Anda di halaman 1dari 13

PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN

PAJAK KINI
Pajak Kini (current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak,
jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena
pajak dikalikan dengan tariff pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.
Penghasilan kena pajak atau laba fiscal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba
bersih sebelum pajak berdasrkan laporan keuangan komersial (laporan akuntansi).
Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas
pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Untuk kepentingan internal dan kepentingan lain wajib pajak
dapat menggunakan standar akuntansi yang berlaku umum, sedangkan untuk perhitungan
dan pembayaran pajak harus berdasarkan peraturan perpajakan, dalam hal ini adalah
Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan lainnya yang terkait. Perbedaan ini
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu beda tetap/beda permanent (permanent
difference) dan beda waktu sementara/temporer (temporary difference).
Beda tetap adalah perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan pengakuan
pendapatan dan beban anatara standar akuntansi dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dengan laba fiscal atau
penghasilan kena pajak.
Beda waktu sementara adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan
waktu dan metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar
akuntansi dengan peraturan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan beban antara tahun pajak yang satu ke tahun pajak berikutnya.

Perhitungan Pajak Kini

Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan tariff
pajak penghasilan dikalikan dengan laba fiskal, yaitu laba akuntansi yang telah dikoreksi
agar sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Contoh :
PT cemerlang pada tahun 2011 mempunyai data sebagai berikut :
Laba bersih sebelum pajak komersial Rp. 500.000.000,Bunga deposito Rp. 20.000.000,Sumbangan untuk perayaan 17 Agustus 2011 sebesar Rp. 5.000.000,Aset tetap yang dimiliki terdiri atas
Aset

Tahun Harga perolehan Masa Manfaat Masa Manfaat (fiskal)


perolehan
(Rp)
(komersial)
Tanah
2006
400.000.000
Bangunan 2006
800.000.000
20tahun
20tahun
Inventaris 2006
200.000.000
5 tahun
4 tahun

Metode
Penyusutan
Garis lurus
Garis lurus
Garis Lurus

Beban penyusutan inventaris adalah :


Tahun
2006
2007
2008
2009
2010

Komersial
40.000.000
40.000.000
40.000.000
40.000.000
40.000.000

Fiskal
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000

Rekonsiliasi fiskal PT. Cemerlang pada tahun 2011 dilakukan sebagai berikut :
Laba bersih komersial sebelum PPh

Rp. 500.000.000

Beda waktu
Depresiasi

(Rp. 10.000.000,-)

Beda tetap
Pendapatan bunga

(Rp. 20.000.000,-)

Sumbangan

(Rp. 5.000.000,-)

Laba fiskal

Rp. 475.000.000,-

Rugi Fiskal yang dapat dikompesasikan

(Rp. 175.000.000,-)

Laba kena pajak

Rp. 300.000.000,-

PPh yang harus dibayar 25%x Rp.300.000.000,- = Rp. 75.000.000,Dengan demikian, besarnya pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT. Cemerlang
adalah Rp. 75.000.000,Pajak kini adalah pajak yang terutang atas PKP dalam suatu periode (fiskal),
sedangkan pajak tangguhan muncul jika ada koreksi negatif karena beda sementara dan
bukan beda permanen.Beban pajak kini itu berakibat cash outflows (pembayaran)
Beban pajak tangguhan itu tidak berakibat cash in/out flows.
PAJAK TANGGUHAN
Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang
ditentukan atau diperbolehkan.Pajak tangguhan diatur dalam PSAK Nomor 46 tentang
Akuntansi Pajak Penghasilan, pajak tangguhan memerlukan bagian yang cukup sulit
untuk dipelajari dan dipahami, karena pengakuan pajak tangguhan bias membawa akibat
terhadap berkurangnya laba bersih jika ada pengakuan beban pajak tangguhan.
Sebaliknya juga bias berdampak terhadap berkurangnya rugi bersih jika ada pengakuan
manfaat pajak tangguhan.
Pajak yang ditangguhkan hanya Pajak Penghasilan (PPh), baik penghasilan atas
operasional di dalam maupun di luar negeri.Pengakuan pajak tangguhan dalam laporan
keuangan di maksudkan untuk mengantisipasi konsekwensi kewajiban pajak penghasilan
(utang PPh) baik di masa kini maupun di masa-masa yang akan datang.
Indra Yuspiar,SE,Ak,M.Ak

dalam Presentasinya dengan Judul AKUNTANSI

PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46) :


Akuntansi Pajak Penghasilan (PSAK46)
1.

