DOSEN PENGAMPU:
1. Ramadani 2240403059
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
15.1 Pajak Penghasilan Tangguhan: Suatu Pengantar.....................................................................3
15.2 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer.......................................................................3
15.3 Ilustrasi Sederhana Kewajiban Pajak Tangguhan....................................................................5
15.4 Penghitungan Tahunan Kewaiban dan Aset Pajak Tangguhan...............................................9
15.5 Perubahan Tarif Pajak (dan Peraturan Pajak ) yang Berlaku.................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
15.1 Pajak Penghasilan Tangguhan: Suatu Pengantar
Pendapatan pajak perusahaan tunduk pada pajak pendapatan, yang ditentukan sesuai
dengan undang-undang pajak. Jumlah beban pajak (biaya pajak) atau pendapatan pajak yang
harus diakui dalam perhitungan keuntungan atau kerugian dalam suatu periode terdiri dari unsur-
unsur utama: (i) pajak saat ini (pajak saat ini), yang merupakan jumlah pajak penghasilan yang
harus dibayarkan pada pendapatan yang dikenakan pajak pada periode tertentu; dan (ii) pajakan
ditangguhkan. (deferred tax) Pajak pendapatan adalah bagian yang dihasilkan dari penetapan
peraturan pajak pada dunia bisnis di negara tertentu.
Untuk bisnis yang menerbitkan sekuritas kepada publik pada 1 Januari 1999, CISR No. 46
berlaku, dan 1 Januari 2001 atau setelahnya, untuk perusahaan lain, mengatur perhitungan
akuntansi pajak penghasilan di Indonesia. Tujuan dari Undang-Undang Nomor 46 adalah untuk
mengatur akuntansi pajak pendapatan, termasuk identifikasi, pengukuran, penilaian, presentasi,
dan pengungkapan pajak penghasilan dan dampaknya pada laporan keuangan perusahaan. Secara
khusus, ini termasuk kewajiban pajak ditunda (DTL) dan aset pajak pendapatan (DTA).
(Keuangan Standar Akuntansi).
Sesuai SAK yang relevan, stakeholder menerima laporan keuangan dari perusahaan. Tetapi
dalam kapasitasnya sebagai pemungut pajak, bisnis juga perlu menyediakan rekening keuangan
sesuai dengan hukum pajak kepada pemerintah, hal ini Direktorat Jenderal Pajak. (SPT Tahunan
PPh Badan). Pendapatan keuangan pra-pajak dan pendapatan pajak sering ditentukan secara
berbeda karena perbedaan besar dalam hukum pajak antara Amerika Serikat dan negara-negara
lain. Perbedaan permanen dan perbedaan sementara adalah dua kategori di mana perbedaan ini
jatuh. (transient variations).
Perbedaan Permanen
Perbedaan-perbedaan ini timbul dari aturan hukum pajak yang berbeda yang menentukan apa
yang merupakan pendapatan yang tidak dikenakan pajak atau bebas pajak serta jenis-jenis biaya
yang tidak dapat dikurangi dan tidak dapat dihitung. Keduanya dimasukkan dalam perhitungan
keuntungan akuntansi menurut SAK atau keuntungan komersial, tetapi mereka tidak pernah
dipertimbangkan ketika menetapkan pajak atau pajak pendapatan, sehingga mereka tidak
menghasilkan masalah akuntan. (Financial income before taxes). Akibatnya, baik pajak saat ini
maupun pajak ditunda tidak terpengaruh oleh perbedaan ini.
(iii) beban tidak dapat dikurangkan (PPh Act, Section 9(1)) dan
(iv) biaya yang tidak dapat dikurangkan dari tanggung jawab pajak (pasal 6 ayat I UU PPh).
Pendapatan bunga akhir dari simpanan, pendapatan dari rencana asuransi jiwa, bunga pada
obligasi pemerintah, biaya hiburan yang tidak didukung, denda untuk pelanggaran hukum, dan
pembayaran premi Asuransi Hidup adalah beberapa contoh perbedaan permanen.
