifat, Bairut: Dar al-Kutub
al-:ilmiyah, 1988.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


Rineka Cipta, 2002.

Arsyad, Azhar. Madkhal fi Turuq Talim al-Lugah al-Mudarrisiy al-


Lugah al-Arabiyyah. Cet. I, Ujung Pandang: al-Ahkam, 1998.

Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok


Pikiran. Cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Bisyr, Kamal Muhammad. Dirasat Fi ilm al-Lughah, Kairo: Dar al-Maarif,


1969.

Depdikbud , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1988.

Djamarah, Syaiful Bakri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Effendy, Ahmad Fuad. Metode Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat,


2005. cet. ke-3.

Fakhrurrozi, Aziz & Erta Mahyudin. Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. Ke-2,
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI,
Tahun 2012.

Hidayat, D. Pelajaran Bahasa Arab I. Semarang: PT Karya Toha Putra, 2004.

http://fajristainjusi.blogspot.com/2009/12/perkembangan-pengajaran-bahasa rab.
html, di unduh pada tanggal 1 Juli 2013.

Ibrahim, Abdul Alim. al-Muwajjah al-Fanny li Mudarrisi al-Lugah al-


Arabiyah, Cet. VI; Dr al-Marif, 1968
125

Madjidi, Busyairi. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Yogyakarta :


Sumbangsih Offset, 1994.

Malibary, A. Akrom dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada PT IAIN,


Jakarta: Depag RI, 1991.

Masduki, Urip. Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah,


dalam Ikhlas Beramal (Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997.

Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat 2009.

Matsna Hs., Moh. Metodik Pengajaran Bahasa Arab. Jakarta: Bulan Bintang,
1964.

Moleong, Lexi J., Metodoli Penelitian Kualitaif. Cet. XVI; Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2002.

Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,


1988.

Mustafa, Dr. Ibrahim dkk., Al-mujam al-wasith, Istanboul: Al-Maktaba al-


Islamiyah Cetakan : ke 4 Tahun 2004.

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Bandung: TARSITO, 1988.

Radliyah, dkk., Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa


Arab. Cirebon: Star, 2005.

Ramdhan, Abduttawab. Fushul fi fiqh Al Arabiyah. Kairo: Maktabah Al-kahnji,


1994

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Ed), Metode Penelitian Survei, Jakarta:
LP3ES, 1995.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: CV. Alfabeta, 2005.

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,


Yogjakarta: Gajah Mada University Pers, 2006.

Sumardi, Mulyanto. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan


Tinggi Agama Islam. Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem
Pendidikan Agama, 1976.
126

Syhn, Taufq Muhammad. Awmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-:Arabiyah,


Kairo: Maktabah Wahbah, 1980.

Syakur, Nazri. Revolusi Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab dari


Pendekatan Komunikatif ke Komunikatif Kambiumi. Cet. I; Yogyakarta:
Pedagogia, 2010.

Umam, Chatibul, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia (dalam


majalah Al-Turas, No.8) Jakarta: Fak. Adab IAIN Syarif Hidatullah,
Jakarta, 1999.

Umar, Ahmad Mukhtar. Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah dar al-Arabiyah,


1982.

UU. RI. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS.

Yaqb Imil Badi. Fiqh al-Lughah Wa Khashishuh, Beirt: Dral-Tsaqfah al-


Islmiyah, T.Th.

Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Bahasa Arab; Bahasa Alquran. Cet. V;


Jakarta: Hidakarya Agung, 1983.

Yunus, Mahmud. Metode Khusus Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Hidyakarya,


1981.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan; Teori Dan


Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Anda mungkin juga menyukai