Pengolahan Hasil Penilaian Pendidikan
Pengolahan Hasil Penilaian Pendidikan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Evaluasi
Pmbelajaran.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw
semoga dihari kiamat nanti kita mendapatkan syafaatnya.
Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih luas, kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik senantiasa penulis
harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum.wr.wb
Salatiga, 26 November
2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu kegiatan dalam dunia pendidikan
yang penting. Pada satu sisi, dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan dengan
baik dapat diketahui tigkat kemajuan belajar siswa, kekurangan, kelebihan, dan posisi
siswa dalam kelompok. Pada sisi yang lain, penilaian hasil belajar yang baik akan
merupakan feedback bagi guru untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan proses
belajar rmengajar.
Idealnya, penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan
prosedur dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur
penilaian yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan
perlakukan yang adil pada siswa dengan mempertimbangankan situasi waktu,
tempat,dan berbagai keragaman pada siswa. Sedangkan instrumen yang standar
adalah instrumen yang disusun menggunakan prosedur pengembangan instrumen
yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek dalam pelaksanaan hasil penilaian?
2. Bagaimana cara pengolahan hasil penilaian?
3. Apa itu kriteria ketuntasan minimal?
4. Bagaimana menentukan kriteria ketuntasan minimal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek dalam pelaksanaan hasil penilaian?
2. Untuk mengetahui pengolahan hasil penilaian?
3. Untuk mengetahui ketuntasan minimal?
4. Untuk mengetahui penentuan kriteria ketuntasan minimal?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wiwik Setiawati, dkk. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills, hlm 122
2
Tim Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan SMP. JAKARTA:
KEMENDIGBUD,hlm 31
2
Dalam Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) memuat bahwa rujukan SKL adalah Bloom Taxonomy yang
pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh
Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh
Anderson and Krathwol pada tahun 2001. Bloom Taxonomy mengkategorikan
capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang
terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan
penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan
penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi
faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif. Diimensi proses kognitif
ini tersusun secara hirarkis mulai dari mengingat (remembering), memahami
(understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), menilai
(evaluating), dan mengkreasi (creating). Berdasarkan uraian di atas maka yang
dimaksud dengan penilaian pengetahuan dalam panduan ini adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur proses dan hasil
pencapaian kompetensi peserta didik yang berupa kombinasi penguasaan
proses kognitif (kecakapan berpikir) mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian merupakan implementasi atas perencanaan dan
penyusunan instrumen penilaian. Waktu dan frekuensi pelaksanaan
penilaian dilakukan berdasarkan pemetaan dan perencanaan yang dilakukan
oleh pendidik sebagaimana yang tercantum dalam program semester dan
program tahunan. Berdasarkan bentuknya, pelaksanaan penilaian terdiri dari
pelaksanaan penilaian harian (PH), penilaian tengah semester (PTS), dan
penilaian akhir semester (PAS). Penilaian harian (PH) dilaksanakan setelah
serangkaian kegiatan pembelajaran berlangsung dalam menyelesaikan satu
KD atau satu tema untuk jenjang SD. Penilaian tengah semester (PTS)
merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
KD mata pelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung 8-9 minggu.
Cakupan PTS meliputi seluruh KD pada periode tersebut atau seluruh KD
dari dua atau tiga tema.
3
Frekuensi penilaian pengetahuan yang dilakukan oleh pendidik
ditentukan berdasarkan hasil pemetaan penilaian dan selanjutnya
dicantumkan dalam program tahunan dan program semester. Penentuan
frekuensi penilaian tersebut didasarkan pada analisis KD. KD-KD “gemuk”
(KD dengan materi pokok lebih dari satu dan atau memuat lebih dari satu
KKO) dapat dinilai lebih dari 1 (satu) kali, sedangkan KD-KD “kurus” (KD
dengan satu materi pokok dan satu KKO) dapat disatukan untuk sekali
penilaian atau diujikan bersama. Dengan demikian frekuensi dalam
penilaian atau ulangan dalam satu semester dapat bervariasi tergantung
pada tuntutan KD dan hasil pemetaan oleh pendidik.