Perbedaan Temporer
a. Perbedaan sementara yang dikenakan pajak adalah diferensial sementara yang, ketika nilai
terdaftar aset dikembalikan atau nilai tercatat kewajiban dibelanjakan, menghasilkan jumlah
pajak saat menghitung keuntungan fiskal untuk periode berikutnya. (Agreed). Ini terjadi
ketika total keuntungan fiskal dalam tahun-tahun berikutnya lebih tinggi dari keuntungan
akuntansi pada awal tahun karena penurunan pendapatan pajak. (fiscal profit). Jumlah
Kewajiban Pajak Terlambat (DTL) dalam Keseimbangan mewakili kewajiban pajak
pendapatan yang diharapkan pada pendapatan pajak masa depan.
a) Metode penjualan distribusi, yang menggunakan basis tunai untuk tujuan pajak tetapi
basis akumulasi untuk pelaporan keuangan untuk mengenali pendapatan penjualan,
adalah dua contoh kewajiban pajak ditangguhkan.
b) Untuk tujuan pajak, saat sekuritas dijual laba harus diakui, tapi keuntungan yang belum
tercapai dari perdagangan sekuriti mesti diakui demi pelaporan keuangan.
c) Metode yang berbeda untuk pelaporan pajak dan keuangan mengurangi aset tetap.
b. Pembeda sementara yang dapat diselisih adalah diferensial sementara yang, pada saat nilai
catatan suatu kewajiban dihapus atau nilai catat suatu aset dikembalikan, menciptakan
jumlah yang dapat ditarik dalam perhitungan keuntungan fiskal periode berikutnya. Ini
terjadi ketika jumlah total keuntungan fiskal menurun selama tahun-tahun berikutnya jika
jumlah pendapatan pajak (penghasilan pajak) lebih tinggi pada awal tahun daripada
keuntungan akuntansi. Pengurangan pajak pendapatan yang diharapkan ini akan ditampilkan
sebagai aset pajak ditangguhkan (DTA) pada saldo.
Aset pajak tertunda meliputi, misalnya, pendapatan yang tidak dikenakan beban, yang
diakui untuk tujuan pajak pada saat pembelian tetapi pengakuan pendapatnya ditangguhkan
untuk alasan pelaporan keuangan pada periode berikutnya.
Untuk tujuan pajak, jaminan atau biaya utang buruk harus dicatat ketika mereka benar-benar
terjadi; Namun, untuk tujuan pelaporan keuangan, mereka harus dikumpulkan di tahun
penjualan. Kerugian untuk pelaporan fiskal yang tidak direalisasikan pada sekuritas yang
diperdagangkan harus diakui; tetapi, untuk tujuan pajak, kerusakan mesti diakui pada saat
sekuriti yang dijual.
Pada tahun 2010, PT. Bran menghasilkan Rp. 130.000 secara tunai dari penjualan senilai Rp.
200.000 dan sisa Rp 70.000 diperkirakan akan tertagih pada tahun 2011. Undang-undang
perpajakan menyatakan bahwa sampai uang diterima secara tunai, penghasilan tidak dikenakan
pajak. Untuk tahun 2010 dan selanjutnya, tarif pajak adalah 30%. Pengeluaran perusahaan pada
tahun 2010 dipahami sebagai hanya beban pajak penghasilan
Dari soal di tersebut, PT Buatlah tabel selisih antara tab komersial dan jumlah pajak penjualan
31 Des 2010 ialah:
Beban 0 0
Perusahaan
Laba komersial (laba finansial sebelum pajak) dicatat oleh PT. Bran sesuai SAK perhitungan
laba. hanya Rp.200.000 untuk tahun akhir 2010. Untuk mendapatkan informasi tentang laba kena
pajak atau PKP menurut UU perpajakan, laba yang dicatat adalah Rp 130.000, yakni Rp 130.000
Jumlah uang tunai yang diterima untuk sementara ini terjadi selisih sebesar Rp 70.000 Pada awal
tahun 2010,Karena perbedaan sementara ini, laba pajak (Rp 0 karena tidak ada pengakuan
pendapatan) kurang dari laba komersial (Rp 200.000 karena, menurut konsep akrual, tidak ada
kas kehilangan pengakuan pendapatan).
Perusahaan melaporkan utang pajak belum bayar senilai Rp.21.000 (Rp.70.000 x 30%), dan laba
kena pajak/laba pajak sebesar Rp. 39.000 (Rp. 130.000 x 30%). Pada tanggal 31 Desember 2010,
beban pajak dan liabilitas pajak belum bayar PT. Bran berjumlah:
ayat jurnal yang tercantum dapat digabungkan menjadi satu jurnal, seperti yang ditunjukkan
dalam contoh berikut:
Laporan pendapatan PT Bran untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 adalah sebagai
berikut: Menurut jurnal pajak pendapatan 2010, ada pengeluaran pajak penghasilan 60.000, yang
merupakan total jumlah pajak saat ini 9.000 dan pajak penundaan biaya 21.000.
