Anda di halaman 1dari 25

KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

A. Penghindaran Pajak Berganda Internasional Secara Unilateral

UU PPh mengatur, bahwa penghasilan yang diterima atau diperoleh


WP dalam negeri, dikenakan pajak menggunakan prinsip
kewarganegaraan. Konsekuensi dari ketentuan ini akan
menimbulkan dampak pajak berganda internasional untuk WP
dalam negeri yang memiliki penghasilan di luar negeri.

Untuk mengatasi dampak pajak berganda tersebut, negara-negara


di dunia membuat metode penghindaran pajak berganda
internasional secara unilateral.
Adapun metode P3B yang sering digunakan dikebanyakan negara
adalah :
1. Metode Pembebasan atau Pengecualian
2. Metode Kredit Pajak
1. Metode Pembebasan atau Pengecualian
Metode pembebasan (exemption) atau pengecualian (exclution),
berupaya untuk sepenuhnya mengeliminasi pajak berganda
internasional. Dalam metede pembebasan atau pengecualian, suatu
negara melepaskan hak pemajakan atas suatu penghasilan karena
sudah dipajaki oleh negara lain.

Metode pembebasan ini dapat dilakukan menggunakan pendekatan-


pendekatan :
a. Pembebasan Subjek
b. Pembebasan Objek
c. Pembebasan Pajak
a. Pembebasan Subjek
Pembebasan objek umumnya diberlakukan terhadap anggota
perwakilan diplomatik, konsulat dan organisasi internasional.
Sesuai kelaziman internasional, para duta besar, anggota
perwakilan diplomatik dan konsulat hanya dipajaki di negara
domisili. Pembebasan ini biasanya dengan mempertimbangkan
asas timbal balik
 
b. Pembebasan Objek
Pembebasan objek dikenal juga dengan istilah full exemption.
Dalam metode ini penghasilan luar negeri dikeluarkan dari basis
pemajakan atas wajib pajak dalam negeri di suatu negara.
Contoh :
Mr. Adam seorang WPDN negara X, penghasilan yang diperoleh
dalam negeri Rp. 100.000.000,- penghasilan luar negerinya Rp.
20.000.000.
Apabila negara X menganut metode pembebasan objek, maka
basis pemajakan yang dikenakan negara X hanya dihitung dari
penghasilan Rp. 100.000.000 sedangkan penghasilan Rp.
20.000.000 hak pemajakannya diberikan ke negara sumber
c. Pembebasan Pajak
Metode pembebasan pajak dikenal dengan istilah exemption
with progression. Dalam metode ini pada prinsipnya
penghasilan luar negeri tetap dibebaskan dari pengenaan
pajak domestik. Namun untuk keperluan penghitungan pajak
dan penerapan tarif pajak, maka pengaruh penghasilan luar
negeri terhadap pengenaan pajak atas penghasilan global
dipertahankan.
 
Contoh:
Mr. Adam yang bertempat tinggal di negara X mendapat
penghasilan yang berasal dari negara Y sebesar Rp. 100.000.000
dan dikenakan pajak di negara Y sebesar 30%. Mr. Adam juga
mendapat penghasilan yang bersumber di negara X sebesar Rp.
200.000.000 sehingga tarif pajak yang berlaku di negara X
sebesar 25%.
Apabila negara X menerapkan metode pembebasan pajak, maka
pajak terutang yang harus dibayarkan :
 
Penghasilan dari dalam negeri (negara X) 200.000.000
Penghasilan di luar negara (negara Y) 100.000.000
Jumlah penghasilan 300.000.000
Pajak terutang (tarif25%) 75.000.000

Pembebasan pajak 100.000.000 X 75.000.000 25.000.000


300.000.000

Pajak yang kurang dibayar 50.000.000


2. Metode Kredit Pajak
Metode kredit pajak terdiri atas beberapa metode yaitu:
a. Metode Kredit Penuh
b. Metode Kredit Pajak Biasa
c. Metode Kredit Fiktif

a. Metode Kredit Penuh


Metode kredit penuh mengurangkan pajak yang terutang
atau dibayar di luar negeri sepenuhnya terhadap pajak
dalam negeri yang dikenakan terhadap penghasilan
tersebut.
Contoh :
Mr. Adam bertempat kedudukan di negara X, mendapat
penghasilan di negara Y sebesar Rp. 100.000.000 dan
membayar pajak di negara Y sebesar 20%. Mr. Adam juga
memiliki penghasilan di negara X sebesar Rp. 200.000.000,
tarif pajak di negara X sebesar 25%
 
 Apabila negara X menerapkan metode kredit penuh, maka
pajak terutang dan pajak yang kurang dibayar dihitung sbb:

Penghasilan dari dalam negeri (negara X) 100.000.000


Penghasilan di luar negara (negara Y) 200.000.000
Jumlah penghasilan 300.000.000
Pajak terutang (tarif25%) 75.000.000
 