3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan untuk
melakukan tugas tertentu di berbagai macam konteks keterampilan, sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi (IPK). Penilaian keterampilan
tersebut meliputi ranah berpikir dan bertindak. Keterampilan ranah berpikir
meliputi keterampilan menggunakan, mengurai, merangkai, modifikasi, dan
membuat. Keterampilan dalam ranah bertindak meliputi membaca, menulis,
menghitung, menggambar, dan mengarang.
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara
lain penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio,
dan teknik lain misalnya tes tertulis. Teknik penilaian keterampilan yang
digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4.
Pelaksanaan penilaian
Pelaksanaan penilaian merupakan implementasi dari
perencanaan penilaian yang telah disusun. Tahapan pelaksanaan
penilaian praktik, produk, dan projek sebagaimana dijelaskan di bawah
ini: a) pemberian tugas secara rinci; b) penjelasan aspek dan rubrik
penilaian; c) pelaksanaan penilaian sebelum, selama, dan setelah
peserta didik melakukan pembelajaran; dan d) pendokumentasian hasil
penilaian.
4
Langkah-langkah untuk membuat deskripsi nilai/perkembangan sikap selama
satu semester:
a. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing
mengelompokkan (menandai) catatan-catatan sikap pada jurnal yang
dibuatnya kedalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal
belum ada kolom butir nilai).
b. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan
catatan-catatan jurnal untuk setiap peserta didik.
c. Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata
pelajaran dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap
spiritual dan sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas
yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi)
capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik.
d. Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi.
5
g. Apabila peserta didik memiliki kecenderungan sikap sangat baik pada
sebagian besar mata pelajaran, maka dapat diasumsikan predikat
peserta didik tersebut SANGAT BAIK.
h. Apabila peserta didik tidak ada catatan apapun dalam jurnal, sikap
peserta didik tersebut dapat diasumsikan BAIK.
i. Dengan ketentuan bahwa sikap dikembangkan selama satu semester,
deskripsi nilai/perkembangan sikap peserta didik didasarkan pada sikap
peserta didik pada masa akhir semester. Oleh karena itu, sebelum
deskripsi sikap akhir semester dirumuskan, guru mata pelajaran, guru
BK, dan wali kelas harus memeriksa jurnal secara keseluruhan hingga
akhir semester untuk melihat apakah telah ada catatan yang
menunjukkan bahwa sikap peserta didik tersebut telah menjadi sangat
baik, baik, atau mulai berkembang.
j. Apabila peserta didik memiliki catatan sikap KURANG baik dalam
jurnal dan peserta didik tersebut belum menunjukkan adanya
perkembangan positif, deskripsi sikap peserta didik tersebut dirapatkan
dalam rapat dewan guru pada akhir semester. Rapat dewan guru
menentukan kesepakatan tentang predikat dan deskripsi sikap
KURANG yang harus dituliskan, dan juga kesepakatan tindak lanjut
pembinaan peserta didik tersebut. Tindak lanjut pembinaan sikap
KURANG pada peserta didik sangat bergantung pada kondisi sekolah,
guru dan keterlibatan orang tua/wali murid.
2. Pengolahan Hasil Penilaian Pengetahuan
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian (PH), penilaian
tengah semester (PTS), dan penilaian akhir semester (PAS) yang dilakukan
dengan beberapa teknik penilaian sesuai tuntutan kompetensi dasar (KD).
Penulisan capaian pengetahuan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 –
100 dan deskripsi. Penilaian pengetahuan yang dilakukan dalam satu semester
dapat digambarkan dalam skema berikut:
6
a. Hasil Penilaian Harian (HPH)
Hasil Penilaian Harian merupakan nilai rata-rata yang diperoleh dari
hasil penilaian harian melalui tes tertulis dan/atau penugasan untuk setiap KD.
Dalam perhitungan nilai rata-rata DAPAT diberikan pembobotan untuk nilai
tes tertulis dan penugasan Misalnya 60% untuk bobot tes tertulis dan 40%
untuk penugasan. Pembobotan ini ditentukan sepenuhnya oleh pendidik
berkoordinasi dengan satuan pendidikan.