PT. Bran
Kini Rp 39.000
PT. Bran hanya memiliki utang tak tertagih sebesar Rp 15.000 dan pajak pada 2 Januari 2010,
dan menghasilkan omzet sebesar Rp.500.000. Undang-undang perpajakan tidak mengizinkan
pemotongan sampai utang macet dihapuskan seluruhnya. Jumlah penghapusan piutang tak
tertagih pada tahun 2010 adalah sebesar Rp.4.000 dan pajak untuk tahun 2010 dan tahun
setelahnya masing-masing sebesar 30%.
PT. Bran membuat tabel ini, dan berikut adalah ringkasan perbedaan yang terjadi pada tanggal
31 Desember 2010 antara keuntungan pajak beban piutang tak tertagih dan keuntungan
perdagangan:
Koreksi:
Berdasarkan penetapan laba akuntansi berdasarkan SAK, laba komersial (laba finansial
sebelum pajak) dicatat oleh PT. Bran pada 31 Des 2010, hanya sebesar Rp 485. 000. Dalam
menentukan laba kena pajak, laba yang dicatat berdasarkan undang-undang perpajakan adalah
Rp 496.000. Akibatnya, terjadi perbedaan sementara sebesar Rp 11.000, yang merupakanAset
yang tidak dikenakan pajak Pada awal tahun 2010, perusahaan mengakui aset pajak tangguhan
sebesar Rp 3.300 (Rp 11. 000 x 30%) dan laba yang dikenakan pajak atau keuntungan pajak
sebesar Rp 148.800. Penerimaan pajak (Rp 500.000 karena tidak adanya kredit bermasalah) lebih
rendah dari keuntungan komersial (Rp 485.000 karena tidak adanya kredit bermasalah). dihitung
berdasarkan beban pajak yang akan datang.
Berikut cara sederhana mencatat pengeluaran berjalan dan aset pajak tangguhan per 31
Desember 2010:
Selain itu, catatan jurnal dapat diringkas yang memungkinkan untuk mengimbangi beban
pajak penghasilan terhadap keuntungan pajak penghasilan yaitu:
Jurnal melaporkan biaya total sebesar Rp145.500. Ini mengurangi utang pajak sebesar
Rp148.800 dan memberikan manfaat pajak tangguhan sebesar Rp3.300. Laporan laba rugi PT
Brain periode 2010 disertakan di bawah ini:
PT. Bran
Pendapatan Rp 500.000
Beban Piutang Tak Tertagih 15.000
Kini Rp 148.800
Berikut adalah ringkasan daftar prosedur yang harus dijalankan setiap tahunnya untuk
menghitung jumlah kewajiban dan aset pajak tangguhan yang disertakan dalam laporan
keuangan:
2. Peraturan pajak, yang secara resmi berlaku pada tanggal neraca, digunakan untuk
menghitungkewajiban pajak tangguhan yang berkaitan dengan perbedaan kena pajak
sementara.
3. menghitung aset pajak tangguhan untuk perbedaan yang dapat dikurangkan sementara
dengan menggunakan tingkat pajak (aturan pajak) yang berlaku atau secara substansial
berlaku pada tanggal balans.
4. Bisnis yang memiliki laba fiskal yang memadai hanya dapat memperoleh keuntungan
ekonomi dari pengurangan pembayaran pajak, meskipun perbedaan-perbedaan yang dapat
dikurangi pada akhirnya mengurangi laba fiskal.. Jika tidak, maka aset pajak tangguhan
tersebut tidak dapat direalisasi. Perusahaan mengevaluasi kembali aset pajak tertunda yang
tidak diakui pada tanggal bilangan mana pun ketika ada kemungkinan tinggi bahwa
keuntungan fiskal akan tersedia untuk mengembalikannya.
Sebagai gambaran, Asumsi PT. Friend mulai beroperasi pada tahun 2010. Selama tahun
2010 PT. Friend menghitung laba bersih sebelum pajak adalah Rp 300.000. Dalam menghitung
pajak tangguhan, kita hanya mempunyai kewajiban pajak tangguhan yang timbul dari selisih
antara biaya penyusutan pada saat menghitung pendapatan akuntansi dan beban penyusutan pada
saat menghitung pendapatan pajak
Penyusutan aset tetap perseroan tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 (Rp):
Tahun 2010
Untuk tahun 2010, PT. Friend menerima keuntungan pajak (penghasilan pajak)
sebesar Rp 240.000, yang dihitung sebagai berikut:
Perbedaan permanen: -
Perbedaan temporer:
PT. Friend mencatatkan liabilitas jangka pendek sebesar Rp72.000. Pada akhir tahun
2010, kerugian nilai aset tetap yang tercatat dalam laporan pajak kami melebihi kerugian nilai
yang tercatat dalam pembukuan kami sebesar Rp. 60.000 (Rp. 160.000 - Rp. 100.000) Perbedaan
temporer ini menghasilkan jumlah kena pajak sebesar Rp60.000 pada saat menghitung laba pajak
berikutnya. Setelah menerapkan tarif pajak yang berlaku, jumlah totalnya adalah Rp 18.000 (Rp
60.000 x 30%) Kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp18.000 ini telah dilaporkan dalam laporan
neraca per 31 Desember 2010 sebagai aset yang dapat disusutkan termasuk dalam aset operasi
tidak lancar. Kewajiban pajak tangguhan ini juga diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang.
Diary Entry dari PT Friend yang mencatat beban pajak saat ini dan kewajiban pajak
yang dapat dibatalkan hingga akhir 2010:
Selain itu, ayat jurnal di atas dapat digabungkan menjadi satu jurnal, seperti yang ditunjukkan di
bawah ini:
Menurut jurnal pajak pendapatan untuk tahun 2010, ada beban pajak penghasilan
sebesar 90.000, yang merupakan beban perpajakan saat ini sebesar 72.000 dan
beban perpanjangan pajak 18.000.
PT. Friend
Pada 31 Desember 2010, Laporan Neraca PT. Friend pada bagian kewajiban akan
melaporkan:
ii. kewajiban jangka panjang sebesar Rp 18.000 untuk kewajiban pajak tangguhan.
Tahun 2011
Untuk mempermudah ilustrasi, asumsi PT. Friendmemiliki laba bersih sebelum kena
pajak senilai Rp 300.000 untuk setiap tahun mulai 2011 sampai 2013. Pada tahun 2011, PT.
Sahabat memiliki Penghasilan pajak / keuntungan pajak (taxabel income) senilai Rp.
280.000 dengan perhitungan sebagai berikut:
Perbedaan permanen: -
Perbedaan temporer:
PT. Friend mencatatkan liabilitas jangka pendek sebesar Rp 84.000. Setiap tahun setelah
penangguhan pertama kali dicatat, saldo akhir kewajiban pajak tangguhan ditentukan dan
dibandingkan dengan saldo semula. Selisih antara saldo awal dan saldo akhir dicatat sebagai
penyesuaian akun kewajiban pajak tangguhan. Tahun 2011 akhir, jumlah penyusutan aset tetap
yang tercatat di SPT melebihi beban penyusutan yang tercatat di pembukuan sebesar Rp 80 ribu
(Rp 280 ribu hingga Rp 200 ribu) Oleh karena itu, saldo utang pajak tangguhan harus
disesuaikan menjadi saldo Rp24.000(Rp80.000 x 30%) Jumlah penyesuaiannya adalah Rp 6.000
dihitung sebesar Rp 24.000 dikurangi saldo awal tahun 2011 (atau saldo akhir tahun 2010
sebesar 18.000)
Catatan harian dari PT. Friend Pada tanggal 31 Desember 2011, jumlah yang
diharapkan untuk mencatat beban pajak saat ini dan penyesuaian rekening
kewajiban pajak tertunda adalah :
Selain itu, adalah mungkin untuk menggabungkan kalimat jurnal di atas menjadi satu jurnal,
seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Jurnal Pajak Pendapatan 2011 menunjukkan bahwa beban pajak pendapatan total yang timbul
Ini adalah Rp 90.000, yang merupakan beban pajak saat ini sebesar Rp 84.000 dan
penyesuaian kewajiban pajak tertunda sebesar Rp 6.000 adalah:
PT. Friend
Kini Rp 84.000
Pada 31 Desember 2011, Laporan Neraca PT. Friend pada bagian kewajiban akan melaporkan:
ii. Liabilitas jangka panjang sebesar Rp 24.000 untuk kewajiban pajak tangguhan.
Tahun 2012
Karena beban penyusutan untuk pelaporan akuntansi dan pelaporan pajak nilainya sama
untuk tahun 2012 (yaitu Rp 100.000) jadi tidak dibuat ayat jurnal penyesuaian untuk akun
kewajiban pajak tangguhan. Pada tahun 2012, PT. Friend memiliki keuntungan kena pajak atau
keuntungan fiskal sebesar Rp 300.000 menurut perhitungan berikut:
Perbedaan permanen: -
Perbedaan temporer:
PT. Friend mencatat kewajiban lancar senilai Rp 90.000. PT. Friend membuat jurnal
untuk mencatat beban pajak hingga 31 Desember 2012:
Tgl Nama Debit Kredit
laporan pengembalian kerugian parsial PT.Friend untuk tahun 2012 disajikan di sini:
PT. Friend
Tangguhan 0 Rp 90.000
Pada 31 Desember 2012, Laporan Neraca PT. Sahabat pada bagian kewajiban akan melaporkan:
Tahun 2013
Perbedaan permanen: -
Perbedaan temporer:
PT. Friend memiliki kewajiban lancar sebesar 114.000, perbedaan sebesar Rp 80.000
pada akun kewajiban pajak tangguhan, dan penyusutan total sebesar Rp 400.000 menurut
akuntansi dan pajak. Untuk mencatat biaya pajak sekarang dan mengurangi akun kewajiban
pajak tangguhan menjadi bersaldo nol pada 31 Desember 2013, PT. Friend membuat ayat jurnal
ialaht:
Selain itu, ayat jurnal yang disebutkan di atas dapat digabungkan menjadi satu jurnal, seperti
yang ditunjukkan dalam contoh berikut:
PT. Friend
Kini Rp 114.000
Pada 31 Desember 2013, Laporan Neraca PT. Sahabat pada bagian kewajiban akan melaporkan:
i. kewajiban lancar sebesar Rp. 114.000.000 untuk kewajiban pajak penghasilan, dan
ii. kewajiban tidak lancar untuk kewajiban pajak tangguhan memiliki saldo Rp 0.
Sebagai ilustrasi, asumsi PT. Friend memulai operasional perusahaannya pada tahun
2010. Selama tahun 2010, PT. Friend menghitung laba bersih sebelum kena pajak sebesar Rp
187.000. Perbedaan satu-satunya antara laba komersial dan laba fiskal perusahaan adalah adanya
pengakuan beban garansi. Menurut pembukuan PT. Friend, beban garansi tersebut diakui pada
saat tahun penjualan (menggunakan dasar akrual). Namun menurut peraturan pajak, beban
tersebut boleh dikurangkan apabila sudah terjadi sebenarnya.
Beban garansi yang diakui perusahaan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 153.000; tidak
ada pengeluaran garansı aktual pada tahun 2010. Tarif pajak tahun 2010 dan tahun-tahun
berikutnya adalah 30%. Oleh karena itu, PT. Friend memiliki keuntungan fiskal (taxable income)
senilai Rp. 340.000 dengan perhitungan sebagai berikut:
Perbedaan permanen: -
Dengan perbedaan sementara ini, ada jumlah sebesar Rp 153.000 yang dapat diselisih di
penghitungan laba fiskal periode berikutnya. Aset pajak tangguhan yang muncul dari perbedaaan
ini adalah Rp 45.900 (Rp 153.000 x 30%). Beban garansi dari penjualan tahun 2010 diharapkan
akan terjadi sebesar Rp. 51.000 setiap tahun mulai 2011 sampai dengan 2013. Karena kewajiban
garansi ini diasumsikan sepertiga bagian lancar dan duapertiga tidak lancar, aset pajak tangguhan
yang terkait akan diklasifikasikan dengan rasio yang sama.
Penggunaan perbedaan temporer Rp 153.000 yang boleh dükurangkan oleh PT. Friend
pada masa depanmenghasilkan pengurangan laba fiskal, tetapi keuntungan ekonomi dari
pengurangan pembayaran pajak hanya dapat diperoleh oleh bisnis yang memiliki laba fiskal yang
memadai.. Asumsi di masa-masa mendatang. PT. Friend memiliki laba fiskal yang cukup untuk
merealisasikan pengurangan pembayaran pajak sebesar Rp 153.000 tersebut. Diasunsikan pula,
untuk mempermudah ilustrasi, PT. Friend memiliki laba bersih sebelum kena pajak yang sama
yaitu sebesar Rp 187.000 untuk setiap tahun 2011 sampai dengan 2013.