Mengatur perlakuan akuntansi PPh (Pajak Penghasilan)

2.

Recognize terhadap future tax effects yg timbul sebagi akibat adanya perbedaan
temporer (Temporary Differences) antara Accounting Base dan Tax Base

3.

Future tax effect dari Sisa Kompensasi Kerugian diakui jika persyaratan tertentu
dipenuhi

4.

Pengakuan future tax effects dilakukan dengan mengakui adanya aktiva pajak
tangguhan (def. tax asset) dan kewajiban pajak tangguhan (def. tax liability) dengan
menggunakan Balance Sheet Method

5.

Mengatur penyajian PPh pada Laporan Keuangan serta pengungkapan informasi


yg relevan (disclosure)

Mulai berlaku PSAK 46 :

1 Jan 1999 : Perusahaan Go Public

1 Jan 2001 : Perusahaan lainnya

Pajak Tangguhan dalam buku Mohammad Zain Manajemen Perpajakan


Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan
tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi
penghasilan dan biaya.
Pengakuan Pajak Tangguhan
Pengakuan

kewajiban

pajak

tangguhan

didasarkan

pada

fakta

adanya

kemungkinan pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran pajak untuk periode


mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak. Kewajiban
didefinisikan sebagai suatu kemungkinan adanya pengorbanan ekonomi pada masa yang
akan datang yang muncul dari kewajiban masa kini, suatu entitas untuk menyerahkan aset
kepada entitas-entitas lainnya sebagai akibat kejadian masal lalu.
Besarnya pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung dengan
mengalikan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal atau rugi fiskal yang dapat dikompensasi dengan tarif pajak yang berlaku. Namun
perlu diingat, tidak semua beda waktu dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Semua itu
harus sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Contoh :
PT cemerlang pada tahun 2011 mempunyai data sebagai berikut :

1. Laba bersih sebelum pajak komersial Rp. 500.000.000,2. Kompensasi kerugian tahun 2011 sebesar Rp. 50.000.000,3. Aset tetap yang dimiliki terdiri atas

Aset

Tahun
perolehan
Tanah
2009
Bangunan 2009
Inventaris 2006

Harga
perolehan (Rp)
400.000.000
600.000.000
400.000.000

Masa Manfaat
(komersial)
20tahun
5 tahun

Masa Manfaat (fiskal)


20tahun
8 tahun

Metode
Penyusutan
Garis lurus
Garis lurus
Garis Lurus

Beban penyusutan inventaris adalah :


Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Jumlah

Komersial (Rp)
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000

400.000.000

Fiskal (Rp)
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
400.000.000

Perbedaan (Rp)
30.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
(50.000.000)
(50.000.000)
(50.000.000)
0

Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2011 :


Aset pajak tangguhan
Rp. 12.500.000,Manfaat pajak tangguhan
Rp. 12.500.000
Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat
dikompensasi (Rp. 50.000.000,- x 25%)
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2012 :
Beban pajak tangguhan
Rp. 12.500.000,Aset pajak tangguhan
Rp. 12.500.000
Pengakuan beban pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat
dikompensasi (Rp. 50.000.000,- x 25%)
Beban pajak tangguhan
Kewajiban pajak tangguhan

Rp. 7.500.000,Rp. 7.500.000

Pengakuan kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari beda temporer penyusutan
inventaris (Rp. 30.000.000,- x 25%).
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 ayat (2) Undang undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang undang Nomor 36
Tahun 2008, menyebutkan :
Apabila Penghasilan Bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5(lima) tahun.
Kesimpulan profesi menyatakan bahwa keuntungan pajak akibat kompensasi kerugian
tersebut hendaknya tidak diakui sempai betul-betul terealisasi, kecuali dalam keadaan
yang tidak lazim, pada saat munculnya kompensasi kerugian tersebut dengan penuh
keyakinan tanpa ragu-ragu bahwa kompensasi kerugian tersebut akan terealisasi.
Ruthvelanidalam artikelnya menjeskan Penerapan PSAK 46 tentang Akuntansi Pajak
Tangguhan :
Masalah yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa
standard atau aturan yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah
Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan seringkali tidak sama atau bertentangan
dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau
penghasilan kena pajak.
Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different)
dan ada yang bersifat tetap (Permanent different). Atas perbedaan tersebut harus
dilakukan suatu tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat
diketahui laba fiskal perusahaan. Perbedaan tetap adalah merupakam suatu konsekwensi
yang harus diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena
secara fiskal atau berdasar peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan
penghasilan.
Berbeda dengan perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standard
akuntansi maupun peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya
yang berbeda, tetapi pada akhirnya mempunyai nilai yang sama.