Penilaian harian dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk KD yang
“gemuk” (cakupan materi yang luas) sehingga PH tidak perlu menunggu
selesainya pembelajaran KD tersebut. Materi dalam suatu PH untuk KD
“gemuk” mencakup sebagian dari keseluruhan materi yang dicakup oleh KD
tersebut. Bagi KD dengan cakupan materi sedikit, PH dapat dilakukan setelah
pembelajaran lebih dari satu KD.
7
Tanda *) merupakan contoh PH untuk KD “kurus.” Untuk kasus ini, contoh
PH-1, meliputi KD 3.1 dan KD 3.2. Dalam hasil PH-1 umumnya pendidik
hanya memberikan satu nilai untuk PH-1 tersebut. Seharusnya pendidik
memberikan dua nilai, yaitu nilai untuk KD 3.1 dan nilai untuk KD 3.2,
sehingga pendidik dapat melacak perolehan nilai untuk setiap KD yang
terdapat dalam PH tersebut.
8
pembobotan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Berikut ini diberikan
contoh pengolahan nilai untuk memperoleh HPA. Berdasarkan contoh
pengolahan HPH seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.19, Ani memperoleh
HPH sebesar 73,19; dan Budi memperoleh nilai HPH sebesar 76,13.
Selanjutnya, misalkan Ani dan Budi berturut-turut memperoleh HPTS sebesar
90 dan 75, serta memperoleh HPAS sebesar 80 dan 80. Berdasarkan perolehan
HPH, HPTS, dan HPAS tiap peserta didik, selanjutnya dapat dilakukan
penghitungan HPA. Dalam penghitungan HPA, satuan pendidikan dapat
menggunakan formulasi tertentu, misalnya dilakukan dengan atau tanpa
pembobotan. Dalam panduan ini diberikan contoh penghitungan HPA dengan
menggunakan pembobotan, HPH : HPTS : HPAS = 2 : 1 : 1.
Penghitungan HPA dengan menggunakan pembobotan tersebut
disajikan pada Tabel berikut :
Table Contoh Pengolahan Hasil Penilaian Akhir (HPA)
9
Satuan pendidikan dapat menggunakan skala untuk penetapan predikat
sesuai dengan KKM yang ditetapkan satuan pendidikan. Di samping nilai
dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi capaian
pengetahuan untuk setiap mata pelajaran. Deskripsi capaian pengetahuan
dalam rapor dilakukan dengan mengikuti rambu-rambu berikut.
1) Deskripsi pengetahuan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi
dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif, menghindari frasa yang
bermakna kontras. Misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan
dalam ... atau... namun masih perlu bimbingan dalam hal ....
2) Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang SANGAT BAIK dan/atau
BAIK dikuasai oleh peserta didik dan yang penguasaannya MULAI
BERKEMBANG.
3) Deskripsi capaian pengetahuan didasarkan pada skor angka yang
dicapai oleh KD tertentu.
3. Pengolahan Hasil Penilaian Keterampilan
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian setiap KD. Hasil
penilaian pada satu KD yang dilakukan lebih dari satu kali dengan teknik yang
sama, maka nilai pada KD tersebut adalah yang tertinggi. Satu KD yang
dinilai dengan lebih dari satu Teknik maka nilai KD tersebut merupakan nilai
rata-ratanya. Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka
pada skala 0 – 100, predikat dan deskripsi.
Di samping nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor
dituliskan deskripsi capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran. Berikut
adalah rambu-rambu rumusan deskripsi capaian keterampilan.
1) Deskripsi keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat
memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif.
Menghindari frasa yang bermakna kontras. Misalnya: ... tetapi masih
perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu peningkatan
dalam hal ....
2) Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/ atau baik
dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya mulai meningkat.
3) Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya
siswa yang didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila
KD tertentu tidak memiliki karya yang dimasukkan ke dalam
10
portofolio, deskripsi KD tersebut didasarkan pada skor angka yang
dicapai. Portofolio tidak dinilai (lagi) dalam bentuk angka.
3
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), cet. IV,h. 30.
4
Suharsimi Arikunto, Evaluasi, Ibid, h,32.
5
Mansur Muslich, KTSP seri SNP Pembalajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet. IV,h, 36
6
Muhaimin, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Sauan Pendidikan (KTSP) pada
Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),h, 97-98
11
a. Tingkat kompleksitas (kerumutan dan kesulitan) setiap indikator, KD dan
SK per mata pelajaran yang harus dicapai siswa. Tingkat kompleksitas
tinggi maka akan menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi, penalaran
dan kecermatan siswa. Semakin tinggi tingkat kompleksitas mata pelajaran
maka semakin sulit untuk dicapai, sehingga rata-rata nilainya sangat
rendah. Semakin rendah tingkat kompleksitas mata pelajaran maka semakin
mudah untuk dicapai sehingga rata-rata nilainya semakin tinggi.
b. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah/madrasah yang
bersangkutan. Kondisi rata-rata kemampuan peserta didik dijadikan acuan
standar keberhasilan pembelajaran. Semakin tinggi rata-rata kemampuan
peserta didik, maka semakin mudah untuk mencapai hasil belajar sehingga
nilainya sangat tinggi. Semakin rendah rata-rata kemampuan peserta didik
maka semakin sulit untuk dapat mencapai sehingga nilai rata-ratanya sangat
rendah.
c. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masig-msaing sekolah/madrasah. Semakin tercukupi
sumber daya baik yang berupa sumber daya manusia maupun yang lainnya,
semakin tinggi tingkat keefektifan pembelajaran. Semakin tinggi tingkat
ketercukupan dan kesesuaian daya dukung sekolah/madrasah maka semakin
mudah mencapai hasil belajar sehngga nilainya sangat tinggi. Semakin
rendah tingkat ketercukupan dan kesesuaian daya dukung sekolah/madrasah
maka semakin sulit untuk mencapai hasil belajar yang ditetapkan sehingga
rata-rata nilainya sangat rendah.7
d. Mulyasa juga menegaskan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila telah mencapai 75% dari jumlah kompetensi yang
disampaikan. Peserta didik harus terlibat secara aktif baik dalam fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, serta menunjukkan
semangat belajar yang besar dan percaya pada diri sendiri.[5]
4. Yang berkah menyusun KKM
KKM atau tolak ukur sebaiknya dibuat bersama dan sebaiknya dibuat oleh
orang-orang yang membutuhkannya atau menggunakannya, yaitu calon evaluator,
7
E. Mulyasa, Implementasi Kurukulum 2004: Panduan Belajar KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.
IV,h, 131
12
dengan maksud agar pada waktu menerapkannya tidak ada masalah karena
mereka telah memahami, bahkan tau apa yang melatar belakanginya.[6]
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan
pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan
pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama
penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka
maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara
nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari
kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap.
5. Langkah-langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas. Hasil
penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata
pelajaran;
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
c. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua/wali peserta didik.
13
a. Hitunglah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap
kelas.
b. Tentukan kekuatan/ nilai untuk setiap aspek / komponen sesuai dengan
kemampuan masing-masing aspek.
c. Aspek kompleksitas. Semakin komplek (sukar) KD maka nilainya
semakin rendah, dan semakin mudah KD maka nilainya semakin tinggi.
d. Aspek sumber daya pendukung (sarana). Semakin tinggi sumber daya
pendukung maka nilainya semakin tinggi.
e. Aspek intake. Semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka
nilainya semakin tinggi pula.
f. Jumlah nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi tiga untuk menentukan
KKM setiap KD.
g. Jumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan jumlah KD
untuk menentukan KKM mata pelajaran
h. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama, tergantung pada
kompleksitas KD, daya dukung, dan potensi siswa.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, Lingkup penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian Hasil
belajar oleh pendidik terdiri atas penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian
keterampilan.
Kriteria Ketuntasan Minimal adalah salah satu prinsip penilaian pada
kurikulum berbasis kompetensi, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria yang digunakan adalah nilai yangpaling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyarankan bahwa setelah membaca makalah ini diharapkan
agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang materi pengolahan hasil
penilaian pendidikan. Akan tetapi jangan terpaku oleh makalah kami karena makalah
kami masih banyak kekurangannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Wiwik Setiawati, dkk. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.
Tim Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
SMP. JAKARTA: KEMENDIGBUD.
16