Untuk mengurangi beban pajak saat ini dan aset yang tidak dikenakan pajak sampai 31
Desember 2010, PT. Friends membuat jurnal berikut:
* 1/3 x Rp 45.900
** 2/3 x Rp 45.900
Ayat jurnal yang disebutkan bisa digabungkan menjadi satu jurnal. Dalam situasi seperti
ini, beban pajak penghasilan dapat dikurangi atau diubah dengan tangguhan pajak penghasilan
untuk keuntungan pajak penghasilan berikut:
Segmen Income Tax Journal 2010 menunjukkan bahwa beban pajak pendapatan total
yang timbul adalah Rp 56,100, yang sesuai dengan pengurangan pajak ekspor Rp 102,000 dan
manfaat pajak penghasilan ditangguhkan Rp. 45,900. Kerugian parsial yang dilaporkan PT.
Friend untuk tahun fiskal yang berakhir tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
PT. Friend
Kini Rp 102.000
ii. aset tidak lancar sebesar Rp. 30.600 untuk aset pajak tangguhan, dan
iii. kewajiban lancar sebesar Rp. 102.000 untuk kewajiban pajak penghasilan.
Pada tahun-tahun berikutnya, laba kena pajak PT. Friend akan dikurangkan dari laba
komersialnya karena perbedaan temporer yang boleh dikurangkan akan mulai dibalik. Di tahun
2011 sampai 2013, laba kena pajak/ laba fiskal (taxable income) PT. Friend akan sama
jumlahnya yaitu sebesar Rp 136.000, dengan perhitungan sebagai berikut:
Perbedaan permanen: -
Jumlah perbedaan temporer yang boleh dikurangkan akan mulai menurun setiap
tahunnya, memengaruhi jumlah pertama yang diklasifikasikan sebagai tidak lancar dan akhirnya
mengeliminasi bagian lancar dari akun aset pajak tangguhan. Tabel berikut menggambarkan ayat
jurnal yang dibuat setiap tahunnya:
Keterangan:
Ayat jurnal pertama mencatat periode kini kewajiban pajak. Ayat jurnal kedua
mengakui bahwa bagian lancar dari aset pajak tangguhan sudah berakhir. Jurnal ketiga hanya
mengklasifikasikan kembali aset pajak tangguhan dari tidak lancar menjadi lancar, yang
mengindikasikan bahwa bagian pada periode berikutnya, perbedaan temporer yang dapat
diperbaiki akan dikembalikan.
Jika tarif dan UU pajak baru yang diumumkan oleh pemerintah dapat dianggap secara
substansial berlaku, meskipun berlaku beberapa bulan setelah diumumkan. Dalam hal ini,
kewajiban pajak dan aset harus dihitung berdasarkan tingkat pajak yang baru diumumkan dan
peraturan pajak yang berlaku.
Sebagai contoh, mengambil ilustrasi PT. Friend, pada tahun 2010 pemerintah
menetapkan perubahan tarif pajak dari 30% menjadi 25% untuk tahun 2011 dan tahun-tahun
berikutnya. Oleh karena itu, semua perbedaan temporer yang dibalik pada tahun 2013, dan
kewajiban pajak tangguhan harus dihitung dengan tarif pajak tahun tersebut. Pada akhir tahun
2010, kewajiban pajak tangguhan akan menjadi Rp 15.000, bukan Rp 18.000 seperti yang telah
dihitung pada contoh sebelumnya. Pada akhir tahun 2011, kewajiban pajak tangguhan akan
disesuaikan ke saldo Rp 20.000 (Rp 80.000 x 25%). Jumlah penyesuaiannya adalah Rp 5.000
(Rp 20.000 dikurangi dengan saldo awal Rp 15.000).
Apabila tarif pajak (dan peraturan pajak) berubah setelah kewajiban atau aset pajak
tangguhan telah dicatat, saldo awal akun penangguhan tersebut harus disesuaikan untuk
menggambarkan tarif pajak dan UU pajak yang baru.
Dengan menggunakan ilustrasi yang sama, misalkan tarif pajak untuk tahun 2013
berubah dari 30% menjadi 25% sepanjang tahun 2011. Pada awal tahun 2011,Jurnal penyesuaian
berikut harus digunakan untuk mencatat saldo kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp. 18.000,
atau Rp. 60.000 x 30%:
* Rp 18.000 x 5%
DAFTAR PUSTAKA
Hery, S. M., & Widyawati Lekok, S. (2020). Akuntansi Keuangan Menengah 2. Jakarta: PT BUMI
AKSARA.