Sebelum diberlakukan PSAK no. 46, banyak perusahaan yang mengabaikan


perbedaan tersebut. Menurut pendekatan ini, beban pajak penghasilan dalam laporan
keuangan dicatat sebesar pajak yang dihitung dalam SPT periode bersangkutan. Metode
ini disebut Metode Tanpa Alokasi.
Keterkaitan Pajak Tangguhan dengan PSAK 46
Sejak Januari 1995 dengan diberlakukannnya PSAK No. 46, maka perusahaan
diperkenankan untuk memilih :
1.

Menghitung pajak penghasilannya dengan menyajikan selisih efek perhitungan


tersebut dari Pajak Penghasilan yang terutang menurut ketentuan perpajakan sebagai
akibat adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban (untuk tujuan
akuntansi dan pajak) di dalam neraca sebagai Pajak Penghasilan yang
Ditangguhkan. Metode ini disebut Metode Penangguhan.

2.

Melakukan perhitungan secara akuntansi dan secara pajak, adapun selisih antara
kedua metode tersebut tidak akan disajikan dalam neraca.Metode ini sebagai mana
disebutkan diatas disebut dengan Metode Tanpa Alokasi. Hal ini berakibat bahwa
Neraca belum dapat dikatakan sebagai suatu laporan tentang posisi atau keadaan
keuangan suatu perusahaan secara lengkap.

PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam :


1.

Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode


mendatang untuk hal hal sebagai berikut :
a. Pemulihan nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang
disajikan di dalam neraca
b. Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan yang diakui dan disajikan
didalam laporan komersial perusahaan

2. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang belum
dikompesasikan, penyajian pajak penghasilan di dalam laporan keuangan komersial
dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan.
Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan

Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual,
yang mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau
terutang dan pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.
Secara garis besar prinsip dasar akuntansi pajak penghasilan adalah sebagai berikut :
1) Pajak penghasilan tahun berjalan yang kurang bayar atau terutang diakui sebagai
Kewajiban Pajak Kini (Hutang Pajak) sedangkan yang lebih dibayar disebut Aktiva
Pajak Kini (Piutang Pajak)
2) Konsekuensi pajak peiode mendatang yang dapat didistribusikan dengan perbedaan
temporer kena pajak diakui sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan, sedangkan efek
perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kerugin yang belum
dikompensasikan diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan.
3) Pengukuran kewajiban dan aktiva pajak didasarkan pada peraturan pajak yang
berlaku
4) Penilaian kembali Aktiva Pajak Tangguhan harus dilakukan pada setiap tanggal
neraca, terkait dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan aktiva pajak
direalisasikan dalam periode mendatang
Perbedaan temporer yang mengakibatkan harus diakuinya aktiva dan atau kewajiban
pajak tangguhan terjadi atau timbul apabila :
1)

Adanya penghasilan dan/atau beban yang harus diakui untuk penghitungan laba
fiskal dan untuk penghitungan laba akuntansinya dalam periode yang berbeda

2) Bagian dari biaya perolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substansi
merupakan suatu akuisisi, dialokasi kepada aktiva atau kewajiban tertentu berdasar
nilai wajarnya dan penyesuaian atau perlakuan akuntansi demikian tidak
diperkenankan oleh peraturan perpajakan.
3) Goodwill atau goodwill negatif yang timbul dalam konsolidasi
4) Perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak dari suatu aktiva atau
kewajiban pada saat pengakuan awalnya.
Perbedaan sementara timbul sebagai konsekwensi logis dari adanya perbedaan standard
atau ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran atau penilaian elemen
elemen laporan keuangan yang berlaku dalam disiplin akuntansi perpajakan dengan
standard atau ketentuan yang berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan.