Jumlah pajak yang telah dibayar di negara Y sebesar Rp.
20.000.000 sehingga Mr. Smith memiliki pajak yang kurang
dibayar sebesar Rp. 55.000.000
b. Metode Kredit Pajak Biasa
Metode kredit pajak biasa memberikan keringanan pajak
berganda internasional, berupa pengurangan pajak luar
negeri atas pajak domestik yang dialokasikan pada
penghasilan luar negeri dan pajak yang sebenarnya dibayar
di luar negeri
 

Mr. Adam bertempat kedudukan di negara X, mendapat


penghasilan di negara Y sebesar Rp. 100.000.000 dan
membayar pajak di negara Y sebesar 20%. Mr. Adam juga
memiliki penghasilan di negara X sebesar Rp. 200.000.000,
tarif pajak di negara X sebesar 25%
Apabila negara X menerapkan metode kredit penuh, maka
pajak terutang dan pajak yang kurang dibayar dihitung sbb:

Penghasilan dari dalam negeri (negara X) 100.000.000


Penghasilan di luar negara (negara Y) 200.000.000
Jumlah penghasilan 300.000.000
Pajak terutang (tarif25%) 75.000.000
 
Mengingat tarif pajak di negara Y hanya Rp. 20.000.000,
semua dapat dikreditkan karena batas maksimalnya Rp.
25.000.000
 
Apabila tarif pajak di negara Y sebesar 35%, maka pajak yang
dapat dikreditkan adalah sebesar batas kredit pajak maksimal
yaitu Rp. 25.000.000 walaupun pajak sebenarnya yang telah
dibayar Rp. 35.000.000
B. Kredit Pajak PPh Pasal 24
Berdasarkan ketentuan pasal 24 ayat 1 UU PPh,
maka pajak penghasilan yang dibayar atau terutang
di luar negeri atas penghasilan tersebut dapat
dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang
terutang di Indonesia. Pengkreditan pajak
penghasilan dari luar negeri dilakukan dalam tahun
pajak, yaitu dengan manggabungkan penghasilan
dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia.
 
Namun perlu diingat, bahwa pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang di
Indonesia hanyalah pajak yang langsung dikenakan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP.
Contoh:
PT. A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal
dari Z Inc. Di negara X. Z inc. Pada tahun 2014
memperoleh keuntungan sebesar US$ 100,000. Pajak
penghasilan yang berlaku dei negara X adalah 48% dan
pajak deviden adalah 38%
 

Perhitungan pajak atas deviden tersebut adalah:


Keuntungan Z Inc. US$ 100.000
Pajak penghasilan atas Z Inc. US$ 48.000
US$ 52.000
Pajak atas deviden US$ 19.760
Deviden yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240
Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap
seluruh pajak penghasilan yang terutang PT. A adalah
pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang
diterima di luar negeri. Yaitu US$ 19.760

Pajak penghasilan atas Z Inc. Sebesar US$ 48.000 tidak


dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan PT. A
karena pajak tersebut tidak dikenakan langsung atas
penghasilan yang diterima oleh PT. A.
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan,
sumber penghasilan menurut UU PPh pasal 24 ayat 3
ditentukan sbb:
 
a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta
keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya
adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau
sekuritas tersebut didirikan atau bertempatkedudukan.
b. Penghasilan berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan
dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat
pihak yang membayar atau dibebani beban bunga, royalti
atau sewa tersebut bertempat kedudukan berada.
c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan
harta tidak gerak adalah negara tempat harta tersebut
terletak.
d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang
membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempatkedudukan atau berada
e. Penghasilan BUT adalah negara tempat BUT tersebut
menjalankan usaha atau kegiatannya
f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
negara tempat lokasi penambangan berada
g. Keuntungan karena peralihan harta tetap adalah negara
tempat harta tetap berada
h. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian
dari suatu BUT adalah negara tempat BUT berada
Pengkreditan pajak penghasilan yang dibayar di luar negeri dilakukan
bersamaan dengan penggabungan penghasilan dari luar negeri tersebut.
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 164/KMK.03/2002
sbb:

a. Untuk penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak


diperolehnya penghasilan tersebut
b. Untuk penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut
c. Untuk penghasilan berupa deviden, dilakukan dalam tahun pajak
pada saat perolehan deviden tersebut
Contoh:
PT. A di Jakarta pada tahun pajak 2012 menerima dan memperoleh
penghasilan netto dari sumber luar negeri sbb:

a. Hasil usaha di Singapura dalam tahun pajak 2012 Rp. 800.000.000


b. Deviden atas pemilikan sahan pada X. Ltd. Di Australia sebesar Rp.
200.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2009 dan 2011 dan
baru dibayar tahun 2012
c. Deviden penyertaan saham sebanyak 70% pada Y Corp. Di Hongkong
yang tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp. 75.000.000 yaitu
berasal dari keuntungan saham 2011
d. Bunga kuartal IV tahun 2012 sebesar Rp. 100.000.000 dari Z Sdn Ghd,
di kuala lumpur yang baru diterima bulan Juli 2013

Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan


penghasilan dalam negeri dalam tahun pajak 2012 adalah pada huruf a, b
dan c, sedangkan penghasilan pada huruf d, digabungkan dengan
penghasilan dalam negeri dalam tahun pajak 2013.
Perhitungan batas maksimum kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan
dapat diilustrasikan sbb:

PT A di Jakarta memperoleh penghasilan netto tahun 2011 sbb:


Penghasilan dalam negeri Rp. 1.000.000.000
Penghasilan luar negeri Rp. 1.000.000.000

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah sbb:


a. Penghasilan dalam negeri Rp. 1.000.000.000
Penghasilan luar negeri Rp. 1.000.000.000
Jumlah penghasilan netto Rp. 2.000.000.000
b. Apabila jumlah penghasilan netto sama dengan jumlah penghasilan
kena pajak, maka tarif sesuai dengan UU no 17 PPh ayat 1 yaitu
sebesar 25% atau sama dengan Rp. 500.000.000
c. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah:
Rp. 1.000.000.000 X Rp. 500.000.000 = Rp. 250.000.000
Rp. 2.000.000.000

Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp.
250.000.000 lebih besar dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau
dibayarkan di luar negeri yaitu sebesar Rp. 200.000.000, maka jumlah
kredit pajak luar negeri yang diperkanankan adalah sebesar Rp.
200.000.000
Dalam hal penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan luar
negeri, maka diilustrasikan sbb:

PT A di Jakarta memperoleh penghasilan netto tahun 2011 sbb:


Penghasilan dari luar negeri Rp. 1.000.000.000
Rugi Uasha (Rp. 200.000.000)
Pajak atas penghasilan luar negeri misal 40% Rp. 400.000.000

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah sbb:


a. Penghasilan luar negeri Rp. 1.000.000.000
Rugi usaha Rp. 200.000.000
Jumlah penghasilan netto Rp. 800.000.000
b. Apabila jumlah penghasilan netto sama dengan jumlah penghasilan
kena pajak, maka tarif sesuai dengan UU no 17 PPh ayat 1 yaitu
sebesar 25% atau sama dengan Rp. 200.000.000
c. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah:
Rp. 1.000.000.000 X Rp. 200.000.000 = Rp. 250.000.000
Rp. 800.000.000

Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri lebih besar dari
jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayarkan di luar negeri
yaitu sebesar Rp. 200.000.000, maka jumlah kredit pajak luar negeri
yang diperkanankan adalah sebesar Rp. 200.000.000
Kredit pajak pasal 24 UU PPh menggunakan pendekatan percontry
basis. Dalam hal penghasilan luar negeri bersumber daribeberapa
negara, maka jumlah maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk
masing-masing negara yang menerapkan cara perhitungan sbb:

PT. C di Jakarta dalam tahun 2012 memperoleh penghasilan sbb:


• Penghasilan dalam negeri Rp. 2.000.000.000
• Penghasilan dari negara X dengan pajak 40% Rp. 1.000.000.000
• Penghasilan dari negara Y dengan pajak 30% Rp. 2.000.000.000
• Jumlah penghasilan netto Rp. 5.000.000.000
Apabila penghasilan netto sama dengan penghasilan kena pajak, maka
pajak yang terhutang menurut UU no 17 PPh sebesar Rp. 1.250.000.000
Batas maksimum kredit pajak luar negeri setiap negara adalah :

• Untuk negara X
Rp. 1.000.000.000 X Rp. 1.250.000.000 = Rp. 250.000.000
Rp. 5.000.000.000
Pajak yang terutang di luar negeri adalah Rp. 400.000.000 lebih besar
dari batas maksumum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka
jumlah kredit yang diperkenankan hanya Rp. 250.000.000

• Untuk negara Y
Rp. 2.000.000.000 X Rp. 1.250.000.000 = Rp. 500.000.000
Rp. 5.000.000.000
Pajak yang terutang di luar negeri adalah Rp. 600.000.000 lebih besar
dari batas maksumum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka
jumlah kredit yang diperkenankan hanya Rp. 500.000.000
Dalam hal jumlah pajak penghasilan yang dibayar di luar
negeri melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan,
maka kelebihan tersebut:

• Tidak dalat diperhitungkan dengan pajak penghasilan


yang terutang tahun berikutnya
• Tidak boleh dibebankan sebagai biaya atas pengurangan
penghasilan dan
• Tidak dapat dimintakan restitusi
Untuk melaksanakan perkreditan pajak luar negeri, wajib
pajak menyampaikan permohonan kepada Dirjen pajak
dengan dilampiri surat-surat sbb:

• Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar


negeri
• Fotocopy surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di
luar negeri
• Dokumen pembayaran pajak di luar negeri

Anda mungkin juga menyukai