Pengakuan dan Pengukuran


Perbedaan dasar pengukuran dan pengakuan aktiva atau kewajiban untuk tujuan
pelaporan keuangan fiskal atau perhitungan laba rugi fiskal dan pelaporan keuangan
komersial atau perhitungan laba rugi akuntansi adalah salah satu sumber penyebab
terjadinya perbedaan sementara.
Menurut peraturan perpajakan, dasar pengenaan pajak dari suatu aktiva adalah
jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan kata lain dapat diperlakukan
sebagai biaya fiskal terhadap setiap manfaat ekonomi kena pajak yang akan diterima atau
diperoleh perusahaan sebagai wajib pajak pada saat pemulihan nilai tercatat aktiva
terkait.
Sedangkan pada sisi kewajiban, sesuai dengan ketentuan perpajakan kewajiban adalah
nilai tercatat dari kewajiban terkait dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto atau diperlakukan sebagai biaya periode mendatang.
Penentuan dasar pengenaan pajak dari aktiva dan kewajiban tidaklah mudah,
karena peraturan perpajakan lebih mengutamakan pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan beban daripada pengakuan dan pengukuran aktiva dan kewajiban.Dalam akuntansi
perpajakan, aktiva dan kewajiban merupakan akibat semata mata dari hasil dari
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan pajak yang berlaku.

Penyajian Dalam LaporanKeuangan


Sebagai metode akuntansi pajak penghasilan yang menerapkan pendekatan
aktiva-kewajiban PSAK 46 mengharuskan penyajian aktiva dan kewajiban dan beban
pajak penghasilan terkait di dalam laporan keuangan berdasar ketentuan sebagai berikut :
1. Aktiva dan Kewajiban Pajak
Didalam neraca, aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan secara terpisah
dari aktiva dan kewajiban lainnya. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak
tangguhan harus juga disajikan secara terpisah dari aktiva pajak kini dan kewajiban

pajak kini. Aktiva pajak kini disajikan dalam kelompok aktiva atau kewajiban tidak
lancar. Didalam neraca kewajiban pajak kini di offset dengan aktiva pajak kini dan
disajikan sejumlah nettonya
2. Beban Pajak Penghasilan
Didalam Laporan Laba Rugi, penghasilan dan biaya fiskal yang berhubungan
dengan laba-rugi dari aktivitas operasi harus disajikan secara terpisah dari penghasilan
atau keuntungan dan biaya atau kerugian yang berasal dari aktivitas non operasi
3.Pajak Penghasilan Final
Perbedaan nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak
penghasilan final dengan dasar pengenaan pajak tidak boleh diakui sebagai aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan.
4. Perubahan Tarif Pajak atau Peraturan Perpajakan
Penyesuaian terhadap nilai tercatat aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak
tangguhan harus dilakukan apabila terjadi perubahan tarif atau peraturan perpajakan.
Efek perubahan diakui dan disajikan didalam laporan laba rugi dalam periode
terjadinya perubahan tarif atau peraturan perpajakan, sebagai komponen laba rugi dari
operasi berlanjut.
Pengungkapan
1) Unsur unsur utama penghasilan dan biaya fiskal yang meliputi
a) Penghasilan dan biaya fiskal tahun berjalan
b) Penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak kini yang berasal dari
periode sebelumnya
c) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan sementara
maupun realisasinya
d) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang beasal dari perubahan tarif atau
peraturan perpajakan
e) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum
diakui yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak kini
f) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum
diakui yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak tangguhan

g) Beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan nilai atau pembatalan
penurunan periode sebelumnya atas aktiva pajak tanguhan
2) Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi yang dibebenkan
atau dikreditkan langsung kerekening ekuitas
3) Penghasilan dan biaya fiskal yang berasal dari pos luar biasa yang diakui dalam
periode berjalan
4) Hubungan antara beban pajak penghasilan dengan laba akuntansi dalam salah satu atau
kedua bentuk berikut ini :
a) Rekonsiliasi antara beban pajak penghasilan dengan hasil perkalian laba akuntansi
dengan tarif yang berlaku
b) Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dan tarif pajak yang berlaku
5) Efek perubahan tarif pajak dalam tahun berjalan dengan perbandingannya dengan tarif
pajak yang berlaku pada periode sebelumnya, jika ada.
6) Jumlah perbedaan sementara yang boleh dikurangkan dan sisa kerugian yang masih
dapat dikompensasi dalam periode mendatang yang tidak diakui sebagai aktiva pajak
tangguhan
7) Jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang disajikan di dalam neraca dan
jumlah beban atau penghasilan pajak tangguhan yang disajikan di dalam laporan laba
rugi; untuk setiap kelompok perbedaan sementara dan setiap kelompok rugi yang
dapat dikompensasi dalam periode mendatang.
8) Beban pajak dari operasi yang tidak dilanjutkan atau penghentian segmen
9) Sifat bukti yang mendukung pengakuan dan penyajian aktiva pajak tangguhan
PSAK No.46 merupakan standar yang mengatur perlakuan akuntansi pajak
penghasilan dengan menerapkan pendekatan neraca. Pendekatan neraca mengakui adanya
kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan sebagai
akibat adanya perbedaan waktu dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan.
Apabila ada perusahaan belum menerapkan PSAK No.46 sehingga perubahan
penerapan kebijakan yang baru menyebabkan laporan keuangan harus disajikan kembali.
Dari hasil penyajian kembali tersebut diketahui bahwa penerapan PSAK No.46
mengakibatkan munculnya akun baru yaitu aktiva pajak tangguhan yang menambah

jumlah aktiva perusahaan sebagai akibat dari adanya manfaat pajak tangguhan yang
mengurangi beban pajak perusahaan. Adanya manfaat pajak tangguhan juga
mengakibatkan bertambahnya

laba

perusahaan sehingga

meningkatkan

ekuitas

perusahaan.

Supriyanta dalam blognya menginformasikan tentang perubahan PSAK


46 Pajak Tangguhan
Ikatan Akuntan Indonesia akan merevisi PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan.
PSAK ini akan mulai berlaku efektif 1 Januari 2015.Beberapa hal ada perubahan terkait
pengakuan dan penyajian Pajak Tangguhan (deferred Tax). Baik terkait aktiva pajak
tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan. Salah satu yang menyulitkan penerapan PSAK
ini adalah ketidakpastian yang tinggi terkait kewajiban perpajakan di Indonesia.
Prosesnya pun memakan waktu yang relatif lama.
Untuk perusahaan private dan masih kesulitan menerapkan PSAK ini maka ada
alternatif lain sebagai solusi yaitu dengan menggunakan SAK ETAP (Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik). Dalam PSAK ini pajak tangguhan tidak
perlu dihitung. Namun bagi perusahaan publik tidak ada pilihan lain kecuali menerapkan
SAK (Standar Akuntansi Keuangan) umum termasuk PSAK 46 (revisi 2014) ini.
Maka bisa disimpulkan apa itu Pajak Tangguhan :
1. Pajak tangguhan adalah pajak yang ditangguhkan, sebagai antisipasi terhadap
konsekwensi utang pajak penghasilan, baik yang timbul di masa kini maupun masa
depan.
2. Salah satu penyebab terjadinya pajak tangguhan adalah adanya perbedaan sementara
antara laba fiskal dengan laba komersial, yang pada ujungnya menimbulkan perbedaan
antara Utang PPh dalam laporan fiskal dengan laporan komersial.
3. Jika laba pajak lebih besar dibandingkan dengan laba komersial, maka selisih tersebut
diakui sebagai Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset), sebesar selisih tersebut
dikalikan tarif efektif PPh, yang nantinya bisa dikreditkan (dijadikan pengurang) di
tahun fiskal berikutnya.

4. Jika laba pajak lebih kecil dibandingkan dengan laba komersial, maka selisih tersebut
diakui sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability), sebesar selisih
tersebut dikalikan tarif efektif PPh, yang nantinya dihapuskan ketika bisa dipulihkan
di masa depan.

REFERENSI:
Ruthvelani. 2011. Penerapan PSAK 46 Tentang Akuntansi Pajak Tangguhan.
Suandy, Erly. 2006. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi 3, Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Supriyanta. 2014. PSAK 46 Pajak Tangguhan.
Yuspiar, Indra. SE,Ak,M.Ak. dalam Presentasinya dengan JudulAKUNTANSI PAJAK
PENGHASILAN (PSAK 46)
Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai